Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN STUDIO PERMUKIMAN KOTA

KECAMATAN SAIL, KELURAHAN SUKAMAJU

KOTA PEKANBARU, RIAU


STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

LEMBAR PEMGESAHAN

Laporan rencana Studio Permukiman Kota, Kelurahan Sukamaju,


Kecamatan Sail, Kota Pekanbaru ini diajukan sebagipemenuhan tugas besar Mata
Kuliah Studio Permukiman Kota Tahun Ajaran 2020/2021, Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau dinyatakan telah
mendapatkan persetujuan. Disusun oleh :
1. Jamiatul Ulya : 193410386
2. Windi Fatmala : 193410309
3. Tasha Pitaloka : 193410680
4. Hazby Argani : 193410007
5. Annisa Fitri : 193410733
6. Suhaa Kurnia Adha : 193410375
7. Torang Namora H : 193410025
8. Fatan Hidayat : 193410802
9. Agung Sabillah N : 193410778
10. Yessy Pricillia : 173410749
Pekanbaru, ..... 2021

Mengesahkan

Dosen Pengampu Asisten Pengasuh I

Faizan Dalilla, S.T,. M.Si Wulan Fentinha


Asisten Pengasuh II Asisten Pengasuh III

Amirah Ghalda Santoso

i
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kamiucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Besar
dai TugasBesar Studio Permukiman Kota ini dengan baik. Tidak lupa kami
mengucapkan rasa Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Faizan
Dalilla S.T,. S.Si selaku Pengasuh dari Tugas Besar Studio Permukiman Kota,
kepada Kakak Wulan Fentinha, Kakak Ghalda, Serta Abang Santoso selaku
Asisten Pengasuh yang telah banyak memberikan ilmunya dan membimbing kami
selama mengerjakan Tugas Besar ini. Dan terkhusus ucapan terimakasih kepada
seluruh Angkatan 19 yang telah berkontribusi dengan baik dalam pengerjaan
Tugas Besar ini hingga laporan ini terselesaikan dengan baik, yang telah
bersukarela meluangkan waktu libur dan istirahat demi menyelesaikan Tugas
Besar Studio Permukiman Kota di Kecamatan Sail, Kelurahan Sukamaju, Kota
Pekanbaru.
Kami sangat berharap Tugas Besar Studio Permukiman Kota ini dapat
berguna dalam rangka menambahdan memperluas wawasan pengetahuan kami
mengenai sarana, potensi dan masalah, serta inovasi-inovasi apa yang ada
didalamnya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan Tugas
Besar Studio Permukiman Kota ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritikan dan saran serta usulan
yang membangun demi perbaikan tugas yang telah kami buat dimasa yang kan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya kritikan yang
membangun.
Semoga Tugas Besar Studio Permukiman Kota ini dapat dipahami oleh
setiap orang yang membacanya dan dapat berguna sebagai bahan pembelajaran ke
depannya. Sebelum dan sesudahnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila terdapat kekhilafan dalam setiap penyusunan kalimatnya.
Pekanbaru, .....2021

Penulis

ii
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

DAFTAR ISI

LEMBAR PEMGESAHAN .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
1 BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 3
2 BAB II ...................................................................................................................... 6
3 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 10
4 BAB III ................................................................................................................... 28
5 METODE PENELITIAN ............................................................................................. 42
6 DAFTAR PUSTAKA ....................................................... Error! Bookmark not defined.

iii
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

DAFTAR TABEL

1
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

DAFTAR GAMBAR

2
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena peningkatan jumlah penduduk terus terjadi di sebagian besar
negara di dunia ini. Pertumbuhan Penduduk ialah suatu perubahan populasi
sewaktu-waktu, dan bisa dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu
dalam sebuah populasi memakai “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan
pertumbuhan penduduk selalu mengarah pada manusia, dan sering dipakai secara
informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan dipakai untuk
merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia. Peningkatan jumlah penduduk
memiliki konsekuensi terhadap perkembangan ekonomi yang menuntut kebutuhan
lahan untuk permukiman, industri, infrastruktur dan jasa.
Dengan meningkat pertumbuhan penduduk, maka meningkat pula
kebutuhan akan tempat tinggal. Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia setelah kebutuhan sandang dan pangan. Setiap individu berusaha
memenuhi kebutuhan rumah sesuai keinginan dan kemampuannya, bagi manusia
pada umumnya rumah ialah suatu tempat tinggal yang memiliki banyak manfaat
dalam meningkatkan kehidupan manusia menjadi baik dan layak. Selain itu
kepemilikian atas suatu rumah juga menjadi suatu indikator keberhasilan
seseorang dan menjadi aset untuk pengembangan usaha serta peningkatan nilai
ekonomi pemiliknya.
Kebutuhan akan rumah tentu saja membutuhkan lahan. Jumlah penduduk
yang terus bertambah membuat permintaan akan lahan untuk perumahan terus
meningkat. Namun, lahan merupakan suatu kawasan yang terbatas, terkhususnya
di Perkotaan. Menurut Kuswartojo (2005) pertumbuhan penduduk perkotaan di
Indonesia memang lebih tinggi dari pada penduduk perdesaan. Proses urbanisasi
di perkotaan makin memperparah tingginya desakan kebutuhan permukiman di
perkotaan.
Urbanisasi yang membuat semakin padatnya ruang diperkotaan membuat
persaingan penggunaan lahan semakin tinggi (Sulistiyani, 2002). Yang mana kita
ketahui,sesuai prinsip ekonomi, semakin terbatasnya ketersediaan lahan di

3
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Perkotaan, maka semakin tingginya harga lahan. Fenomena ini tentu saja
memperkuat persaingan diantara penduduk untuk mendapatkan lahan sebagai
tempat tinggal. Maka tidaklah heran jika yang dilakukan pertama kali oleh
seseorang jika ia punya uang adalah membeli rumah, tentu saja yang sesuai
dengan kemampuan beli. Keterbatasan daya beli masyarakat yang tergolong
berpenghasilan rendah lebih memilih memenuhi kebutuhan akan rumah secara
swadaya dan tak jarang mereka membangunnya di tanah yang ilegal dan dekat
dengan pusat kota dan tempat mereka bekerja, belum lagi munculnya arus
urbanisasi yang semakin tinggi karena ketimpangan laju pertumbuhan di kota dan
di desa membuat beberapa masalah pembangunan daerah di Kota. Tentu saja hal
ini yang menjadi salah satu faktor penyebab pusat kota menjadi kumuh dan
menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat perkotaan. Hal ini ditunjukan
dengan kondisi sosial demografis di kawasan kumuh seperti kepadatan penduduk
yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat
serta minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial
budaya. Berbagai permasalahan seperti ini dapat di minimalisir dengan
perencanaan yang baik dan matang mengenai perumahan di kawasan perkotaan
yang berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku sehingga hasil dari
perencanaan tersebut dapat sesuai dan tidak melanggar aturan yang telah
ditetapkan.
Dari penjelasan di atas, Kota Pekanbaru adalah salah satu yang mengalami
fenomena tersebut. Sebagai Ibukota Provinsi Riau dengan pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi, telah memiliki berbagai fasilitas penting diantaranya fasilitas
perdagangan, perkantoran, pendidikan, permukiman penduduk, dan fasilitas
lainnya. Keadaan ini mendorong penduduk sekitar untuk bermigrasi ke kota ini,
sehingga menambah jumlah penduduk secara keseluruhan. Pertambahan
penduduk yang terus meningkat akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan
akan rumah/ tempat tinggal.
Kelurahan Sukamaju merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Sail, Pekanbaru Kota. Peningkatan pertumbuhan penduduk dan
kurangnya lahan yang tersedia di Wilayah Kelurahan Sukamaju di perkirakan

4
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

akan mengakibatkan meningkatkan kebutuhan akan rumah atau permukiman.


Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kecamatan Sail, jumlah penduduk di
Kelurahan Sukamaju tahun 2019 adalah sebanyak 8.397 jiwa dengan luas wilayah
1,29 km 2 . Adapun kepadatan penduduk Kelurahan Sukamaju adalah 6.509
jiwa/km 2 .
Dengan melihat berbagai permasalahan yang telah muncul dan akan
muncul akibat pertumbuhan penduduk, permukiman maupun minimnya
ketersediaan lahan, maka perlu dilakukan strategi khusus berupa perencanaan
yang matang pada sektor perumahan. Dalam hal ini perlu dikaji secara akademik
bagaimana merencanakan perumahan yang baik di suatu kawasan permukiman
khusunya di Kelurahan Sukamaju.
Sehingga dalam hal ini diaplikasikan pada mata kuliah Studio
Permukiman Kota yang akan membahas tentang bagaimana rencana dan arahan
pengembangan perencanaan dan pembangunan perumahan dengan
memproyeksikan jumlah penduduk, ketersediaan lahan dan kebutuhan rumah di
Kelurahan Sukamaju sehingga dapat memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat pada masa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan meningkat pertumbuhan penduduk, maka meningkat pula
kebutuhan akan tempat tinggal. Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia setelah kebutuhan sandang dan pangan. Jumlah penduduk yang terus
bertambah membuat permintaan akan lahan untuk perumahan terus meningkat.
Namun, lahan merupakan suatu kawasan yang terbatas, terkhususnya di
Perkotaan. Urbanisasi yang membuat semakin padatnya ruang diperkotaan
membuat persaingan penggunaan lahan semakin tinggi (Sulistiyani, 2002). . Maka
tidaklah heran jika yang dilakukan pertama kali oleh seseorang jika ia punya uang
adalah membeli rumah, tentu saja yang sesuai dengan kemampuan beli.
Keterbatasan daya beli masyarakat yang tergolong berpenghasilan rendah lebih
memilih memenuhi kebutuhan akan rumah secara swadaya dan tak jarang mereka
membangunnya di tanah yang ilegal dan dekat dengan pusat kota dan tempat
mereka bekerja, belum lagi munculnya arus urbanisasi yang semakin tinggi karena

5
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

ketimpangan laju pertumbuhan di kota dan di desa membuat beberapa masalah


pembangunan daerah di Kota. Kota Pekanbaru adalah salah satu yang mengalami
fenomena tersebut, khususnya Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sail, Pekanbaru
Kota. Sehingga, perlu dilakukan strategi khusus berupa perencanaan yang matang
pada sektor perumahan di Kelurahan Sukamaju.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka timbul pertanyaan penelitian
sebagai berikut “Bagaimanakah arahan dan rencana pengembangan kebutuhan
perumahan di Kelurahan Sukamaju?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari studio permukiman kota tahun 2021 kelurahan Sukamaju
Kecamatan Sail Kota Pekanbaru adalah untuk mengetahui arahan dan rencana
pengembangan kebutuhan perumahan di Kelurahan Sukamaju.
1.4 Sasaran Penelitian
Sasaran dari Studio Permukiman Kota mengenai perumahan di Kelurahan
Sukamaju, Kecamatan Sail Kota Pekanbaru sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik dan kondisi perumahan di Kelurahan
Sukamaju.
2. Menganalisis potensi, permasalahan dan kebutuhan perumahan di
Kelurahan Sukamaju.
3. Merumuskan arahan dan rencana pengembangan perumahan di
Kelurahan Sukamaju.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian dari sektor perumahan Studio Permukiman Kota
Tahun 2021 ialah sebagai berikut:
1.5.1 Ruang Lingkup Kajian Materi
Ruang lingkup kajian materi dari sektor perumahan Kelurahan Sukamaju
meliputi, pengertian perumahan, persyaratan dasar lokasi perumahan, tipe-tipe
rumah, pihak pembangun perumahan, pola perumahan, intensitas bangunan, jarak
bebas bangunan, kesehatan hunian, tingkat hunian, kepadatan bangunan hunian,
kebutuhan perumahan, backlog, dan kelayakan hunian.

