Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN BAHASA PADA

GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DALAM BELAJAR


KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS

Arif Ma’mun rifa’i


Institut Agama Islam
kamar1000@yahoo.com

Abstract

The importance of language for humans is inevitable, because language is a means of


human communication, one of the languages ​​in the current era is a strong demand
is English, English in today’s era is no longer an option but has become a demand,
English with its status As a foreign language, it demands not only English teachers but
students also need different treatments from English as a second language. Readiness
in learning also exists in learning styles or attitudes where attitude is a mental and
nervous state of readiness, which is organized through experience, exerting directive
or dynamic influence on individual responses to all learning materials and situations
related to them. In improving the achievement of English speaking skills, there are
things that need to be observed, including the factors that encourage the success of
learning to speak the language, among the attitudes that can influence teaching and
learning activities is the field dependent cognitive style. The dependent field style is
somewhat less independent so that there are principles to respond to this style, among
the principles that can be offered are Creating realistic situation, Engaging all students,
Supporting the qualities of spoken language, Creating an unfearful class.

Keywords: principles of language teaching, field dependent cognitive style, English


speaking skills

Abstrak

Pentingnya bahasa bagi manusia merupakan hal yang tidak dapat dielakkan, karena
bahasa merupakan alat komunikasi manusia, salah satu bahasa di era sekarang
ini menjadi tuntutan kuat adalah bahasa Inggris, bahasa Inggris di era sekarang
ini bukan lagi pilihan melainkan sudah menjadi tuntutan, bahasa Inggris dengan
statusnya sebagai bahasa asing menuntut tidak hanya guru bahasa Inggris namun
peserta didik juga membutuhkan treatmen yang berbeda dengan bahasa inggris
sebagai bahasa kedua. Kesiapan dalam belajar juga ada pada gaya belajar atau sikap
Arif Ma’mun rifa’i

dimana sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diselenggarakan
melalui pengalaman, mengerahkan direktif atau pengaruh dinamis terhadap respon
individu untuk semua materi dan situasi belajar dengan keterkaitanya. dalam
meningkatkan prestasi keterampilan berbicara bahasa Inggris ada hal-hal yang
patut untuk dicermati diantaranya faktor yang mendorong terhadap keberhasilan
belajar berbicara bahasa, di antara sikap yang dapat berpengaruh dalam kegiatan
belajar mengajar adalah gaya kognitif field dependent. Gaya field dependen agak
kurang mandiri sehingga terdapat prinsip prinsip untuk merespon gaya ini diantara
prinsip yang dapat ditawarkan Creating realistic situation, Engaging all students,
Supporting the qualities of spoken language, Creating an unfearful class.

Kata kunci: prinsip prinsip pengajaran bahasa, gaya kognitif field dependent,
keterampilan berbicara bahasa inggris

A. PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial, komunikasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan
kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan oleh manusia guna memenuhi kebutuhannya.
Merupakan kemustahilan dalam memenuhi kebutuhan antar sesama manusia tanpa
melakukan komunikasi dengan bahasa. bahasa inggris merupakan bahasa internasional,
sehingga penguasaanya sangat dituntut untuk dapat eksis dalam persaingan dunia
international. Bahasa sebagai fungsinya sebagaimana dijelaskan oleh Halliday bahwa makna
dari fungsi bahasa sama artinya dengan bagaimana dan untuk apa bahasa itu digunakan
(1989).114 Bentuk fungsi ungkapan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
memiliki bentuk yang banyak adakalanya berbentuk permintaan, pujian atau bentuk yang
lain sedangkan dari fungsinya al wasilah menjelaskan adakalanya berbentuk Kognitif,
Emotif, Imperatif, Seremonial, serta Metalingual115
Penguasaan bahasa inggris bukanlah hal yang sederhana selain kedudukanya
sebagai bahasa asing bahasa secara umum memiliki karakter yang unik dan arbitrer.
Dengan ke manasukaan bahasa pembelajar bahasa dituntut untuk megikuti baik secara
tekstual maupun kontekstual serta budaya yang menyertainya. Beberapa faktor yang
dapat mendorong keberhasilan pembelajar bahasa adalah karakteristik siswa yang selaras
rensponsif terhadap bahasa yang dipelajarinya. Dalam belajar Setiap siswa memiliki
karakteristik yang berbeda-beda salah satunya dalam mengolah informasi yang diterima
(gaya kognitif ), termasuk cara merespon, mengolah dan mengeksekusi informasi dalam
pembelajaran sehingga menjadi keterampilan yang bermanfaat untuk dirinya116serta dapat
diserap secara utuh dan dapat dikembangkan dalam kebutuhan yang lebih luas dalam
kehidupanya.
Perbedaan dalam setiap individu dalam aspek psikologis, dalam aspek ini dapat
pula dibedakan pada aspek minat, kecerdasan, bakat, ingatan, emosi, kepribadian, dan
sebagainya selain dari aspek psikologi perbedaan dapat pula dibedakan dalam aspek
fisik atau jasmani seperti bentuk, ukuran,kekuatan, dan daya tahan, namun perbedaan
114
Halliday (1989) Language, context, and text : aspects of language in a social-semiotic perspective.
Oxford :oxford university press
115
Alwasilah. Chaedar A (2013). Filsafat dan bahasa. Bandung : Rosda Karya.hal 13.
116
Muhamad Gina Nugraha1,a), Santy Awalliyah2,b); Analisis Gaya Kognitif Field Dependent Dan Field
Independent Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas Vii Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)
SNF2016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ VOLUME V, OKTOBER 2016 p-ISSN: 2339-
0654 e-ISSN: 2476-9398

62 Vol. 15, No. 1, Maret 2021


Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa pada Gaya Kognitif Field ...

