PROPOSAL KELOMPOK
Disusun Oleh:
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
1.0 PENDAHULUAN
Sikap prilaku merupakan konsep fundamental dalam penelitian psikologi sosial dan
lingkungan. Ini mengacu pada kecenderungan pribadi yang diungkapkan oleh individu untuk
mendukung atau tidak menyukai entitas atau fenomena tertentu dalam masyarakat dan alam
(Kalstrøm dan Ryghaug, 2014;). Penelitian ini menanyakan tentang sikap responden terhadap
10 isu kelestarian lingkungan yang berbeda.Teori tindakan beralasan (TRA) dan teori
terencana perilaku (TPB) adalah dua teori kognitif dasar tentang prilaku ramah lingkungan
atau niat membeli. Perilaku manusia terhadap fenomena, subjek, atau objek apapun
merupakan hasil dari sikap atau niat yang dimiliki manusia tentang Perilaku yang
dimaksudkan (Teori tindakan beralasan- (Fishbein, 1967; Fishbein dan Ajzen,1975)).
Perceived behavioral control (PBC) (keyakinannya tentang faktor-faktor yang dapat
meningkatkan kinerja), Norma Subyektif (SN), dan sikap membeli ramah lingkungan (atau
sikap membeli yang pro lingkungan) memainkan peran penting dalam meningkatkan
prediktabilitas yang dimaksudkan Perilaku (Teori perilaku terencana- (Ajzen, 1991, 1985)).
Oleh karena itu, penelitian ini mengintegrasikan model konseptual situs web evaluasi
menjadi teori perilaku terencana (TPB) untuk mencerminkan bagaimana aspek rinci dari
fungsionalitas dan kegunaan mempengaruhi pembelian kembali niat hotel. Teori perilaku
terencana adalah yang fundamental konsep yang menjelaskan dan memprediksi perilaku
konsumen (Ajzen, 1991), yang meliputi tiga unsur utama yaitu, sikap, norma subjektif dan
kontrol perilaku yang dirasakan.
Karena pada saat ini masyarakat lebih siap untuk membeli produk ramah lingkungan
dengan cukup informasi yang dapat diandalkan, perusahaan harus memberikan informasi
yang dapat dipercaya untuk pelanggan mereka untuk mengembangkan merek ramah
lingkungan dan meningkatkan pengetahuan ramah lingkungan (Peattie, 2010). Sulit bagi
pemasar untuk membujuk klien mereka untuk membeli produk mereka tanpa memberikan
informasi yang cukup kepada konsumen mereka. Korporasi harus menunjukkan lebih banyak
informasi tentang kinerja produk ramah lingkungan mereka untuk mendapatkan kepercayaan
pelanggan mereka.
Konsumen hijau, atau konsumen yang sadar ekologis, dapat didefinisikan sebagai
konsumen yang memperhitungkan konsekuensi publik dari konsumsi pribadinya atau yang
mencoba menggunakan kekuatan pembeliannya untuk mempromosikan perubahan sosial
(Webster, 1975). Selanjutnya, ini perilaku konsumen mencerminkan sikap dan tindakan
mereka terhadap perlindungan lingkungan (Fraj & Martinez, 2006). Istilah “produk hijau”
atau “produk lingkungan” biasanya menggambarkan produk yang melindungi atau
meningkatkan lingkungan alam, konservasi energi dan pengurangan atau penghapusan agen
beracun, polusi, dan limbah (Ottman et al., 2006). Beberapa tipe konsumen yang ramah
lingkungan barang adalah makanan organik, lampu hemat energi, peralatan hemat energi,
sistem pemanas panas matahari, dan listrik "hijau" (Welsch & Kuhling, 2011; Muda, 2008).
Motivasi adalah kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan. Menurut
George and Jones (2002), dalam Riniwati (2011:40), teori motivasi dibagi menjadi dua yaitu,
teori kepuasan dan teori proses. Dimana teori kepusan memusatkan perhatian pada faktor-
faktor di dalam individu yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan
prilaku. Teori proses menerangkan dan menganalisis bagaimana perilaku didorong, diarahkan
dan di proses.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2010 tentang
kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan BAB I, Pasal 1, bangunan ramah
lingkungan (green building) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan
dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting
penanganan dampak perubahan iklim.