6
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

1.5.2 Ruang Lingkup Kajian Waktu


Ruang lingkup kajian wilayah studi berada di Kelurahan Sukamaju,
Kecamatan Sail. Berdasarkan letak geografisnya, Kelurahan Sukamaju terletak
pada posisi LU 0º 30’ 18” - 0º 30’ 25” dan BT 101º 28’ 10”- 101º 27’ 15”dan
memiliki luas wilayah sebesar 1,29km2. Batas wilayah Kelurahan Sukamaju
adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Sukamulia;
2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Cinta Raja dan Sukamaju
Utara;
3. Sebelah Barat berbatas dengan Pekanbaru Kota;
4. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Rejosari.
1.5.3 Ruang Lingkup Kajian Wilayah
Ruang lingkup kajian waktu yang digunakan untuk menyelesaikan laporan
Studio Permukiman Kota Tahun 2021 ialah selama semester genap tahun
akademik 2020/2021 yang dimulai pada bulan Februari 2021 sampai dengan Juni
2021.
1.6 Sistem Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab I ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup kajian, dan sistematika penulisan. Bab ini
menjelaskan secara rinci dan jelas mengenai alasan mendasar dipilihnya
wilayah yang akan menjadi studi kasus pada studio Permukiman Kota
ini yakni di Kota Pekanbaru tepatnya di Kelurahan Sukamaju,
Kecamatan Sail.
BAB II : TINJAUN PUSTAKA
Bab II ini berisi pembahasan mengenai teori-teori yang akan menjadi
panduan dalam menjelaskan pembahasan survei yang akan
dilaksanakan. Teori-teori tersebut berisikan sub-sub pembahasan yang
berisi tentang pengertian perumahan, persyaratan dasar lokasi
perumahan menurut SNI 03-1733-2004 (Tata Cara Syarat
Pembangunan, Ketentuan Umum, Data Dasar dan Asumsi Perumahan,

7
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Perencanaan Kebutuhan Sarana Hunian), tipe perumahan (rumah


berdasarkan ukuran, rumah berdasarkan jenis bangunan, rumah
berdasarkan konstruksi, rumah berdasarkan status kepemilikan), pola
perumahan (pola linier, pola grid, pola memusat, pola menyebar),
intensitas bangunan (berdasarkan pada KDB (Koefisien Dasar
Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan) , dan KDH (Koefisien
Dasar Hijau)), jarak bebas bangunan (garis sempadan bangunan, garis
sempadan sungai), kesehatan hunian (pencahayaan bangunan dan
penghawaan bangunan), tingkat hunian, kepadatan hunian, kebutuhan
perumahan (perhitungan kebutuhan perumahan, metode perhitungan
kebutuhan rumah, metode perhitungan kebutuhan rumah dalam metode
aritmatik), backlog, kelayakan hunian (rumah layak huni dan rumah
tidak layak).
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada Bab III ini membahas mengenai metode-metode pengumpulan
data survei dan metode-metode analisis yang akan digunakan pada studi
kasus yakni Kelurahan Sukamaju. Adapun metode yang akan
digunakan dalam penelitian ini ialah yakni data primer yang berupa
observasi lapangan dan wawancara, sedangkan untuk data sekundernya
dilakukan dengan mencari literatur dan meminta data kepada instansi-
instansi terkait. Metode analisis data yand digunakan pada penelitian ini
adalah analisis deskritif, analisis evaluatif, dan analisis preskriptif.
BAB IV : GAMBARAN UMUM
Bab IV ini membahas mengenai gambaran umum Kota Pekanbaru dan
Kecamatan Sail, serta temuan survei terkait kondisi eksisting
perumahan di Kelurahan Sukamaju.
BAB V : FAKTA DAN ANALISIS
Pada Bab V fakta dan analisi akan dibahas mengenai aspek-aspek
perumahan di Kelurahan Sukamaju. Dalam bab ini juga akan
memberikan penjelasan dan interpretasi atas hasil penelitian yang telah
dianalisis guna menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditentukan.

8
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Pada dasarnya pembahasan fakta dan analisis ini merupakan pemikiran


original dari para peneliti yang telah didapatkan yang tentunya
mengakitkan pemikiran tersebut dengan hasil data survei serta teori-
teori yang telah ada yang akan digunakan dalam penelitian ini.
BAB VI : ARAHAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN PERUMAHAN
Bab VI ini berisi terkait arahan dan rencana pengembangan terhadap
aspek-aspek Perumahan di Kelurahan Sukamaju yang tentunya diambil
berdasarkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya.

9
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Eksisting Perumahan
2.1.1 Pengertian Perumahan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pengertian dari Perumahan dan
Kawasan Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah. Pendanaan dan
sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Sedangakan, perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman).
Menurut SNI 03-1733-2004 yang dimaksud dengan perumahan adalah
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri atas
kumpulan unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi
social diantara penghuninya, serta dilengkapi dengan prasaran sosial, ekonomi,
budaya, dan pelayanan yang merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan.
Lingkungan ini biasanya mempunyai aturan-aturan, kebiasaan-kebiasan serta
sistem nilai yang berlaku bagi warga sekitarnya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
perumahan merupakan kumpulan rumah yang berada di suatu kawasan
permukiman baik yang berada di daerah perkotaan maupun perdesaan yang
dilengkapi dengan sarana, prasarana, dan utilitas umum yang dapat menunjang
kehidupan bagi penduduknya yang menempati wilayah tersebut.

10
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2.1.2 Persyaratan Perumahan


Dalam perencanaan perumahan terdapat standart atau ketentuan-ketentuan
dasar yang bergunakan untuk melakukan pembangunan. Tujuannya agar
pembangunan yang merata dan sesuai dengan kebutuhan dan juga tata guna
lahannya. Adapun syarat, dasar, dan ketentuan yang dapat dilihat di dalam SNI
03-1733-2004.
2.1.2.1 Tata Cara Syarat Pembangunan
Proyek untuk pembangunan memiliki peraturan dan syarat tersendiri
terhadap kriteria masing-masing bangunan. Adapun syarat dalam pembangunan
adalah sebagai berikut :
1. Setiap pembangunan harus memenuhi persyaratan administrative
dan persayaratan teknik sesuai dengan fungsi bangunan gedung
2. Persyaratan administrative bangunan gedung meliputi persyaratan
status ha katas tanah, status kepemilikan, dan izin mendirikan bangunan,
3. Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata
bangunan dan persyaratan keandalan bangunan
4. Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah maupun di atas
air untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
5. Persyaratan administrasi dan teknis untuk bangunan gedung adat,
semi permanen, gedung darurat yang dibangun pada daerah lokasi bencana
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kondisi social dan
budaya setempat.
2.1.2.2 Ketentuan Umum
Pembangunan perumahan merupakan faktor yang penting dalam
peningkatan harkat dan martabat, mutu kehidupan serta kesejahteraan umum
sehingga perlu dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana, serta
berkelanjutan / berkesinambungan. Adapun beberapa ketentuan umum yang harus
dipenuhi dalam merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan yaitu :

11
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

1. Lingkungan perumahan harus mengacu pada Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan
oleh Pemerintah Kota/Kabupaten
2. Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan
yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan /
berkesinambungan, harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan
ekologis, setiap rencana pembangunan rumah atau perumahan, baik yang
dilakukan oleh perorangan maupun badan usaha perumahan
3. Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana
hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang
diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan yang serasi, sehat,
harmonis, dan aman.
4. Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan
oleh kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis,
yang keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.
5. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan
bagian dari sistem pelayanan umum perkotaan sehingga perencanaannya
harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan perumahan dan
kawasan-kawasan fungsional lainnya.
6. Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan
pusat-pusat lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan
(ekonomi, social, budaya).
7. Pembangunan perumahan harus memenuhi izin persyaratan administrasi
yang berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan
sertifikasi tanah, yang diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Rancangan bangunan hunian, prasaran dan sarana lingkungan harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar
Nasional Indonesia atau ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah serta Pedoman Teknis yang
disusun oleh instansi terkait.

12
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

9. Perencanaan lingkungan perumahan juga harus memberikan kemudahan


bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidakmampuan secara fisik
maupun mental seperti pada SNI 03-1733-2004.
2.1.2.3 Data Dasar Dan Asumsi Perumahan
Data dasar dan asumsi perumahan merupakan data yang digunakan dalam
dasar suatu pembangunan. Perumahan memiliki data dasar yang dijadikan sebagai
acuan dalam melaksanakan perencanaan. Data tersebut dijelaskan lebih rinci
sebagai berikut.
2.1.2.3.1 Data Dasar Lingkungan Perumahan
Menurut SNI 03-1733-2004 data dasar lingkungan perumahan berupa
jumlah penduduk yang seharusnya ada di dalam suatu wilayah sesuai dengan
standart yang telah ditentukan. Dasar lingkungan perumahan yang sesuai dengan
tata cara pembangunan perumahan di perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.1 yaitu
data dasar satuan unit lingkungan perumahan.
Tabel 2.1 Data Dasar Satuan Unit Lingkungan Perumahan
Data Dasar Terdiri Dari
1 RT 150 – 250 jiwa penduduk
1 RW 8 – 10 RT (2.500 jiwa penduduk)
1 Kelurahan 10 -12 RW (30.000 jiwa penduduk)
1 Kecamatan 4 – 6 kelurahan / lingkungan (120.000 jiwa penduduk)
1 Kota Sekurang-kurangnya 1 kecamatan
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Pembangunan Perumahan di Perkotaan
Data dasar lingkungan perumahan digunakan untuk meminimalisirkan
kepadatan penduduk dan digunakan untuk meratakan penduduk. Dapat diketahui
setiap wilayah dalam lingkup besar maupun kecil memiliki standart yang sesuai
dengan kebutuhan wilayah.
2.1.2.3.2 Asusmsi Dasar Lingkungan Perumahan
Menurut SNI 03-1733-2004 asumsi lingkungan perumahan merupakan
data perkiraan yang dipergunakan dalam perencanaan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam perencanaan. Data tersebut adalah sebagai berikut.
a. Jumlah penghuni rumah rata-rata : 5 jiwa
b. Kecepatan rata-rata pejalan kaki : 4.000 m/jam
c. Jarak ideal jangkauan pejalan kaki : 400 .m

13
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2.1.2.4 Perencanaan Kebutuhan Sarana Hunian


Tempat tinggal membutuhkan rencana dan kebutuhan untuk membuat
suatu bangunan yang fungsinya sebagai hunian. Adapun ketentuan tentang
perencsnaan yang diuraikan sebagai berikut.
2.1.2.4.1 Ketentuan Dasar Perencanaan
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfunsgsi selain
sebagai temoat untuk berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari dalam
keluarga, tetapi juga berperan besar dalam pembentukan karakter keluarga.
Sehingga selain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keamanan,
rumah juga harus memberikan kenyamanan bagi penghuninya, baik kenyamanan
thermal maupun psikis sesuai kebutuhan penghuninya. Menurut SNI 03-1733-
2004 mengenai Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
Untuk merencanakan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan teknis
kesehatan, keamanan, dan kenyamanan.
1. Jumlah dan komposisi anggota keluarga
2. Penghasilan keluarga
3. Karakteristik nilai social budaya yang membentuk kegiatan berkeluarga
dan kemasyarakatan
4. Kondisi topografi dan geografi area rencana sarana hunian
5. Kondisi iklim, suhu, angina, kelembaban kawasan yang direncanakan
6. Pertimbangan gangguan bencana alam
7. Kondisi vegetasi eksisting dan sekitar
8. Peraturan setempat, seperti rencana tata ruang yang meiliputi GSC, KDB,
KLB, dan sejenisinya atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti
aturan arsitektur, keselamatan dan bahan bangunan. Kebutuhan data dan
informasi pada perencanaan bangunan sarana hunian ini dapat mengacu
secara terinci pada peraturan lain mengenai hal tersebut.