secara fisik tidaklah relevan dengan penguasaan suatu bahasa. Belajar bahasa inggris
sebagai bahasa asing memiliki keperbedaan dengan belajar bahasa ingris sebagai bahasa
kedua atau penutur asli, dalam tataran kesulitan pun juga berbeda. Tingkat kesulitanya
dapat mendorong peserta didik untuk memposisikan diri mereka dalam menerima
materi bahasa yang diajarkan. Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda
beda dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, dalam mengolah informasi
yang diterima (gaya kognitif ), suatu gaya belajar dapat dibiasakan yang kemudian siswa
dapat mengkondisikan diri mereka pada gaya belajarar yang sesuai dengan situasi belajar.
gaya belajar dependent dipandang agak lemah dalam proses belajar karen gaya ini lebih
cenderung tidak mandiri . oleh karena itu dalam paper ini dikaji bagaiamana gaya field
dependen dalam prose belajar bahasa inggris. Walaupun secara teoritis kemampuan siswa
yang memiliki gaya kognitif FI lebih baik dalam analisis, akan tetapi hasil penelitian
menunjukkan bahwa yang mengalami peningkatan yang lebih besar adalah kelompok gaya
kognitif FD.117 Kenth menyebutkan bahwa konsep gaya kognitif dan kemampuan belajar
baru-baru ini telah mengasumsikan sebuah signifikansi khusus dalam konten pendidikan
karena dianggap sebagai dimensi penting dari perbedaan individu yang merupakan dasar
inti dari program pembelajaran yang efektif.118

B. GAYA BELAJAR
Setiap individu peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Kelebihan dan kekurangan ini yang dapat membedakan individu satu dengan
individu lainnya sehingga tidak ada individu yang sama dengan yang lainya. Perbedaan
individu peserta didik dapat dilihat gaya kognitif belajar mereka. Perbedaan dapat terjadi
pula pada pesetrta didik dalam kepribadian, inteligensi, jasmani, sosial, dan emosi yang
berbeda pula. Kepribadian yang berfariasi dapat menyebabkan perbedaan bagaimana
sikap peserta didik dalam belajar.Ada yang lambat dan ada yang cepat dalam menangkap
informasi atau belajar. Ada yang sesuai dengan gaya belajar tertentu dan ada yang tidak
sesuai dengan gaya belajar tersebut. Kepribadian peserta didik seperti dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor baik faktor external maupun internal siswa itu sendiri dapat pula faktor
saling mempengaruhi antar kecerdasan
Heterogenya siswa dalam kepribadian serta emosi dapat mendorong siswa untuk
dapat memiliki gaya dalam belajar artinya proses ini menunjukkan bahwa setiap siswa
mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda-beda.dalam belajar dapat dijelaskan
bahwa tidak semua individu mempunyai gaya belajar yang sama. Termasuk jika mereka
tumbuh dalam lingkungan yang sama, sekolah yang sama atau bahkan dikelas yang sama.
Gaya belajar merupakan cara tercepat dan terbaik yang dimiliki individu dalam menerima,
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterimanya.
Gaya belajar mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan, terutama dalam
proses kegiatan belajar mengajar bahasa. gaya belajar siswa yang sesuai dengan cara mereka
melakukan kegiatan belajar akan memberikan dampak positif, seperti dapat meningkatkan
prestasi belajar mereka. Namun semua tidak dapat lepas dari peran guru dalam proses
belajar siswa,peran guru sangan mempengaruhi kesuksesan siswa karena guru dapat
menstimulasi dan memodifikasi gaya yang cenderung tidak supprortif menjadi rensponsif
117
Muhamad Gina Nugraha1,a), Santy Awalliyah2,b); Analisis Gaya Kognitif Field Dependent Dan Field
Independent Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas Vii Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)
SNF2016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ VOLUME V, OKTOBER 2016 p-ISSN: 2339-
0654 e-ISSN: 2476-9398
118
Kenth, B. (2011). Difference in the Congnitive Styles and Learning Skills due to Gender and Area-
Wise Differences. MIER Journal of Educational Studies, 1 (1), hlm. 87-100

Vol. 15, No. 1, Maret 2021 63


Arif Ma’mun rifa’i

dan receptif terhadap pendekatan yang digunakan oleh guru. Namun demikian kegagalan
siswa dapat tejadi dalam menerima informasi disebabkan ketidaksesuaian gaya mengajar
guru dengan gaya belajar siswa. hal ini sesuaidengan pendapat . Dengan demikian
mengenali gaya belajar siswa bagai pengajar menjadi sangat penting , karena guru dapat
menyiapkan kemudian merancang kegiatan pembelajaran dengan beragam pendekatan
model, strategi, dan metode yang sesuai.
Respon metode terhadap keadaan peserta didik dapat berimplikasi pada kegiatan
pembelajaran serta menciptakan suasana belajar yang kondusif, menyenangkan, dan sesuai
dengan kebutuhan serta kemampuan siswa, juga memudahkan siswa dalam menyerap
informasi sehingga meningkatkan minat dan prestasi belajarnya. Dalam belajar proses
sikap berperan sangat penting, bagaimanapun proses belajar dan proses sikap akan sangat
membutuhkan gaya atau sikap yang menjadi cermin dari seorang yang belajar. Sebuah
sikap belajar dapat menjadi sangat kontributif terhadap keberhasilan belajar Allport
dalam gardner menjelaskan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan,
yang diselenggarakan melalui pengalaman, mengerahkan direktif atau pengaruh dinamis
terhadap respon individu untuk semua objek dan situasi dengan yang terkait ‘. Sikap
dikatakan memiliki kognitif, afektif, dan komponen konatif 119.