Wang et al. (2018) mengamati bagaimana informasi tentang atribut hijau produk
remanufaktur mempengaruhi persepsi dan pembelian konsumen. Mereka menemukan bahwa
informasi tentang penghematan energi dan material serta pengurangan emisi memengaruhi
kepercayaan secara positif, dan informasi tentang penghematan material memiliki pengaruh
terbesar. Hazen et al. (2012) menunjukkan bahwa ambiguitas mengenai proses produksi
dapat mengakibatkan rendahnya persepsi kualitas dan kesediaan konsumen untuk membayar
lebih. Demikian pula, informasi lingkungan yang terkait dengan proses remanufaktur sering
kali tidak dapat diakses oleh konsumen. Harus ada upaya untuk memberikan informasi
lingkungan yang jujur dan dapat diakses (Tseng et al., 2015).
Dalton dalam Trasorras (2009) menyatakan bahwa pelanggan akan setia kepada
orang-orang yang membantu mereka dalam menyelesaikan masalah melampaui apa yang
pelanggan harapkan. Perusahaan yang mampu mengembangkan dan mempertahankan
loyalitas konsumen akan memperoleh kesuksesan jangka panjang atas usaha yang dilakukan
Saputra (2011). Dick dan Basu (dalam Ali Hasan, 2008:84) menyatakan definisi loyalitas
lebih bersifat operasional yang menyebutkan bahwa loyalitas sebagai sebuah konsep yang
menekankan pada tuntutan pembelian, proporsi pembelian, atau probabilitas pembelian.
Sementara itu Alida Palilati (2004:67) mengatakan bahwa loyalitas terhadap produk atau jasa
perusahaan (merek) didefinisikan sebagai sikap menyenangi (favorable) terhadap sesuatu
merek, yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang
waktu
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan literatur diatas, maka penulis merumuskan pokok masalah penelitian sebagai
berikut:
Sebagian besar studi dalam konteks seluler membahas norma subjektif terkait
penggunaan ponsel. Sebagai contoh, (Schepers dan Wetzels 2007) menemukan bahwa norma
subjektif berpengaruh positif terhadap niat konsumen untuk menggunakan smartphone.
Hubungan ini lebih mungkin ditemukan dalam konteks masyarakat barat daripada dalam
konteks masyarakat non-barat. Orang-orang biasanya beralih ke kelompok tertentu untuk
standar atau penilaian mereka terhadap perilaku tertentu, tetapi hanya sedikit penelitian yang
membahas dampak norma subjektif pada pembayaran seluler. Misalnya, (Wang et al., 2016)
menyatakan bahwa ketika konsumen bermaksud mencari sumber informasi perjalanan,
mereka menggunakan platform jejaring sosial untuk berkomunikasi dengan teman dan
keluarga melalui ponsel cerdas. Temuan juga menunjukkan bahwa umpan balik instan
tentang sumber informasi secara positif mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen
untuk pemakaian suatu produk tertentu.
Kaitannya dengan topik yang dibahas adalah bagaimana sosial media dan prilaku
sangat berpengaruh dalam proses penyebaran kebiasaan eco buying yang belakangan ini
gencar dilakukan khususnya pada perusahaan Brown Craft yang menggalakan pemasaran
hijau untuk seluruh outlet. Menurut (Liska, 1984) dan (Sarver, 1983) Kontrol perilaku yang
dirasakan dianggap sebagai aspek penting bagi konsumen mengingat sikap terhadap perilaku
tertentu dan kelompok referensi orang lain dalam masyarakat. Kontrol perilaku yang
dirasakan mengacu pada kendala potensial dari tindakan yang dimaksudkan, seperti sumber
daya yang tersedia dan peluang. Dengan demikian, kontrol perilaku yang dirasakan mengacu
pada kemampuan individu untuk mengontrol perilaku tertentu (Hsu dan Huang, 2012).
H2. Norma subyektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap green buying
terhadap konsumen pada perilaku membeli dalam demografi Yogyakarta
H3. Kontrol perilaku yang dirasakan secara positif dan signifikan mempengaruhi
perilaku pembelian ramah lingkungan terhadap produk Brown Craftdalam demografi
Yogyakarta
Environmental Knowladge
Environmental concern
Analisis kami sejauh ini mengasumsikan bahwa perusahaan enggan berinvestasi
peningkatan penggunaan hijau, dan sekarang kami memeriksa pengaruh kepedulian
lingkungan konsumen pada pengenalan produk. Lebih khusus lagi, seperti yang telah dibahas
sebelumnya, kami fokus pada kepedulian terhadap lingkungan konsumen tidak hanya peduli
tentang pengurangan emisi dari penggunaan produk, tetapi juga bersedia membayar (Penulis
Anonim,2012) harga yang lebih tinggi bagi perusahaan untuk (Kuiti et al., 2020) mengurangi
(Science, 2019) emisi tahap produksi. Dalam praktiknya, konsumen adalah bersedia
membayar harga yang lebih tinggi untuk produk dan manufaktur rendah karbon proses, yang
sebagian besar tercermin dalam tanggung jawab sosial konsumen. Misalnya, Liu et al. (2012)
meneliti tentang konsumen bersedia membayar harga lebih tinggi untuk produksi ramah
lingkungan. Selain itu, Raz et al (2013) fokus pada peningkatan penggunaan hijau yang
mengurangi tahap penggunaan konsumsi energi dan meningkatkan kesediaan konsumen
untuk membayar. Lebih lanjut, Deltas et al. (2013) meneliti bahwa konsumen bersedia
membayar harga yang lebih tinggi untuk penggunaan ramah lingkungan dan perbaikan
manufaktur. Demikian pula, total emisi produk yang menggunakan energi adalah jumlah dari
emisi perusahaan dan konsumen.
Health Concern
Dalam keadaan dengan kualitas kesehatan seperti saat ini menjadi fokus utama bagi
para pendiri usaha untuk membangun usaha yang basis ramah lingkungan seperti melakukan
pemasaran metode Green marketing. Green marketing adalah suatu proses pemasaran dan
produksi barang atau jasa yang lebih mengutamakan keramahan terhadap lingkungan. Green
marketing sebaiknya dilakukan oleh semua perusahaan di dunia, karena sekarang ini
lingkungan kita semakin rusak karena adanya pemanasan global (global warming). Global
warming 12 terjadi karena kandungan CO2 (karbondioksida) dalam udara di bumi ini
sangatlah melimpah dibandingkan dengan kandungan O2 (oksigen).
Menurut Ottman dan Ahmad (2016: 35), mendefinisikan produk hijau adalah produk
yang biasanya tahan lama, tidak tidak berbahaya bagi kesehatan, pengemasan terbuat dari
bahan daur ulang. Menurut Shaputra dalam Ridwan (2018: 82), mengemukakan produk hijau
adalah produk yang berwawasan lingkungan, yang dirancang dan 14 diproses dengan suatu
cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi,
pendistribusian dan pengkonsumsiannya. Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa produk hijau (green product) adalah suatu produk yang berwawasan
lingkungan yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang
dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsianya
Menurut Kotler dan Keller (2012: 177), kepuasan konsumen adalah merupakan
perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja
atau hasil yang diharapkanya. Menurut Daryanto dan Setyobudi (2014: 43), mengatakan
kepuasan konsumen adalah suatu penilaian emosional dari konsumen setelah konsumen
menggunakan produk dimana harapan dan kebutuhan konsumen yang menggunakannya
terpenuhi. Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan
konsumen adalah perasaan senang atau kecewa yang dirasakan konsumen atas pengalaman
yang didapat dari produk yang ditawarkan oleh perusahaan dengan harapan keinginan dan
kebutuhan dapat dipenuhi.
Penelitian yang dilakukan oleh Mareta Harlia Savitri (2016), dengan judul Pengaruh
Kualitas Produk Hijau dan Harga Premium Terhadap Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel kualitas produk hijau dinyatakan
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. Variabel harga premium dinyatakan
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Tarigan, Ari K.M (2019), Expectations, attitudes, and preferences regarding support
and purchase of eco-friendly fuel vehicles.
Gonçalves,Helena Martins dkk (2015), Green buying behavior and the theory of
consumption values: A fuzzy-set approach.
Suna, Sunny dkk (2020), Mediating effects of attitude, subjective norms and
perceived behavioural control for mobile payment-based hotel reservations.
Kumar,Gupta Amit (2021), Framing a model for green buying behavior of Indian
consumers: From the lenses of the theory of planned behavior.
Wan a, Calvin dkk (2017). Experiential and instrumental attitudes: Interaction effect
of attitude and subjective norm on recycling intention.
Mohd Sadiq c, Mohd dkk (2021), Why do retail consumers buy green apparel? A
knowledge-attitude-behaviour-context perspective Amandeep Dhir a,b,g.
ANGKET PENELITIAN
Kepada Yth.
Bpk/Ibu/Saudara
Di Tempat
Assalamua’laikum.Wr.Wb
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen yang sedang melakukan
penelitian dengan judul PENGARUH PEMASARAN RAMAH LINGKUNGAN
TERHADAP PRILAKU PELANGGAN PADA PRODUK BROWN CRAFT. Untuk
kepentingan penelitian tersebut kami menyusun kuesioner yang di dalamnya terdapat
pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk memperoleh penilaian Bpk/Ibu/Saudara,
khususnya berkenaan dengan pengaruh pemasaran melalui sosial media terhadap minat
berbelanja pada masyarakat.
Pertanyaan berikut berkenaan dengan jati diri bapak/ibu/saudara. Jawablah pertanyaan tersebut
dengan memberi tanda silang (X) pada nomer jawaban yang dianggap paling sesuai
1. Jenis Kelamin
1. Pria
2. Wanita
2. Usia
1. 18-22
2. 23-28
3. Pendidikan
1. SMA / Sederajat
2. D3
3. S1
4. S2
4. Asal
YOGAKARTA
5. Gaji atau upah setiap bulannya
1. ≤ 5 juta
2. 5 juta
3. ≥ 5 juta
BAGIAN 2: PENGALAMAN RESPONDEN
Pertanyaan berikut berkenaan dengan jati diri bapak/ibu/saudara. Jawablah pertanyaan tersebut
dengan memberi tanda silang (X) pada nomer jawaban yang dianggap paling sesuai
1. Platform media social apakah yang sering digunakan untuk melakukan pembelian
produk
1. Online
2. Outlate
3. Klontongan
4. Dan lain-lain
2. Seberapa seringkah anda melakukan pembelian barang secara online dalam satu bulan
1. Lebih dari satu kali
2. Satu kali
3. Tidak pasti
melakukan pembelian
setiap bulannya
BAGIAN 3: Pengetahuan Lingkungan
X= Sosial media atau platfrom belanja online yang sering anda gunakan.
Penilaian
A Pengetahuan Lingkungan
Saya tahu lebih banyak tentang daur ulang
1. 1 2 3 4 5 6
daripada orang kebanyakan
Saya tahu cara memilih produk dan paket
2. yang mengurangi luas lahan akan menyia- 1 2 3 4 5 6
nyiakan
Saya memahami ungkapan dan simbol
3. lingkungan pada kemasan produk 1 2 3 4 5 6
X= Sosial media atau platfrom belanja online yang sering anda gunakan.
Penilaian
STS TS ATS AS S SS
A Kepedulian Lingkungan
Saya melihat lingkungan hijau sebagai
1. 1 2 3 4 5 6
perhatian yang utama
Saya akan melibatkan emosional dalam
2. 1 2 3 4 5 6
perlindungan lingkungan
Saya khawatir dengan buruknya keadaan
3. lingkungan sekitar 1 2 3 4 5 6
X= Sosial media atau platfrom belanja online yang sering anda gunakan.
Penilaian
STS TS ATS AS S SS
A Kepedulian Kesehatan
1. Saya berkorban untuk kesehatan 1 2 3 4 5 6
2. Saya sadar akan kesehatannya 1 2 3 4 5 6
Saya berpikir penting untuk mengetahui
3. dengan baik bagaimana makan sehat yang 1 2 3 4 5 6
disiapkan
X= Sosial media atau platfrom belanja online yang sering anda gunakan.
Penilaian
STS TS ATS AS S SS
X= Sosial media atau platfrom belanja online yang sering anda gunakan.
Penilaian
STS TS ATS AS S SS
A Norma Subjektif
sebagian besar tetangga saya berpikir saya
1. harus menggunakan produk rumah tangga 1 2 3 4 5 6
yang ramah lingkungan
sebagian besar tetangga saya berpikir
2. 1 2 3 4 5 6
bahwa saya harus mendaur ulang
sebagain besar rekan kerja saya berpikir
3. bahwa saya harus menggunakan produk 1 2 3 4 5 6
yang ramah lingkungan
X= Sosial media atau platfrom belanja online yang sering anda gunakan.
Penilaian
STS TS ATS AS S SS