14
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2.1.2.4.2 Penggolongan
Acuan dalam penggolongan sarana hunian ini berdasarkan beberapa
ketentuan / peraturan yang telah berlaku, berdasarkan tipe wujud fusuk
arsitektural dibedakan menjadi :
1. Hunian tidak bertingkat adalah bangunan rumah yang bagian huniannya
berada langsung di atas permukaan tanah, berupa rumah tunggal, rumah
kopel, dan rumah deret. Bangunan rumah dapat bertingkat dengan
kepemilikan dan dihuni pihak yang sama.
2. Hunian bertingkat adalah rumah susun maupun apartemen. Bangunan
rumah bertingkat dengan kepemilikan dan dihuni pihak yang berbeda dan
terdapat ruang fasilitas bersama.
2.1.2.4.3 Persyaratan Lokasi
Menurut SNI 03-1733-2004 persyaratan dasar lokasi adalah syarat yang
digunakan dalam membangun perumahan sehingga lokasi yang dipilih sesuai
dengan fungsi guna lahannya. Lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
1. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukkan lahan yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau
dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Setempat.
2. Lokasi perencanann perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administrative, teknis, dan
ekologis,
3. Keterpaduan antara tatanan dan alam disekelilingnya, dengan
mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta
pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin
tumbuh di kawasan yang dimaksud.
2.1.2.4.4 Persyaratan Fisik
Menurut SNI 03-1733-2004 ketentuan fisik perumahan berisikan letak
pembangunan atau dasar dalam pembangunan di ruang lingkup fisik bangunan.
Ketentuan dasar fisik lingkungan perumahan harus memenuhi faktor-faktor
berikut ini :

15
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali


dengan rekayasa/penyelesaian teknis.
2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan :
a. Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan
bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%
b. Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan yang memiliki kemiringan
8-15%
2.1.3 Tipe Perumahan
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang
Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan dan beberapa
peraturan lainnya maka rumah dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya yaitu
sebagai berikut:
2.1.3.1 Tipe Rumah Berdasarkan Ukuran
Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
534/KPTS/M/2001, tipe rumah berdasarkan tipe kapling atau ukuran kapling
dibagi menjadi: 2.3.1.1 Rumah Besar Tipe perumahan besar adalah rumah yang
memiliki luas kavling lebih besar sama dengan 54 m². Perumahan yang termasuk
tipe perumahan besar yaitu tipe 70 sampai 120. Tipe rumah besar memiliki ukuran
luas antara 120 m² – 600 m².’
2.1.3.1.1 Rumah Sedang
Tipe perumahan sedang adalah rumah yang memiliki luas kavling 45 m²
sampai 54 m². Perumahan yang termasuk tipe perumahan sedang yaitu
mulai dari tipe 45 sampai tipe 54. Tipe rumah sedang memiliki ukuran
antara 70 m² - 100 m² 1. Rumah tipe 45 adalah rumah yang memiliki
ukuran luas 45 m2 dengan ukuran 6 m x 7,5 m.
2.1.3.1.2 Rumah Kecil
Tipe perumahan kecil adalah rumah yang memiliki luas kavling lebih kecil
sama dengan 36m² . Perumahan yang termasuk tipe perumahan kecil yaitu
mulai dari tipe 21 sampai tipe 36. Tipe rumah kecil memiliki ukuran antara
21 m2 - 54 m2. 1. Rumah tipe 21 merupakan jenis rumah yang mempunyai

16
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

luas 21 m² dengan ukuran luas tanah 6 m x 10 m = 60 m2 dan 6 m x 12 m


= 72 m2 sehingga disebut rumah tipe 21/60 atau 21/72.
2.1.3.2 Tipe Rumah Berdasarkan Jenis Bangunan
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, tipe rumah dapat dibagi menjadi beberapa jenis
berdasarkan hubungan atau keterikatan antar bangunan, yaitu sebagai berikut:
2.1.3.2.1 Rumah Inti
Rumah inti adalah rumah yang terdiri dari ruang-ruang pokok atau tidak
lengkap. Unit rumah dengan satu ruang serbaguna yang selanjutnya dapat
dikembangkan oleh penghuni.
2.1.3.2.2 Rumah Tunggal
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan, rumah tunggal adalah rumah kediaman yang mempunyai
persil sendiri dan salah satu dinding bangunan induknya tidak dibangun tepat pada
batas persil. Rumah tunggal adalah rumah yang berdiri sendiri, jarak antar
rumahnya berjauhan serta memiliki tipe atau jenis perumahan yang berbeda
sendiri dengan rumah-rumah di sekitarnya. Rumah tunggal dibangun di atas tanah
yang luasnya jauh lebih luas daripada luas bangunannya, rumah tunggal
dikelilingi oleh halaman rumah.
2.1.3.2.3 Rumah Koppel
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan, rumah Koppel adalah dua buah tempat
kediaman lengkap, dimana salah satu sisi bangunan induknya menyatu dengan sisi
satu bangunan lain atau satu tempat kediaman lain, dan masing-masing
mempunyai persil sendiri. Kedua sisi rumah Koppel bentuk dan ukurannya sama
sehingga apabila diamati kedua sisi rumah tersebut seperti bercermin.
2.1.3.2.4 Rumah Deret
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan, rumah deret merupakan beberapa tempat
kediaman lengkap dimana satu atau lebih dari sisi bangunan induknya menyatu
dengan sisi satu atau lebih bangunan lain atau tempat kediaman lain, tetapi
masing-masing mempunyai persil sendiri.

17
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2.1.3.2.5 Rumah Susun


Menurut Bahasa Indonesia Rumah susun yaitu gabungan dari pengertian
rumah dan pengertian susun. Rumah yaitu bangunan untuk tempat tinggal,
sedangkan pengertian susun yaitu seperangkat barang yang diatur secara
bertingkat. Sedangkan menurut Pasal 1 Undang-undang No 20 Tahun 2011 rumah
susun yaitu bangunan gedung bertingkat diman dalam satu lingkungan tersebut
terbagi atas bagian-bagian yang terstrukur secara fungsional dalam arah horizontal
dan vertikal dan juga merupakan satuan yang dapat dimiliki serta digunakan
secara terpisah. Dalam rumah susun ini yang terutama yaitu tempat hunian,
dimana harus dilengkapi tanah bersama, benda bersama, dan juga bagian bersama.
Selain tipe rumah berdasarkan tipe tersebut, ada jenis rumah lain yang
memiliki fungsi berbeda dari tipe rumah lainnya yaitu sebagai fungsi komersil,
salah satunya adalah rumah kos. Rumah kos merupakan bangunan yang
diperuntukkan kepada pendatang di sebuah kota besar, biasanya rumah kos hanya
disewakan dalam bentuk ruangan atau kamar. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, rumah kos adalah kamar yang berada dirumah orang lain yang
disewakan dengan atau tanpa makan dengan membayar setiap bulan untuk
menyewa kamar. Saat ini terdapat banyak jenis rumah kost antara lain: kos harian,
kos bebas, dan kos satu jenis. Kost yang bebas biasanya di kota besar dan tidak
berbasis kota pendidikan.
1. Karakteristik Rumah Kos
Menurut Pemerintah dan Dinas Perumahan, karakter rumah kos
diantaranya:
a. Tempat tinggal kos – kosan biasanya terdapat dalam areal yang
dekat dengan kampus. Pemilik biasanya merupakan penduduk
setempat ataupun pemilik modal yang besar.
b. Kos–kosan biasanya terdiri dari 1 kamar, dan di dalamnya terdapat
1 tempat tidur, 1 meja belajar dan 1 lemari. Dan biasanya
menggunakan kamar mandi dan dapur secara kolektif. Pada saat
sekarang ini, pembangunan kos–kosan semakin berkembang dan
fasilitas yang diberikan juga semakin eksklusif. Hal ini terlihat

18
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

dalam penyediaan AC, kamar mandi dalam, ruang tamu, fasilitas


internet dan lainlainnya.
c. Sistem pembayaran kos–kosan didasarkan pada jangka waktu
sebulan (bulanan), atau terkadang bisa 3 bulan langsung.
2. Ciri-ciri rumah kos
Menurut pemerintah atau dinas perumahan, rumah kos dapat memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengelola rumah kos adalah pemilik perumahan dan atau orang
yang mendapatkan dari pemilik untuk mengelola rumah kos;
b. Penghuni adalah penghuni yang menempati rumah kos
sekurangkurangnya 1 (satu) bulan dengan membayar uang
pemondokan;
c. Uang Pemondokan / kos adalah harga sewa dan biaya lainnya
yang dibayar oleh penghuni dengan perjanjian.
3. Ruang lingkup rumah kos
Menurut Peraturan Daerah Kota Palangkaraya No 16 Tahun 2011,
ruang lingkup rumah kos adalah sebagai berikut:
a. Ruang Lingkup Rumah Kos dan Barak yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini adalah rumah atau kamar dan rumah petak
yang disediakan untuk tempat tinggal dalam jangka waktu tertentu
bagi seseorang atau beberapa orang dengan dipungut atau tidak
dipungut bayaran kecuali untuk keluarga (Rumah Tangga), usaha
hotel dan penginapan.
b. Rumah atau kamar dan rumah petak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi kamar atau ruangan baik dalam satu rumah
maupun di luar rumah pemilik yang disewakan atau dikontrakkan
kepada seseorang atau beberapa orang dan/atau badan dalam
jangka waktu tertentu dengan kesepakatan kedua belah pihak
dengan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku.

19
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2.1.3.3 Tipe Perumahan Berdasarkan Konstruksi


Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman tipe perumahan berdasarkan kontruksi ada 3 yaitu rumah permanen,
semi permanen dan non permanen.
2.1.3.3.1 Permanen
Rumah permanen adalah rumah yang konstruksi terbuat dari dinding
tembok, lantai tegel teraso, dengan atap genteng, langit-langit terbuat dari eternit,
semua bahan-bahannya mempunyai kualitas yang baik, bangunannya lengkap
yaitu terdapat dapur dan kamar mandi. Serta mempunyai perlengkapan listrik dan
saluran air minum/sumur.
2.1.3.3.2 Semi Permanen
Rumah semi permanen adalah rumah yang konstruksinya terbuat dari
sebagian tembok sebagian papan atau semuanya dinding papan, lantai semen,
tegel/biasa langitan bambu, atap terbuat dari genting, bangunan terdapat dapur dan
kamar mandi, dan mempunyai perlengkapan untuk penerangan listrik dan saluran
air minum/sumur.
2.1.3.3.3 Non Permanen
Rumah non permanen adalah rumah yang konstruksinya darurat dengan
dinding bambu, lantai semen/tanah, atap genteng daun
2.1.3.4 Tipe Perumahan Berdasarkan Status Kepemilikan
Menurut Undang Undang nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Pemukiman pada ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap orang berhak atas
tempat tinggal atau hunian. Sehingga status kepemilikan rumah disini dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu:
2.1.3.4.1 Rumah Milik Pribadi
Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasardasar
pokok agraria pasal 20 hak milik pribadi adalah hak turun-menurun, terkuat dan
terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah.
2.1.3.4.2 Rumah Milik Negara
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status, dan
Pengalihan Hak Atas Rumah, Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki

20
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
2.1.3.4.3 Rumah Sewa
Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah,
apabila ia berhak mempergunakan tanah-milik orang lain untuk keperluan
bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
Perjanjian sewa tanah yang dimaksudkan dalam pasal ini tidak boleh disertai
syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur pemerasan Menurut Undang-undang
no 5 tahun 1960 pasal 44.
2.1.4 Pihak Pengembang Perumahan
Pihak pembangunan merupkan suatu kelompok atau individu yang
menjadi perencana atau pemilik suatu bangunan. Tujuan dari pihak pembangunan
ini ialah untuk mencapai suatu keinginan konsumen atau keinginan individu
dalam pembuatan suatu bangunan. Adapaun pihak-pihak yang berkontribusi
dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang berbeda-beda tersebut ialah
sebagai berikut
2.1.4.1 Pemerintah
Pemerintahan memiliki rumah yang disebut rumah milik negara dimana
yang dibangun dapat digunakan oleh pengawai negara yag teah memiliki jabatan
tinggi dan mendapatkan fasiitas berupa rumah hunian. Peran pemerintah dalam
pembangunan perumahan ialah :
1. Pemerintah daerah wajib memberikan kemudahan perizinan bagi badan
hukum yang mengajukan rencana pemabangunan perumahan untuk
MBR
2. Pemerintah daerah berwenang mencabut izin pembangunan perumahan
terhadap badan hkum yang tidak memenuhi kewajibannya
3. Pemerintah pusat dan atau/ pemerintah daerah dapat memberikan
insentif keoada badan hkum untuk mendorong pemabnguanan
perumahan dengan hunian berimbang

21
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2.1.4.2 Developer
Perusahaan atau kelompok orang yang membangun suatu perumahan dai
berbagai jenis baik rumah besar, sedang dan kecil dengan skal besar disuatu area
atau tanah.biasanya bangunan yang dibuat memiliki tipe seragam dan perumahan
tersebut dilengkapi dengan fasilitas saran maupun prasarana yang lengkap karena
sudah direncanakan dengan matang.
2.1.4.3 Swadaya
Rumah yang dimiliki individu/personal/maupun keluarga merupakan
rumah yang dibangun atas keinginan individu tersebut demi memiliki tempat
tinggal bersama dengan anggota keluarga. Rumah ini biasanya dibangun
menggunakan biaya dan lahan milik pribadi, akan tetapi pembangunannya masih
butuh bantuan orang lain baik sesama tetangga bila bertempat di pedesaan
maupun developer bila diperkotaan.
2.1.5 Pola Perumahan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang, pola ruang sendiri merpakan distribusi peruntukan
ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Berdasarkan UU tersebt, Pola
permukiman dapatdibagi menjadi tiga menurut cirinya yaitu :
2.1.5.1 Pola Linier
Pola permukiman linier atau lebih sering disebut pola
memanjang,yangbiasanya memiliki ciri berupa deretan memanjang. Pola tersebut
terbentuk dikarenakan adanya pola garis lurus yang mengikuti jalan, rel kereta api,
pantai dan sungai.pola semacam ini dapat dijumpai didaerah daratan, terutama
daratan rendah.
2.1.5.1.1 Mengikuti Jalan
Pola linier mengikuti jalan ini adalah suatu pola permukimna yang mana
polanya mengikuti jalan disebelah kanan maupun kiri.