C. FIELD DEPENDENT
Setiap siswa memiliki perbedaan dalam cara memperoleh, menyimpan, dan
menerapkan sejumlah pengetahuan. Setiap siswa memiliki cara yang berbeda-beda
dalam memproses pemahamannya ber-kenaan dengan apa yang dilihat, diingat, dan
dipikirkannya. Perbedaan antar individu yang menetap dalam cara menyusun dan
mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman ini dikenal dengan gaya kognitif.
Pendapat senada Uno yang menyata-kan bahwa gaya kognitif merupakan cara siswa
yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan
informasi, sikap terhadap informasi maupun kebiasaan yang berhubungan dengan
lingkungan belajar120. Perbedaan karakteristik gaya kognitif siswa merupakan suatu
perbedaan karak-teristik dari dalam diri siswa dalam mem-proses sejumlah informasi yang
diterima-nya. Gaya kognitif dapat dipandang sebagai suatu variabel dalam pembelajaran.
Dalam hal ini, gaya kognitif merupakan variabel karakteristik siswa dan bersifat internal.
Artinya, gaya kognitif merupakan kapabilitas siswa yang berkembang seiring dengan
perkembangan kecerdasaanya. Menurut Uno (2006: 191), gaya kognitif bersifat given dan
dapat berpengaruh pada prestasi belajar. Dalam hal ini, siswa yang memiliki gaya kognitif
tertentu memerlukan strategi pembelajaran tertentu pula untuk memperoleh prestasi
belajar yang baik. Terdapat banyak penggolongan gaya kognitif. Menurut Nasution
ditinjau dari adanya pengaruh lingkungan dan riwayat pendidikan masa lalu, gaya kogitif
digolongkan menjadi filed independent dan filed dependent121.
Dalam sikap belajar dalam aspek kognitif terdapat setidaknya ada dua sikap belajar
yaitu dependent dan independent. Wooldridge menjelaskan siswa yang bergaya kognitif
field dependent bergantung pada struktur lingkungannya, proses belajar dengan gaya ini
bergantung pada pengalaman, mempunyai perhatian singkat yang mudah berubah, suka
mempelajari lingkungan, memillih situasi pembelajaran sesuai perasaan dan pengalaman,
berorientasi sosial dan kurang berorientasi pada prestasi, dan kurang berkompetisi.(2006)
119
gardner RC(1985) (social ppsycology and second language learning.victoria :edward Arnold hal.8
120
B. Uno, Hamzah. 2010.Orientasi Barudalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara hal 185
121
Nasution, S. 2013.Berbagai Pendekatandalam Proses Belajar danMengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hal
94

64 Vol. 15, No. 1, Maret 2021


Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa pada Gaya Kognitif Field ...

Penjelasan ini menunjukkan siswa yang bergaya kognitif field dependent cenderung
tidak dapat melepaskan dari faktor lingkungan maupun sosial. Unsur lingkungan
dan sosial sangat berpengaruh besar terhadap cara berpikir dan mengambil keputusan
siswa. Sementara itu dalam belajar mereka kurang berprestasi dan kompetitif. Hal ini
menunjukkan kemandirian siswa yang sangat kurang memberikan dampak yang kurang
positif keberhasilan prestasi siswa.
Selanjutnya Wiktin dkk. mengidentifikasi ciri-ciri gaya kognitif field dependent
sebagai berikut: cenderung untuk berpikir global, cenderung untuk menerima struktur
yang sudah ada, memiliki orientasi rasional, cenderung memiliki profesi yang menekankan
keterampilan sosial, cenderung mengikuti tujuan yang sudah ada, cenderung bekerja
dengan motivasi eksternal serta lebih tertarik pada penguatan eksternal.122 Berbeda
dengan Siswa yang bergaya kognitif field independent lebih efektif mereka belajar tahap
demi tahap atau beraturan yang dimulai dengan menganalisis fakta dan memproses untuk
mendapatkan. Menurut Daniels bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field independent
berkarakteristik: memahami obyek yang terpisah dari lingkungan, memisahkan dari
bagian-bagian yang tidak relevan, menciptakan struktur meskipun struktur itu tidak
inheren di dalam informasi yang ada, mereorganisasi informasi untuk memeberi konteks
bagi informasi sebelumnya, cenderung lebih efisien dalam mengingat bagian-bagian
informasi lama.123
Seseorang dengan gaya kognitif field dependent adalah orang yang berpikir global,
menerima struktur atau informasi yang sudah ada, memiliki orientasi sosial, memilih
profesi yang bersifat keterampilan sosial, cenderung mengikuti tujuan dan informasi yang
sudah ada, dan cenderung mengutamakan motivasi eksternal.124 Peserta didik dengan gaya
kognitif field dependent adalah (1) lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran
dengan mengandung muatan sosial, (2) memiliki ingatan lebih baik untuk masalah sosial,
(3) memiliki struktur, tujuan, dan penguatan yang didefinisikan secara jelas, (4) lebih
terpengaruh kritik, (5) memiliki kesulitan besar untuk mempelajari materi terstruktur, (6)
mungkin perlu diajarkan bagaimana menggunakan mnemonic, (7) cenderung menerima
organisasi yang diberikan dan tidak mampu untuk mengorganisasi kembali, dan (8)
mungkin memerlukan instruksi yang lebih jelas mengenai bagaimana memecahkan
masalah. Mencermati karakteristik tersebut, siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent cenderung lebih tertarik dengan kelompok ilmu-ilmu sosial dibandingkan
matematika. Dengan demikian, gaya kognitif field dependent menarik untuk diteliti
korelasinya dengan tingkat pemahaman konsep matemati.

D. KETERAMPILAN BERBICARA
Keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan keterampilan yang sangat crusial
dan bisa dikatakan bersifat urgen karena begitu pesatnya kemajuan disegala bidang, telah
menuntut akan penguasaan bahasa Inggris sehingga keterampilan berbicara bahasa Inggris
menjadi penting untuk dikuasai, terlebih pada era globalisasi ini, bahasa Inggris hampir
merambah pada semua lini kehidupa, Era globalisasi merupakan era perdagangan bebas,
bangsa Indonesia akan banyak melakukan negosiasi atau transaksi dengan orang asing,
serta jika kita ingin memperkenalkan produk atau khasanah budaya kita pada mereka tentu
122
Witkin, H. A. (1979 )Field dependent and Field independent Cognitive Styles and Their Educational
Implikation, New York: American Educational Research Journal,.
123
Altun, A., and Cakan, M., (2006) Undergraduate Student’s Academic Achievement, Field Dependent/
Independent Cognitive Style and Attitude Toward Computers, 2006, (www.ifers.into/journals/91/23.pdf )
124
Witkin, A. H. et al. (1977). “Field-Dependent and Independent Cognitive Style and Thei Educational
Implication”. Review of Educational Research, 47 (1), hlm 1-64.

