Anda di halaman 1dari 9

Tema warna: Hijau tua, orange, ivory

Konsep desain: tanaman (sawit), perilaku konsumen,


Subbahasan/subjudul PPT: Halaman judul, kelompok, pengantar, luaran, progress saat ini,
hasil temuan, capaian dan kendala, kegiatan tahap berikutnya, kesimpulan, rekomendasi,
ucapan terima kasih
Nama kegiatan: Monev GRS 2022, 12-15 Oktober 2022
Nama kelompok: (15), Khaerullah Fadhli Arasy Hasan, Noor I’anah, Wita Al Istiqomah
(tolong sisakan space untuk meletakkan foto setengah badan, mengingat fotonya belum fix)
Dosen Pembimbing: Dr. Muhammad Abdan Shadiqi, S.Psi, M.Si (tolong sisakan space
untuk meletakkan foto setengah badan, mengingat fotonya belum fix)
Judul PPT: PERANAN NILAI BUDAYA KOLEKTIVISME PADA INTENSI PEMBELIAN
PRODUK SAWIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN DIMEDIASI OLEH THEORY OF
PLANNED BEHAVIOR
Request: Tolong perbanyak icon/gambar2 aja ya ka
Logo yang diperlukan: (setiap slide memuat logo, sebagai formal konsep)

MATERI
PENGANTAR (2-3 slide) (tolong sitasi/nama tokohnya dikasih angka kemudian di footnote)
Contoh:

Saran bahasan penting kalimat bold


Beberapa asosiasi lingkungan seperti World Wide Fund for Nature (WWF) dan
International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengampanyekan usaha peningkatan
kesadaran konsumen tentang keberadaan skema sertifikasi minyak sawit berkelanjutan
(Meijaard et al., 2018). Usaha ini diperkokoh dengan pemberian sertifikat RSPO pada
produk minyak sawit sebagai informasi tambahan penting bagi konsumen (Schmidt & De
Rosa, 2020). Industri kelapa sawit didorong untuk bisa menghasilkan produk yang ramah
lingkungan dengan menerapkan standar yang sesuai dengan sertifikasi Roundtable on
Sustainable Palm Oil (RSPO) dimana industri yang menerapkan prinsip sertifikasi sawit
dapat menambahkan logo ecolabel pada kemasan produk turunan kelapa sawit (Yulinnas,
2021).
Selanjutnya pada konteks produk sawit ramah lingkungan di Indonesia, sertifikasi
sawit ramah lingkungan di Indonesia mengacu pada Sertifikasi Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) (Fuadah &
Ernah, 2018). Sertifikasi ISPO merupakan pemberian jaminan secara tertulis bahwa
produk dan/atau tata kelola Usaha Perkebunan Kelapa Sawit telah melalui penilaian
kesesuaian dan telah memenuhi prinsip dan kriteria ISPO yaitu layak ekonomi, layak sosial
budaya, dan ramah lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan (BPDPKS, 2021).
Beberapa contoh produk sawit ramah lingkungan adalah minyak goreng, margarin, dan
cokelat. Meskipun penyelenggaraan sertifikasi sawit berkelanjutan ini telah diatur dalam
Peraturan Menteri Pertanian No. 38 Tahun 2020, implementasi ISPO masih memerlukan
bukti empiris khususnya terkait perilaku konsumen dalam membeli produk sawit ramah
lingkungan di Indonesia.
Hasil menarik ditunjukkan oleh survei nasional pada tahun 2017 yang dilakukan oleh
WWF-Indonesia dan Neilsen Survey memberikan informasi bahwa 63% konsumen
Indonesia berkenan menggunakan produk ramah lingkungan yang harganya lebih
mahal (Kominfo Jatim, 2017). Data tersebut tidak serta merta bisa dijadikan dasar untuk
menyatakan atensi pembelian produk ramah lingkungan masyarakat Indonesia telah baik,
karena terdapat masalah lain di perilaku konsumen Indonesia. Seperti hasil survei Katadata
Insight Center (KIC) pada tahun 2021, hanya 20.3% konsumen di Indonesia yang
membeli produk dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan
(Nugraha, 2021). Konsumen di Indonesia tidak memiliki perhatian khusus terkait
produk ramah lingkungan dalam membeli produk turunan sawit seperti minyak goreng
(Fernandez, 2020). Perilaku konsumen sangat berpengaruh terhadap proses
degradasi lingkungan (Wijekoon & Sabri, 2021), infiltrasi dan perluasan pangsa pasar
barang berlabel ramah lingkungan (Joshi & Rahman, 2015), hingga perumusan
strategi pengembangan pasar untuk produk hijau yang dilakukan oleh perusahaan
(Yadav & Pathak, 2017). Oleh karena itu, konsumen juga dapat mencegah atau
mengurangi kerusakan lingkungan yang dilakukan akibat operasional perusahaan
dengan cara membeli produk hijau atau produk-produk ramah lingkungan (Wijekoon
& Sabri, 2021).
Meningkatnya permintaan akan produk ramah lingkungan disebabkan karena
besarnya kepedulian terhadap lingkungan sehingga niat membeli produk tersebut
meningkat. Niat atau intensi membeli produk ramah lingkungan adalah kecenderungan
konsumen membeli produk tertentu yang dihasilkan dari lingkungannya (Chen & Chang,
2012). Niat yang selanjutnya disebut intensi pembelian ramah lingkungan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, mulai dari nilai persepsi ramah lingkungan, kepercayaan ramah lingkungan,
efektivitas konsumen yang dirasakan, hingga nilai budaya kolektivisme (Zhuang et al.,
2021). Lee (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai budaya kolektivisme
menjadi anteseden langsung dari niat pembelian ramah lingkungan di China. China sendiri
termasuk negara Asia dengan kecenderungan nilai budaya kolektivisme yang tinggi
(Hofstede, 2018; Lee, 2017; Liu et al., 2020). Nilai budaya kolektivisme didefinisikan
sebagai faktor disposisional yang mengintegrasikan individu ke dalam kelompok-kelompok
sebagai gambaran cara individu dalam mengatur dirinya (Hofstede, 1980, 2011, 2018;
Rapp et al., 2021). Menurut data perbandingan negara melalui Hofstede Insights (2021),
Indonesia termasuk negara dengan masyarakat kolektivis tertinggi dibandingkan
dengan negara yang serumpun seperti Malaysia dan Singapura.
Orang kolektivis cenderung lebih ramah lingkungan dan memperhatikan dampak dari
perilaku mereka sehingga mereka cenderung memilih untuk membeli produk yang ramah
lingkungan (Kim, 2011). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa nilai budaya
kolektivisme berpengaruh signifikan terhadap intensi pembelian produk ramah
lingkungan (Nguyen et al., 2017; Sreen et al., 2018). Di sisi lain, Zhuang et al. (2021)
menemukan bahwa dibandingkan dengan faktor lain (nilai persepsi hijau, sikap, dan
kepercayaan hijau), nilai budaya kolektivisme memiliki efek yang relatif lemah pada niat
pembelian hijau. Hasil penelitian dari Bhatt dan Bhatt (2015) justru menemukan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara niat beli dengan kolektivisme dan self-enhancement.
Kontradiksi dari penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk menganalisis lebih lanjut
pengaruh nilai budaya kolektivisme dengan intensi pembelian produk ramah lingkungan,
khususnya pada produk sawit.
Sreen et al. (2018) mengaitkan nilai budaya kolektivisme dan niat pembelian produk
ramah lingkungan dengan Theory of Planned Behavior (TPB). TPB merupakan salah satu
teori sikap yang menjelaskan bahwa sebuah perilaku bisa terbentuk karena adanya niat
dalam diri individu yang muncul karena adanya pengaruh faktor baik internal maupun
eksternal (Ajzen, 1991, 2002; Fishbein & Ajzen, 1975, 2010). Sikap terhadap produk
ramah lingkungan, norma subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan sebagai bagian dari
TPB menjadi faktor yang mempengaruhi pembelian produk ramah lingkungan (Al-Gasawneh
& Al-Adamat, 2020; Sreen et al., 2018).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga variabel TPB (sikap terhadap produk
ramah lingkungan, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian) sebagai mediator dari
hubungan nilai kolektivisme dengan pembelian produk sawit ramah lingkungan. Sreen et al.
(2018) telah mengonfirmasi bahwa ketiga variabel TPB, yakni sikap terhadap produk ramah
lingkungan, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian dapat menjadi variabel
mediator pada hubungan kolektivisme dan intensi pembelian produk ramah lingkungan.
Penelitian Sreen et al. (2018) tersebut dilakukan di India, yang merupakan negara dengan
nilai budaya kolektivis-individualis yang setara dan memiliki skor menengah yakni 52 dari
rentang 100 (Hostede, 2018). Melalui variabel TPB, peneliti meyakini bahwa ketidak-
konsistenan hasil temuan pengaruh nilai kolektivisme pada intensi pembelian produk ramah
lingkungan akan terjawab dengan adanya mediasi dari sikap terhadap produk ramah
lingkungan, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian. Untuk itu, peneliti tertarik untuk
menguji efek mediasi dari sikap terhadap produk ramah lingkungan, norma subjektif, dan
kontrol perilaku persepsian pada hubungan antara nilai kolektivisme dengan intensi
pembelian produk sawit ramah lingkungan.

LUARAN
 Teori yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan jadi dasar untuk pembuatan solusi
peningkatan perilaku pembelian produk sawit ramah lingkungan di Indonesia.
 Penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran berupa:
(1) Artikel Jurnal Internasional;
(2) HaKI Poster Hasil Penelitian;
(3) Konferensi ilmiah internasional.
 Selain itu, melalui penelitian ini juga akan membantu ketiga peneliti untuk menyelesaikan
tugas akhir (skripsi) pada topik riset yang sedang diteliti saat ini.

PROGRESS SAAT INI


Adminitrasi pertanggung-
jawaban; 75% Instrumen Penelitian;
HaKI poster 100%
penelitian; 70%
Publikasi artikel Izin Etik; 100%
ilmiah; 70%

Presentasi kon- Desain Sur-


ferensi interna- veyMonkey;
sional; 90% 100%
Analisis Data; Uji Coba; 100%
100% Pengambilan Data; 100%

Target Luaran
Belum ter-
laksana;
9.50%

Terlaksana;
90.50%

HASIL TEMUAN
 Persiapan penelitian
 Uji coba alat ukur
 Analisis validitas dan reliabilitas alat ukur
 Pengumpulan data penelitian (n=330)
 Analisis korelasi: Variabel demografi (jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku, dan
agama)
Jenis Pendidikan
Kelamin terakhir Suku Agama
Kolektivisme Pearson Correlation -.139 -.028 -.016 .023
Sig. (2-tailed) .014 .614 .775 .690
N 317 317 317 317
ATT Pearson Correlation -.005 .110 .002 .065
Sig. (2-tailed) .928 .051 .974 .250
N 317 317 317 317
PBC Pearson Correlation -.096 -.025 -.032 .059
Sig. (2-tailed) .086 .652 .570 .295
N 317 317 317 317
SN Pearson Correlation -.061 -.024 .008 -.047
Sig. (2-tailed) .279 .676 .885 .405
N 317 317 317 317
GPI Pearson Correlation -.046 .043 -.046 .012
Sig. (2-tailed) .411 .449 .414 .828
N 317 317 317 317
Ket: ATT: Sikap Terhadap Produk Sawit Ramah Lingkungan; PBC: Kontrol Perilaku
Persepsian; SN: Norma Subjektif; GPI: Intensi Pembelian Produk Sawit Ramah
Lingkungan
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

 Model mediasi Hayes

 Kategorisasi Intensi Pembelian Produk Sawit Ramah Lingkungan Subjek

Kategorisasi Subjek Penelitian (n= 330) pada Variabel


Intensi Pembelian Produk Sawit Ramah Lingkungan
300
272

250

200

150

100
57
50
1
0
Rendah (0,3%) Sedang (17,3%) Tinggi (82,4%)

CAPAIAN DAN KENDALA


(Tabel dimasukkan semua)
Taha
Target/Luaran Kegiatan Capaian Kendala
p
1. Mengadaptasi alat ukur penelitian 100% Memerlukan waktu cukup
(Skala Nilai Budaya Kolektivisme, panjang mulai dari kajian
Intensi Pembelian Produk Sawit literatur hingga selesai
Ramah Lingkungan, Skala Sikap proses adaptasi demi
Terhadap Produk Ramah Lingkungan, mendapat instrumen
Skala Norma Subjektif, dan Skala penelitian yang baik.
Kontrol Perilaku Persepsian). Solusi: Membuat
timeblocking sehingga
kegiatan lebih efisien dan
jelas.
2. Mengurus izin etik penelitian 100% Prosesnya memakan
waktu lama.
Solusi: melakukan follow-
up berkala kepada admin
komisi etik.
3. Mendesain instrumen penelitian 100% Akun SurveyMonkey
melalui SurveyMonkey belum advantage
sehingga terbatas akses
device, harus ke
laboratorium kampus.
Solusi: Membuat jadwal
dan janji diskusi rutin
bersama tim.
4. Melakukan uji coba instrumen 100% Jumlah aitem pertanyaan
penelitian cukup banyak, konteks
penelitian cukup asing,
risiko data tidak valid.
Solusi: Menyampaikan
‘informasi penelitian’
dengan jelas, menambah
bagian ‘informasi
pengantar’, menambah
‘aitem pengecoh’ dan
ketat dalam skrining data
hasil respon.
5. Melakukan pengambilan data 100% Mendapatkan sampel
penelitian yang representatif
mengingat subjek cukup
luas, risiko data tidak
valid.
Solusi: Mengecek berkala
hasil respon, ketat dalam
skrining data hasil
penelitian.
6. Menganalisis data hasil penelitian 100% Hasil Structural Equation
Modeling (SEM) dari
kolektivisme overfit.
Solusi: pergantian uji
hipotesis menjadi model
mediasi Hayes
7. Mempresentasikan temuan riset di 90% Tidak ada kendala berarti
konferensi ilmiah internasional
8. Melakukan publikasi artikel jurnal 70% Tidak ada kendala berarti
internasional terindeks scopus
9. Membuat poster hasil penelitian 70% Tidak ada kendala berarti
kemudian di-HaKI kan
10. Menyusun laporan kemajuan 75% Manajemen waktu tim
kegiatan, laporan akhir, dokumentasi dengan tugas skripsi,
(foto & video) kegiatan serta laporan magang, dan riset lain.
keuangan Solusi: berdiskusi dan
menyepakati timeline dan
target, perbanyak
bersyukur.

KEGIATAN TAHAP BERIKUTNYA


 Mengirim reward partisipan penelitian (tahap II)
 Presentasi di konferensi internasional
 Menyelesaikan penulisan dan submisi artikel ilmiah
 Mengurus HaKI poster penelitian
 Menyelesaikan administrasi pertanggungjawaban

KESIMPULAN
Seluruh proses pelaksanaan penelitian berjalan dengan baik dan telah mencapai 90,5%
ketercapaian target luaran. Tim peneliti telah menyelesaikan tahapan proses penelitian
mulai dari literature review, persiapan penelitian (adaptasi alat ukur), uji coba alat ukur,
hingga analisis regresi model mediasi.
Analisis model mediasi Hayes:
 Direct effect tidak signifikan, β= 0,0469, t (325) = 1,2145, p<0.001, CI 95% [-0,0431,
0,1820).
 Indirect effect signifikan, β= 0,2855, BootSE= 0,0409, BootCI 95% [0,2048, 0,3638).
 Terjadi full mediation karena indirect effect signifikan sedangkan direct effect tidak
signifikan.
Target luaran yang telah dicapai yaitu pendaftaran penelitian pada konferensi ilmiah
internasional, penyusunan artikel jurnal internasional terindeks scopus, pembuatan poster
hasil penelitian untuk pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HaKI), hingga penyusunan
laporan kemajuan dan laporan keuangan.

REKOMENDASI
Rekomendasi teoretis:
Menambah referensi untuk riset di masa mendatang, baik berkaitan instrumen maupun
konteks dan teori penelitian.
Rekomendasi praktis:
Berkontribusi dalam pengelolaan kebijakan dan startegi peningkatan perilaku pembelian
produk sawit ramah lingkungan.

TERIMA KASIH KEPADA


Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit

Universitas Lambung Mangkurat


DOKUMENTASI PENDUKUNG
Poster sosialisasi survei daring

Survei daring

Diskusi tim peneliti

Selengkapnya bisa dilihat dengan scan kode QR berikut:

Anda mungkin juga menyukai