22
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Gambar 2.1Pola Linier Mengikuti Rel Kereta api


Sumber : Yan Srachman (2014)

2.1.5.1.2 Mengikuti Rel Kereta Api


Pola linier mengikuti rel kereta api umumnya berada disebelah kanan kiri
rel kereta api. Biasanya pola permukiman seperti ini banyak terdapat di DKI
Jakarta dan atau daerah padat penduduknya yang dilalui re kerta api.

Gambar 2.2 Pola Linier Mengikuti Rel Kereta Api


Sumber : UPI (2010)

2.1.5.1.3 Pola Lonoer Mengikuti Alur Sungai


Pola ini umumnya terbentuk memanjang mengilutu arus/aliran sungai.
Biasanya pola permukiman ini terdapat didaerah pedalaman yang memiliki
sungai-sungai besar. Diaman sungai-sungai tersebut memiliki fugsi yang sangat
penting bagi kehidupan penduduk setempat.

23
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Gambar 2.3Pola Linier Mengikuti Arus Sungai


Sumber : BudiIrawan (2011)

2.1.5.1.4 Pola Lonoer Mengikuti Garis Pantai


Pada pola ini daearah permukimn terbentk memanjang mengikuti garis
pantai, yang man pada umumnya ditempati oleh penduduk yang bermata
pencagharian nelayan. Hal ini tentnya mempermudah para nelayan untuk kegiatan
ekonomi yaitu mencari ikan.

Gambar 2.4 Pola Linier Mengikuti Garis Pantai


Sumber : Budi Setyawan (2017)

2.1.5.2 Pola Grid


Pola permukiman grid membagi-bagi permukiman menjadi blok-blok
persegi dengan jalan-jalan pararel yang membentuk sudut siku-siku. Pola tersebut
sering digunakan untuk daerah yang memiliki banyak lahan kosong.

24
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Gambar 2.5 Pola Grid


Sumber : Hengning Wu (2011)

2.1.5.3 Pola Memusat


Pola pemukiman ini mengelompok membentuk unit-unit yang kecil dan
menyebar, umumnya terdapat didaerah pegunngan atau daerah daratan tinggi yang
terisolir. Pola permukiman terpusat berkembang didaerah daratan tinggi dan
terdapat banyak relief. Penduduk yang tinggal di pemukiman terpsat biasanya
masih memiliki hubungan yang erat dalam kekerabatan mauoun pekerjaan.

Gambar 2.6 Pola Memusat


Sumber : Budi Setyawan (2017)

2.1.5.4 Pola Menyebar


Pola permukiman menyebar ini terdapat didaerah dataran tinggi atau
daerah-daerah gunung api dan daerah-daerah yang kurang subur. Biasanya
penduduk yang tingggal di daerah dataran tinggi ini mendirikan pemukiman
secara tersebar karena mencari daerah yang tidak terjal. Pada umumnya mata
encaharian penduduk pada pola permukiman ini sebagian besar bermeta
pencaharian dalam bidang pertanian, ladang, perkebunanmaupuan peternakan.

25
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Gambar 2.7 Pola Menyebar


Sumber : Budi Setyawan (2017)
2.2 Potensi dan Permasalahan Perumahan
2.2.1 Intensitas Bangunan
Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang bangunan
gedung, pengertian dari Intensitas bangunan gedung adalah ketentuan teknis
tentang kepadatan dan ketinggian bangunan gedung yang dipersyaratkan pada
suatu lokasi atau kawasan tertentu, yang meliputi koefisien dasar bangunan
(KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), dan jumlah lantai bangunan. Penetapan
KDB, KLB, dan ketinggian bangunan gedung pada suatu lokasi sesuai ketentuan
tata ruang dan diatur oleh Pemerintah Daerah melalui rencana tata bangunan dan
lingkungan (RTBL).
2.2.1.1 KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
Undang-Undang No.28 Tahun 2002 Pasal 12 Ayat 1, yang dimaksud
dengan koefisien dasar bangunan (KDB) adalah koefisien perbandingan antara
luas lantai dasar bangunan gedung dan luas persil/ kaveling/blok peruntukan.
Sehingga untuk menentukan angka KDB bangunan rumah dapat dirumuskan
sebagai berikut:

KDB =
2.2.1.2 KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
Undang-Undang No.28 Tahun 2002 Pasal 12 Ayat 1, yang dimaksud
dengan koefisien lantai bangunan (KLB) adalah koefisien perbandingan antara
luas keseluruhan lantai bangunan gedung dan luas persil/ kaveling/blok

26
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

peruntukan. Sehingga untuk menentukan angka KLB bangunan rumah dapat


dirumuskan sebagai berikut:

KLB = 𝑢 𝑡
2.2.2 Jarak Bebas Bangunan
Jarak bebas bangunan merupakan jarak yang digunakan sebagai batasan
suatu bangunan dimana terdapat lahan yang aman untuk bangunan dan lahan
berbahaya bagi suatu bangunan. Tujuan adanya jarak bebas bangunan ini untuk
melindungi masyarakat dari kecelakaan suatu bangunan yang mungkin terjadi.

2.2.2.1 Garis Sempadan Bangunan


Menurut Pasal 13 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002, Garis sempadan
bangunan atau GSB dapat diartikan sebuah garis yang membatasi jarak bebas
minimum dari sisi terluar sebuah massa bangunan terhadap batas lahan yang
dikuasai. Garis Sempadan Bangunan membatasi antara jarak terdekat bangunan
dengan tepi jalan yang dihitung dari batas terluar saluran air kotor sampai batas
terluar muka bangunan. GSB memiliki fungsi sebagai pembatas ruang atau jarak
bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang
dikuasai. Garis sempadan bangunan dapat menjamin ketersediaannya ruang
terbuka hijau privat dalam bentuk halaman rumah, menambah keamanan, serta
mengurangi pengaruh bising dari kendaraan di jalan raya terhadap penghuninya.
Salah satu faktor yang menentukan GSB ialah letak atau tempat GSB
tersebut dari lokasi bangunan tersebut didirikan.Rumah-rumah yang terletak
dipinggir jalan, Garis Sempadan Bangunannya ditentukan oleh fungsi dan kelas
jalan.Lingkungan pemukiman standarnya ialah berkisar antara 3 sampai dengan 5
meter.

2.2.2.2 Garis Sempadan Sungai


Menurut PP Nomor 38 Tahun 2011, Garis Sempadan Sungai adalah garis
batas luar pengaman sungai. Penetapan garis sempadan sungai bertujuan agar
kegiatan perlindungan, pengendalian, penggunaan, dan pengembangan atas
sumber daya yang ada pada sungai dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.

27
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Berdasarkan Pada PP Nomor 38 Tahun 2011 ayat 1, Garis Sempadan Sungai


ditentukan pada:
2.2.2.2.1 Sungai Tidak Bertanggul di Dalam Kawasan Perkotaan
Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul didalam kawasan perkotaan
dibagi menjadi 3 dalam hal kedalaman yaitu:
1. Paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dengan kedalaman sungai kurang dari atau sama
dengan 3 meter.

Gambar 2.8Sungai Tidak Bertanggul Kedalaman < 3 Meter


Sumber: Syaiful Achmad Raharjo (2012)
2. Paling sedikit berjarak 15 meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dengan kedalaman sungai lebih dari 3
meter sampai dengan 20 meter.

Gambar 2.9 Sungai Tidak Bertanggul Kedalaman > 3 Meter


Sumber: Syaiful Achmad Raharjo (2012)
3. Paling sedikit berjarak 30 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dengan kedalaman sungai lebih dari 20 meter.

28
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Gambar 2.10 Sungai Tidak Bertanggul Kedalaman > 20 Meter


Sumber: Syaiful Achmad Raharjo (2012)

2.2.2.2.2 Sungai Tidak Bertanggul di Luar Kawasan Perkotaan


Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan di bagi
menjadi 2 dalam hal ukuran sungai.
1. Garis sempadan sungai besar, yaitu yang memiliki luas Daerah Aliran
Sungai (DAS) lebih besar 500 km² di tentukan paling sedikit berjarak
100 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.

Gambar 2.11 Sungai Tidak Bertanggul 100 M


Sumber: Syaiful Achmad Raharjo (2012)
2. Garis sempadan sungai kecil, yaitu yang memiliki luas Daerah
Aliran Sungai (DAS) kurang dari atau sama dengan 500 km² di
tentukan paling sedikit berjarak 50 meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai.

Gambar 2.12 Sungai Tidak Bertanggul Jarak 50 M


Sumber: Syaiful Achmad Raharjo (2012)

29
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2.2.2.2.3 Sungai Bertanggul di Dalam Kawasan Perkotaan


Kawasan perkotaan, garis sempadan sungai bertanggul ditentukan paling
sedikit berjarak 3 meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

Gambar 2.13 13 Sungai Bertanggul Berjarak 3 M


Sumber : Syaiful Achmad Raharjo (2012)

2.2.2.2.4 Sungai Bertanggul di Luar Kawasan Perkotaan


Di luar kawasan perkotaan, garis sempadan sungai bertanggul ditentukan
paling sedikit berjarak 5 meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

Gambar 2.14 Sungai Bertanggul Berjarak 5 M


Sumber : Syaiful Achmad Raharjo (2012)

Berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2011 pasal 22, perlindungan sempadan


sungai dilakukan melalui pembatasan pemanfaatan sempadan sungai. Sempadan
sungai terdapat tanggul yang berkepentingan untuk pengendali banjir,
perlindungan tersebut dilakukan dengan cara melarang menanam tanaman selain
rumput, melarang mendirikan bangunan, dan melarang pengurangan dimensi
tanggul. Sedangkan pemanfaatannya hanya dapat dilakukan untuk keperluan
tertentu.
2.2.3 Kesehatan Hunian
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusa yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari
gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, serta tempat pengembangan
kehidupan keluarga. Oleh karena itu, keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi

30
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi
dengan baik.
Rumah terdiri dari ruangan, halaman dan area sekelilingnya. Perumahan
terdiri dari rumah-rumah atau kelompok rumah baik kelompok rumah dalam satu
bangunan seperti rumah susun atau kondominium kelompok kebijakan rumah
dalam satu kawasan atau wilayah tertentu dimana lokasi kualitas sarana dan
prasarana Kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor penentu dalam
terwujudnya kesehatan masyarakat di perumahan tersebut.
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang diperlukan untuk mendukung
kegiatan kehidupan dan penghidupan manusia. Manusia yang sehat akan mampu
menjalankan kegiatan kehidupannya lebih produktif, sehingga dapat melakukan
kegiatan yang lebih baik dan lebih kreatif.
Kesehatan meliputi kesehatan secara fisik (jasmani) dan kesehatan secara
psikis (rohani). Keduanya tidak dapat dipisahkan dan akan selalu saling
mempengaruhi, dalam arti di dalam jasmani yang sehat terdapat rohani yang
sehat, demikian sebaliknya dengan rohani yang sehat akan terwujud jasmani yang
sehat.
Kesehatan fisik rumah sangat erat hubungannya dengan kondisi fisik
rumah agar penghuni merasa aman, nyaman dan mudah dalam menjalankan
kegiatannya. Rasa aman diwujudkan dengan struktur rumah yang kokoh, atap
tidak bocor, dinding tidak lembab, lantai tidak licin dan lembab. Rasa nyaman
diwujudkan dengan kecukupan pencahayaan, pengaliran udara ruang yang mampu
memenuhi kebutuhan oksigen, dan kelembaban di dalam ruang yang sesuai
dengan suhu tubuh bagi penghuninya, serta kebutuhan ruang gerak yang cukup.
Kesehatan fisik rumah erat pula hubungannya dengan :
1. Ketersediaan air bersih/air minum yang memenuhi syarat kebutuhan dan
kualitas air bersih/minum;
2. Ketersediaan sistem pengolahan air limbah yang tidak mencemari sumber
air bersih;
3. Ketersediaan sistem pembuangan sampah (mulai dari pewadahan &
pemilahan, pembuangan dan pengomposan);

31
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

4. Ketersediaan sistem pengaliran air hujan sehingga tidak menggenangi


lingkungan rumah.
Untuk mendapatkan rasa nyaman, aman, dan bahagia maka ukurannya
ditentukan oleh kualitas pengaturan pemanfaatan ruang, yang telah
dipertimbangkan terhadap kriteria persyaratan ruang untuk pribadi dan ruang
untuk kegiatan bersama/publik dari penghuninya. Kualitas ruang tersebut sangat
dipengaruhi oleh posisi/tempat dimana penghuni berada: meliputi aspek geografis
(wilayah, budaya, jarak) dan aspek waktu. Rasa nyaman, aman, dan bahagia
sangat dipengaruhi pula oleh kelengkapan data kepemilikan rumah dan
tanah/kapling.
2.2.4 Tingkat Hunian
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan, tingkat
hunian merupakan tingkat perbandingan antara jumlah penduduk pada suatu
wilayah dengan jumlah hunian yang terdapat pada daerah tersebut. Perhitungan
tingkat hunian terdiri dari dua perhitungan, yaitu berdasarkan jumlah penduduk
dan jumlah Kepala Keluarga (KK). Tingkat hunian dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Tingkat hunian per kepala keluarga =


