Anda di halaman 1dari 2

Apta School 13-09-2021

1. Kalau ada pejabat negara yang ikut tender untuk pengadaan barang atau jasa yang dilakukan oleh
suatu instansi atau perusahaan maka pejabat negara tersebut melakukan tipikor dalam bentuk
Benturan Kepentingan dalam Pengadaan.
2. Pasal 5 UU No.20 Tahun 2001: (1) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
atau (2) memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya. Orang tersebut dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Yang nerimanya
juga dipidana dengan hal yang sama.
3. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi itu merupakan pengganti
untuk UU sebelumnya yaitu UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4. Janji beliin sepeda ke anak kalau anaknya rank 1. Ternyata pas rank 1, dia sedang tidak punya uang.
Maka jika dia memiliki integritas dia akan meminjam uang kepada saudara untuk membeli sepeda
sesuai dengan janjinya (menepati janji). Pokoknya kalau tidak boleh melanggar janji meski Cuma
menunda (menunda juga termasuk tidak menepati janji).
5. Ciri-ciri pemimpin yang berintegritas adalah jujur dalam bekerja dan selalu menepati janji.
6. Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2002 Pasal 13, KPK memiliki kewenangan terhadap penyelenggara
negara dalam pendaftaran dan pelaporan kekayaan penyelenggara negara.
7. Perbuatan curang dalam UU tipikor: (1) pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang; (2) setiap orang yang bertugas mengawasi
pembangunan (mandornya gitu) atau penyerahan bahan bangunan sengaja membiarkan perbuatan
curang pada poin 1; (3) setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI atau Polri
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan
perang, (4) setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI atau Polri
dengan sengaja membiarkan perbuatan curang pada poin 3.
8. Gratifikasi: setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,
dengan ketentuan: (1) yang nilainya ≥ 10 jt, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan
suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; (2) yang nilainya ≤ 10 jt, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut suap dibuktikan oleh penuntut umum.
9. Penggelapan dalam jabatan: penggelapan dengan pemberatan, yakni penggelapan yang dilakukan
oleh orang yang memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau jabatannya atau
karena ia mendapat upah.
10. Suap menyuap: tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain dari pembalasan dari pemberi
suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas suatu kepentingan.
11. Benturan kepentingan dalam pengadaan: merupakan tindakan pegawai negeri atau penyelenggara
negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
12. Epistemologi: cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan. (KBBI)
13. Kronologi: ilmu tentang pengukuran kesatuan waktu (seperti dalam astronomi dan geologi). (KBBI)
14. Afirmasi: penetapan yang positif; penegasan; peneguhan, pernyataan atau pengakuan yang sungguh-
sungguh (di bawah ancaman hukum) oleh orang yang menolak melakukan sumpah; pengakuan.
(KBBI)
15. Tiran: raja atau penguasa yang lalim dan sewenang-wenang (biasanya memperoleh kekuasaan
dengan jalan kekerasan). (KBBI)
16. Despot: penguasa tunggal yang berbuat sekehendak hati; kepala negara atau raja yang menjalankan
kekuasaan dengan sewenang-wenang. (KBBI)
17. Kabinet yang menteri-menterinya berasal dari beberapa partai yang secara bersama-sama
menguasai kursi terbanyak di parlemen disebut dengan kabinet koalisi.
18. Pada 1950, pemerintah menerapkan sanering. Peristiwa ini kerap disebut Gunting Syafrudin.
Menurut buku Sejarah Pemikiran Indonesia (2007), kebijakan itu diterapkan oleh Menteri
Keuangan Kabinet Hatta II, Syafrudin Prawiranegara, setelah terjadi inflasi hebat pasca Konferensi
Meja Bundar.
19. Adapun asumsi dasar ekonomi makro dalam penyusunan APBN meliputi beberapa variabel yaitu
pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, suku bunga SPN 3 bulan, harga
minyak (ICP), serta lifting minyak dan lifting gas.

Anda mungkin juga menyukai