Vol. 15, No. 1, Maret 2021 65


Arif Ma’mun rifa’i

kita dituntut untuk menguasai bahasa komunikasi mereka dengan baik. Apabila kita tidak
memenuhi tuntukan era globalisasi maka kita akan tertinggal dan menjadi terbelakang dari
kemajuan. Mengingat pentingnya komunikasi berbicara maka, keterampilan berbicara
bahasa Inggris merupakan syarat utama untuk didapatkan dan sangat perlu ditingkatkan
penguasaannya, karena apabila penguasaan bahasa sudah didapatkan maka orang yang
menguasainya akan dapat dapat mengikuti tuntutan kompetensi komunikasi pada era
itu.
Keterampilan (skill) menurut Richard adalah gaya atau perilaku dimana bahasa
digunakan, menurut pendapatnya keterampilan mengacu kepada keterampilan produktif
yang mencakup berbicara dan menulis dan keterampilan reseprif yang mencakup
membaca dan menyimak(1985:160) menurut Richard keterampilan itu merupakan gaya
atau model prilaku berbahasa dalam berkomunikasi, jadi seorang bisa dikatakan memiliki
keterampilan ketika seseorang tersebut mampu membaca atau keterampilan yang lain.
Menurut Vygosky berbicara adalah cara-cara penyampaian informasi secara lisan dengan
menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi yang pengembanganya berdasarkan daya
imaginasi manusia(1962) yang dimaksud Vygosky disini adalah bahasa verbal bahasa yang
diucapkan dengan lisan dan ini adalah hasil dari imajinasi penuturnya sehingga tanpa
imajinasi kalimat yang diucapkan bukanlah bahasa yang dapat dipahami sebagai bahasa
yang berfungsi komunikatif.125
Fungsi bahasa secara kognitif yaitu menjelaskan proposisi-proposisi yang
dipikirkanya benar atau salah sehingga dengan bahasa bisa menerima atau menolak,
adapun fungsi bahasa emotif bahasa bisa difungsikan sebagai alat untuk mengekspresikan
kemauan sesuai dengan apa yang dia inginkan dan yang dia butuhkan, bahasa juga
berfungsi sebagai imperatif ini mengandung pengertian bahwa bahasa dapat digunakan
supaya orang melakukan apa yang kita katakan, imperatif dapat dimaknai sebagai perintah
dengan perintah atau ungkapan yang semakna dengan perintah sehingga orang yang
menerima pesan akan mempunyai opsi melakukan sesuai dengan yang diinginkan, fungsi
bahasa sebagai seremonial berarti bahwa bahasa bisa digunakan untuk menghormati dan
menghargai orang lain, adapun fungsi bahasa metalingual, bahasa itu dapat digunakan
untuk mendiskripsikan bahasa itu sendiri artinya seseorang bisa mengkaji bahasa dengan
bahasa itu sendiri.
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, juga sebagaimana dijelaskan oleh Linda
Thomson dan Shan Wareing mengemukakan bahwa bahasa sebagai sebuah cara sistematis
untuk menggabungkan unit-unit kecil menjadi unit-unit yang lebih besar dengan tujuan
untuk berkomunikasi.126 Fungsi bahasa tersebut memberikan gambaran betapa bahasa
sangat fleksibel bagi kebutuhan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana,
bahasa selalu ada dan dapat digunakan di setiap dan kapan pun manusia butuhkan dan
untuk keadaan dan keperluan apapun, bahasa digunakan manusia dalam bentuk oral
maupun tertulis, namun dari keduanya, secara orallah yang lebih mendominasi sebagai
alat yang digunakan dalam berkomunikasi dibandingkan dengan cara tertulis, ini dapat
kita lihat di dalam keseharian kita seberapa sering kita berkomunikasi dengan lisan dan
seberapa sering kita berkomunikasi dengan tulis. dari kedua bentuk komunikasi tersebut
di atas, berkomunikasi secara oral lebih sering digunakan dari pada tertulis. Seringnya
bahasa digunakan dalam bentuk oral dari pada tertulis ini menunjukan bahwa kebutuhan
manusia dalam bahasa secara oral lebih merupakan kebutuhan dalam berkomunikasi yang
artinya ini menuntut manusia untuk lebih menguasai bahasa bentuk itu.
125
Vygosky, (1962). Thought and language, Massachuses : the Massachusetts of Institute of Technology
126
Linda, et all, (1984) Language skills in use . Illinois: Scott, Foresman and Company, Glenview,hal 8.

66 Vol. 15, No. 1, Maret 2021


Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa pada Gaya Kognitif Field ...