Negara Indonesia menerapkan perhitungan kepadatan rumah per hektar
dengan menghitung jumlah seluruh rumah di suatu daerah dibagi dengan luas
daerah terkecuali dari fungsi lahan lainnya. Perhitungan kepadatan rumah per
hektar dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐾𝑒𝑝 𝑑 𝑡 𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑒𝑘𝑡 𝑟 =


Perhitungan Rasio Kepadatan Rumah dirumuskan sebagai berikut:
𝑅 𝑠 𝑜 𝑡 𝑔𝑘 𝑡 𝑘𝑒𝑝 𝑑 𝑡 𝑟𝑢 ℎ = (Jumlah kepala keluarga )/( Luas daerah)

2.2.5 Kepadatan Bangunan Hunian


Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor
403/KPTS/M/2002 Kebutuhan luas ruang/jiwa minimum adalah 9 m2/jiwa.
Dasar penentuan kebutuhan luas lantai minimum untuk dewasa dan anak
adalah:

32
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

1. Luas minimum per orang dewasa dan anak yang dihitung atas dasar
kebutuhan udara segar maksimum 24 m3/jiwa dewasa dan 12 m3/jiwa
anak.
2. Jumlah orang sesuai siklus pertumbuhan keluarga.
3. Ditambah ruang pelayanan di dalam rumah 50% dari total luas
kebutuhan ruang.
Kebutuhan luas rumah sesuai siklus pertumbuhan jumlah anggota keluarga
hingga 4 jiwa adalah :
Tabel 2.2Pilihan Luas Ruang Rumah (Sesuai Siklus)
Komposisi Ayah 2 2 Pelayanan (m2) Luas Rumah Pembulata
Ibu (m ) Anak (m )
Keluarga (m2) (50% Tot) (m2) n (m2)
Kel. Muda 1 9 9 - 9 27 27
Kel. Muda 2 (1
9 9 9 13,50 40,50 42
Anak)
Kel. Dewasa (2
9 9 2 (9) 18 54 54
Anak)
Sumber: litbang.pu.go.id

2.2.6 Kebutuhan Hunian


Perumahan dan permukiman mem punyai fungsi dan peranan yang penting
dalam kehidupan manusia. Di dalam masyarakat Indonesi, perumahan merupakan
pencerminan dan pengejawatahan dari diri pribadi manusia, baik secara
perseorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan
alamnya. Suatu perencanaan pembangunan perumahan dan permukiman tidak
terlepas dari pemilihan lokasi sebagai tempat untuk dibangunnya perumahan, hal
ini penting karena lokasi yang dipilih haruslah benar-benar tepat sasaran sehingga
pembangunan perumahan tersebut dapat menjadi berdaya guna dan berhasil guna.
Dari teori-teori perhitungan kebutuhan rumah yang telah ada akan
dikerucutkan untuk mendapatkan rekomendasi model perhitungan kebutuhan
rumah yang cocok untuk diterapkan di Indonesia melalui langkah-langkah :
1. Diawali dari pembahasan konsep-konsep yang terkait dengan kebutuhan
rumah (housing need) dan konsep model perhitungan backlog yang telah
dirumuskan.

33
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2. Inventarisasi beberapa model perhitungan backlog yang telah dikeluarkan


oleh beberapa pihak (organisasi/instansi) terkait. Tiga model perhitungan
kebutuhan rumah yang akan dijadikan dasar dalam tulisan ini, yaitu
backlog model DCA, Fordham, dan Cambridge.
3. Berdasarkan pada model-model perhitungan pada poin dua akan
direkomendasikan model perhitungan backlog untuk digunakan di
Indonesia, berdasarkan pada model-model perhitungan yang telah ada,
disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
4. Selanjutnya rekomendasi model akan dicoba untuk perhitungan skala kota
dan provinsi.
Sedangkan yang dimaksud dengan kebutuhan perumahan adalah
kebutuhan manusia terhadap rumah sesuai dengan tingkat penghasilannya,
sebagaimana disampaikan Maslow dalam Budiardjo (2006) yaitu meliputi :
1. kebutuhan fisiologis (tempat berlindung, tempat istirahat dll)
2. kebutuhan rasa aman (untuk beribadah, menyimpan barang dll)
3. kebutuhan sosial (sebagai sarana berinteraksi sosial)
4. kebutuhan harga diri, kehormatan dan ego
5. kebutuhan aktualisasi diri
2.2.6.1 Perhitungan Kebutuhan Hunian
Kebutuhan rumah didasarkan pada sistem permintaan rumah yang terdiri
atas beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan (need), rumah digolongkan sebagai kebutuhan pokok manusia
dimana manusia tidak bisa bertahan hidup tanpa adanya perlindungan dari
alam. Selain untuk tempat berlindung rumah digunakan sebagai tempat
beraktifitas sehari-hari guna kelangsungan hidup.
2. Permintaan (demand), individu memiliki pemikiran yang berbeda dengan
individu lainnya, setiap individu memiliki pendapat yang subjektif untuk
mengeluarkan pendapat berupa permintaan. Rumah menjadi salah satu
hasil dari pendapat setiap individu dimana permintaan tersebut
bersangkutan dengan kondisi fisik rumah yang dipengaruhi juga oleh
faktor sosial,ekonomi, dan budaya maupun adat setempat.

34
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3. Perasaan membutuhkan dirasakan oleh setiap orang, untuk menunjukkan


perasaan membutuhkan akan perumahan meskipun orang tersebut tidak
terlalu membutuhkan. Kebutuhan rumah dirasa tidak lagi sebagai
kebutuhan pokok melainkan sebagai investasi atau aktualisasi diri.
2.2.6.2 Metode Perhitungan Kebutuhan Perumahan
Perhitungan dengan metode aritmatik perlu ditetapkan standart tertentu.
Adapun beberapa standart atau pernyataan yang penting adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan pernyataan sebagai berikut :
a. Satu keluarga menempati satu unit rumah.
b. Rata-rata jumlah orang atau jumlah penghuni per rumah atau rata-rata
jumlah anggota keluarga (jumlah anggota keluarga yang dianggap
layak menempati suatu rumah adalah 5 orang )
2. Menetapkan standart minimum kualitas rumah, misalnya :
a. Minimum luas lantai : 36 m2
b. .Minimum : 90 m2
c. Minimum ketahanan konstruks :20 tahun.
Kebutuhan Rumah = kekurangan rumah + kebutuhan rumah
3. Kebutuhan Rumah Tambahan
Menghitung kebutuhan rumah tambahan perlu dipertimbangkan beberapa
faktor, antara lain :
a. Pertambahan penduduk karena kelahiran

𝑅𝑡𝑝

Pn = Po ( I + C)
Keterangan :
Rtp = Jumlah rumah akibat pertambahan penduduk
Pn = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun hitungan
C = Indeks/ratio pertambahan penduduk per tahun
I =Angka rata-rata jumlah anggota keluarga/penghuni yang
diharapkan

35
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

b. Restorasi Rumah
Kondisi bangunan yang mengalami penurunan akan sampai pada
kondisi butuh untuk diperlukan, rumus yang digunakan untuk
menghitung kekuranga rumah karena faktor restorasi, yaitu :

Rtd =

Keterangan :
Rtd= Jumlah rumah membutuhkan perbaikan
Vm= Umur rumah tinggal rata-rata
Po= Jumlah penduduk pada tahun hitungan
Io = Angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni
sebenarnya pada tahun hitungan
c. Migrasi
Pada wilayah perkotaan, peningkatan jumlah penduduk karena migrasi
sangat sigifikan, yang pada akhirnya perlu ditunjang dengan
pemenuhan hunian sebagai fasilitas akomodasi.
Nm = Pu ( Uc – Tc )
Keterangan :
RNm: Nm
Nm= Jumlah migrasi
Pu= Jumlah penduduk kota/daerah tertentu
Tc= Indeks/ratio pertambahan penduduk (total kelahiran) dalam
jangka waktu 1 tahun
Uc= Alamindeks/ratio pertambahan yang diharapkan untuk daerah
tertentu
Rnm= Kebutuhan rumah karena faktor migrasi
d. Faktor Bencana Alam
Bencana alam merupakan kejadian alam yang tidak dapat diharapkan.
Seringkali kejadian ini tidak dapat atau sulit sekali diprediksi.
Memperhitungkan kebutuhan rumah karena bencana alam tidak
digunakan rumus karena fakto ini bersifat unpredictable. Biasanya
pendekatan ini dilakukan melalui analisis statistic kerusakan atau

36
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

jumlah rumah yang musnah akibat bencana alam secara time series.
Menganalisis dampat bencana alam terhadap hunian yang terjadi pada
beberapa waktu, kemudian dapat diambil perkiraan kebutuhan rumah,
kebutuhan tambahan karena faktor bencana alam ini.
2.2.7 Backlog
Pengertian backlog menurut Muh. Damyati dalam Mengatasi Backlog
Perumahan Bagi Masyarakat Perkotaan lebih dimaknakan kekurangan rumah,
tidak wajib ada prasarana dan sarana lingkungan tetapi dilengkapi prasarana dan
sarana

𝑝𝑜
𝑜
𝑟𝑜

Keterangan :
Kro = kekurangan rumah
Io = jumlah penghuni rata-rata pada tahun hitungan
I = angka rata-rata jumlah anggota keluarga/ penghuni yang diharapkan
Po = jumlah penduduk pada tahun hitungan
Ro = jumlah rumah pada tahun hitungan
2.2.8 Kelayakan Hunian
Indikator penilaian dan standar minimal rumah layak huni yang
dikeluarkan oleh BPS dan Kemenpera berbeda, walaupun ada beberapa indikator
penilaian yang sama. Indikator yang ditentukan oleh BPS hampir sama dengan
yang telah ditentukan oleh MDGs. Tempat hunian yang tidak memenuhi standar
minimal rumah layak huni, digolongkan pada rumah tidak layak huni, dan perlu
diprogramkan untuk adanya perbaikan. Secara garis besar penilaian kelayakan
tempat hunian dilakukan terhadap fisik bangunan, sarana dan prasarana rumah.
Adanya standar minimal rumah layak sangat penting dan mempengaruhi sekali
untuk mendapatkan angka backlog rumah di suatu lokasi. MDGs telah
mengeluarkan indikator komposit kelayakan hunian, digunakan sebagai acuan
untuk menilai kualitas satu bangunan rumah termasuk pada kategori layak huni,
rawan layak huni dan tidak layak huni.
37
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2.2.8.1 Kriteria Kelayakan Hunian


Secara global, terdapat 5 kriteria untuk mengukur kecukupan luas
bangunan tempat tinggal, yaitu:
1. Jumlah orang yang tinggal dalam satu bangunan
2. Luas lantai rumah yang dihuni
3. Jumlah keluarga yang tinggal dalam bangunan rumah
4. Jumlah anak balita dalam bangunan rumah
5. Jumlah orang dalam satu kamar tidur.
Namun, mempertimbangkan keterbatasan variable yang diukur dalam
sistem pendataan di skala nasional, maka hanya digunakan 1 (satu) variable
kriteria sebagai pendekatan dalam menghitung kecukupan luas bangunan, yaitu
luas lantai rumah yang dihuni atau luas bangunan. Suatu rumah dikatakan layak
huni dari segi luas bangunan jika mencukupi kebutuhan minimum luas bangunan
per orang sebesar 7,2 meter persegi.
2.2.8.2 Rumah Layak Huni
Menurut Peraturan Menteri No 22 Tahun 2008 rumah layak huni adalah
rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan
minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Cakupan ketersediaan
rumah layak huni adalah cakupan pemenuhan kebutuhan rumah yang memenuhi
persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta
kesehatan penghuninya. Rumah layak huni juga perlu diperhatikan karena
menjadi parameter untuk menentukan suatu bangunan dapat dikatakan sehat.
Perhitungan cakupan rumah layak huni sebagai berikut:
a= b/c×100%
Keterangan:
a = Cakupan rumah layak huni
b = Jumlah rumah layak huni di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
c = Jumlah rumah di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Menurut Peraturan Menteri No 22 Tahun 2008 tentang standar minimal
perumahan rakyat daerah provinsi dan kabupaten/kota terdapat kriteria rumah
layak huni sebagai berikut :

38
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

1. Kriteria layak huni


a. Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan meliputi struktur
bawah/pondasi, struktur tengah/kolom dan balak dan struktur atas.
b. Menjamin kesehatan meliputi pencahayaan, penghawaan, dan sanitasi
c. Memenuhi kecukupan luas minimum 7,2 m2/orang – 12 m2/orang
2.2.8.3 Rumah Tidak Layak Huni
Rumah tidak layak huni merupakan tempat tinggal yang tidak layak untuk
ditinggali karena tidak memenuhi persyaratan sebagai tempat tinggal baik secara
teknis maupun nonteknis. Terdapat 9 kriteria rumah ridak layak huni, yaitu
sebagai berikut :
1. Luas per kapita kota < 4 m2 , desa < 10 m2
2. Sumber air tidak sehat, akses memperoleh air terbatas
3. Tidak memiliki MCK
4. Bahan bangunan tidak permanen atau atap/dinding dari bamboo, papan,
rumbia.
5. Tidak memiliki pencahayaan matahari dan ventilasi udara
6. Tidak memiliki pembagian ruangan
7. Lantai dari papan atau bahan tidak permanen atau tanah
8. Letak rumah tidak teratur
9. Kondisi rusak, ditambah kondisi saluran air tidak memenuhi standar, serta
jalan setapak menuju rumah tidak teratur
2.3 Arahan dan Rencana Pengembangan Perumahan
2.3.1 Arahan Pengembangan Perumahan
Arahan pengembangan kawasan perumahandi Kota Pekanbaru tetap
mengacu pada kecenderungan perkembangan saat ini, dan gejala pertumbuhan
kawasan permukiman pada kawasan-kawasan potensial sebagai akibat terstimulasi
oleh program pembangunan pemerintah kota. Untuk menciptakan lingkungan
perumahanyang nyaman (kecuali kawasan perumahan di pusat kota yang telah
terbentuk), maka pada wilayah-wilayah pengembangan tidak diarahkan bagi
pengembangan kawasan permukiman dengan kepadatan sangat tinggi. Ini
dilakukan mengingat luas wilayah Kota Pekanbaru saat ini masih memungkinkan

39
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

untuk ditata dengan baik hingga beberapa tahun ke depan. Dalam rangka realisasi
tersebut, maka diperlukan langkah-langkah kongkrit sebagai berikut :
1. Pemberlakuan KDB rata-rata 60 % pada setiap bangunan baru yang akan
dibangun.
2. Demikian pula halnya dengan densitas bangunan per satuan lahan (Ha),
disesuaikan secara proporsional terhadap KDB dan alokasi ruang untuk
prasarana lingkungan (jaringan jalan, drainase, dan pedestrian).
3. Pekarangan yang ada, diarahkan pemanfaatannya bagi penanaman vegetasi
baik berupa tanaman produktif maupun tanaman hias.
4. Kawasan permukiman tidak memiliki akses langsung ke jalan arteri dan
kolektor, tetapi secara hirarkis dihubungkan oleh jalan-jalan lingkungan.
5. Kawasan permukiman lama diarahkan dengan intensifikasi penggunaan
lahan, menggunakan teknik dan instrumen yang sesuai.
6. Kawasan permukiman di kawasan baru (kawasan pengembangan)
diarahkan dengan ekstensifikasi menggunakan teknik dan instrumen seperti
guided land development dan insentif pengadaan akses serta infrastruktur.
Dan juga distribusi pengaturan kepadatan kawasan perumahan dimana
Kelurahan Sukamaju yang terletak di Kecamatan Sail termasuk kedalam
Kecamatan dengan kawasan kepadatan penduduk tinggi, dan biasanya untuk
pengembangan kawasan permukiman kepdatan tinggi pada pusat kota diarahkan
untuk pengembangan secara vertikal.
Perencanaan kawasan perumahanmemiliki komponen pengadaan,
perbaikan, dan peningkatan kualitas lingkungan.
1. Pengadaan perumahan menerapkan konsep hunian berimbang
perumahan ukuran besar, sedang, kecil yaitu 1 : 2:3. sedangkan
pengadaannya dilakukan oleh swasta, pemerintah, dan masyarakat.
Sektor privat didorong agar secara berimbang mengembangkan seluruh
segmen perumahan ukuran besar, sedang, maupun kecil.
2. Pengadaan perumahan untuk masyarakat ber-penghasilan rendah
(MBR) di pusat kota perlu diprogramkan dengan berbagai instrumen

40
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

yang tepat seperti urban renewal, konsolidasi lahan, land readjusment,


maupun revitalisasi.
Perbaikan rumah dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan
merupakan bagian dari program perumahan, khususnya untuk perumahan dan
kawasan kumuh
2.3.2 Rencana Pengembangan Perumahan
Dari uraian mengenai arah pengemabngan perumahan diatas, maka
rencana pengembangan perumahan yang tepat di Kelrahan SukamajuKecamatan
Sail yang termasuk dalam kategori kepadatan penduduk yang tinggi ialaaha
dengan membuat rencana pengembangan perumahan dengan konsep hunian
vertikal yang mana konsep ini sangat alternatif dalam mengatasi masalah
permukiman kumuh di Kelurahan Sukamaju. Dengan cara menata blok-blok
hunian vertikal didalam kawasan dengan KDB 50% RTH 50% dan mnyediakan
area normalisasi sungai. Blok-blok hunian ditata membentuk cluster-cluster.
Dimana setiap clusternya bisa terdiri atas 5 blok yang setiap blok dihuni 1 Rt.
Penataan block plan menyesuaikan dengan pola ruang eksisting di Kelurahan
Sukamaju. Dan lantai dasar hunian vertikal dapat dikosongkan untuk dijadikan
sebagai area terbuka yang berfungsi sebagai area luapan saat hujan.

41
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Studi
Lokasi studi berada di kota pekanbaru, tepatnya di wilayah Kelurahan
Sukamaju Kecamatan Sail dengan luas 3.26 km² . Yang terdiri dari 5 RW dan 20
RT yang menjadi bahan dalam studi kasus kali ini sebagai data penelitian.
3.2 Waktu
Ruang lingkup kajian waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
laporan Studio Permukiman Kota Tahun 2021 ialah selama semester genap tahun
akademik 2020/2021 yang dimulai pada bulan Februari 2021 sampai dengan Juni
2021.
3.3 Pendekatan Studi
Pada penelitian ini digunakan dua macam pendekatan studi yakni
pendekatan teoritis dan pendekatan praktis
3.3.1 Pendekatan Teoritis
Pendekatan teoritis dilakukan dengan cara melaksanakan studi literatur
(desk study) terhadap faktor-faktor yang sangat kuat relevansinya dengan kegiatan
pekerjaan ini, yang dalam hal ini berupa:
1. Kajian kebijakan-kebijakan pembangunan wilayah, khususnya dalam
kaitannya dengan pengembangan kawasan perencanaan.
2. Melakukan kajian terhadap studi-studi terkait, baik yang menyangkut
penataan ruang wilayah (RTRW Kabupaten dan Perda yang terkait dengan
kawasan perencanan), maupun dengan studi-studi sektoral yang pernah
dilaksanakan yang terdapat di wilayah perencanaan.
3. Review atau kajian terhadap Norma, Standar, Pedoman, Manual (NSPM)
umum perencanaan tata ruang wilayah perencanaan.
Dalam penelitian ini, pendekatan teoritis yang digunakan seperti panduan
kebijakan dari RP2KPKP, RTRW Kota Pekanbaru, RPJMD Pekanbaru, RDRTK,
RPJP Kota Pekanbaru.

42
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.3.2 Pendekatan Praktis


Pendekatan praktis dilakukan dengan cara melaksanakan survei lapangan
pada lokasi-lokasi yang menjadi sasaran kasus studi. Pendekatan ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran nyata (kondisi, potensi dan
permasalahan) dan untuk dapat merumuskan berbagai kemudahan di dalam upaya
merumuskan rencana pengembangan kawasan perencanaan.
Pada penelitian ini, pendekatan praktisi yang digunakan berupa melakukan
observasi lapangan serta wawancara untuk mengetahui jumlah KK dalam satu
rumah, berapa orang dalam satu rumah, tingkat kebersihan ataupun kelayakan
hunian yang dapat dilihat dari pencahayaan, penghawaan, sanitasi dan aspek
lainnya. Kemudian melakukan pengukuraan untuk mengetahui tipe rumah yang
dilihat dari luas bangunan tersebut dan juga melakukan pengambilan gambar guna
mengetahui jenis rumah yang dilihat dari bentuk bangunan.
3.4 Data Penelitian
Dalam penelitian ini, data penelitian dapat diamabil melalui pengumpulan
data dimana pengumpulan data sendiri merupakan suatu cara pengumpulan data
yang digunakan dalam suatu penelitian yang mana pengumpulan data ini dapat
berupa pengumpulan data dalam bentuk primer dan pengumpulan data secara
sekunder. Pada penelitian ini data penelitian yang digunakan yaitu sebagai beikut :
3.4.1 Data Penelitian Primer
Menurut Hasan (2002) data primer ialah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer dapat berupa data-data
yang bersifat kuantitatif juga kualitatif seperti opini dari seseorang maupun dari
suatu kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda secara fisik, hasil
perhitungan dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data
primer dalam penelitian ini adalah :
3.4.1.1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung pada objek kajian. Menurut Hasan (2002) Observasi ialah pemilihan,
pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang

43
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

berkenaan dengan organisasi, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Observasi


langsung yang dilakukan oleh peneliti bisa direalisasikan dengan cara mencatat
berupa informasi yang berhubungan atau berkaitan dengan keadaan perumahan di
Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sail. Dengan observasi secara langsung, peneliti
dapat memahami konteks data dalam berbagai situasi, maksudnya dapat
memperoleh pandangan secara menyeluruh. Untuk itu peneliti dapat melakukan
pengamatan secara langsung dalam mendapatkan bukti yang terkait dengan objek
penelitian.
Pada studi kasus, penelitian dilakukan dengan melihat objek secara
langsung. Yaitu dengan mengamati pola perumahan, tipe rumah berdasarkan
ukuran, jenis, kontruksi, dan status kepemilikan. Selain itu juga dilakukan
pengukuran jarak bangunan rumah dari sempadan muka bangunan, sempadan
belakang bangunan, sempadan samping bangunan, dan sempadan sungai.
3.4.1.2 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam (Hasan, 2002). Wawancara diperlukan apabila
perumahan di daerah penelitian saat dilakukan survei lapangan kondisinya sudah
tidak sesuai dengan kenampakan yang ditunjukkan pada foto udara.
Pada studi kasus, peneliti akan melakukan wawancara kepada penduduk
yang tinggal di Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sail. Beberapa hal yang akan
ditanyakan yaitu terkait dengan jumlah anggota keluarga, pekerjaan, lama tinggal,
luas bangunan dan luas lahan, status kepemilikan lahan terbangun dan juga lahan
kosong, serta rata-rata bangunan yang memiliki IMB.
3.4.1.3 Dokumentasi
Melakukan dokumentasi / foto saat survei tujuannya untuk penyertaan
bukti yang berkaitan dengan sektor perumahan. Adapun alat yang akan digunakan
dalam dokumentasi antara lain kamera handphone, kamera digital, dsb.
Pada studi kasus, akan dilakukan pengambilan foto berupa foto rumah dan
lahan rumah, lahan terbangun, lahan kososng, dan lain-lain terkait dengan sektor
perumahan.

44
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.4.2 Data Penelitian Sekunder


Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002).
Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu
dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah sumber data sekunder yang digunakan pada penelitian ini:
3.4.2.1 Interpretasi Foto Udara/Citra Satelit
Berdasarkan interpretasi foto udara dapat diketahui keadaan fisik di
Kelurahan Sukamaju, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pembuatan Peta. Peta
tersebut akan menjadi acuan bagi peneliti untuk mendapatkan gambaran tentang
lokasi penelitian terkait sektor perumahan. Peta untuk penelitian ini bersumber
dari website sasplanet.
3.4.2.2 Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, BPS merupakan Biro
Pusat Statistik, yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang
Sensus dan UU Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik.
Pada studi kasus, data BPS yang kami gunakan adalah Kecamatan Sail
Dalam Angka 2020, untuk memperoleh data administrasi, sosial dan budaya dari
kelurahan tersebut yang akan menjadi gambaran umum wilayah dalam penelitian
ini.
3.4.2.3 Kebijakan Tata Ruang Kota Pekanbaru
Dalam struktur ruang wilayah diarahkan pengembangan sistem pusat-
pusat permukiman perkotaan (urban system), fungsi utama pelayanan
perkotaan, hubungan antar pusat permukiman perkotaan, serta kebijakan
pokok pengembangan permukiman perkotaan di Wilayah Riau sampai akhir kurun
RTRWP Tahun 2026. Kebijakan tersebut memiliki tujuan yaitu agar mewujudkan
tata ruang perkotaan dalam sector perumahan yang aman, nyaman, menceminkan
keterpaduan antar sektor perumahan dan tata guna lahan, dan agar terorganisir
secara baik.

45
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.4.2.4 Surat Keterangan Kelurahan Terkait Perumahan


Surat keterangan (SK) dari kelurahan ini digunakan untuk mengetahui
kepemilikan rumah di Kelurahan Sukamaju, maupun data-data terkait perumahan
di Kelurahaan Sukamaju.
3.5 Variabel Data Penelitian
Variabel data penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
evaluative. Penelitian ini dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi eksisting di
tempat yang telah disurvei untuk kemudian dianalisis terhadap standar-standar
berdasarkan yang berlaku. Setelah melalui proses tersebut, dilanjutkan oleh
merancang perencanaan yang dapat diterapkan di daerah tersebut sesuai dengan
peruntukkan dan kebutuhannya. Pendeskripsian objek dilakukan dapat berupa
pendeskripsian terhadap sarana dan prasarana, hingga kependudukan di kelurahan
tersebut. Pada penelitian ini, penulis mengambil beberapa variabel data seperti :
kondisi dan karakteristik perumahan, potensi permasalahan dan kebutuhan
perumahan, dan proyeksi persebaran penduduk dan kebbutuhan perumahan
3.6 Populasi Dan Sampel
3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek
yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2010)
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka dari penjelasan para
peneliti tersebut, penulis menetapkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
bangunan di Kelurahan Sukamaju,Kecamatan Sail
3.6.2 Sampel Penelitian
Penarikan atau pembuatan sampel dari populasi untuk mewakili populasi
disebabkan untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku
bagi populasi. Arikunto (2010) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Selanjutnya menurut Sugiyono (2010) sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode

46
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian mengenai pola tata ruang
adalah non probability sampling, dengan prosedur purposive sampling (sampling
bertujuan).
Non probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Tidak semua masyarakat yang bertempat tinggal di
Kelurahan Sukamaju dijadikan responden. Purposive sampling digunakan karena
peneliti mempunyai kriteria tertentu dalam memilih individu-individu yang
diteliti. Peneliti memandang bahwa individu-individu tertentu saja yang dapat
mewakili (representive), karena menurut pendapat peneliti merekalah yang
mengerti tentang populasinya (Sigit 1999). Para ketua RT dan RW yang dianggap
merupakan responden yang representatif, karena memiliki kriteria tertentu sebagai
pemimpin yang mempunyai pengaruh dan pengetahuan tentang wilayah dan
keterkaitan dengan pola tata ruang tempat tersebut.
Pada penelitian ini, sampel diambil sesuai dengan karakteristik yang
dibutuhkan dan dianalisis untuk memperluas informasi yang telah ditemukan
sebelumnya. Dengan semakin banyaknya informasi yang masuk maka sampel
dapat dipilih sesuai dengan fokus penelitian atau dipertajam sesuai dengan
maksud penelitian.
Pada penelitian ini digunakan sampel bangunan atau elemen fisik. Kriteria
yang akan diambil sebagai sampel pada wilayah studi sebagai berikut : kontruksi
bangunan, tipe rumah, dan elemen-elemen fisik lainnya yang terdapat dalam
wilayah studi yaitu Kelurahan Sukamaju. Pengamatan dilakukan terhadap ruang
publik, bangunan dan elemen fisik.
Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang bermukim di
Kelurahan Sukamaju, yang berstatus sebagai penduduk di Kelurahan Sukamaju.
Pengambilan data dan wawancara pada masyarakat, ketua RT,RW, dan Kelurahan
di Kelurahan Sukamaju serta pemerintah atau instansi terkait, dengan
menggunakan prosedur purposive sampling. Data yang diperoleh akan digunakan
dalam penentuan arahan aspek non fisik.

47
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.7 Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode untuk menganalisis data
yang di dapatkan, yaitu:
3.7.1 Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2012) analisis deskriptif yaitu, penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan
variabel yang lain. Analisis deskriptif ini berfungsi untuk memberi gambaran
secara umum data atau informasi yang diperoleh.
Pada studi kasus, peneliti akan melakukan analisis kepadatan penduduk,
pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk, tingkat hunian penduduk, data KK
penduduk, analisis letak/lokasi rumah dan jumlah rumah, serta analisis luas dan
proporsi penggunaan lahan untuk perumahan yang ada di Kelurahan Sukamaju,
Kecamatan Sail, Pekanbaru.
3.7.1.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Creswell (2008) mendefiniskannya sebagai suatu pendekatan atau
penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Analisis
Kualitatif dalam penelitian ini yaitu berupa deskripsi dan bersifat non numerik
yang digunakan untuk mempermudah dalam penjelasan dan deskripsi wilayah
studi. Dalam studi ini analisis kualitatif menggunakan foto atau gambar, bagan,
diagram dan tabel dengan mendeskripsikan agar mudah di pahami.
Dalam analisis kualitatif data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data sangat tinggi
sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif sehingga teknik
analisa yang digunakan belum ada pola yang jelas. Oleh Karena itu sering
mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
Proses analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis
sebelum di lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder yang akan menentukan fokus penelitian.

48
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Pada studi kasus, akan dilakukan pengolahan data yang bersumber dari
hasil observasi, wawancara, dan kuisioner dari penduduk yang tingga di
Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sail, Pekanbaru.
3.7.1.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif
Ali Muhson (2006) analisis kuantitatif adalah teknik analisis data
terhadap data yang dapat dikuantitatifkan (diangkakan), bahkan dapat pula
dianalisis secara kualitatif. Data-data yang berupa angka sebagai alat menganalisis
dan dilakukan dalam kajian penelitian, terutama mengenai apa yang sudah di
teliti. Data yang termasuk dalam data kuantitatif antara lain adalah data
kependudukan. Analisi yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
3.7.1.2.1 Analisis Proyeksi Penduduk
Pada studi kasus, akan dilakukan proyeksi penduduk di Kelurahan
Sukamaju, Kecamatan Sail, Pekanbaru 20 tahun yang akan datang. Proyeksi
penduduk dikerjakan dengan metode matematik, yaitu dengan metode Geometrik
yaitu mengasumsikan bahwa jumlah penduduk akan tumbuh secara geometrik
menggunakan dasar perhitungan bunga berbunga (bunga majemuk), dalam hal ini
angka pertumbuhan penduduk dianggap sama untuk setiap tahun. Dalam
melakukan proyeksi diasumsikan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk tetap sehingga angka pertumbuhan sama untuk setiap tahun.
3.7.1.2.2 Analisis Intensitas Bangunan
Intensitas bangunan terdiri dari KLB, KDB, dan KDH. Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) merupakan perbandingan antara luas total bangunan dengan luas
lahan. Luas bangunan yang dihitung KLB adalah seluruh luas bangunan yang ada,
mulai dari lantai dasar hingga lantai atas. KLB biasanya dinyatakan dalam angka.
Semakin padat suatu daerah, maka angka KLB semain tinggi. Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) hanya memperhitungkan luas bangunan yang tertutup atap.
Jalan serta halaman dengan pengerasan yang ridak beratap tidak termasuk dalam
aturan ini. Tujuan dari KDB adalah untuk menyediakan ruang terbuka hijau yang
cukup untuk resapan air. KDB biasanya dinyatakan dalam % (Persentase). KDH (
Koefisien Daerah Hijau ) yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh
ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah dikuasai.

49
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.7.1.2.3 Jarak Bebas Bangunan


Jarak bebas bangunan terdiri atas 2, yaitu garis sempadan sungai dan garis
sempadan bangunan. Tujuan adanya jarak bebas bangunan ini adalah untuk
melindungi masyarakat dari kecelakaan suatu bangunan yang mungkin terjadi.
Garis Sempadan Banguan ( GSB ) memiliki fungsi sebagai pembatas ruang atau
jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan
yang dikuasai. Garis Sempadan Sungai ( GSS ) adalah garis luar pengaman
sunga, yang bertujuan untuk perlindungan, pengendalian, penggunaan, dan
pengembangan atas sumber daya yang ada pada sungai agar dapat sesuai dengan
tujuannya.
3.7.1.2.4 Proyeksi Kebutuhan Rumah
Jumlah penduduk di Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sail, Pekanbaru
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, maka kebutuhan rumah
diproyeksikan juga meningkat sehingga dibutuhkan proyeksi penambahan rumah
pada 20 tahun yang akan mendatang. Untuk menentukan jumlah unit rumah yang
akan dibangun pada setiap RW, perlu memperhatikan tingkat hunian penduduk
per rumah. Proyeksi kebutuhan permukiman dihitung setelah mencari formula
hubungan jumlah penduduk dengan jumlah bangunan yang dikerjakan dengan
regresi linier. Standart rasio luas permukiman per jiwa menurut pemerintah yaitu
12 m^2 per jiwa. Dalam penelitian ini kecenderungan rasio luas permukiman per
jiwa dihitung dengan memperhatikan antara daerah padat dengan yang tidak
padat. Asumsi dihitung berdasarkan data jumlah penduduk dan luas lahan
permukiman Tahun n dicari dengan membagi antara luas lahan permukiman per
jumlah penduduk, sementara penghitungan proyeksi kebutuhan permukiman
dihitung dengan mengalikan antara luas Permukiman per jiwa dengan proyeksi
jumlah penduduk tahun yang sudah dicari sebelumnya.
3.7.2 Analisis Evaluatif
Menurut Suchman yang dikutip oleh Arikunto, Jabar, dan Abdul (2010,
hal. 56) evaluasi dipandang sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai dalam beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan. Aplikasinya dilakukan dengan membandingkan data kondisi

50
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

lapangan mengenai sarana dan prasarana dengan kondisi yang terdapat pada studi
literatur.
Pada studi kasus, akan dilakukan perbandingan kondisi perumahan yang
ada di Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sail, Pekanbaru dengan beberapa literatur
jurnal, penelitian terdahulu dan SNI maupun kebijakan lainnya yang terkait.
3.7.3 Analisis Preskriptif
Menurut Purwandaka (2009) analsis preskriptif merupakan penelitian
untuk mendapatkan saran-saran dalam mengatasi masalah tertentu. Soerjono
Soekanto mengatakan bahwa analisis preskriptif adalah suatu analisis yang
ditujukan untuk mendapatkan saran-saran untuk memecahkan masalah-masalah
tertentu.
Dalam analisis ini di proyeksikan bagaimana pengembangan yang akan
dilakukan terkait sektor perumahan untuk 20 tahun kedepan.
3.8 Tahapan Penelitian
Dalam melakukan penelitian mengenai perumahan ini dilakukan dalam hal
beberapa tahap, yaitu:
3.8.1 Tahapan Pra Lapangan
Pada tahap pra-lapangan merupakan tahap penjajakan lapangan. Ada enam
langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu :
1. Menyusun rancangan penelitian Pada tahap ini, peneliti membuat usulan
penelitian atau proposal yang sebelumnya didiskusikan dengan dosen
pembimbing dan mahasiswa. Pembuatan proposal ini berlangsung sekitar
satu bulan melalui diskusi yang terus-menerus dengan dosen pembimbing
dan mahasiswa.
2. Memilih lapangan penelitian Peneliti memilih Kelurahan Sukamaju
Kecamatan Sail karena kelurahan ini merupakan kesepakatan bersama,
untuk meneliti bagaimana kondisi perumahan di Kelurahan Sukamaju
Kecamatan Sail tersebut.
3. Menjajaki dan Menilai Lapangan Tahap ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran umum tentang kondisi eksisting di Kelurahan Sukamaju
Kecamatan Sail ini. Agar peneliti lebih siap terjun ke lapangan serta untuk

51
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

menilai keadaan, situasi, latar belakang dan konteksnya sehingga dapat


ditemukan dengan apa yang dipikirkan oleh peneliti.
4. Memilih dan Memanfaatkan Informan Tahap ini peneliti memilih seorang
informan yang merupakan orang yang benar-benar tahu dan terlibat
bagaimana keadaan atau kondisi di Kelurahan Sukamaju Kecamatan Sail
ini. Kemudian memanfaatkan informan tersebut untuk melancarkan
penelitian.
5. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan segala sesuatu atau kebutuhan yang akan dipergunakan
dalam penelitian ini.
3.8.2 Tahapan Lapangan
Dalam tahap lapangan ini dibagi atas tiga bagian yaitu :
1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri Tahap ini selain
mempersiapkan diri, peneliti harus memahami latar penelitian agar dapat
menentukan model pengumpulan datanya.
2. Memasuki lapangan pada saat sudah masuk ke lapangan peneliti menjalin
hubungan yang akrab dengan masyarakat di wilayah penelitian dengan
menggunakan tutur bahasa yang baik, akrab serta bergaul dengan mereka
dan tetap menjaga etika pergulan dan norma-norma yang berlaku di dalam
lapangan penelitian tersebut.
3. Pengumpulkan data. Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang
diperolehnya ke dalam fieldnotes, baik data yang diperoleh dari
wawancara, pengamatan atau menyaksikan sendiri kejadian tersebut.
3.8.3 Tahap Pasca Lapangan
Pada tahap pasca lapangan ini terdapat dua bagian, yaitu:
3.8.3.1 Tahap Pengolahan dan Analisa
1. Potensi/ Kekuatan, kekuatan yang dimiliki oleh indikator perkembangan
kawasan perencanaan untuk tumbuh dan berkembang, sehingga diperlukan
suatu kebijakan dan strategi peningkatan/penambahan nilai.

52
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

2. Kelemahan/ Permasalahan, kelemahan atau kekurangan yang dimiliki oleh


kawasan perencanaan sehingga menghambat kawasan perencanaan untuk
tumbuh dan berkembang.
3. Kesempatan/ peluang yang lebih luas yang memberikan dampak tumbuh
dan berkembangnya kawasan perencanaan seperti meningkatnya ekonomi
makro, investasi yang tumbuh cepat, terbuka akses kawasan dengan luar,
sehingga diperlukan kebijakan dan strategi penguatan akses dan
kemudahankemudahan bagi pengembangan kawasan.
4. Ancaman, indikator eksternal yang dapat menghambat tumbuh dan
berkembangnya kawasan perencanaan, sehingga diperlukan kebijakan dan
strategi penguatan koordinasi, kerjasama, dan sikronisasi pembangunan.
3.8.3.2 Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga
dalam tahap akhir ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penulisan
laporan. Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik
karena menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.
3.8.3.3 Time Schedule
Dalam berbagai kegiatan seharusnya harus ada managemen atau penetapan
jadwal agar kegiatan yang dikerjakan atau penelitian yang dikerakan dapat selesai
tepat waktu dan sesuai dengan tahapan-tahapan dan prosedur yang telah sesuai.
Dalam arti lain time schedule sangat penting agar efesien waktu dan mempunyai
target atau batas waktu dalam mengerjakan penelitian ini. Hal ini dapat
membuktikan bahwa mahasiswa seharusnya bisa mengatur waktu dan memiliki
target yang jelas agar penelitian yang dilakukan selesai dengan tepat waktu.

53
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.9 Desain Survei


Tabel 3.1 Desain Survei
Metode
No Sasaran Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Pengambilan Metode Analisis Output
dibutuhkan Data
1 Mengetahui Kondisi Tipe Rumah Data Primer  Hasil Survei Pengambilan Data Analisis Teridentifika
kondisi dan dan Berdasarkan Pengukuran Luas Di Kelurahan Diperoleh Dengan Deskriptif: si kondisi
karakteristik karakteristi ukuran : Rumah Sukamaju Metode Survey Kuantitatif dan
perumaan di k  Besar  Kelurahan Primer dan Ukuran Rumah karakteristik
Kelurahan perumahan  Sedang Sukamaju Observasi perumahan
Sukamaju  Kecil di Kelurahan
Tipe Rumah Data Primer Analisis Sukamaju
Berdasarkan Pengambilan Deskriptif
Jenis Rumah: Gambar Bentuk Kualitatif:
 Rumah Rumah Jenis Rumah
Inti (Observasi)
 Rumah
Tunggal
 Rumah
Koppel
 Rumah
Deret
 Rumah
Kos

1
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Metode
No Sasaran Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Pengambilan Metode Analisis Output
dibutuhkan Data
Tipe Rumah  Pondasi Rumah Pengambilan Data Konstruksi
Berdasarkan  Dinding Diperoleh Dengan Rumah
Konstruksi: Rumah Metode Observasi
 Permanen  Lantai Rumah di Lapangan
 Semi  Atap Rumah dengan melihat
Permanen bentuk konstruksi
 Non rumah
Permanen
Tipe Rumah Data Primer  Survei Analisis
Berdasarkan (Wawancara) dan sekunder ke Deskriptif
Status Data Sekunder (Data Kelurahan Kualitatif:
Kepemilikan: Dari Instansi  Wawancara Status
 Pribadi Kelurahan) dengan pemilik Kepemilikan
 Negara rumah
 Sewa
Pihak Data primer Data diperoleh
Pembanguna (wawancara) dan melalui metode
n: data sekunder (data wawancara
 Pemerinta dari instansi)
h
 Depelope
r
 Individu

2
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Metode
No Sasaran Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Pengambilan Metode Analisis Output
dibutuhkan Data
Pola Data Primer dengan Data diperoleh Analisis
Perumahan: mengamati dan dengan metode Deskriptif
 Linier pengambilan gambar survey dan melihat Kualitatif:
 Terpusat pola persebaran melalui arcgis Pola
 Tersebar bangunan Perumahan
 Grid

2 Unruk Potensi Kondisi Hasil Survei Data diperoleh Data diperoleh Analisis Diketauinya /
mengetahui permasalahan kependudukan: Kependudukan di melalui survey melalui survey dan Kuantitatif terindentifikasi
potensi, dan  Kepadatan Kelurahan Sukamju dan observasi observasi  Analisis potensi,
permasalahan kebutuhan penduduk proyeksi permasalahan
dan kebutuhan perumahan  Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
perumahan di penduduk  Analisis perumahan di
Kelurahan  Persebaran proyeksi Kelurahan
Sukamaju penduduk kebutuhan Sukamaju
 Tingkat hunian rumah
penduduk  Analisis
 Data KK Intensitas
penduduk Bangunan
Analisis
Evaluatif,
hasil
perhitungan
:

3
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Metode
No Sasaran Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Pengambilan Metode Analisis Output
dibutuhkan Data
 Kepadat
an
pendudu
k
pertumb
uhan
pendudu
k
 Persebar
an
pendudu
k
 Tingat
hunian
Intensitas  Luas Dasar  Survey primer Analisis
Bangunan: Bangunan dengan melihat Deskriptif
 Koefisien  Luas Lantai keadaan di Kuantitatif
Dasar Bangunan lapangan :
Bangunan  Luas Persil  Perhitungan di  Koefisien
 Koefisien Tanah Lapangan Dasar
Lantai  Luas Ruang Bangunan
Bangunan Terbuka di  Koefisien
 Koefisien Luar Lantai
Dasar Bangunan Bangunan
Hijau  Luas Tapak  Koefisien
Bangunan Dasar Hijau

4
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Metode
No Sasaran Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Pengambilan Metode Analisis Output
dibutuhkan Data
Jarak Bebas  Jarak  Survey primer Analisis
Bangunan Sempadan dengan melihat Deskriptif
Muka keadaan di Kuantitatif
Bangunan lapangan :
 Jarak  Perhitungan di  Garis
Sempadan Lapangan Sempadan
Belakang Bangunan
 Jarak  Garis
Sempadan Sempadan
Samping Sungai
Bangunan
 Jarak
Sempadan
Sungai
Kelayakan Data Primer dengan Pengambilan Data Analisis
Hunian Cara Pengamatan di Diperoleh Dengan Deskriptif
Berdasarkan: Lapangan Metode Observasi di Kualitatif:
 Pencahaya Lapangan dengan Kelayakan
an melihat langsung Hunian
 Penghawa keadaan di lapangan
an
(ventilasi)
 Kenstruksi

5
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Metode
No Sasaran Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Pengambilan Metode Analisis Output
dibutuhkan Data
Permasalahan  Letak goegrafis Data diperoleh Analisis
kebutuhan lokasi melalui metode Deskriptif:
rumah: perencanaan survey dan observasi letak/lokasi
 Letak/ lokasi terhadap rumah dan
rumah kawasan lain jumlah
 Kekurangan  Pola kekurangan
rumah penyebaran rumah
(Backlog) perumahan
 Data jumlah
penghuni rata-
rata
 Data jumlah
penduduk
 Data jumlah
rumah
Kondisi tata  Peta  Hasil survei Data diperoleh Analisis
guna lahan: penggunaan lapangan di melalui metode Deskriptif :
 Penggunaan lahan untuk Kelurahan survey dan observasi Luas dan
lahan untuk perumahan Sukamaju, proporsi
perumahan beberapa tahun survei penggunaan
 Luas terakhir literatur lahan untuk
penggunaan  Data luas dan Buku perumahan
lahan untuk proporsi  Fakta RDTR
perumahan penggunaan Kecamatan
 Proporsi lahan Sail
penggunaan
lahan perumahan

6
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

Metode
No Sasaran Variabel Sub Variabel Data yang Sumber Data Pengambilan Metode Analisis Output
dibutuhkan Data
3 Merumuskan Proyeksi  Proyeksi Hasil proyeksi Fakta analisis dan Data diperoleh Analisis Rencana dan
rencana dan persebaran persebaran penduduk, laporan hasil melalui metode Preskriptif: arahan
arahan penduduk penduduk kebutuhan rumah survei survey dan observasi Merencanaka pengembanga
pengembang dan  Kebutuhan dan penggunaan kependudukan n dan perumahan di
an perumahan kebutuhan rumah untuk lahan di Kelurahan memberikan Kelurahan
di Kelurahan rumah 20 tahun ke Sukamaju arahan Sukamaju
Sukamaju depan pengembanga
 Kondisi tata n perumahan
guna lahan di Kelurahan
Kelurahan Sukamaju
Sukamaju
Hasil Diskusi, 2021

7
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.10 Time Schedule


Tabel 3.2 Time Schedul
Uraian Pekerjaan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Laporan
b. Laporan Pendahuluan
 BAB I
 BAB II
 BAB III
c. Persiapan Surat Survei
2. Survei Lapangan
a. Survei
b. Pelaporan dan Perbaikan
3. Laporan Antara ( Fakta & Analisis )
4. Laporan Rencana
a. Penyempurnaan Laporan Rencana
b. Penyusunan dan Penggabungan Laporan
Rencana
Sumber: Hasil Analisis, 2021
Keterangan:
Pengerjaan dan Asistensi Survei Lapangan
Final Acc Tahap Persiapan
Presentasi

8
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.11 Kerangka Berpikir

Tabel 3.3Kerangka Pikir


Sumber : Hasil Diskusi. 2021

1
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.12 Job Description


3.12.1 Uraian Pekerjaan Penulisan Laporan ( job description)

Tabel 3.4 Job Uraian Pekerjaan (Job Description) Sektor Perumahan


Sumber : Hasil Diskusi. 2021

1
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

3.12.2 Bagan Struktur Sektor Perumahan

Tabel 3.5 Bagan Struktur Sektor Perumahan


Sumber : Hasil Diskusi. 2021

1
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

4 DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Mokolensang, G. J., Waani, J. O., & Sela, R. (2015). Perubahan Rumah Tipe 21
di Perumahan Simpony Indah Watutumou II dan Perumahan Pemda
Kalawat Minahasa Utara. Sabua: Jurnal Lingkungan Binaan dan
Arsitektur, 7(1), 413-422.
Syahreza, R. E., Hamdi, N., & Nori, Y. (2020). POLA PERKEMBANGAN
PERUMAHAN DI KECAMATAN KOTO TANGAH (Doctoral
dissertation, Universitas Bung Hatta).
Rachman, H. F. (2010). Kajian Pola Spasial Pertumbuhan Kawasan Perumahan
dan Permukiman di Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS DIPONEGORO).
Keman, S. (2005). Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Unair, 2(1), 3947
Hutapea, Handayani, and Suwandono Djoko. “Perencanaan Pembangunan
Perumahan Baru Dan Strategi Pengadaan Tanah Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah Di Kecamatan Banyumanik.” Jurnal Ruang 2,
no. 4 (2014): 371–80.
Aziz Nurhakim, Muhammad. “Pemenuhan Atas Sarana Dan Utilitas Pada
Perumahan Subsidi Mutiara Puri Harmoni Rajeg Tangerang Menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan
Permukiman.” Jurnal Hukum, n.d., 1–24.
Bawah, K. E., Ogan, D. I., & Indah, P. (2012). Analisis Kebutuhan Perumahan
Untuk Masyarakat Menengah. PILAR Jurnal Teknik Sipil, 7(2), 57–65.

Peraturan:
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukian
SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

1
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
STUDIO PERMUKIMAN KOTA 2021
KECAMATAN SAIL
KELURAHAN SUKAMAJU

1
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Anda mungkin juga menyukai