Anda di halaman 1dari 7

Nama : Agustina Tsaniyah

NIM : 1811102413006
Kelas : 6C (Peminatan K3)
Matkul : Gizi Kerja

PELAYANAN TENAGA KERJA


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. Bahwa fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat kerja yang memiliki risiko
terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia fasilitas pelayanan
kesehatan, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan;
b. Bahwa dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja untuk menciptakan kondisi fasilitas pelayanan
kesehatan yang sehat, aman, selamat, dan nyaman, perlu diselenggarakan keselamatan
dan kesehatan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2918);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3992);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5309);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
7. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
“PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN.”
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut Fasyankes adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya
disebut K3 di Fasyankes adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
sumber daya manusia fasilitas pelayanan kesehatan, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan pengaruh buruk yang
diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas kerja.
3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang selanjutnya disebut SMK3 di Fasyankes adalah bagian dari sistem
manajemen Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman
dan nyaman.
4. Sumber Daya Manusia Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut SDM
Fasyankes adalah semua tenaga yang bekerja di Fasyankes baik tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan.
5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
Pasal 2
Pengaturan K3 di Fasyankes bertujuan untuk terselenggaranya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Fasyankes secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan.

Pasal 3
1) Setiap Fasyankes wajib menyelenggarakan K3 di Fasyankes.
2) Jenis Fasyankes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk rumah sakit.
3) Penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 4
1) Penyelenggaraan K3 di Fasyankes meliputi:
a. Membentuk dan/atau mengembangkan SMK3 di Fasyankes; dan
b. Menerapkan standar K3 di Fasyankes.
2) Penyelenggaraan K3 di Fasyankes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan karakteristik dan faktor risiko pada masing-masing Fasyankes.

PELAYANAN GIZI BAGI TENAGA KERJA


Dasar Hukum
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. PMP No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan dalam
Tempat Kerja.
3. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE 01/MEN/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.
4. SE Dirjen Binwasnaker No. 86 tahun 1989 tentang Perusahaan Ketering Pengelola
Makanan Bagi Tenaga Kerja.

Definisi
1. Gizi adalah kesehatan seseorang yang dihubungkan dengan makanan yang
dikonsumsinya sehari-hari.
2. Gizi Kerja adalah penyediaan dan pemberian masukan zat gizi kepada tenaga kerja
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan selama berada di tempat kerja guna
mendapatkan tingkat kebutuhan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya.
3. Penyelenggaraan makanan bagi tenaga kerja adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
penyusunan anggaran belanja makanan, perencanaan menu, pengadaan atau
pembuatan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, persiapan
dan pemasakan makanan, penilaian, pengemasan, distribusi dan penyajian makanan
bagi tenaga kerja.
Gizi Kerja
a) Jenis-jenis Zat Gizi dan Fungsinya
1. Karbohidrat adalah zat gizi sebagai sumber tenaga utama. Banyak terdapat pada
tumbuh-tumbuhan seperti padi-padian, umbi-umbian, gandum, jagung, dll.
2. Lemak adalah zat gizi yang selain sebagai sumber utama tenaga juga sebagai
pelarut vitamin yang diperlukan tubuh. Lemak yang dari tumbuhan disebut lemak
nabati dan dari hewan lemak hewani.
3. Protein adalah zat gizi yang berfungsi sebagai pembangun tubuh dan sumber
tenaga. Protein yang berasal dari tumbuhan yaitu protein nabati dan dari hewan
yaitu protein hewani. Tersusun dari 22 macam asam amino yang dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu:
4. Asam Amino Esensiel yaitu asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh,
sehingga harus diperoleh dari makanan sehari-hari.
5. Asam Amino Non-Esensiel yaitu asam amino yang dapat dibentuk oleh tubuh
sesuai dengan kebutuhan.

b) Mutu protein ditentukan oleh jumlah asam amino esensial yang terkandung di
dalamnya dan dikenal 3 macam protein:
1. Protein Sempurna yang mengandung semua asam amino esensial yang diperlukan
oleh tubuh contohnya daging, susu, ikan, telur.
2. Protein Setengah Sempurna mengandung sebagian saja asam amino esensial yang
diperlukan tubuh contohnya kacang-kacangan, biji-bijian.
3. Protein Tidak Sempurna yang tidak mengandung asam amino esensial, contohnya
tumbuh-tumbuhan.
4. Vitamin adalah suatu zat yang senantiasa diperlukan setiap saat untuk
metabolisme tubuh, vitamin dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
5. Vitamin yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam lemak seperti vit. B komplek
dan vit. C.
6. Vitamin yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak seperti vit. A, D, E
dan K.
7. Mineral adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pengatur dalam tubuh.
Diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti Ca, P, Mg, Na, K, Cl, S.
Diperlukan dalam jumlah sedikit tetapi mutlak harus ada seperti Cu, Co, Mn, Zn
dan Y. Diperlukan dalam jumlah sedikit sekali seperti Al, As dan Br.
8. Air adalah salah satu unsur yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam jumlah
besar, lebih kurang 60% berat badan manusia adalah air. Oleh karena itu masalah
penyadiaan air minum penting pula diperhatikan disamping makanan.

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Zat Gizi.


1. Ukuran Tubuh (tinggi badan dan berat badan) yang mempengaruhi kebutuhan
kalori tubuh seseorang.
2. Usia (tahun).
3. Jenis Kelamin (laki-laki dan perempuan).
4. Kondisi tubuh tertentu misalnya baru sembuh dari sakit, baru operasi, sedang
hamil dan menyusui.
5. Iklim dan Kondisi Lingkungan Kerja.
6. Tingkat Aktivitas.

Penyelenggaraan Makan Bagi Tenaga Kerja


Penyelenggaraan makan di tempat kerja bertujuan untuk meningkatkan keadaan
kesehatan dan gizi tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja. Yang dimaksud penyelenggaraan makanan adalah semua proses, dimulai dari
merencanakan anggaran belanja sampai ke makanan dikonsumsi oleh tenaga kerja.
Penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja dapat diselenggarakan sendiri oleh
perusahaan atau dengan cara kerjasama/kontrak dengan perusahaan catering pengelola
makanan bagi tenaga kerja. Untuk menyelenggarakan makan tenaga kerja secara umum
diperlukan persyaratan minimal yang meliputi:
1. Mempunyai dapur
2. Mempunyai tenaga gizi
3. Mempunyai tenaga pelaksana
4. Mematuhi peraturan perundangan yang berlaku
Pemberian makan bagi tenaga kerja memberikan keuntungan baik bagi tenaga kerja
maupun perusahaan, antara lain:
1. Meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja
2. Meningkatkan produktivitas
3. Meningkatkan derajat kesehatan
4. Menurunkan absensi
5. Terciptanya hubungan timbal balik pengusaha dan pekerja maupun antar pekerja
6. Suasana kerja menyenangkan dan meningkatkan motivasi dan gairah kerja
7. Mengatasi kelelahan dan persiapan tenaga untuk kerja kembali
8. Pengawasan relatif lebih mudah

Syarat-Syarat Penyelenggaraan Makanan Bagi Tenaga Kerja


Peraturan perundangan terkait gizi kerja dan penyelenggaraan makan bagi tenaga
kerja antara lain:
1. Peraturan Menteri Perburuan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan
serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
2. Permenaker No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
3. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE. 01/Men/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang Perusahaan
Catering yang mengelola Makanan bagi Tenaga Kerja.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964, bahwa
kantin, ruang makan di tempat kerja dan perusahaan catering pengelola makanan bagi tenaga
kerja harus memenuhi syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat
kerja.
Sesuai Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja,
diatur mengenai tugas pokok pelayanan kesehatan, yang salah satunya adalah mengenai gizi
dan penyelenggaraan makanan di tempat kerja. Syarat penyelenggaraan makanan di tempat
kerja sesuai pasal 8 PMP No. 7 tahun 1964:
1. Dapur, kamar makan dan alat keperluan makan harus selalu bersih dan rapih
2. Dapur dan kamar makan tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat kerja
3. Menu makanan yang disediakan harus memenuhi syarat-syarat kesehatan
4. Pegawai penjamah makanan dan minuman harus bebas penyakit menular dan harus
menjaga kebersihan badannya
5. Majikan harus menyediakan pakaian/schort dan tutup kepala yang bersih bagi
pegawai penjamah makanan untuk dipakai waktu melayani makanan.
6. Pegawai penjamah makanan harus mendapat didikan kebersihan dan kesehatan
7. Pegawai penjamah makanan sebelum bekerja harus diperiksa kesehatan badannya
disertai pemeriksaan rontgen paru-paru
8. Pemeriksaan kesehatan berkala sekali/tahun
9. Pegawai penjamah makanan tidak boleh melayani makanan selama menderita suatu
penyakit sampai dinyatakan sehat kembali oleh dokter.
Persyaratan tenaga kerja dalam penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja (food
handler). Semua pegawai yang mengerjakan dan malayani makanan dan minuman bagi
tenaga kerja harus:
1. Bebas dari penyakit menular (TBC, typhus, cacingan) dan harus selalu menjaga
kebersihannya.
2. Disediakan pakaian dan tutup kepala untuk digunakan sewaktu melayani makanan
3. Telah mendapat pelatihan tentang kebersihan dan kesehatan khususnya yang
berkaitan dengan penyelenggaraan makan bagi tenaga kerja
4. Sebelum bekerja harus diperiksa kesehatan badannya minimal satu tahun sekali
disertai dengan pemeriksaan rontgent paru-paru dan dinyatakan dengan surat
keterangan dokter
5. Tidak boleh melayani makanan selama menderita suatu penyakit sampai dinyatakan
oleh dokter bahwa ia sudah sehat kembali (khususnya infeksi pada kulit, mata,
telinga, hidung, dan tenggorokan)
Selain syarat-syarat tersebut, sebaiknya petugas pengelola makanan bagi tenaga kerja
sebaiknya:
1. Mendapat pelatihan tentang cara penggunaan APAR
2. Tidak mempunyai kebiasaan buruk yang tidak sehat dalam bekerja, misalnya:
berbicara sewaktu menyediakan makanan, bersin/batuk di depan makanan,
menggaruk bagian tubuh tertentu, merokok, mabuk, dll.
3. Tidak menggunakan perhiasan selama mengelola makanan
4. Disiplin memakai alat pelindung
5. Segera melapor kepada supervisor apabila yang bersangkutan muntah dan diare di
tempat kerja, dirumah atau di tempat lain dan menderita infeksi

Ketentuan Pengadaan Kantin dan Ruang Makan


Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE. 01/Men/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan, menyatakan:
1. Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh antara 50 sampai 200 orang supaya
menyediakan ruang tempat makan di perusahaan yang bersangkutan
2. Semua perusahaan yang mempekerjakan buruh lebih dari 200 orang supaya
menyediakan kantin di perusahaan yang bersangkutan

Ketentuan Dapur dan Ruang Makan


Untuk dapat berjalannya fungsi dapur dengan baik, maka perlu diperhatikan beberapa
hal antara lain:
1. Letak dapur tidak jauh dari ruang makan dan tidak berhubungan langsung dengan
tempat kerja
2. Fasilitas dapur dan ruang makan cukup memadai
3. Keadaan/kondisi dapur dan ruang makan mudah dibersihkan, penerangan cukup,
ventilasi memadai, tidak menyebarkan panas/bau/uap, lantai tidak licin, ruangan
cukup dan bebas dari serangga dan binatang mengerat.
Syarat perusahaan catering yang mengelola makanan bagi tenaga kerja sesuai SE
Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang mengelola makanan
bagi tenaga kerja harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap perusahaan catering yang mengelola makanan pada perusahaan harus terlebih
dahulu mendapatkan rekomendasi dari Depnaker
2. Rekomendasi diberikan berdasarkan persyaratan-persyaratan kesehatan, hygiene dan
sanitasi
3. Setiap kantor Depnaker agar melaksanakan pembinaan/penataran kepada perusahaan-
perusahaan catering yang beroperasi di daerahnya, khususnya mengenai hygiene,
sanitasi dan penganggulangan keracunan makanan.

Anda mungkin juga menyukai