Tuntutan akan penguasaan bahasa lisan baik bahasa lokal maupun bahasa asing
menjadi suatu yang tidak terelakkan, bahasa Inggris misalnya sebagai bahasa asing yang
sekarang banyak dipelajari, merupakan kebutuhan yang penting untuk dikuasai terlebih
di era globalisasi ini, karena selain bahasa Inggris sebagai bahasa internasional bahasa
Inggris juga bahasa yang kerap digunakan oleh orang-orang yang menancapkan bisnis
di Indonesia juga banyak wisatawan luar negeri yang datang dan mereka menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasinya ini merupakan kesempatan penting untuk
memperkenalkan tempat wisata dan budaya yang kita miliki dan ini sebagai nilai jual
bagi bangsa, mengingat masalah tersebut maka kecakapan akan bahasa Inggris menjadi
sangat penting. Di era perdagangan bebas dibutuhkan kekuatan dan ketahanan dalam
menyongsong era tersebut, sebagai syarat tersebut masyarakat dituntut untuk mampu
mengembangkan diri sehingga mampu bersaing di tengah masyarakat global salah
kuncinya adalah penguasaan bahasa.
Karena begitu pentingnya komunikasi bahasa sebagai alat dan cara berkomunikasi,
serta tanggapnya akan perkembangan pengetahuan dan tuntutan pada era globalisasi ini
banyak sekali dijumpai lembaga-lembaga kursus, maupun pembelajaran bahasa formal
yang menawarkan keunggulan dalam berbicara bahasa Inggris melalui iklannya dengan
menggunakan berbagai metode yang ditawarkan, pada pendidikan sekolah formal
pendidikan bahasa Inggris sudah dimulai diajarkan mulai pendidikan menengah bahkan
ada yang mulai diajarkan mulai tingkat dasar, ini berarti peserta didik mempelajari bahasa
Inggris selama enam tahun lebih meskipun demikian keberhasilanya masih dipertanyakan
artinya apakah dalam waktu kurun lama itu peserta didik betul-betul dapat menguasai
kompetensi berbahasa yang terdiri dari empat kecakapan, namun perlu diapresiasi ini
semua adalah bentuk kesadaran dari pemangku kebijakan akan pentingnya bahasa Inggris.
Didasari akan pentingnya kecakapan bebicara bahasa Inggris maka merupakan hal yang
penting bagi sebuah lembaga untuk melakukan upaya upaya agar dapat memberikan
pendidikan yang baik dan tepat agar peserta didiknya menguasai sistematika berbahasa
lisan dengan benar . Untuk mendapatkan keberhasilan dalam pengajaran bahasa
Inggris sarana maupun prasarana adalah hal yang sangat penting untuk dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan karena, itu semua merupakan faktor eksternal pendukung terhadap
keberhasilan pengajaran bahasa.
Komunikasi menggunakan bahasa lisan merupakan bahasa komunikasi yang unik
bahkan ada beberapa pesan tidak dapat diwakilkan dengan komunikasi tulis terutama
yang berkaitan dengan penyampaian yang beberapa maknanya ditentukan oleh intonasi,
jeda atau jarak satu kata dengan kata lain apabila hal itu dihilangkan padahal makna
ditentukan oleh hal di atas maka kalimat tidak terlihat utuh sehingga ini akan dapat
menimbulkan kesalahan penerimaan pesan oleh penerima yang pada akhirny esensi
tujuan komunikasi tidak tercapai, Brown dalam Nunan menjelaskan bahwa berbicara
menggunakan bahasa lisan yang terdiri dari ucapan pendek , tidak lengkap atau terpisah
pisah dalam lingkup pengucapan-pengucapan tersebut sangat berhubungan erat dengan
perngulangan dan tumpang tindih yang dilakukan antara pembicara satu dengan yang
lain Nunan127 (1989) maka jika itu terjadi maka akan didapati kesalahpahaman dan
fungsi bahasa komunikasi tidak akan dapat dicapai karena makna yang disampaikan tidak
menggandung kesatuan makna yang utuh, senada dengan penjelasan diatas lis setiawati
menjelaskan bahwa pengajaran keterampilan berbahasa Inggris harus bertolak dari fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis. (2002:4) pada dasarnya semua
127
Nunan,D (1989) Desining task for the communicating classrom, Cambrige: Cambridge universities
PRESS

Vol. 15, No. 1, Maret 2021 67


Arif Ma’mun rifa’i

rencana atau suatu program bertolak pada fungsinya agar sesuatu tidak keluar dari pada
tujuan utamanya.
Esensi fungsi bahasa yaitu, penyampaian pesan, dan ini akan tercapai bila pembicara
menguasai cara bagaimana pesan tersebut ingin disampaikan serta adanya kesepakatan
budaya antara komunikator dan komunikan jika pesan berkaitan dengan keterampilan
berbicara maka komunikator dituntut untuk menguasai keterampilan berbicara sesuai
dengan bahasa yang digunakan serta kaedah-kaedah yang berlaku dan yang disepakti, oleh
karena itu mengingat pentingnya tujuan berkomunikasi maka keterampilan berbicara
pun sangatlah penting untuk dikuasai karena merupakan faktor utama yang menjadi
penentu keberhasilanya dalam berkomunikasi. Keterampilan menggunakan bahasa tidak
bisa diperoleh dan dikembangkan melalui teori saja melainkan harus disertai dengan
latihan penggunaanya. Teori juga diperlukan dalam pegajaran bahasa, karena mempunyai
pengaruh positif terhadap pembentukan dan pengembangan habits dan skill karena akan
mempercepat proses pencapaian yang menuju ke hasil yang efektif, Sartinah Hardjono
(1988) namun latihan dalam penggunaanya merupakan faktor utama yang menjadi
penentu keberhasilan dalam berinteraksi.128
Keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan keterampilan yang sangat penting
untuk dikuasai langkah awal yang perlu dikuasai adalah penguasaan kosa kata karena
bagaimanapun juga kalimat tersusun dari serangkaian kata-kata, terlebih pada era globalisasi
ini yang hampir semua label produk, transaksi, serta bahasa iklan banyak menggunakan
kosa kata bahasa Inggris. Agar dapat menyesuaikan dengan era globalisasi ini serta tidak
ketinggalan perkembangan zaman maka keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan
syarat utama untuk didapatkan dan sangat perlu ditinggkatkan penguasaannya. Apabila
penguasaan bahasa sudah didapatkan maka orang yang menguasainya akan dapat selalu
mengikuti perkembangan zaman yang banyak menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris
serta lebih luas dari pada itu kesiapan dalam menghadapi era perdagangan bebas akan
lebih siap baik sebagai penjual maupun pembeli terutama dalam melakukan transaksi
dengan orang asing yang berbahasa Inggris.
Adapun untuk mengevaluasi dan mengetahui aspek-aspek yang dinilai sebelum
digunakan dalam indikator adalah sangat penting. Seperti halnya variabel yang lain bahwa
evaluasi harus dilakukan guna mendapatkan data yang kemudian untuk disimpulkan
sebagai hasil penelitian. Aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan berbicara adalah
seperti yang dikatakan oleh linda sebagai berikut:
Use the following guidelines when you are speaking to persuade
1. Speak clearly
2. Look at the audience
3. State your opinion briefly and clearly
4. Stick to the top
5. Give reason and detail to support your opinion linda 129
Sedangkan menurut Heaton aspek-aspek dalam penelitian terhadap keterampilan
berbicara mencakup : (1) ketepatan, yaitu ketepatan dalam pengucapan, ketepatan
gramatikal dan leksikal, apabila banyak ditemukan susunan gramatika yang salah
sehingga kalimat yang diucapkan dapat dikatakan kurang tepat maka ini merupakan
poin yang mengurangi penguasaan keterampilan. (2) kelancaran, (3) keterpahaman dalam

128
Hardjono, Sartinah. (1988) Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing, Jakarta: Depdikbud
129
Linda, et all, (1984) Language skills in use . Illinois: Scott, Foresman and Company, Glenview,.hal
228

68 Vol. 15, No. 1, Maret 2021


Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa pada Gaya Kognitif Field ...

komunikasi.130 Senada dengan pendapat Heaton, cyrill menggungkapkan mengenai aspek-


aspek yang dapat dinilai dalam berkomunikasi lisan yaitu : (1) peranan dalam percakapan,
(2) penggunaan kosa kata, (3) ketepatan, (4) kejelasan ritme, (5) intonasi dan pengucapan
(6) kelancaran (6)relevansi dan kesesuaian isi.131 richards (2002:205) menyatakan
bahwa pengembangan keterampilan berbicara harus memperhatikan faktor faktor yang
mempengaruhi komunikasi lisan pemeralar komponen-komponen dalam bercakapan
berbicara dan keterampilan – kertrampilan tertentu atau strategi yang digunkan dalam
komunikasai. 132
Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbicara bahasa Inggris ialah kecakapan seseorang dalam menggunakan bahasa Inggris
secara oral untuk menyampaikan pesan. Terampil dalam menggunakan bahasa mencakup
faktor kebahasaan yang terdiri dari penggunaan diksi, gramatika, pengucapan, penempatan
tekanan, ketepatan sasaran pembicaraan, dan faktor non kebahasaan meliputi sikap tenang,
pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, kelancaran berbicara, ketepatan gerak-
gerik, penguasaan topik pembicaraan.

E. PEMBAHASAN
Terdapat aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam pengajaran bahasa Inggris
di sekolah dan hal ini menjadi penting mengingat akan peranya keterampilan berbicara
bahasa Inggris lebih dominan dari pada keterampilan yang lain. Adapun aspek-aspek yang
mendukung keberhasilan belajar agar peserta didik benar-benar menguasai keterampilan
bahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan tuntutan dunia global,
tedapat hal-hal yang perlu dipehatikan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris
sebagaimana dikemukan oleh Brown133 menyatakan bahwa kategori pembelajaran speaking
yang dapat diterapkan dalam kelas adalah: 1). Imitative. pada kategori pembelajaran
imitatif ini bertujuan untuk memfokuskan pada unsur tertentu dari bentuk bahasa sehingga
dapat membantu siswa untuk mengembangkan pola-pola dan untuk mengembangkan
bentuk tata bahasa dengan kontek yang benar. 2) intensive. Intensive speaking didesain
untuk melatih beberapa aspek fonologi dan tata bahasa, sehingga siswa dapat mengenal
bentuk-bentuk bahasa tertentu. 3) responsive. Pembicaraan yang baik di kelas adalah
jika siswa tersebut tanggap, seperti dapat memberi jawaban pendek pada guru atau siswa
mau bertanya atau memberi komentar. 4) transaksional (dialog). Bahasa transaksional
ini dilakukan dengan tujuan menyampaikan atau bertukar informasi tertentu yang
merupakan pengembangan dari bentuk bahasa yang responsive.5) interpersonal dialog.
Hal ini bertujuan untuk menjaga hubungan sosial. Siswa harus mempelajari bentuk-
bentuk hubungan antar pembicara dalam percakapan. 6) extensive. Dalam hal ini siswa
pada tingkat lanjut diharapkan dapat mengembangkan monolog dalam bentuk laporan
lisan, kesimpulan, atau pidato singkat.
Kumaradivelu menjelaskan terdapat beberapa faktor yang terdapat pada peserta
didik adalah 134 (1). individual faktor : age and anxiety, (2). Negotiation factor: interaction
and interpretation, (3) tactical faktor : learning strategies and communication strategies;
130
Heaton, J.B, (1989) Writing English language test . New York : Longman Inc.,
131
Weir , Cyrill J. ( 1990) Communicative language test. New York: Prentice Hall.
132
Richard , J.C., & renandya, W.A. (2002) Metodologi in language teacing .Cambrige: Cambridge
Universities Press.hal 205
133
Brown , H.D.(2001). Teaching by Principles. California: Addison Wesley Longman, Inc. hal 271-
274
134
Kumaradivelu. (2006). Understanding language teaching from method to postmethod, New Jersey:
Taylor & Francis e-Library.31-32

Vol. 15, No. 1, Maret 2021 69


Arif Ma’mun rifa’i

(4).affective factor : attitude and motivation; (5) knowledge factor: language knowledge
and metalanguage knowledge; (6) environmental factors : sociall context and educational
context; faktor-faktor ini semua dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu internal factor
and external factors. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembelajaran,
sehingga juga berpengaruh pada keberhasilan dari proses belajar dapat dilihat dari faktor
eksternal dan faktor internal, faktor eksternal faktor yang berada diluar siswa bisa berupa
dorongan teman, metode belajar atau sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar
siswa, adapun faktor internal adalah faktor yang terdapat pada diri siswa pada faktor faktor
diatas menjadi prinsip yang ditawarkan menjadi pijakan dalam menentukan strategi.
Faktor internal atau faktor yang terdapat pada diri siswa dapat berupa motivasi siswa
dan dapat pula berupa karakteristik siswa, sementara Richard (2002:206) menyatakan
bahwa faktor dari dalam pembelajar sendiri merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pembelajaran bahasa, faktor-faktor yang berhubungan dengan
pembelajaran bahasa asing itu adalah emosi, kepercayaan diri, empati, kecemasan, sikap,
dan motivasi, sikap dalam belajar merupakan salah satu gaya kognitif, salah satu bentuk
dari sikap siswa adalah gaya belajar, karakteristik ini sangat menentukan dalam penguasaan
keterampilan berbicara bahasa Inggris. Gaya kognitif siswa berpengaruh terkait dalam cara
menerima dan menyikapi materi pembelajaran, hal ini dikarenakan apakah siswa tersebut
dalam berpikir cenderung memiliki kemandirian pandangan (field independent) ataukah
ketergantungan pandangan (field dependent). Maka dengan penjelasan diatas gaya kognitif
menentukan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa
Inggris. Senada dengan penjelasan diatas Hayes dan Allinson(1998) dalam kaluzniacky,
menjelaskan bahwa gaya kognitif adalah “cara yang lebih disukai seseorang pengumpulan,
pengolahan, dan mengevaluasi informasi kaluzniacky”135. gaya belajar merupakan cara
tersendiri yang dilakukan peserta didik dalam mengumpulkan dan mengolah serta
mengevaluasi materi yang diterima dari guru atau lawan komunikasinya, siswa dalam
belajar mempunyai gaya masing sesuai dengan yang ada pada mereka sehingga ini akan
membedakan tingkat keberhasilan mereka dalam belajar.
Selain faktor eksternal diatas terdapat pula faktor internal siswa diantaranya adalah
gaya belajar, gaya belajar field independent dan field dependent tentu sangatlah berbeda
dalam menentukan keberhasilan belajar berbicara bahasa Inggris, Karena keduanya
memiliki karakteristik yang berbeda misalnya siswa yang memiliki gaya field independent
berkarakteristik: memahami obyek yang terpisah dari lingkungan, memisahkan dari
bagian-bagian yang tidak relevan, menciptakan struktur meskipun struktur itu tidak
inheren di dalam informasi yang ada, mereorganisasi informasi untuk memberi konteks
bagi informasi sebelumnya, cenderung lebih efisien dalam mengingat bagian-bagian
informasi lama. Altun ( 2006), sementara gaya field dependent bergantung pada struktur
lingkungannya, proses belajar bergantung pada pengalaman, mempunyai perhatian singkat
yang mudah berubah, suka mempelajari lingkungan, memillih situasi pembelajaran sesuai
perasaan dan pengalaman, berorientasi sosial dan kurang berorientasi pada prestasi, dan
kurang berkompetisi136
Penjelasan ini menunjukkan siswa yang bergaya kognitif field dependent cenderung
tidak dapat melepaskan dari faktor lingkungan maupun sosial. Unsur lingkungan dan
Eugene kaluzniacky (2004: 105-106)Managing Psychological Factors in Information Systems Work:
135

An Orientation to Emotional Intelligence. London :Yurchak Printing Inc. hal 105-106.


Altun, A., and Cakan, M., (2006) Undergraduate Student’s Academic Achievement, Field
136

Dependent/Independent Cognitive Style and Attitude Toward Computers, 2006, ( www.ifets.into/


journals/91/23.pdf )

70 Vol. 15, No. 1, Maret 2021


Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa pada Gaya Kognitif Field ...

sosial sangat berpengaruh besar terhadap cara berpikir dan mengambil keputusan siswa.
Sementara itu dalam belajar mereka kurang terlihat berprestasi dan didapati kurangnya
daya saing atau sifat kompetitif. Hal ini menunjukkan kekurangmandirian siswa ini akan
memberikan dampak yang kurang positif pada keberhasilan prestasi siswa. Keterampilan
berbicara bahasa Inggris sebagaimana keterampilan yang lain dalam artian keterampilan
adalah kemampuan yang dapat diolah dan dikembangkan sehingga kelebihan dan
kekurangan yang ada pada masing-masing peserta didik baik yang field dependen maupun
field independen dapat dilakukan treatment atau langkah yang sesuai dengan masing-
masing kekurangan sehingga tujuan pemelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris
dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.Pemilihan metode yang baik akan sangat
membantu bagi kedua gaya belajar yang dimiliki oleh siswa karena metode mengajar
merupakan strategi yang dilalakukan oleh guru dalam mengajar dalam dunia pendidikan
strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities designed to achieves a particular
education goal. Strategi pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang di dalamnya
terdapat berbagai prosedur, langkah-langkah dan metode pembelajaran yang digunakan
untuk menyampaikan materi pembelajaran, sementara. Pada prinsipnya pengajaran
speaking memperhatikan faktor faktor diatas kemudian dikemas dalam perencanaan,
implementasi dan evaluasi, semua disajikan dengan memperhatikan
konsep prinsip pengemasan ; 1) Creating realistic situation situasi yang nyata dan
faktual akan lebih menarik sehingga peserta didik dengan gaya kognitif field dependen
yang lemah dalam analisa akan tertarik untuk menganalisa fonemena tersebut. 2) Engaging
all students,pengemasaan materi dan pelaksanaanya menarik bagi kondisi peserta didik, ini
akan menjadi pemicu semangat dalam belajar siswa. 3) Supporting the qualities of spoken
language, terdapat banyak hal yang dapat mendukung keterampilan berbicara, hal ini
karena berbicara tidak hanya kererampilan produktif namum juga mencakup banyak
aspek bahasa. 4) Personalizing speaking topics, pemilihan topik menjadi penting karena
akan mendorong ketertarikan dan dapat meningkatkan motivasi siswa. 5) Creating an
unfearful class. Menciptakan kelas tidak hanya kondusif tapi menyenangkan dan tidak
menakutkan sehingga kelas dan pembelajaranya selalu dirindukan oleh peserta didik
6) Planing different and various types of speaking activites, untuk meminimalkan atau
menghilangkan kejenuhan maka aktifitas pembicaraan di desain bermacam macam dan
berganti ganti 137

F. KESIMPULAN
Dari penjelasan pada pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah Keterampilan (skill) berbahasa adalah gaya atau perilaku dimana
bahasa digunakan. , keterampilan mengacu kepada keterampilan produktif yang
mencakup berbicara dan menulis dan keterampilan reseprif yang mencakup membaca
dan menyimak, aspek-aspek dalam keterampilan berbicara mencakup : (1) ketepatan,
yaitu ketepatan dalam pengucapan, ketepatan gramatikal dan leksikal. (2) kelancaran,
(3) keterpahaman dalam komunikasi, (4) penggunaan kosa kata, (5) kejelasan ritme, (6)
intonasi dan pengucapan, (7)relevansi dan kesesuaian isi.
Field independent cenderung mampu menganalisis kalimat yang dia belum mengerti
dan lebih sistematis dalam menerima informasi dari lingkungan ketika didalam dalam kelas
anak dengan gaya field independen lebih terstruktur dan tersistem oleh pemahamanya
terhadap informasi yang dia terima anak dengan gaya ini lebih suka memfokuskan
pada detail-detail materi, memfokuskan pada fakta-fakta dan prinsip-prinsip, jarang
137
Httpps://elttguide.com/6-priciples-for-teaching-speaking-in-efl-classes/ diakses 21 maret 2021

Vol. 15, No. 1, Maret 2021 71


Arif Ma’mun rifa’i

mengadakan kontak fisik dengan guru, interaksi-interaksi dengan guru terbatas pada tugas-
tugas yang sedang dikerjakan-mencari pujian yang sifatnya non sosial, menyukai bekerja
sendiri, menyukai kompetisi, dan dapat mengorganisasikan dengan dirinya sendiri. ciri-
ciri gaya kognitif field dependent sebagai berikut: cenderung untuk berpikir secara luas,
cenderung untuk menerima struktur yang sudah terpetakan, memiliki orientasi rasional,
cenderung memiliki profesi yang menekankan keterampilan sosial, cenderung mengikuti
tujuan yang sudah ada, cenderung bekerja dengan motivasi pada penguatan eksternal.
Dengan diketahuinya dua gaya belajar ini pada peserta didik maka celah untuk menuju
keberhasilan penguasaan berbicara bahasa Inggris semakin mudah untuk dicapai.
Sebagai seorang pendidik pemahaman terhadap karakter peserta didik sehingga
memahami prinsip prinsip dalam menyambut kondisi real peserta didik. Langkah yang
berpijak pada prinsip prinsip pengajaran sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam
pembelajaran. Pengetahuan terhadap karakter individu siswa, diketahui oleh guru sejak
awal, sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran. Karakter yang dimaksud tersebut
adalah salah satunya mengenai gaya belajar yang terdapat pada tiap individu siswa. Dengan
mengetahui sejak awal gaya belajar dengan mudah memberikan materi dengan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan kecenderungan cara belajar mahasiswa.
Prinsip persiapan, implementasi dan evaluasi dikemas sebagai jawaban kelemahan bagi
siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, persiapan dilakukan mengacu pada
faktor internal dan external peserta didik, dikembas memberikan stimulus sikap yang
kurang agresif dalam berbicara bahasa inggris serta sikap internal yang lain. Implementasi
didesain tidak kaku serta dapat berubah didasarkan pada perubahan prilaku peserta
didik, paradigma pengajar berubah dari era method kepada post method konsep yang
ditawarkan oleh kumaravadivelu. Perubahan mengacu pada bahaimana meningkatkan
minat dan motivasi pada tingkatan yang lebih mapan pada tahapan tertent. Pada tahapan
implementasi dapat pula dilakukan tuntutan untuk memiliki keberanian dalam mencoba
serta tidak semata mata tergantung pada peserta didik yang lain. Evaluasi dilaksanakan
guna jadi acuan perbaikan dalam perlakuan tindakan terhadap siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependet.

72 Vol. 15, No. 1, Maret 2021


Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa pada Gaya Kognitif Field ...

DAFTAR PUSTAKA

Altun, A., and Cakan, M., (2006) Undergraduate Student’s Academic Achievement, Field
Dependent/Independent Cognitive Style and Attitude Toward Computers, 2006, (www.ifers.
into.journals/91/23)

Brown , H.D.(2001). Teaching by Principles. California: Addison Wesley Longman, Inc.

Borich, D. Gary, (1996), Effective Teaching Methods, New Jersey : Prentice-Hall, inc

Dick, Walter dan Lou Carey, (1990) The systematic design of interactional, (Glenview Iliones:
Harper Collins Publishers.

Hardjono, Sartinah. (1988) Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing, Jakarta: Depdikbud

Heaton, J.B, (1989) Writing English language test . New York : Longman Inc.,

Linda, et all, (1984) Language skills in use . Illinois: Scott, Foresman and Company,
Glenview,.

Nunan,D (1989) Desining task for the communikating classrom, Cambrige: Cambridge
universities PRESS

Richard , J.C., & renandya, W.A. (2002) Metodologi in language teacing .Cambrige:
Cambridge Universities Press.

Sanjaya ,Wina (2008). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,

Setiawati, lis (2002) Evaluasi pendidikan uas rumpun mata kuliah keterampilan n berbahasa
Jakarta: lembaga penilitian UT.

Uno, Hamzah, (2008) Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif
dan efektif, Jakarta: Bumi Aksara

Vygosky, (1962). Thought and language, Massachuses : the Massachusetts of Institute of


Technology.

Wooldridge, Blue dan Melanie Haimas-Bartolf, (2006) The field dependence/field independence
learning style; implications for adult student diversity, outcomes assessment and acountability
, New York: Nova Science Publishers,

Witkin, H. A. (1979 )Field dependent and Field independent Cognitive Styles and Their
Educational Implikation, New York: American Educational Research Journal,.

Weir , Cyrill J. ( 1990) Communicative language test. New York: Prentice Hall.

Vol. 15, No. 1, Maret 2021 73


Arif Ma’mun rifa’i

Loreto Todd. (2000) Introduction to linguistic, Singapore: York Press.

Halliday (1989) Language, context, and text : aspects of language in a social-semiotic


perspective. Oxford :oxford university press.

Linda Thomson dan Shan Wareing. (2007). Bahasa, masyarakat dan kekuasaan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Alwasilah. Chaedar A (2013). Filsafat dan bahasa. Bandung : Rosda Karya

Kumaradivelu. (2006). Understanding language teaching from method to postmethod, New


Jersey: Taylor & Francis e-Library.

Illinois : Scott Foresman and Co. Year: 1984: Stock: 1 eks. Indeks Page: Ind. : p. 377-384 eks.
Information: 384 hlm.: il. ; 24 cm eks

Gardner RC(1985:8) (social ppsycology and second language learning.victoria :edward


Arnold

Eugene kaluzniacky (2004: 105-106)Managing Psychological Factors in Information Systems


Work: An Orientation to Emotional Intelligence. London :Yurchak Printing Inc.

74 Vol. 15, No. 1, Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai