Anda di halaman 1dari 4

PRO KONTRA UU TENTANG UANG PALSU

Oleh : 1. Giga J.R. Hutagaol (12)

2. Jeconiah Nababan (17)

3. Jesse C.R. Hutauruk (18)

4. M. Rafli Hidayatullah (20)

5. Saur Wirayudha Togatorop (29)

KELAS XII IPA 1

Fungsi uang

a. Fungsi asli

 Uang sebagai alat tukar guna mempermudah kita untuk mendapatkan suatu


barang. Dengan begitu, kita dapat menghemat waktu serta tenaga karena tinggal
menukarkan uang untuk membeli kebutuhan.
 Uang sebagai alat ukur mampu menentukan besaran nilai suatu barang.
Misalnya, harga penggaris yang akan dibeli Tedy senilai Rp3.000, menunjukkan
bahwa Tedy cukup membayar uang sejumlah Rp3.000 untuk mendapatkan
penggaris.

b. Fungsi turunan

 Uang sebagai alat pembayaran berbeda dengan uang sebagai alat tukar.


Maksudnya di sini adalah ketika uang dibayarkan tanpa ditukar dengan
benda/jasa apapun. Contohnya, membayar pajak.
 Uang sebagai penunjuk harga memiliki nilai yang berbeda-beda, misalnya harga
jeruk 1 kg Rp8.000 sementara harga apel Rp9.000.
 Uang sebagai alat pembayaran utang digunakan untuk melunasi utang piutang.
 Uang sebagai alat penimbun kekayaan dapat digunakan ketika ada keperluan
mendadak.

UU yang mengatur tentang pengawasan uang palsu

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang memiliki Bab X


yang berjudul Ketentuan Pidana yang mencakup Pasal 33 sampai dengan Pasal 41.
Pasal yang menjadi perhatian dalam penelitian ini yakni Pasal 36 dan Pasal 37 yang
mengatur tentang rupiah palsu.

Pasal 36 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 memberikan ketentuan bahwa,


(1) Setiap orang yang memalsu Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2) Setiap orang yang menyimpan secara fisik dengan cara apa pun yang
diketahuinya merupakan Rupiah Palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(3) Setiap orang yang mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah yang


diketahuinya merupakan Rupiah Palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

(4) Setiap orang yang membawa atau memasukkan Rupiah Palsu ke dalam
dan/atau ke luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).

(5) Setiap orang yang mengimpor atau mengekspor Rupiah Palsu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur
hidup dan pidana denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang memberikan ketentuan


sebagai berikut,

(1) Setiap orang yang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor,


mengekspor, menyimpan, dan/atau mendistribusikan mesin, peralatan, alat cetak, pelat
cetak atau alat lain yang digunakan atau dimaksudkan untuk membuat Rupiah Palsu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama seumur hidup dan pidana denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).

(2) Setiap orang yang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor,


mengekspor, menyimpan, dan/atau mendistribusikan bahan baku Rupiah yang digunakan
atau dimaksudkan untuk membuat Rupiah Palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup, dan pidana
denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
PRO KONTRA UU UANG PALSU

Banyak yang setuju tentang adanya uu yang mengatur tentang permasalahan


klasik semacam ini karena dengan adanya landasan hokum yang kuat akn memberika
efek jera bagi para pelaku untuk tidak melakukan kejahatan seperti ini. Dampak
negative uang palsu sendiri sangat banyak terutama bagi perekonomian Negara yang
berlanjut sampai kepada terganggunya kegiatan ekonomi di Negara kita. Tetapi
sebahagian pihak kurang setuju apabila orang yang membelanjakan uang palsu juga
terkena sanksi karna sebagian besar adalah korban yang tidak mengetahui cara
membedakan uang palsu dan asli

SOLUSI

Memberikan sanksi tegas bagi para pelaku dan memberi perlindungan kepada
para korban hasil penipuan uang palsu. Menggiatkan sosialisasi tentang uang palsu

Cara Membedakan Tekstur Uang Asli dan Palsu

Uang asli dan palsu juga bisa dibedakan dari tekstur kertas.

Uang asli memiliki tekstur kertas yang kasar, terutama pada bagian lambang negara.

Sementara uang palsu cenderung memiliki tekstur yang lebih halus.

Selain itu, uang palsu juga lebih mudah lecek karena lapisan kertas yang tipis.

KESIMPULAN

Tindak pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan Pasal 37 UU No. 7 Tahun
2011 memiliki cakupan yang luas, mulai dari (1) perbuatan memalsu Rupiah, (2)
menyimpan Rupiah palsu, (3) mengedarkan dan/atau membelanjakan Rupiah palsu, (4)
membawa ke dalam atau ke luar Wilayah Indonesia Rupiah palsu, (5) mengimpor atau
mengekspor Rupiah palsu, (6) perbuatan-perbuatan berkenaan dengan alat untuk
membuat Rupiah palsu seperti memproduksi dan menyimpan pelat cetak untuk
membuat Rupiah palsu, dan (7) perbuatan-perbuatan berkenaan dengan bahan baku
Rupiah untuk membuat Rupiah palsu seperti memproduksi dan menyimpan bahan baku Rupiah
(kertas untuk membuat Rupiah palsu dan sebagainya). 2.Pengaruh tindak pidana
Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 terhadap Buku II
Bab X KUHPidana hanyalah sepanjang berkenaan dengan uang atau mata uang Rupiah. Jika
terjadi pemalsuan Rupiah atau peredaran Rupiah palsu di Indonesia, maka yang akan
diterapkan sekarang adalah ketentuan pidana dalam UU No. 7 Tahun 2011. Tetapi jika
yang dipalsu atau diedarkan adalah mata uang asing (baik uang logam maupun uang kertas)
maka yang akan diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai