OLEH:
MARISA NOVIANTI
J1A118210
KONSENTRASI K3
KENDARI
2020
TOPIK 1B
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “giza” yang berarti zat makanan, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau
zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi
diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.
(Djoko Pekik Irianto, 2006: 2).
\ lingkungan hidup tersebut dikenal dengan istilah unsur gizi. Unsur gizi dapat
dipilah menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air (Mary E.
Beck,2011).
Menurut Sunita Almatsier, (2009: 3) Zat Gizi adalah ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,
membangun, memelihara jaringan serta mengatur proses-proses jaringan. Gizi
merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh tubuh guna perkembangan dan
pertumbuhan dalam bentuk dan untuk memperoleh energi, agar manusia dapat
melaksanakan kegiatan fisiknya sehari-hari.
6
Pengertian Status Gizi menurut Djoko Pekik Irianto, (2006: 65) adalah
ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat
dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan
makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan
derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak, serta
menunjang prestasi olahraga.
I Dewa Nyoman Suparisa dkk (2002: 18) menjelaskan bahwa status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Berdasarkan beberapa
pendapat tentang status gizi di atas bahwa status gizi adalah status kesehatan
tubuh yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient,
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara
status gizi , kurus, normal, resiko untuk gemuk, dan gemuk agar berfungsi secara
baik bagi organ tubuh.
2.3 Pengertian Produktivitas Kerja
Lebih lanjut, Pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi mengambil kebijaksanaan untuk menganjurkan kepada:
Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi, yaitu masalah gizi
kurang sekaligus masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan; kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya
kualitas lingkungan (sanitasi); kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
gizi, menu seimbang dan kesehatan; dan adanya daerah miskin gizi.
(Mardalena & Suyani, 2016)
Kekurangan zat besi membuat jumlah sel darah merah yang sehat
berkurang dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Sel darah merah
atau disebut hemoglobin dibentuk oleh zat besi. Hemoglobin di
dalam sel darah merah dibutuhkan tubuh untuk mengikat dan
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh organ tubuh.
Sehingga ketika penyebaran Oksigen dalam tubuh berkurang akan
menyebabkan kurangnya fokus pada SDM/Pekerja sehingga
membuat berkurangnya hasil kerja yang membuat produktifitas
kerja menurun.
5). Obesitas.
Menurut Tarwaka, dkk (2004) Gizi Kerja merupakan pemberian gizi yang
diterapkan kepada masyarakat pekerja dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan, efisiensi dan produktivitas kerja setinggi-tingginya.
1. Karbohidrat
3. Lemak
Vitamin dan Mineral adalah zat gizi yang berfungsi mengatur dan
melindungi proses dalam tubuh, pembentukan enzim dan hormon, tulang dan
jaringan tubuh. Kebutuhan energi dalam bekerja selama 8 jam adalh 40-50%
dari kebutuhan sehari. Bila diterjemahkan ke dalam menu menjadi kebutuhan
untuk 1 kali makan dan 1 kali snack.
TOPIK 2B
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gizi Antropometri
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa contoh
jenis ukuran antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi
diantaranya berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar lengan atas, lapisan
lemak bawah kulit, lingkar kepala, lingkar dada, dan lainnya, (Thamaria, 2017).
1. Pertumbuhan linier
a. Apabila massa lemak dan massa otot bertambah, maka di sini dapat
diketahui pertambahan dan perubahan berat badan seseorang.
b. Terjadinya pertambahan lapisan lemak di bawah kulit, hal ini akan diikuti
terjadinya pertambahan ukuran lingkaran lengan atas dan pinggang.
c. Pertumbuhan massa jaringan terjadi sepanjang kehidupan, selama
seseorang hidup akan terjadi pertumbuhan masa jaringan mulai sejak bayi
sampai meninggal.
d. Perubahan massa jaringan terjadi dalam waktu relatif singkat, oleh karena
itu pengukuran massa jaringan dapat dilakukan satu kali dalam sebulan
atau bahkan bisa dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
e. Massa jaringan bisa bertambah dan berkurang, hal ini tergantung asupan
gizi.(Thamaria, 2017)
1. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang
terdapat didalam tubuh. Berat badan merupakan komposit pengukuran ukuran
total tubuh. Beberapa alasan mengapa berat badan digunakan sebagai parameter
antropometri. Alasan tersebut diantaranya adalah perubahan berat badan mudah
terlihat dalam waktu singkat dan menggambarkan status gizi saat ini. Pengukuran
berat badan mudah dilakukan dan alat ukur untuk menimbang berat badan mudah
diperoleh. Pengukuran berat badan memerlukan alat yang hasil ukurannya akurat.
Untuk mendapatkan ukuran berat badan yang akurat, terdapat beberapa
persyaratan alat ukur berat di antaranya adalah alat ukur harus mudah digunakan
dan dibawa, mudah mendapatkannya, harga alat relatif murah dan terjangkau,
ketelitian alat ukur sebaiknya 0,1kg (terutama alat yang digunakan untuk
memonitor pertumbuhan), skala jelas dan mudah dibaca, cukup aman jika
digunakan, serta alat selalu dikalibrasi. Beberapa jenis alat timbang yang biasa
digunakan untuk mengukur berat badan adalah dacin untuk menimbang berat
badan balita, timbangan detecto, bathroom scale (timbangan kamar mandi),
timbangan injak digital, dan timbangan berat badan lainnya.(Thamaria, 2017)
3. Lingkar kepala
Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan tumbuh kembang jaringa
lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh cairan tubuh. Ukuran LILA
digunakan untuk skrining kekurangan energi kronis yang digunakan untuk
mendeteksi ibu hamil dengan risiko melahirkan BBLR. Pengukuran LILA
ditujukan untuk mengetahui apakah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS)
menderita kurang energi kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS dengan risiko
KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah
(BBLR). Cara ukur pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas dilakukan
pada lengan kiri atau lengan yang tidak aktif. Pengukuran LILA dilakukan pada
pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm (centi
meter). Kelebihannya mudah dilakukan dan waktunya cepat, alat sederhana,
murah dan mudah dibawa. (Thamaria, 2017)
5. Panjang Depa
6. Tinggi Lutut
Ukuran tinggi lutut (knee height) berkorelasi dengan tinggi badan. Pengukuran
tinggi lutut bertujuan untuk mengestimasi tinggi badan klien yang tidak dapat
berdiri dengan tegak, misalnya karena kelainan tulang belakang atau tidak dapat
berdiri. Pengukuran tinggilutut dilakukan pada klien yang sudah dewasa.
Pengukuran tinggi lutut dilakukan dengan menggunakan alat ukur caliper
(kaliper). Pengukuran dilakukan pada lutut kiri dengan posisi lutut yang diukur
membentuk sudut siku-siku (90°). Pengukuran tinggi lutut dapat dilakukan pada
klien dengan posisi duduk atau dapat juga pada posisi tidur.(Thamaria, 2017)
7. Tinggi Duduk
175 cm, maka formula Broca menjadi P (kg) = T (cm) – 110. Lorenz
memodifikasi formula Broca untuk diaplikasikan ke anak-anak yang dikenal
dengan indeks konstitusional Lorenz. Indeks konstitusional Lorenz yang baik
untuk anak ini formulanya berbeda-beda berdasarkan umur,(Thamaria, 2017).
IMT =BB(kg)
TB(m) × TB(m)
Menurut KBBI Jenis kelamin diartikan sebagai sifat (keadaan) laki-laki atau
perempuan seseorang. Untuk menilai status gizi seseorang, penting
memperhatikan jenis kelamin seseorang karena pola pertumbuhan anak laki-laki
berbeda dengan perempuan. Sehingga kita tidak boleh hanya mengandalkan
kebiasaan nama untuk menentukan jenis kelamin, sebagai contoh nama Sri tidak
selalu perempuan, sebaliknya nama Agus juga tidak selalu laki-laki. Dengan
indeks BB/U kurva pertumbuhan pada umur yang berbeda pertumbuhan berat
badan anak laki-laki lebin tinggi dibanding dengan anak perempuan.
2. Umur
Umur merupakan lama waktu hidup seseorang durasi atau lama hidup
seseorang dari saat lahir. Berdasarkan Standar Pemantauan Pertumbuhan (2005),
umur ditetapkan sebagai bulan penuh (30 hari). Sebagai contoh umur 23 hari = 0
bulan, umur 3 bulan 14 hari = 3 bulan, umur 3 bulan 29 hari = 3 bulan. Untuk
keperluan penilaian status gizi maka umur dinyatakan dalam satuan bulan penuh.
Teknis untuk melengkapi data umur dapat dilakukan dengan cara : a). Meminta
surat kelahiran, kartu keluarga atau catatan lain yang dibuat oleh orang tuanya.
Jika tidak ada, jika memungkinkan catatan pamong. Jika diketahui kalender lokal
seperti bulan Arab atau bulan lokal (Sunda, Jawa, dan lain-lain), cocokkan dengan
kalender nasional, b). Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat orang
tua, atau berdasar kejadian penting (lebaran, tahun baru, puasa, pemilihan kades,
pemilu, banjir, gunung meletus, dan lain-lain), d). Membandingkan anak yang
belum diketahui umurnya dengan anak kerabat/ tetangga yang diketahui pasti
tanggal lahirnya, e). Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui, tanggal tidak
diketahui, maka ditentukan tanggal 15 bulanyang bersangkutan.
3. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang
terdapat didalam tubuh. Terdapat beberapa alasan kenapa berat badan digunakan
sebagai parameter antropometri. Alasan tersebut di antaranya adalah perubahan
berat badan mudah terlihat dalam waktu singkat, berat badan dapat
menggambarkan status gizi saat ini. Untuk melakukan pengukuran berat badan
diperlukan alat yang hasil ukurannya akurat. Untuk mendapatkan ukuran berat
badan yang akurat, maka terdapat beberapa persyaratan diantaranya adalah alat
ukur berat badan harus mudah digunakan dan dibawa, mudah didapatkan dan
harganya relatif murah, ketelitian alat ukur 0,1 kg (100 gram), skala mudah
dibaca, cukup aman digunakan serta alat sudah dikalibrasi. Beberapa jenis alat
timbang yang biasa digunakan untuk mengukur berat badan diantaranya dacin
untuk menimbang berat badan balita, timbangan detecto, bath room scale
(timbangan kamar mandi), timbangan injak digital, dan timbangan lainnya.
Bahan alam selalu menarik perhatian para ahli kimia dan biologi.Sejak
sekitar pertengahan abad ke 18- telah dapat dipisahkan beberapa senyawa organik
dari makhluk hidup. Sebagai contoh misalnya: Karl Wilhelm sheele (1742-1786)
telah berhasil memisahkan senyawa gliserol, asamoksala, laktat dan sitrat dari
sumber organik yang berasal dari tumbuhkan dan binatang. Friederich W.Struner
(1783-1841). Berhasil memisahkan morfina dari opium dan sebagainya.
Pada tahun 1828 Friedrich Wohler menunjukan bahwa Urea yang terdapat
dalam urine ternyata dapat dibuat dalam Laboratorium dengan jalan memanaskan
alkali sianat dengan garam almonium. Penemuan ini menjadi babak baru dalam
perkembangan sudut pandang kimi organic.
Pada abat XIX Eduard dan Hans Buhner menemukan bahwa ekstrak sel-
sel ragi yang telah dirusak atau telah mati tetap dapat menyebabkan terjadinya
proses peragian / fermentasi. Penemuan ini membuka kemungkinan dilakukan
analisis reaksi-reaksi biokimia secara in vitro (di Laboratorium). Pada tahun 1926
J.B Sumner membuktikan bahwa urease yaitu enzim yang diperoleh dari biji kara
pedang (Jack beans) dapat dikristalkan seperti juga senyawa organik lainnya.
(Suparisa, 2016)
b. Kekurangan
d. Extremities, otot dan tulang (seperti edema perifir, lemak subkutan, lemah,
perasaan dingin dll).
e. Sistem pencernaan (mulut sampai rektum) (sepertisendawa, membran
mukus kering, panas perut dll).
f. Kepala dan mata (seperti bitot spot, buta dll).
Indikator kelompok data ini berupa “ada” dan “tidak ada” kecuali tanda-
tanda vital dengan indikator :
b. Nadi : kali/menit
c. Respirasi : kali/menit
d. Suhu : derajat
e. Tanda-tanda klinis dengan gambaran yang bervariasi. Tidak ada tanda atau
gejala klinis berlaku untuk semua golongan usia dan seluruh negara.
Beberapa tanda klinis dapat bervariasi tergantung dari usia, etnis, riwayat
gangguan gizi sebelumnya, tingkat aktivitas, pola makan dan sebagainya.
d) bintik bitot,
e) pengeringan kornea.
b) keratomalasia,
c) angular Palpebritis,
d) corneal vascularization,
e) conjunctival infection and circumcorneal,
f) corneal arcus,
g) xantromata,
h) corneal scars.
a) angular stomatitis,
c) cheilosis.
c) lidah magenta,
d) atrofi papila,
g) Fissures,
i) Geographic tongue.
a) mottled enamel,
b) karies gigi,
c) pengikisan (attrition),
c) recesion of gums.
h. Kelenjar Tanda klinis yang berhubungan dengan kekurangan gizi
adalah:
a) pembesaran tiroid,
b) pembesaran parotid,
c) kelompok 2 : kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi,
d. gynaecomastia.
l. Sistem tulang dan otot Tanda sistem tulang dan otot berhubungan
dengan kekurangan gizi adalah:
a) Muscular wasting Dapat dideteksi dengan pengamatan bisep atau
trisep. Secara kasar dapat dilihat pada kemampuan anak untuk
mengangkat kepala dan kemampuan bangun dari posisi tidur ke
duduk.
b) Craniotabes Melunaknya daerah tengkorak biasanya terjadi pada
tulang ocipital dan pariental.
m. Sistem internal
a) Sistm gastrointestinal.
b) Hepatomigali.
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap
hari agar seseorang tetap sehat, danbagi orang sakit bertujuan meningkatkan status
gizi dan membantu kesembuhan, serta mencegah permasalahan lain mis diare atau
intolerasni thd jenis makanan tertentu. Berdasarkan pengertian tentang diet di atas,
dapat dikatakan bahwa perilaku diet merupakan bagian dari pola makan. Pola
makan di sini khususnya adalahperilaku makan pada setiap individu yang jelas
berbeda.
Pada zaman sekarang, semakin banyak penyakit yang dapat menyerang siapa
saja, dan penyakit tersebut bersifat kronis sehingga dapat menyebabkan kematian.
Ada beberapa faktor risiko penyakit yang tidak bisa dihindari oleh kita semua,
yaitu faktor usia dan keturunan (gen), tetapi ada juga faktor risiko seperti pola
makan yang dapat kita atur. Berikut adalah anjuran diet untuk mencegah dan
menangani sembilan penyakit.
3. Kanker
4. Diabetes
5. Osteoporosis
1.000 mg kalsium per hari jika Anda berusia 19-50 tahun dan 1.200
mg kalsium per hari jika Anda berusia 50 tahun ke atas.
6. Penyakit Celiac
Penyakit celiac adalah penyakit di saluran pencernaan yang
disebabkan oleh adanya intoleransi terhadap gluten. Gluten adalah
sejenis protein yang ditemukan dalam terigu, dan berbagai jenis
gandum. Gluten akan memicu reaksi sistem kekebalan yang merusak
usus kecil dan menghambat penyerapan beberapa gizi dalam makanan.
Diet yang disarankan adalah menghindari makanan yang mengandung
gluten. Di Indonesia, banyak makanan yang tidak mengandung gluten,
seperti nasi, daging, sayuran, dan buah-buahan.
7. Batu Ginjal
8. Gagal Ginjal
Penyakit hati atau liver yang sudah patah dapat meningkatkan zat
amonia dalam darah, tertahannya cairan dalam perut, dan kelelahan.
Beberapa langkah diet dapat membantu mengurangi masalah ini.
Penting untuk Anda juga untuk berkonsultasi dengan dokter dan ahli
gizi untuk membuat rencana pola makan yang tepat. Penderita
penyakit hati biasanya disarankan untuk mengonsumsi makanan
rendah protein. Sebab, sebagian protein akan dipecah menjadi zat
amonia. Memastikan kalori yang cukup juga penting untuk menangani
penyakit ini
1. Intermittent fasting
3. Diet vegetarian
4. Diet Mediterania
5. Diet paleo
Diet paleo merupakan salah satu jenis diet yang meyakini bahwa
manusia perlu mengonsumsi makanan yang dahulu dimakan oleh manusia
purbakala. Beberapa makanan yang diperbolehkan adalah buah-buahan,
sayur-mayur, kacang-kacangan, biji-bijian, dan protein rendah lemak. Saat
menjalani diet paleo, kamu tidak dianjurkan mengonsumsi gula, produk
susu, produk gandum, dan makanan yang diproses. Diet paleo ditemukan
efektif dalam menurunkan berat badan dengan mengurangi konsumsi
karbohidrat harian. Selain itu, diet paleo juga mampu mengurangi kadar
gula darah, tekanan darah, dan kolesterol.Namun, kekurangan dari diet ini
adalah berkurangnya asupan nutrisi dari produk susu dan produk gandum,
seperti keju dan roti.
8. Diet Dukan
Diet Dukan merupakan jenis diet yang terbagi menjadi empat fase,
yaitu dua fase penurunan berat badan dan empat fase mempertahankan
berat badan. Diet ini menekankan konsumsi makanan tinggi protein dan
rendah karbohidrat. Pada fase awal kita hanya akan mengonsumsi
makanan tinggi protein dan dedak gandum (oat bran). Pada fase-fase
berikutnya barulah bisa menambahkan sayuran yang tidak mengandung
pati, serta beberapa karbohidrat dan lemak. Diet dukan cukup efektif
dalam menurunkan berat badan, meningkatkan metabolisme tubuh, dan
mengurangi hormon ghrelin yang memicu rasa lapar. Hanya saja, masih
diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui efektivitas dari diet
ini. Hal ini karena diet Dukan mengurangi asupan lemak dan karbohidrat
yang berpotensi mengurangi massa otot dan meningkatkan peluang
kenaikan berat badan dengan cepat.
9. Diet Atkins
Diet Atkins terbagi menjadi empat fase. Pada fase pertama, kita
hanya diperbolehkan mengonsumsi 20 gram karbohidrat per harinya
selama dua minggu. Pada fase-fase berikutnya, barulah dapat menambah
karbohidrat secara perlahan. Diet Atkins mampu menurunkan
berat badan dan mengurangi lemak di perut, serta mengurangi
risiko gangguan pada kolesterol, insulin, tekanan darah, dan gula
darah. Namun, diet Atkins berpeluang memunculkan beberapa
efek samping, seperti lemas, sakit kepala, sembelit, dan dehidrasi.
Diet ini juga merupakan jenis diet yang ketat dan mungkin sulit
untuk dijalani(KEMENKES, 2017).
TOPIK 3A
TINJAUAN TEORI
Kebutuhan energi dan zat gizi makro tiap orang telah ditentukan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang
Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia, untuk
usia tenaga kerja 15-64 tahun:
Tabel Angka Kecukupan Gizi
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kebutuhan energi dari mereka yang
berusia sebagai tenaga kerja 15-64 tahun untuk laki-laki berkisar 2150-2650 kkal
sedangkan untuk perempuan berkisar 1800-2250 kkal perharinya.
Terdapat tiga sumber energi dalam tubuh, yaitu karbohidrat, lemak, dan
protein. Jadi vitamian, mineral, dan air tidak menghasilkan energi dalam tubuh.
Didalam tubuh, karbohidrat, protein, dan lemak dipecah menjadi energi dan energi
yang dihasilkan dari setiap satu gram karbohidrat adalah sebanyak empat kalori,
lemak sembila kalori, dan protein empat kalori (Nirmala, 2015). Untuk 8 jam
kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan minum paling sedikit 2/5 (40%)
dari kecukupan energi selama 24 jam atau 30% makan lengkap + 10% selingan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 608/MEN/1989 untuk
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerjanya sembilan jam per hari,
perusahaan wajib menyediakan makanan dan minum 1400 kalori. Untuk shift
malam hari perlu diberikan makanan tambahan dengan memperhitungkan
kebiasaan makan dan kecukupan energi per hari. Sumber energi adalah bahan
makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-
bijian. Selain itu bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-
umbian dan gula murni. Kebutuhan energi orang dewasa diperlukan untuk:
metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan atau pengaruh dinamik
khusus (Specific Dynamic Action/SDA) (Ariati, 2013).
Angka metabolisme basal (AMB) atau Basal Metabolisme Rate (BMR) adalah
kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses
tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah energi
yang diperlukan untuk pernapasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas,
dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam sel-sel dan
untuk mempertahankan suhu tubuh. Kurang lebih dua pertiga energi yang
dikeluarkan seseorang sehari digunakan untuk kebutuhan aktivitas metabolisme
basal tubuh. Angka metabolisme basal dinyatakan dalam kilokalori per kilogram
berat badan per jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi AMB adalah ukuran
tubuh, komposisi tubuh, umur, tidur, suhu tubuh, sekresi kelenjar endokrin,
kehamilan, status gizi, dan suhu lingkungan. Dari banyak penelitian yang
dilakukan ternyata indeks paling berpengaruh terhadap AMB adalah berat badan
menurut umur. Dengan menggunakan rumus regresi linier,
FAO/WHO/UNU/1985telah mengeluar- kan rumus untuk menaksir nilai AMB
dari berat badan seperti pada tabel 1
2) Kebutuhan energi untuk aktivitas fisik
2.2 Fungsi Energi dan Zat Gizi Makro Untuk Tenaga Kerja
A. Fungsi Energi Untuk Tenaga Kerja
Manusia yang kekurangan makan akan lemah, baik daya kegiatan, pekerjaan
fisik, maupun daya pemikirannya karena kekurangan zat-zat makanan yang dapat
menghasilkan energi dalam tubuh. Energi dibutuhkan tubuh untuk memelihara
fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70% dari
kebutuhan energi total. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal dan diperlukan
untuk fungsi tubuh seperti mencerna, mengolah dan menyerap makanan dalam
alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya
(Sophia, 2015).
Kebutuhan gizi tenaga kerja bergantung pada jenis pekerjaan dan lamanya
jam kerja. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara terpenuhinya kebutuhan zat gizi terutama pada kebutuhan energi, baik
pada produktivitas kerja maupun kapasitas kerja. Apabila berat badan 10%
dari berat badan yang sesungguhnya maka kapasitas kerja itu akan menurun
menjadi 10% dibawah kapasitas kerja yang seharusnya diperlukan, jika berat
badan 15% dibawah berat yang seharusnya, maka kapasitas kerjanya akan
turun menjadi 50% dibawah kapasitas yang seharusnya (Adriani &
Wirjatmadi, 2012).
Faktor lain yang dapat menentukan kebutuhan gizi tenaga kerja yaitu
adalah berat dan tinggi badannya (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Pekerja
wanita lebih rentan terhadap kekurangan gizi karena selain bekerja sebagai ibu
rumah tangga dirumah dan ditempat kerja, wanita juga harus menghadapi
masalah seperti menstruasi setiap bulannya sehingga dapat memengaruhi suhu
tubuh. Status gizi yang tidak baik akan menyebabkan penurunan pada tingkat
produktivitas dan beban kerja menjadi kurang efisien .
Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu
bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari
upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu
aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan
produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama
pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan
waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Faktor-faktor tersebut di
atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat
gizi dan menu untuk konsumsi pekerja. Beberapa faktor risiko lingkungan
kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja adalah :
1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi
sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu
diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang
keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air,
konsumsi sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya
metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga
menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi.
Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan
psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan
tambahan protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan
pertambangan sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi
alat pencernaan dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan
zat gizi.
Tabel penyesuaian kalori menurut derajat kegiatan.
Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses
bekerja lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan
menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan
kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan
produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi penyebab terjadinya penyakit atau
kecelakaan kerja.
a) Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 200C dan 270C dan dalam
situasi humiditas berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan
humiditas lebih tinggi, orang akan merasa tidak nyaman. Situasi ini
tidak menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi dengan
panas yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu
mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan
bahkan fatal
b) Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman
akan menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh
manusia tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi
oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar
pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.
TOPIK 4B
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Zat Gizi Mikro (vitamin) Untuk Tenaga Kerja
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin
A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam
pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki
peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin
D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber berbagai
vitamin ini dapat berasal dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran,
dan suplemen makanan.
1. Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang berperan dalam
pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan
sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu,
vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh
paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Vitamin A banyak ditemukan
pada susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning),
dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning,
seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya).
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan rabun
senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, dan penurunan daya tahan
tubuh. Kelebihan vitamin A di dalam tubuh dapat menyebabkan
keracunan. Penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain pusing-pusing,
kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan pingsan.
2. Vitamin B
Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam
metabolisme di dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat
beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu
sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju
reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa
jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan
dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B
berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.
a. Vitamin B1
b. Vitamin B2
c. Vitamin B3
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini
berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan
energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3
memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan
darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis
senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin
B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada
makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan
ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga
mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan
kentang manis.
d. Vitamin B5
e. Vitamin B6
f. Vitamin B12
i. Vitamin E
10. Vitamin D
Fungsi Vitamin D yaitu :
Mengatur kadar zat kapur dan fosfor di dalam darah bersama kelenjar
anak gondok (parathormon)
Memperbesar penyerapan zat kapur dan fosfor dalam usus
Mempengaruhi kerja kelenjar endokrin
Memperngaruhi proses osifikasi
11. Vitamin E (tokoferol)
Fungsi vitamin E adalah :
Vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A,D,E, dan
K. Vitamin ini umumnya dapat disimpan dalam tubuh.
C. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata evaluation yang artinya suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah. Kata -kata yang terkandung didalam defenisi
tersebut pun menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati
- hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggung
jawabkan. Evaluasi dilaksanakan untuk menyediakan informasi tentang baik
atau buruknya proses dan hasil kegiatan. Evaluasi lebih luas ruang lingkupnya
dari pada penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus pada aspek tertentu saja
yang merupakan bagian dari lingkup tersebut.
Suchman dalam Arikunto dan Jabar memandang, “evaluasi sebagai sebuah
proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”. Defenisi lain
dikemukakan oleh Stutflebeam dalam Arikunto dan Jabar mengatakan bahwa,
“evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian
informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam
menentukan alternatife keputusan”
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Sudjana dalam Dimyati dan
Mudjiono, “ dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan
nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Lebih lanjut
Arifin mengatakan, “evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil ( produk ).
Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang
menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada
pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi”. Hal yang senada juga
disampaikan oleh Purwanto
Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Evaluasi merupakan
kegiatan yang terencanadan dilakuakan secara berkesinambungan.
Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu
program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada
permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah
program itu selesai.
D. Syarat - syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan kegiatan evaluasi
1. Kesahihan
Kesahihan menggantikan kata validitas ( validity ) yang dapat diartikan
sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. untuk
memperoleh hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkaninsturmen yang memiliki /
memenuhi syarat - syarat kesahihan suatu instrumental evaluasi. Kesahihan
instrument evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan hasil pengalaman.
2. Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni
tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil
yang tepat. Gronlund dalam Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa,
“keterandalan menunjukkan kepada konsistensi ( keajegan ) pengukuran yakni
bagaimana keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran
yang satu ke pengukuran yang lain”. Dengan kata lain, keterandalan dapat kita
artikan sebagai tingakat kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari
suatu instrument evaluasi.
3. Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang
ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan,
menginterpretasi/ memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.
Sementara menurut Arikunto dan Jabar evaluasi memiliki ciri - ciri dan
persyaratan sebagai berikut :
a) Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang
berlaku bagi penelitian pada umumnya.
b) Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis
yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari
beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam
menunjang kinerja dari objek yang dievaluasi.
c) Agar dapat mengetahui secar rinci kondisi dari objek yang dievaluasi,
perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu
bagi keberhasilan program.
d) Menggunakan standar, Kiteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan
dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil
kesimpulan.
e) Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau
rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.
f) Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara
rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka
perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi
subkomponen, sampai pada indikator dari program evaluasi.
g) Standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indicator, yaitu bagian
yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak
kelemahan dari proses kegiatan.
h) Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci
dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
a) Pendidikdan personalnya,
b) Isi Pendidikan,
c) Teknik,
d) Sistem Evaluasi
e) Sarana Pendidikan, dan
f) Sistem administrasi.
Klasifikasi Evaluasi
Klasifikasi evaluasi dapat dilakukan berdasarkan pada:
a. Apa yang dievaluasi
b. Tujuan evaluasi
c. Fokus evaluasi
d. Pendekatan evaluasi
e. Orientasinya
B. Tenaga Kerja
a. Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja
tetapi harus bekerja)
b. Menerima imbalan/upah sebagai balas jasa atas pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
Pelayanan gizi institusi industri atau tenaga kerja, adalah suatu bentuk
penyelenggaraan makanan banyak yang sasarannya adalah para tenaga kerja,
seperti di pabrik, perusahaan ataupun perkantoran. Penyelenggaraan makanan
tenaga kerja ini biasanya dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
Penyediaan makanan bagi tenaga kerja ini merupakan bagian dari kegiatan
pabrik atau pemilik perusahaan dan seyogyanya dalam penganggarannya
diperhitungkan secara tepat dan teliti. Kesepakatan pengelolaan penyediaan
makanan dimusyawarahkan oleh pihak manajemen perusahaan dan melibatkan
bagian personalia serta para pekerjanya.
Tujuan penyediaan makanan bagi tenaga kerja ini adalah untuk mencapai
tingkat kesehatan dan stamina pekerja yang sebaik-baiknya, agar dapat diciptakan
suasana kerja yang memungkinkan tercapainya produktivitas kerja yang
maksimal.
D. Gizi Kerja
Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga
kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan
untuk meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya
dengan tingkat gizi seseorang (Suma‟mur, 1996). Menurut Reni Wijayanti (2007),
gizi kerja yang baik akan meningkat derajat kesehatan tenaga kerja yang tinggi
dan akan mempengaruhi produktivitas perusahaan danproduktivitas nasional.
Sedangkan gizi kerja yang buruk akan menyebabkan:
a. Daya tahan tubuh menurun dan sering menderita sakit dengan akibat absensi
yang tinggi.
b. Daya kerja fisik turun sehingga prestasi rendah.
Dengan absensi tinggi ditambah lagi dengan prestasi kerja rendah maka
akan menyebabkan produktivitas rendah pula. Untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari
makanan dengan jumlah sesuai dengan yang dianjurkan. Bila jumlah yang
diperlukan tidak terpenuhi atau berlebihan, maka kesehatan yang optimal tidak
dapat dicapai. Salah satu usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas
tenaga kerja adalah mengatasi masalah gizinya, yaitu dengan penyelenggaraan
makan ditempat kerja yang memenuhi nilai gizi makanan berimbang (Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional,1994).
Pada perencanaan menu makanan tenaga kerja, banyak hal yang harus
diperhatikan agar pemenuhan kebutuhan gizi bagi para tenaga kerja dapat
terpenuhi dengan baik. Perencanaan menu makanan tenaga kerja memperhatikan
pedoman gizi kerja. Pedoman dalam menyusun jenis dan banyaknya makanan
menurut Sunita Almatsier, menggunakan pedoman pola menu 4 sehat 5 sempurna
terdiri dari:
a. Makanan pokok, untuk memberi rasa kenyang berupa nasi, jagung, ubi
jalar, singkong, talas, sagu, serta hasil olahan, seperti mie, bihun, makaroni, dan
sebagainya.
b. Lauk-pauk, sebagai sumber protein selain itu dapat memberi rasa
nikmat, sehingga makanan pokok yang pada umumnya mempunyai rasa netral
lebih terasa enak. Lauk hewani : Daging, ayam, ikan, telur, kerang dan
sebagainya. Lauk nabati : Kacang-kacangan dan hasil olahan, seperti kacang
kedelai, kacang hijau, kacang merah, tahu, tempe, dan oncom.
Selingan pagi= 10 %
Selingan siang= 10 %
Makan malam= 30 %.
Protein= 10-15 %
Kebutuhan makanan yang dikonsumsi tenaga kerja harus memenuhi gizi yang
sesuai dan diberikan dalam volume dan kandungan kalori yang tepat, serta
dihidangkan pada saat yang tepat, dan disajikan secara menarik serta sesuai
dengan selera sehingga akan mempertinggi prestasikerja. Zat gizi pada proses
oksidasi dalam tubuh menghasilkan energi dalam bentuk panas, yang oleh tubuh
diubah menjadi energi gerak atau mekanis. Kebutuhan gizi seseorang dengan
orang lain belum tentu sama. Kebutuhan gizi seorang pekerja tergantung beberapa
faktor, yaitu:
a. Ukuran tubuh , makin besar ukuran tubuh seseorang makin besar pula
kebutuhan kalorinya, meskipun jenis kelamin, kegiatan, dan usianya sama.
b. Usia, makin tua usia seseorang makin berkurang kebutuhan kalorinya, pada
anak-anak, dan orang muda yang sedang dalam pertumbuhan membutuhkan kalori
relatif lebih besar.
b. Jenis kelamin, laki-laki lebih banyak membutuhkan kalori dari pada wanita.
Karena laki-laki lebih banyak mempunyai otot dan lebih aktif melakukan
pekerjaan sehingga mengeluarkan kalori lebih banyak.
d. Iklim dan suhu lingkungan, kalori yang dibutuhkan di tempat kerja yang dingin
lebih tinggi dari pada di tempat panas, karena untuk mempertahankan suhu tubuh.
Secara umum rata-rata kebutuhan kalori bagi pekerja laki-laki dengan jenis
pekerjaan ringan 2.400 kalori, sedang 2.600 kalori, dan berat 3.000 kalori,
sedangkan untuk pekerja wanita dengan jenis pekerjaan ringan 2.000 kalori,
sedang 2.400 kalori, dan berat 2.600 kalori.
TOPIK 7A
PEMBAHASAN
Menurut Arisman (2004) Kurang Energi Protein (KEP) akan terjadi disaat
kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet.
Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu
lebih dominan daripada yang lain. Sedangkan menurut Merryana Adriani dan
Bambang Wijatmadi (2012) KEP merupakan keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi kecukupan yang dianjurkan.
Berdasarkan gejalanya, KEP dibagi menjadi dua jenis, yaitu KEP ringan
dan KEP berat. Kejadian KEP ringan lebih banyak terjadi di masyarakat, KEP
ringan sering terjadi pada anak-anak pada masa pertumbuhan. Gejala klinis yang
muncul diantaranya adalah pertumbuhan linier terganggu atau terhenti, kenaikan
berat badan berkurang atau terhenti, ukuran lingkar lengan atas (LILA) menurun,
dan maturasi tulang terhambat. Nilai z-skor indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) juga menunjukkan nilai yang normal atau menurun, tebal lipatan
kulit normal atau berkurang, dan biasanya disertai anemia ringan. Selain itu,
aktivitas dan konsentrasi berkurang serta kadang disertai dengan kelainan kulit
dan rambut (Par'i, 2016).
KEP berat terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan
marasmik-kwashiorkor. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh
kekurangan makanan sumber protein. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1
sampai 3 tahun. Gejala utama kwashiorkor adalah pertumbuhan terhalang dan
badan bengkak, tangan, kaki, serta ajah tambak sembab dan ototnya kendur.
Wajah tampak bengong dan pandangan kosong, tidak aktif dan sering menangis.
Rambut menjadi berwarna lebih terang atau coklat tembaga. Perut buncit, serta
kaki kurus dan bengkok. Karena adanya pembengkakan, maka tidak terjadi
penurunan berat badan, tetapi pertambahan tinggi terhambat. Lingkar kepala
mengalami penurunan. Serum albumin selalu rendah, bila turun sampai 2,5 ml
atau lebih rendah, mulai terjadi pembengkakan (Budiyanto, 2002).
1. Sarapan Pagi
a. Pilihan 1: Sereal yang diperkaya zat besi dan segelas jus jeruk.
b. Pilihan 2: Stroberi dengan yoghurt rendah lemak dan beberapa biji labu
dan bunga matahari.
c. Hindari konsumsi teh dan kopi, karena dapat menghambat penyerapan zat
besi.
2. Makan Siang
a. Pilihan 1: Sandwich atau nasi dengan daging sapi panggang dan selada air.
b. Pilihan 2: Roti dengan salmon asap, krim keju, dan bayam.
3. Makan Malam
a. Pilihan 1: Daging domba dengan kentang rebus, brokoli kukus, dan kale
keriting.
b. Pilihan 2: Rebus-rebusan yang mencakup kacang merah, buncis, kacang
polong, tomat kaleng, bawang, paprika merah, dan bawang putih,
atasnya dengan keju berbasis vegan atau susu dan sedikit yoghurt.
Ada juga beberapa jenis makan yang mengganggu penyerapan zat besi
bagi tubuh sehingga di saran untuk di hindari bagi penderita anemia, antara lain
sebagai berikut:
Tidur merupakan salah satu aktivitas sedentari. Namun, bukan berarti orang
dewasa harus mengurangi jumlah jam tidurnya untuk menghindari obesitas.
Jumlah jam tidur yang kurang berhubungan dengan peningkatan asupan energi.
Durasi tidur yang baik per harinya bagi orang dewasa adalah 7 jam/hari. Orang
yang tidak mendapatkan tidur cukup memiliki tingkat hormon ghrelin (hormon
yang menyebabkan kelaparan) yang tinggi dan rendahnya tingkat hormon leptin
(yang membantu mengekang kelaparan) sehingga menimbulkan obesitas.
Berikut menu diet sehat 2000 kalori yang bisa terapkan untuk sarapan,
makan siang, dan makan malam untuk penderita overweight/Obesitas yaitu,
sebagai berikut:
1. Sarapan
Sarapan di mulai dengan mengonsumsi semangkuk sereal dengan
taburan kismis dan susu bebas lemak. Setelah itu, satu buah pisang berukuran
kecil dan satu lembar roti dari biji-bijian utuh (whole grain) dengan olesan
margarin dan selai.
Pilihan sarapan sehat lainnya yaitu oatmeal yang dicampur kismis dan
dimasak dengan margarin. Untuk minumannya, bisa menenggak jus jeruk
(250 ml) dan susu tanpa lemak (120 ml).
2. Makan siang
Untuk makan siang roti isi yang terdiri dari roti dari biji-bijian utuh,
ayam, selada, tumis jamur, dan saus mustard. Akhiri makan siang Anda
dengan kentang rebus 200 gram.
3. Makan malam
Capcay tahu dengan sayuran dan paprika, semangkuk nasi merah dan
satu cangkir es teh lemon sekitar 250 ml. Variasi makan malam lainnya yang
bisa coba yaitu 140 gram salmon panggang ditaburi daun seledri, bawang, dan
remah-remah roti. Sajikan dengan nasi, 125 gram brokoli kukus, dan kacang
almond. Akhiri makan malam dengan susu tanpa lemak (250 ml).
4. Camilan
Camilan yang bisa dikonsumsi tiap hari terdiri dari 250 gram yoghurt
rendah lemak dicampur buah-buahan.
TOPIK 8B
PEMBAHASAN
Melalui hasil uji korelasi pearson (pada tingkat signifikansi 0,05 atau tingkat
kepercayaan 95%) nilai signifikansi (p-value) kedua variabel tersebut sebesar
0,0001, karena nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, hal ini berarti ada
hubungan antara kedua variabel tersebut. Hal tersebut dikarenakan tidak
terpenuhinya kebutuhan gizi pekerja, hal tersebut terjadi karena banyaknya
pekerja yang tidak sarapan sebelum bekerja ataupun pekerja sarapan namun tidak
memenuhi gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya dan akhirnya pekerja terkena
kelelahan lebih cepat dibandingkan dengan pekerja yang melakukan sarapan dan
kebutuhan gizinya tercukupi darisarapan yang dikonsumsinya. Penyebab tidak
terpenuhinya gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dapat disebabkan antaralain oleh
faktor ekonomi (pendapatan yang rendah), kurangnya pengetahuan, dan kebiasaan
makan tiap pekerja. Hasil penelitian ini sesuaidengan teori yang ada yaitu
kekurangan gizi mempunyai dampak yang negatif, karena orang yang menderita
kekurangan gizi khususnya kalori akan memengaruhi kemampuan kerja, waktu
untuk menyelesaikan pekerjaannya pun semakin panjang, sehingga produktivitas
menurun.
Gizi kurang juga dapat memberikan dampak fisiologis dan fungsional, seperti
gangguan pertumbuhan, fungsi imun menurun dan risiko infeksi meningkat,
perkembangan kognitif terganggu, kemampuan kerja menjadi terbatas, risiko
penyakit kronik meningkat, cedera dan trauma sulit sembuh.Gizi kurang dapat
mempengaruhi kemampuan kerja karena kekurangan zat gizi,khususnya energi
dan protein, pada tahap awal menimbulkan rasa lapar dalam jangka waktu tertentu
berat badan menurun yang disertai dengan kemampuan (produktivitas) kerja.
Kekurangan yang berlanjut akan mengakibatkan keadaan gizi kurang dan gizi
buruk. Bila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi
akhirnya akan mudah terserang infeksi (penyakit).
Gizi yang diterima tubuh seseorang akan mempunyai dampak negatif yang
sama. Perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi sesuai atau
seimbang dengan yang diperlukan tubuh merupakan unsur penting yang
berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup manusia, kesehatan,
kreativitas, dan produktivitas. Manusia membutuhkan energi untuk
mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik.
Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan
menentukan nilai energinya. Manusia yang kekurangan makan akan lemah, baik
daya kegiatan, pekerjaan fisik, maupun daya pemikirannya karena kekurangan
zat-zat makanan yang dapat menghasilkan energi dalam tubuh. Energi dibutuhkan
tubuh pertama-tama untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut
metabolisme basal sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total. Menurut Suhardjo
dan Kusharto, kebutuhan energi pada dasarnya tergantung dari empat faktor yang
saling berkaitan, yaitu:
1. Kegiatan fisik
2. Ukuran dan komposisi tubuh,
3. Umur, dan
4. Iklim dan faktor ekologi lainnya
2.3 `Pengukuran gizi kerja
Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu
melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban
kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari
kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat)
berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
3. Pemeriksaan biofisik
4. Antropometri
Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan
Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut :
(Sumber:PUGS, 2005)
Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh: usia, ukuran tubuh,
dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: jenis
pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari- hari, keadaan fisiologis,
keadaan khusus, seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, Keadaan
lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam
perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi
pekerja.
5/20/2018 PengukuranStatusGiziKerja-slidepdf.com
Tabel 2. Kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis
Kelamin dan Aktivitas Fisik*
1. Monitoring
Menurut peraturan pemerintah No. 39 tahun 2006, disebutkan bahwa
monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu
keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu dengan
tujuan agar data masukkan atau informasi yang diperoleh dari hasil
pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan
tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya
hasil pengamatan menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan semula. Tujuan monitoring untuk
mengamati/mengetahui perkembangan dan kemajuan, identifikasi dan
permasalahan serta antisipasinya/upaya pemecahannya.
2. Evaluasi
B. Gizi kerja
Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan
suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi
yang diterapkan kepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk
meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas
dan efisiensi kerja yang setinggi-tingginya. Penyakit Gizi Kerja merupakan
penyakit gizi sebagai akibat kerja ataupun ada hubungan dengan kerja.
Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu rangkaian kegiatan penyediaan
makanan bagi tenaga kerja di perusahaan yang dimulai dari rencana perencanaan
menu hingga penyajiannya dengan memperhatikan kecukupan kalori dan zat gizi,
pemilihan jenis dan bahan makanan, sanitasi tempat pengolahan dan tempat
penyajian, waktu dan teknis penyajian bagi tenaga kerja. Produktivitas merupakan
sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari esok
harus lebih baik dari hari ini atau perbandingan antara output (keluaran
atau jumlah yang dihasilkan) dengan input (masukan atau setiap sumber daya
yang digunakan)
Seperti yang telah dijelaskan diatas, monitoring dan evaluasi memiliki tugas
yang sama yaitu memantau atau menilai jalannya program sementara berjalan,
senhingga dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan yang dijumpai agar dapat
diperbaiki secara dini. Dengan demikian, tujuan program bisa dicapai sesuai
dengan target yang telah ditetapkan.
Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena
erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi
sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka
mencuci tangan tidak sempurna. Higiene dan sanitasi merupakan hal yang penting
dalam menentukan kualitas makanan dimana Escherichia coli sebagai salah satu
indikator terjadinya pencemaran makanan yang dapat menyebabkan penyakit
akibat makanan (food borne diseases). E.coli dalam makanan dan minuman
merupakan indikator terjadinya kontaminasi akibat penanganan makanan dan
minuman yang kurang baik. Minimnya pengetahuan para penjaja makanan
mengenai cara mengelola makanan dan minuman yang sehat dan aman,
menambah besar resiko kontaminasi makanan dan minuman yang dijajakannya
Menurut Streeth, J.A. and Southgate,H.A, (1986) Kata “hygiene” berasal
dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan menjaga kesehatan.
Dalam sejarah Yunani, Hygiene berasal dari nama seorang Dewi yaitu Hygea
(Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene ada beberapa yang intinya sama
yaitu:
Prinsip dan higiene sanitasi makanan telah diatur dalam peraturan menteri
kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011) yaitu sebagai berikut:
Menurut Titin Agustina (2005) Pada proses atau cara pengolahan makanan ada
tiga (3) hal yang perlu perhatian Yaitu:
Beban kerja yang terdapat di area tambang antara lain sedang dan berat,
hal ini diungkapkan oleh paramedik perusahaan. Namun perusahaan belum bisa
menerapkan menu yang berbeda sesuai jenis pekerjaan dikarenakan terhambat
masalah biaya. Juga tenaga ahli gizi dari pihak katering hanya ada satu dalam tiga
pit yang cukup berjauhan menyebabkan pihak katering juga mengalami kesulitan
jika harus memaksimalkan kinerjanya dalam pengawasan kualitas gizi makanan.
Kebutuhan akan kalori dan zat-zat gizi bagi pekerja laki-laki dengan jenis
pekerjaan ringan 2.400 kalori, sedang 2.600 kalori dan berat 3.000 kalori,
sedangkan untuk pekerja wanita dengan jems pekerjaan rmgan 2.000 kalori,
sedang 2.400 kalori dan berat 2.600 kalori (Kariyan, 2009). Berikut adalah rincian
perhitungan pemenuhan energi pekerja pada kalori sedang.
Tabel 1. Komposisi Kebutuhan Kalori Sedang
Jumlah Jumlah
Zat Gizi Kalori/gram Kebutuhan
Energi (gram)
Karbohidrat 4 60% 1560 Kalori 390
Protein 4 20% 520 Kalori 130
Lemak 9 20% 520 Kalori 57.7
Total 100% 2600 Kalori 577.7
Zat Gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang
dikenal ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Ada kelompok yang memasukkan air sebagai zat gizi dengan alasan zat
tersebut digunakan dalam proses metabolisme dalam tubuh, namun
pendapat tersebut belum diterima oleh semua ahli gizi. Kelompok yang tidak
setuju air dimasukkan sebagai kelompok zat gizi beralasan karena zat
tersebut mudah didapat dan merupakan zat tunggalSementara zat gizi lain
merupakan kelompok ikatan yang berbeda, namun dianggap mempunyai
fungsi yang sama dari pandangan sudut Ilmu Gizi. [ CITATION Mov08 \l
1057 ]
Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga
kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan
tujuan untuk meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya dengan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya ada beberapa faktor
yang mempengaruhi status gizi seseorang faktor ekonomi, faktor pengetahuan
tentang gizi faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu, faktor
fadhisme, dan faktor-faktor lingkungan kerja. Adapun dasar-dasar hukum yang
mengatur tentang gizi kerja salah satunya pada UU No.1 th 51 dan UU No.12
th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja setelah bekerja terus menerus selama
4 jam harus diberi istirahat. Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh
terhadap produktivitas kerja yang tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan
beberapa fakta penting peranan status gizi baik secara langsung maupun tidak
langsung yang mempengaruhi kesehatan dan kualitas tenaga kerja.[ CITATION
Fid161 \l 1057 ]
Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang
dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Sedangkan pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di
dalam hubungan kerja pada pengusaha dangan menerima upah.[ CITATION
Fid16 \l 1057 ]
1. Jenis kegiatan
Maksud pemberian makanan di perusahaan adalah untuk meningkatkan
dan mempertahankan kemampuan kerja para tenaga kerja. Makanan
yang diberikan harus berkualitas baik, menu seimbang, bervariasi,
pelayanannya cepat, bersifat ringan, dan berfungsi untuk menambah
kalori. Makanan yang berlebihan bahkan dapat menurunkan produktivitas
kerja karena adanya pembebanan pencernaan. Dalam hubungan dengan
pekerjaan,bahan makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja adalah
memenuhi kalori untuk bekerja. Secara garis besar kebutuhan kalori
sehari bagi tenaga kerja (Suma’mur, 2009) dapat digolongkan sebagai
berikut:
Laki-laki Wanita
Kebutuha Kebutuha
Jenis n Kalori Jenis n Kalori
Pekerjaan per hari Pekerjaan Per hari
Ringan 2400 Ringan 2000
Sedang 2600 Sedang 2400
Berat 3000 Berat 2600
Pekerjaan
Pekerjaan Ringan Sedang Pekerjaan Berat
Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik
atau kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya
bekerja adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber
dari asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan
energi. Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik
dan relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan
status gizi kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin
baik status gizi seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya
kelelehan kerja. Penentuan status gizi meliputi :
1. Secara Langsung
a. Gejala klinik
b. Pemeriksaan antropometrik
c. Pemeriksaan biokimia.
d. Biofisik
2. Secara Tidak Langsung
a. Statistik Vital
b. Faktor Ekologi[ CITATION Sup12 \l 1057 ]
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khusus jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
[ CITATION Sup12 \l 1057 ]
Tenaga kerja yang sehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti
sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi dalam bekerja.
Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik manusia. Makin
baik status gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan dan
kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktifitas yang
memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan status gizi baik. Selain itu,
peranan gizi dengan produktifitas juga ditunjukkan oleh Darwin Karyadi
(1984) dalam penelitiannya dimana dengan penambahan gizi terjadi kenaikan
produktifitas kerja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa para penyadap
getah yang tidak menderita anemia memiliki produktifitas 20% lebih tinggi
daripada yang menderita anemia. Pemberian diet yang mengandung kalori
sejumlah yang diperlukan oleh pekerja berat dapat meningkatkan
produktifitasnya.[ CITATION Hum19 \l 1057 ]
Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran
penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian
semua pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja
umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja.
Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja,
tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan
gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah
morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja.
Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu
melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban
kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan
dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Pengelompokan aktivitas
atau beban kerja (ringan, sedang dan berat).[ CITATION Ika11 \l 1057 ]
Peran praktisi gizi dalam lingkungan kerja tercatat dalam sejarah pada
tahun 1956, yaitu dalam keterlibatannya pada penetapan indikator kebutuhan
fisik minimum (KFM) melalui konsesus tripartit. Konsesus ini membahas
beberapa hal, salah satunya ialah perhitungan upaya minimum pekerja.
Kebijakan upah minimum diperkenalkan setelah didirikannya Dewan
Penelitian Pengupahan Nasional dan Dewan Penelitian Pengupahan Daerah
pada tahun 1970. KFM meliputi lima kelompok kebutuhan yaitu makanan dan
minuman, bahan bakar, penerangan dan penyejuk,perumahan dan alat dapur,
dll.
Menurut Adriani dan Bambang (2012), Ilmu gizi (nutrition scince) adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya
dengan kesehatan optimal. Ilmu pengetahuan tentang gizi (nutrisi) membahas
sifat-sifat nutrien (zat gizi) yang terkandung dalam makanan, pengaruh
metaboliknya, serta akibat yang ditimbulkan bila terdapat kekurangan
(ketidakcukupan) zat gizi. Secara klasik, gizi tidak hanya berhubungan dengan
kesehatan saja tetapi juga berhubungan dengan perkembangan otak,
kemampuan belajar, produktivitas kerja. [ CITATION Ret18 \l 1057 ].
Prestasi pekerja dapat ditentukan oleh status gizi pekerja. Kecukupan dan
distribusi kalori yang seimbang selama bekerja dapat membuat pekerja lebih
bersenergi selama bekerja dan melakukan pekerjaan dengan baik. Seseorang
yang berstatus gizi kurang tidak mungkin mampu bekerja dengan hasil yang
maksimal karena prestasi kerja dipengaruhi oleh derajad kesehatan seseorang.
Pekerja yang sehat akan bekerja lebih giat, produktif dan teliti sehingga dapat
mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi saat bekerja. Dalam pemenuhan
kebutuhan gizi diperlukan beberapa aspek yang saling terkait. Manajemen gizi
kerja mencakup kegiatan perhitungan kebutuhan gizi, penyelenggaraan
makanan, surveilans gizi pekerja, monitoring gizi serta evaluasi status gizi
pekerja. [ CITATION Har20 \l 1057 ].
1. Kurang Energi
Tubuh manusia mendapatkan energi dari hasil pembakaran karbohidrat,
protein dan lemak. Oleh sebab itu agar kebutuhan energinya dapat terpenuhi
maka diperlukan pemasukan zat-zat gizinya kedalam tubuhnya. Manusia
yang kurang makan maka tubuhnya akan lemah, baik baik daya kegiatan,
pekerjaan-pekerjaan fisik, maupun daya pemikiranya karena kurangnya zat,
kurangnya karbohidrat, kurangnya protein, dan zat lemak yang masuk
kedalam tubuh dapat menyebabkan pembakaran ketiga unsur tersebut
kurang menghasilkan energi. Akibatnya tubuh menjadi lesu, kurang
bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang
demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian.
2. Anemia
Zat gizi besi merupakan sala satu konstituen jaringan tubuh yang
terdistribusi dalam tubuh, seperti pada hemoglobin, mioglobin, hati, limpa,
sum tulang dan enzim. Sebagian besar zat besi dalam tubuh terdapat dalam
hemoglobin, hanya sebagian kecil saja terdapat dalam enzim-enzim
jaringan. Senyawa zat besi lainya dalam presentase yang sangat kecil
umunya berada didalam jaringan badan, antara lain mioglobin, sitokrom dan
flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil, tetapi zat besi mempunyai
peranan yang sangat penting yaitu memegang peranan penting dalam proses
oksidasi menghasilkan ATP. Oleh karena zat besi besar perananya dalam
kegiatan oksidasi menghasilkan energi dan transportasi oksigen, maka tidak
diragukan. Zat besi juga berfungsi untuk pengangkutan 02 dan CO2,
pembentukan sel dara merah, zat besi diperlukan dalam katalis konversi
betakaroten menjadi vitamin. Defisiensi zat besi tanpa anemia diduga telah
dapat mengganggu metabolisme sel dan fungsi jaringan, karena dapat
menurunkan ketersediaan berbagai enzim yang mengandung besi dan
enzim-enzim protein yang lain.
3. Defisiensi Vitamin
Vitamin mempunyai fungsi dan pengaruh sebagai koenzim untuk beberapa
reaksi inti sampai metabolisme antara dalam semua sel. Vitamin juag
berperan dalam tubuh, vitamin berfungsi untuk memperkuat sitem
kekebalan tubuh, menjaga kesehatan gigi dan tulang, menjaga kesehatan
pernafasan, membantu metabolisme karbohidrat dan protein, membantu
metabolisme karbohidrta dan lemak.
4. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi dalam makaknan yang diperlukan oleh
tubuh. Karbohidrat berasal dari tumbuhan terutama penghasil tepung.
Berbagai jenis karbohidrat yang tersedia dalam berbagai bahan makanan,
agar dapat dimanfaatkan dalam penyediaan energi pertama-tama harus
diubah dalam bentuk glukosa yang selanjutnya melalui sirkulasi dara akan
diserap. Kemudian melalui proses metabolisme dioksidasi selengkapnya dan
melalui siklus krebs akan menjadi sumber energi yang penting bagi
pelaksanaan berbagai kegiatan tubuh. Fungsi karbohidrt adalah sebagai
berikut :
a. Menyediakan keperluan bagi tubuh (yang merupakan fungsi
utamanya)
b. Melaksanakan dan melangsungkan proses metabolisme lemak
c. Melangsungkan aksi penghematan terhadap protein
d. Menyiapkan cadangan energi siap pakai sewaktu-waktu siap
diperlukan.
5. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memiliki peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu mineral berperan dalam tahap
metabolisme, terurtama sebagai ko-faktor dalam aktivitas enzim-enzim
dalam tubuh.
6. Air
Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh yaitu 55-60% dari
berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian utama tubuh tanpa lemak.
Kandungan air tubuh relatif berbeda anatar manusia tergantung pada
proporsi jaringan otot dan proporsi jaringan lemak.
Kesehatan dan tenaga kerja merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, sala satunya adalah pemenuhan gizi kerja yang sesuai dengan
status gizi setiap pekerja dan beban kerjanya untuk mencapai dan
meningkatkan efisiensi serta produktivitas kerja. Status gizi yang dimiliki
pekerja memiliki kaitan erat dengan produktivitas. Keberadaan gizi kerja
penting karena status gizi akan merepresentasikan kualitas fisik serta imunitas
pekerja, sebagai komponen zat pembangun dan masukan energi ketika
tubuh merasa lelah akibat bekerja, serta dapat meningkatkan motivasi atau
semangat dalam bekerja yang akan menentukan produktivitas kerja.
Status gizi dan kelelahan yang dialami oleh pekerja akan berpengaruh
terhadap produktivitas baik dalam jangka pendek, jangka menengah ataupun
jangka panjang. Status gizi berbanding lurus dengan produktivitas pekerja,
sedangkan kelelahan dan produktivitas kerja memiliki perbandingan terbalik.
Berbagai macam faktor melatarbelakangi timbulnya masalah gizi yang
berdampak pada status gizi seperti jenis kelamin, usia, kebiasaan sarapan,
pengaturan jam makan, dan kondisi fisiologis pekerja. Kelelahan dapat terjadi
jika beban kerja melebihi kemampuan yang dimiliki tenaga kerja, sehingga
tubuh akan dipaksa bekerja lebih dan menimbulkan perasaan lelah diikuti
gejala lain seperti lesu, letih, rasa mudah mengantuk,dehidrasi, pusing, muntah
bahkan pingsan. [ CITATION And12 \l 1057 ]