Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02.

September 2016 ISSN : 2088-2149

PENGARUH ANXIETYDALAM SPEAKING ACTIVITIES

Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni(1), Putu Ayu Paramita Dharmayanti(2)


1
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar
email: wiryadijoni@ymail.com
2
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar
email: ayuparamita77@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana peniliti bertujuan untuk mengamati dan
menginvestigasi pengaruh korelasi antara kecemasan diri dengan kemampuan berbicara bahasa Inggris
pada siswa kelas X IA SMAN 1 Blahbatuh. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mencari
pengaruh korelasinya. Seluruh siswa kelas X IA SMAN 1 Blahbatuh dipilih menjadi populasi dari
penelitian ini; sampel penelitian ini berjumlah 70 orang yang dipilih dari masing-masing kelas dengan
sistem lotre. Terdapat tiga kelompok siswa yang kemudian ditemukan, yakni kelompok siswa dengan
kecemasan diri tinggi dengan kemampuan berbicara rendah, kelompok siswa dengan kecemasan diri
sedang dengan kemampuan berbicara sedang, dan kelompok siswa dengan kecemasan diri rendah
dengan kemampuan berbicara tinggi. Adapun instrument dari penelitian ini adalah angket tentang
NHFHPDVDQ GLUL \DQJ GLDGDSWDVL GDUL +RUZLW]¶V )/$6 \DQJ Werdiri dari 30 butir dan diskor
menggunakan skala Likert 1-5, rubrik penilaian kinerja yang diadaptasi dari Brown dengan 3 kategori
penilaian, dan FGD yang disusun dengan 4 kriteria. Penelitian ini menunjukan bahwa dari 4 faktor
penyebab kecemasan diri yang menyebabkan kurangya performa mereka dalam berbiacra bahasa
Inggris, subjek penelitian ini memilih kategori kecemasan berkomunikasi, ketakutan dakan penialain
negatif dari orang lain dan kecemasan akan menghadapi ujian/tes. Hasil penelitian ini memberikan
kontribusi di bidang pengajaran bahasa dilihat dari faktor afektif siswa, terutama faktor kecemasan diri
selama pembelajaran bahasa.
Kata kunci : kecemasan diri, kemampuan berbicara bahasa Inggris

ABSTRACT
This study belonged to case study in which the researcher aimed at observing and investigating
WKH LQWHUUHODWLRQ EHWZHHQ VWXGHQWV¶ DIIHFWLYH IDFWRU DQG WKHLU DFDGHPLF DFKLHYHPHQW 7KH VLPSOH
UHJUHVVLRQ ZDV XVHG WR ILQG WKH FRUUHODWLRQ LQIOXHQFH RI VWXGHQWV¶ DQ[LHW\ WRZDUG VWXGHQWV¶ VSHDNLQJ
skill. The students of X IA SMAN 1 Blahbatuh were selected as the population; whereas 70 students
from this group were selected as the sample by lottery. There were 3 groups of students selected,
namely high anxiety with low speaking skill group of students, average anxiety level with average
speaking skill group of students, and low anxiety level with high speaking skill group of students. The
UHVHDUFK LQVWUXPHQWV XVHG ZHUH DQ[LHW\ TXHVWLRQQDLUHV ZKLFK ZHUH DGDSWHG IURP +RUZLW]¶V )/$6
consisting of 30 items scoring ZLWK /LNHUW¶V VFDOH -5, speaking rubric which was adapted from Brown
consisting of 3 criteria, and FGD which was composed of 4 criteria. The study shows that the subjects
dominantly chose communication apprehension, fear of negative evaluation, and test anxiety as the
factors that caused them to perform flawed speaking performance. The result of the study provides
HPSLULFDO HYLGHQFH RQ WKH ILHOG RI ODQJXDJH WHDFKLQJ UHJDUGLQJ RI WKH VWXGHQWV¶ VHOI DQ[LHW\ LQ ODQJXDJH
learning.

Keywords: anxiety, speaking skill

122
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

PENDAHULUAN semangat diri. Oleh karena itu, bisa


Penggunaan bahasa Inggris di dikatakan bahwa untuk menguasai
masyarakat dunia sebagai alat komunikasi kemampuan berbicara (speaking), peserta
internasional telah berkembang sangat pesat. didik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
Ini membawa pengaruh besar terhadap kognitif tetapi juga faktor afektif (Andres,
pengajaran bahasa Inggris di sekolah- 2003).
sekolah. Di Indonesia sendiri, pengajaran Ini juga didukung oleh Krashen dalam
bahasa Inggris telah menjadi tren dan Mason (www.timothyjpmason.com
kewajiban pembelajaran bagi peserta didik. diunggah pada 1 Desember 2013) yang
Guru-guru bahasa Inggris mulai menyebutkan bahwa faktor afektif dapat
menerapakan berbagai teknik pengajaran membantu ataupun memperlambat proses
untuk memberikan berbagai kemampuan penguasaan kemampuan berbicara
dasar berbahasa kepada peserta didik, (speaking) peserta didik dalam proses
diantaranya yaitu kemampuan pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa
mendengarkan (listening), kemampuan asing. Peserta didik dengan tingkat afektif
berbicara (speaking), kemampuan membaca negatif yang rendah cenderung akan
(reading) dan kemampuan menulis memperoleh lebih banyak pengetahuan
(writing). berbahasa dibandingkan dengan mereka
Penggunaan teknik-teknik pengajaran yang memiliki tingkat afektif negatif yang
terkini dalam pembelajaran bahasa serta tinggi. Karenanya, faktor afektif
meluasnya penggunaan bahasa Inggris yang memberikan pengaruh yang besar terhadap
telah meningkat menyebabkan timbulnya kesuksesan peserta didik dalam
kebutuhan untuk mempelajari kemampuan pembelajaran.
berkomunikasi yang baik (Tanveer, 2007). Lebih jauh, Brown (2000) menyatakan
Kemampuan berkomunikasi ini memiliki bahwa terdapat tiga jenis faktor afektif yang
hubungan yang sangat erat dengan mempengaruhi peserta didik dalam proses
kemampuan berbicara (speaking). pembelajaran yaitu motivasi berprestasi,
Akan tetapi, mempelajari kemampuan kepercayaan diri dan kecemasan diri. Brown
berbicara (speaking) tidaklah semudah yang juga menambahkan bahwa kemahiran
terlihat. Kemampuan berbicara bahasa asing berbahasa dapat tercapai apabila terdapat
(speaking) merupakan kemampuan yang lingkungan belajar yang membuat peserta
kompleks. Untuk menjadi ahli di dalamnya, didik memiliki tingkat kecemasan diri yang
peserta didik perlu memenuhi beberapa rendah dan tingkat perlawanan diri yang
syarat. Syarat-syarat tersebut yakni berupa rendah.
pengetahuan berbahasa bersamaan dengan Dari berbagai penelitian yang telah
ilmu pengetahuan dasar, dan keterampilan dilakukan, faktor kecemasan diri dianggap
berbicara dalam berbagai situasi dan sebagai salah satu faktor afektif yang paling
kondisi, dimana peserta didik harus berpengaruh bagi peserta didik dalam
memiliki kepercayaan diri, hormat diri dan kegiatan berbicara bahasa Inggris di kelas.

123
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

Kecemasan diri ini dapat menyebabkan SMA N 1 Blahbatuh pada pembelajaran


berbagai kesulitan bagi peserta didik untuk kemampuan berbicara bahasa Inggris, (3)
memberikan respon yang tepat dalam untuk mencari seberapa jauh faktor
kegiatan berbicara (Brown, 2000). Ini kecemasan diri mempengaruhi siswa
tentunya dapat menghambat penguasaan kelas X IA SMA N 1 Blahbatuh pada
kemampuan berbicara yang fasih, lancar dan pembelajaran kemampuan berbicara
berterima dalam berbagai konteks bahasa Inggris.
kehidupan.
Berdasakan latar belakang diatas, KAJIAN LITERATUR
maka penulis memutuskan untuk melakukan Kemampuan berbicara merupakan
penelitian tentang faktor-faktor yang kemampuan untuk mengolah informasi yang
menyebabkan kecemasan diri dalam diterima dan merespon dengan bahasa
pembelajaran kemampuan berbicara verbal. Kemampuan ini sering diartikan
(speaking) pada siswa kelas X IA di SMA N sebagai kemampuan berkomunikasi oral,
1 Blahbatuh. Siswa ini dipilih karena dilihat dimana pembicara mengekspresikan dirinya
berdasarkan skor bahasa Inggris yang melalui spoken words (Luoma, 2004).
diperoleh kurang memuaskan. Selain itu, Kemampuan ini memiliki beberapa kategori
berdasarkan wawancara tidak resmi yang tertentu yang harus dikuasai agar bisa
dilakukan dengan siswa di sekolah, berkomunikasi dengan tepat dan berterima,
ditemukan bahwa kebanyakan siswa diantaranya adalah pelafalan, kelancaran dan
mengalami hambatan dalam berbicara improvisasi (Brown, 2000).
bahasa Inggris. Oleh karena itu, penelitian Kemampuan berbicara bahasa
ini dilakukan dengan metode kualitatif untuk Inggris perlu untuk dikuasai. Untuk
menjabarkan faktor-fator yang menguasainya, ada beberapa cara yakni
mempengaruhi kemampuan berbicara melalui pembelajaran formal di sekolah
bahasa Inggris. maupun secara otodidak. Dengan
Berdasarkan latar belakang diatas, pembelajaran formal di sekolah, siswa
secara umum, penelitian ini bertujuan dibimbing, diajarkan dan diarahkan
untuk mengungkapkan faktor-faktor yang bagaimana berbicara bahasa Inggris dengan
menyebabkan siswa gelisah dalam pelafalan yang benar, kelancaran dan
pembelajaran kemampuan berbicara berimprovisasi.
bahasa Inggri. Secara khusus, penelitian Penguasaan kemampuan untuk
ini bertujuan untuk menjawab ketiga berbicara ini dipengaruhi oleh beberapa
rumusan masalah diatas, yaitu: (1) untuk faktor, salah satunya adalah faktor yang
mengidentifikasitingkat kecemasan diri berasal dari diri siswa yakni faktor
siswa kelas X IA SMA N 1 Blahbatuh kecemasan diri (anxiety). Rasa cemas yang
pada pembelajaran kemampuan berbicara sering muncul sebelum, selama dan sesudah
bahasa Inggris, (2) untuk mengetahui kegiatan pembelajaran berlangsung ini
faktor-faktor yang menyebabkan merupakan rasa tidak nyaman yang dialami
kecemasan diri pada siswa kelas X IA siswa. Ini biasanya bersifat negatif dan

124
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

membawa dampak tidak menyenangkan instrumen penelitian, yaitu: kuesioner, FGD


apabila tingkat kecemasannya tinggi guide, dan penilaian kinerja.
(Vitasari, dkk, 2010). Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini diadaptasi dari kuesioner yang
METODE PENELITIAN GLNHPEDQJNDQ ROHK +RUZLW]¶V )/$6
Seluruh siswa kelas X IA SMA N 1 (Foreign Language Anxiety Scale).
Blahbatuh dijadikan populasi dari penelitian Kuesioner ini diberikan untuk
ini yang berjumlah tujuh kelas, sedangkan mengidentifikasi tingkat kecemasan diri
dalam menentukan sampel peneliti siswa dan untuk menganalisa apakah ada
melakukan random sampling teknik. hubungan antara kecemasan diri dengan
Sepuluh orang siswa dipilih secara acak dari kinerja siswa dalam berbicara bahasa
masing-masing kelas menggunakan lotre. Inggris.
Sehingga akan didapatkan 70 orang siswa Kuesioner ini diterjemahkan ke bahasa
yang dijadikan sebagai sampel dari Indonesia untuk menghindari
penelitian ini. Mereka akan diberikan kesalahpahaman dan siswa dapat
kuesioner tentang kecemasan diri. Setelah memberikan respon yang tepat. Kuesioner
itu, mereka akan diminta untuk melakukan ini terdiri atas 30 pernyataan yang
bercerita narasi secara berkelompok di berhubungan dengan komponen dari
dalam kelas. Setelah nilai berbicara mereka kecemasan diri (tes kekhawatiran, tes
dikalkulasikan, mereka kemudian kecemasan diri, ketakutan akan ujian, dan
dikelompokan menjadi kelompok tinggi kecemasan terhadap pembelajaran bahasa
sejumlah 8 orang, sedang sejumlah 8 orang Inggris). Masing-masing butir dilengkapi
dan rendah sejumlah 8 orang. Kemudian dengan respon berdasarkan skala Likert
masing-masing kelompok ini diwawancarai dengan poin 1-5 (sangat setuju = 5, setuju =
melalui FGD. 4, kurang setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat
Penelitian ini merupakan penelitian tidak setuju = 1), dengan pernyataan yang
kualitatif, yang terfokus pada penelitian negatif diskor berlawanan.
tentang prilaku dan tinda-tanduk siswa, yang Sementara itu, FGD (Focus Group
dalam penelitian ini terpusat pada meneliti Discussion) juga diaplikasikan dalam
tentang alasan siswa mengalami kecemasan penelitian ini untuk memperoleh data
dalam pembelajaran kemampuan berbicara tentang faktor-faktor yang menyebabkan
bahasa Inggris serta pengaruhnya terhadap kecemasan diri. FGD terdiri atas beberapa
hasil belajar siswa (Nunan, 1992). pertanyaan yang dikembangkan berdasarkan
Dalam mengatasi masalah ini, siswa teori Horwitz tentang kecemasan diri.
akan diteliti secara detail dan natural di Selain kuesioner dan FGD, peneliti
dalam proses pembelajaran di dalam kelas. juga melakukan penilaian kinerja pada
Oleh karena itu, penelitian ini juga bisa kemampuan berbicara bahasa Inggris. Hasil
dikatakan sebagai studi kasus. dari penilaian kinerja akan ditelaah
Untuk mendapatkan data yang bersamaan dengan hasil dari kuesioner, yang
diperlukan, peneliti menggunakan tiga bertujuan untuk mengetahui apakah

125
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

kemampuan berbicara siswa dipengaruhi kegiatan berbicara bahasa Inggris, (2)


oleh kecemasan diri mereka. Pedoman faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
rubrik yang digunakan diadaptasi dari kecemasan diri pada siswa kelas X IA SMA
Brown dalam Supriyadi (2010), yang terdiri N 1 Blahbatuh, dan (3) seberapa jauh
atas pelafalan, kelancaran dan improvisasi. pengaruh dari kecemasan diri pada kinerja
Metode pengumpulan data yang siswa kelas X IA SMA N 1 Blahbatuh pada
digunakan oleh peneliti dalam bentuk kegiatan berbicara bahasa Inggris. Ini dapat
sebagai berikut: (1) tingkat kecemasan diri dilihat pada table berikut:
siswa kelas X IA SMA N 1 Blahbatuh dalam

Table 1. Rangkuman Metode Pengumpulan Data


No Data Metode Pengumpulan Data Instrumen
1 Tingkat kecemasan diri Angket Angket
2 Faktor-faktor yang menyebabkan FGD (Focus Group Discussion) FGD guide
kecemasan diri
3 Pengaruh kecemasan diri terhadap Angket dan Penilaian Kinerja Angket dan
kinerja berbicara bahasa Inggris Penilaian Kinerja
Secara umum data yang diperoleh ditelaah. Setelah itu, hubungan antara kedua
akan dianalisa secara kualitatif yang variable ini bisa diidentifikasi lebih jauh.
berdasarkan Miles dan Huberman (1984).
Langkah-langkahnya berupa data reduksi,
penyajian data, dan penyimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam data reduksi, data mentah Penelitian ini diawali dengan
dikumpulkan, diseleksi, disederhanakan, penentuan sampel dengan random sampling
diubah dan diatur sedemikian rupa sehingga teknik. Sepuluh orang siswa dipilih dari
langkah selanjutnya bisa dilakukan. Hasil masing-masing kelas melalui sistem lotre
data reduksi ini akan ditampilkan dalam sehingga ada 70 orang siswa yang
format grafik sehingga bisa diolah ke digunakan sebagai sampel dari penelitian
langkah selanjutnya untuk ditelaah. Langkah ini. Para siswa ini kemudian diberikan
terakhir yakni menarik kesimpulan dari hasil angket tentang kecemasan diri dalam belajar
analisis data. bahasa Inggris. Pengisian angket ini
Data yang diperoleh dari hasil dilakukan dalam sekali tatap muka di
kuesioner dan penilaian kinerja berbicara masing-masing kelas. Sebelum mengisi
bahasa Inggris akan dianalisa menggunakan angket, tim peneliti memperkenalkan diri
regresi sederhanamelalui SPSS 16.0. terlebih dahulu dan menyampaikan maksud
Dari analisis menggunakan rumus dari pengisian angket ini yang tidak
statistik diatas, maka seberapa jauh mempengaruhi nilai mereka dalam pelajaran
pengaruh factor kecemasan diri pada bahasa Inggris agar mereka bisa mengisinya
kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa dengan jujur dan sesuai keadaan yang
kelas X IA SMA N 1 Blahbatuh dapat sebenarnya. Mereka diberikan waktu selama
15 menit untuk mengisi angket tersebut.

126
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

Setelah mengisi angket, sampel Model Summary


diberikan materi berbicara dengan media
Adjusted R Std. Error of
komik dan video narrative. Tahapan
Model R R Square Square the Estimate
selanjutnya, mereka diminta untuk
a
menceritakan kembali komik dan video 1 .893 .798 .789 3.151
narrative secara berkelompok, dengan satu a. Predictors: (Constant), anxiety
kelompok terdiri dari 4 orang. Kegiatan ini
berlangsung dalam sekali tatap muka di
masing-masing kelas. Mereka diberikan Melalui hasil analisis data diatas,
waktu masing-masing 10-12 menit untuk dapat dikatakan bahwa korelasi antara faktor
bercerita narasi di depan kelas. kecemasan diri dan kemampuan berbicara
Setelah peneliti mengambil data bahasa Inggris tergolong kuat. Ini bisa
angket kecemasan diri dari 70 orang sampel, dilihat dari nilai korelasinya adalah 0,893
peneliti mengkalkulasikan hasilnya untuk yang lebih besar dari nilai r 0,05 (0,404). Ini
pengkategorian siswa berdasarkan tingkat dapat diinterpretasikan bahwa hubungan
kecemasan diri yang dimiliki yaitu tingkat antara kecemasan diri dan kemampuan
rendah, sedang dan tinggi. Selain itu, hasil berbicara ada di kategori kuat. Ini juga
dari tes berbicara melalui bercerita narasi memperlihatkan bahwa nilai R Square atau
juga dianalisa dan dikalkulasikan yang koefisien determinasi (KD) adalah 79%. Ini
kemudian diurutkan mulai dari siswa dengan membuktikan sejauh mana variabel bebas
kemampuan paling tinggi ke yang paling yakni kecemasan diri memiliki pengaruh
rendah. kontribusi sebesar 79% terhadap variabel
Tahapan berikutnya, peneliti terikat kemampuan berbicara, sedangkan
menyaring siswa ini sebanyak 33,33% 21% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor
sehingga didapatkan 24 orang siswa untuk lain diluar kecemasan diri.
diwawancarai melalui FGD. Para siswa ini Setelah ditemukan adanya pengaruh
dibagi lagi menjadi tiga kelompok berbeda kontribusi kecemasan diri terhadap
yaitu siswa dengan kemampuan berbicara kemampuan berbicara bahasa Inggris maka
tinggi sejumlah 8 orang, siswa dengan selanjutnya taraf signifikansi atau linieritas
kemampuan berbicara sedang sejumlah 8 dari regresi dapat dicari. Setelah ditemukan
orang dan siswa dengan kemampuan bahwa nilai uji F atau uji signifikansi (Sig. <
berbicara rendah sejumlah 8 orang. 0,05) adalah 0,00. Ini bisa diinterpretasikan
Setelah diurutkan, data ini kemudian bahwa model regresi diatas adalah
dianalisis melalui SPSS 16.0. Pertama-tama signifikan dan memenuhi standar linieritas.
peneliti mencari nilai korelasi antara Dengan adanya kepastian bahwa ada
kecemasan diri dan kemampuan berbicara pengaruh korelasi antara kecemasan diri dan
bahasa Inggris. Adapun hasil analisisnya kemampuan berbicara yang kuat serta data
dapat dilihat sebagai berikut. tersebut adalah linier dan signifikan, maka
Tabel 2. Nilai korelasi kecemasan diri dan didapatkan nilai regresi. Dari hasil analisis
berbicara bahasa Inggri data melalui SPSS 16.0, dapat

127
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

diinformasikan bahwa model persamaan berkomunikasi bahasa Inggris. Para siswa


regresi yang diperoleh dengan koefisien mengaku merasa tertekan dalam belajar
konstanta dan koefisien variabel adalah Y = bahasa Inggris secara umum, dan berbicara
123,872 + (- 0,516) X1. Ini bisa bahasa Inggris secara khusus. Mereka
diinterpretasikan bahwa konstanta sebesar mengatakan bahwa kosakata dan grammar
123,872 menyatakan bahwa jika tidak ada poin yang diajarkan oleh guru di kelas
nilai kecemasan diri maka nilai kemampuan terkadang terlalu cepat, dan susah
berbicaranya sebesar 123,872. Koefisien dimengerti karena siswa kurang
regresi X sebesar -0,516 menyatakan bahwa mendapatkan brainstorming dan dorongan
setiap penurunan satu nilai kecemasan diri emosional saat belajar. Siswa kurang
maka nilai kemampuan berbicara bertambah mengerti hubungannya belajar bahasa
sebesar 0,516. Inggris dengan keuntungan yang akan
Untuk mengetahui faktor-faktor yang diperoleh di kehidupan nyata. Mereka juga
menyebabkan kecemasan diri pada siswa mengemukakan bahwa kegiatan berbicara
dalam berbicara bahasa Inggris, peneliti bahasa Inggris yang paling susah untuk
melaksanakan wawancara melalui FGD diikuti, dibandingkan dengan kegiatan
dengan 3 kelompok sampel yang sudah membaca, mendengarkan ataupun menulis
dipilih. Wawancara ini dilakukan dengan berbahasa Inggris. Ini disebabkan karena
berkelompok, peneliti bertanya dengan 4 dalam berbicara, mereka dituntut untuk
kriteria materi berbeda, yakni tentang merespon dengan langsung, tepat dan
kecemasan diri dalam pelajaran bahasa berterima, sedangkan kemampuan mereka
lnggris, ketakutan akan penilaian negatif untuk memilih kosa kata yang tepat dan
dari orang lain, tes kecemasan diri, dan memakai grammar yang benar masih kurang
kecemasan dalam berkomunikasi. Keempat (Abdullah & Rahman, 2010).
materi ini ditanyakan ketika wawancara, Di dalam pembelajaran bahasa
siswa diwajibkan menggunakan bahasa Inggris di kelas, situasi belajar juga
Inggris ketika menjawab. Mereka diminta terkadang kurang kondusif, diakibatkan oleh
untuk memberikan jawaban sejujur-jujurnya mereka yang terkadang lambat untuk
dengan durasi selama 10 menit per orang. mengikuti jalannya proses pembelajaran,
Hanya tim peneliti dan kelompok siswa saja dan mereka yang cepat menerima pelajaran.
yang berada dalam ruangan. Ini Dengan adanya dominasi dari siswa
dimaksudkan agar siswa memiliki berkemampuan bahasa Inggris tinggi
keleluasaan dalam membuat mereka kehilangan motivasi untuk
Dari hasil wawancara dengan bersaing dan mengejar pelajaran. Selain itu,
kelompok siswa dengan kecemasan diri situasi pelajaran bahasa Inggris di kelas juga
tinggi dengan kemampuan berbicara rendah, terkesan menakutkan lantaran guru
peneliti menemukan bahwa keempat kriteria WHUNDGDQJ PHPEHULNDQ ³VKRFN WKHUDS\´
ini mempengaruhi timbulnya rasa cemas untuk memfokuskan siswa, dimana guru
pada diri siswa, tetapi faktor yang paling secara mendadak memberikan pertanyaan
dominan adalah kecemasan dalam berbahasa Inggris kepada siswa secara acak.

128
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

Dalam berinteraksi di kelaspun, baik dengan saat menghadapi tes. Di dalam proses
sesama siswa ataupun guru, mereka jarang belajar di kelas, siswa yang memiliki
menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, kecemasan diri sedang masih bisa
mereka jarang bahkan tidak pernah bertanya mengontrol rasa grogi ketika beriteraksi
menggunakan bahasa Inggris mengenai dengan sesama murid maupun dengan guru
bagian yang kurang dimengerti kepada guru menggunakan bahasa Inggris. Ini membuat
di kelas. Ketika bekerja berkelompok pun, mereka lebih berani untuk menunjukan
mereka tergolong pasif dalam berdiskusi kemampuan berbahasa Inggris mereka
menggunakan bahasa Inggris. Mereka lebih dalam berinteraksi di kelas dibandingkan
dominan menggunakan bahasa daerah dan dengan siswa yang memiliki kecemasan diri
bahasa Indonesia. Akibat dari kurangnya tinggi, walaupun rasa cemas itu muncul
penggunaan bahasa Inggris ini, siswa jadi lebih jelas ketika mereka akan menghadapi
kurang terlatih untuk melafalkan kosakata ujian berbicara bahasa Inggris di depan
bahasa Inggris, diluar dari penggunaan kelas. Mereka cenderung mempersiapkan
grammar. diri sendiri terlebih dahulu sebelum
Hal yang serupa diungkapkan oleh menempuh tes. Akan tetapi ketika tes yang
Witt, dkk. (2008), rasa cemas muncul ketika dihadapi diluar dari prediksi mereka, rasa
seseorang harus berbicara ataupun tertekan menyebabkan kepanikan tertentu
berinteraksi dengan orang lain. Rasa cemas yang akan mempengaruhi hasil dari tes
itu muncul sebelum, selama dan setelah tersebut.
proses kegiatan berbicara itu berlangsung. Seperti yang ditemukan oleh
Ini kemudian mempengaruhi kelancaran Vitasari, dkk (2010), faktor yang paling
mereka berbicara, sehingga mereka mempengaruhi tingkat kecemasan diri saat
cenderung berbicara berputar-putar dan proses pembelajaran adalah kecemasan akan
tidak jelas arahnya. Rasa cemas inilah yang tes/ujian. Siswa merasa sebelum ujian
kemudian menimbulkan perasaan tertekan tingkat kecemasan tinggi apabila mereka
yang membuat mereka ragu mereka akan kurang persiapan, dan meningkat apabila
berhasil menyampaikan maksud mereka mereka sudah mempersiapkan diri tapi tes
dengan jelas. Ini menyebabkan siswa dengan yang diberikan berbeda dengan prediksi
kemampuan berbicara bahasa Inggris rendah mereka.
ini semakin cemas dan tertekan karena Akan tetapi hal berbeda terjadi pada
merasa selalu tertinggal dan kurang mampu siswa yang memiliki tingkat kecemasan diri
mengikuti pelajaran rendah dengan kemampuan berbicara bahasa
Hal yang tidak jauh berbeda Inggris tinggi. Mereka juga mengalami rasa
ditemukan pada siswa yang memiliki cemas di dalam pembelajaran bahasa
kecemasan diri sedang dengan kemampuan Inggris, terutama di pengaruhi oleh faktor
berbicara bahasa Inggris sedang. Keempat ketakutan akan penilaian negatif dari orang
kriteria ini juga mempengaruhi kemampuan lain. Penilaian negatif ini adalah bentuk
berbicara bahasa Inggris mereka. Faktor sebuah kekhawatiran dari mereka yang
yang paling dominan adalah kecemasan diri berusaha menunjukan usahanya untuk

129
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

memenuhi ekspektasi dari para 2015/2016 dengan kemampuan berbicara


pendengarnya. Mereka takut akan bahasa Inggris mereka sebanyak 79%. Ini
ditertawakan, disoraki, diberikan nilai tergolong pengaruh yang kuat. Adapun
rendah dan menempuh remidi ketika faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
membuat kesalahan ataupun tidak kecemasan diri mereka dalam berbicara
memenuhi ekspektasi di kelas, dimana ini bahasa Inggris adalah kecemasan diri dalam
secara otomatis membuat mereka jatuh, berkomunikasi bahasa Inggris, kecemasan
merasa malu, kurang percaya diri dan diri ketika menghadapi ujian dan ketakutan
kurang dihargai (Mohamad dan Wahid, akan penilaian negatif dari orang lain.
2010). Meskipun begitu, mereka memiliki Faktor-faktor bisa dinetralisir dengan
strategi tersendiri untuk mencegah diri memberikan rasa nyaman pada siswa ketika
mereka mengalami hal tersebut, yakni baik mengikuti proses pembelajaran. Ini bisa
dengan mempersiapkan diri dengan dilakukan dengan para guru bersikap ramah
maksimal sebelum proses pembelajaran dan membantu dalam mengajar, serta selalu
berlangsung maupun mengambil les memberikan hubungan timbal balik dan
tambahan di luar jam sekolah. reinforcement positif pada siswa.
Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Doyon dalam Cutrone DAFTAR PUSTAKA
(2009) dalam penelitiannya di Jepang, yang Abdullah, K. Rahman, N. 2010. A Study On
Second Language Speaking Anxiety
menyatakan bahwa siswa yang belajar
Among Utm Students. Thesis. Kuala
bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) Lumpur: Universiti Teknologi
merasa bahwa sangat penting untuk menjaga Malaysia.
penilaian orang lain terhadap diri sendiri, Andres, V. 2003. The Influence of Affective
sehingga mereka lebih memilih untuk diam Variables on EFL/ESL Learning and
daripada mencoba tapi akhirnya membuat Teaching. The Journal of Language
kesalahan yang akan memberikan rasa Learning and Teaching. Vol. 7, No.
3.
khawatir akan penilaian negatif tentang diri
Brown, D. 2000. Principles of Language
mereka. Rasa khawatir inilah yang Learning and Teaching. New York:
memberikan pengaruh besar pada rasa Longman.
cemas yang dialami siswa pada Cutrone, P. 2009. Overcoming Japanese
pembelajaran berbicara bahasa Inggris ()/ /HDUQHUV¶ )HDU RI 6SHDNLQJ
(Horwitz, Horwitz and Cope dalam Language Studies Working Papers.
Humphries, 2011). Vol 1. Hal. 55-63.
Humphries, R. 2011. Language Anxiety in
International Students: How can it be
KESIMPULAN overcome?.Griffith Working Papers
Berdasarkan hasil analisa data dan in Pragmatics and Intercultural
pembahasan diatas, dapat disimpulkan Communication. Vol. 1. No. 2 Hal.
bahwa terdapat pengaruh kontribusi antara 65-77.
kecemasan diri yang dialami siswa kelas X Luoma, S. 2004. Assessing Speaking.
Cambridge: Cambridge
IA SMAN 1 Blahbatuh tahun pelajaran
University Press.

130
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

Mason, T. 2013. Lectures on Language Tanveer, M. 2007. Investigation of the


Learning. Cited on 1st December Factors that Cause Language
2013. www.timothyjpmason.com. Anxiety for ESL/EFL Learners in
Miles, M. and Huberman, M. 1984. Learning Speaking Skills and the
Qualitative Data Analysis: A Influence. It Casts on
Sourcebook of New Methods. New Communication in the Target
York: Sage Publication. Language. Glasgow: University of
Mohamad dan Wahid. 2010.Anxiety And Glasgow.
Speaking English As A Second Vitasari, Dkk. 2010. A Research for
Language Among Male And Female Identifying Study Anxiety Sources
Business Students In Universiti among University Students.
Industri Selangor. Thesis. Selangor: International Education Studies.
Industrial University of Selangor. Vol. 3, No. 2, Hal. 189-197.
Nunan, D. 1992. Research Methods in Witt, Dkk . 2008. Comparative Patterns of
Language Learning. Cambridge: Anxiety and Depression in a Public
Cambridge University Press. Speaking Context. Human
Supriyadi, N. 2010. Pengaruh Strategi Communication. A Publication of the
Pembelajaran Story Telling dan Pacific and Asian Communication
Motivasi Berprestasi Siswa terhadap Association. Vol. 11, No.1, Hal. 215
Oral Proficiency Siswa. Thesis. ± 226
Singaraja: Undiksha.

131
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN : 2088-2149

132

Anda mungkin juga menyukai