Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

semakin terbukanya kesempatan untuk berkomunikasi secara internasional,

dan pelaksanaan pasar bebas menuntut bangsa Indonesia memiliki

kompetensi yang kompetitif dalam segala bidang. Indonesia tidak bisa lagi

hanya mengandalkan sumber daya alam dan kemampuan fisik untuk

mencapai kesejahteraan bangsanya tetapi harus lebih mengandalkan sumber

daya manusia yang profesional. Salah satu syarat untuk mencapainya adalah

kemampuan berbahasa Inggris, khususnya untuk berkomunikasi, baik secara

lisan maupun tertulis. Penguasaan bahasa Inggris sangat penting karena

hampir semua sumber informasi global dalam berbagai aspek kehidupan

menggunakan bahasa ini (Durand, 2006:7).

Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa internasional yang diajarkan

secara luas di berbagai negara di dunia ini. Banyak penduduk di berbagai

negara memakai bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dalam berbagai

pertemuan penting pada tingkat internasional (Richards and Rodgers,

1986:1). Dalam bidang pendidikan, bahasa Inggris mempunyai andil besar

karena hampir semua buku teks dalam berbagai disiplin ilmu ditulis dalam

bahasa Inggris, yakni dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan

tinggi.

1
Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia mendapat perhatian dari

pemerintah cukup besar, yakni dengan ditetapkannya sebagai salah satu mata

pelajaran yang wajib dipelajari dan menjadi mata pelajaran yang diujikan

dalam ujian nasional. Pentingnya pembelajaran bahasa Inggris menjadikan

mata pelajaran ini harus mendapat perhatian lebih agar kesuksesan dalam

bahasa Inggris dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Pada prosesnya di kelas, pembelajaran bahasa Inggris tidak lepas dari

kelemahan-kelemahan dan permasalahan pembelajaran yang ada. Pada

kenyataanya, dalam proses pembelajaran bahasa Inggris masih sering

dijumpai peserta didik yang belum memahami tujuan pembelajaran dan juga

memahami apa sebenarnya materi yang dipelajari tersebut. Bagi sebagian

siswa bahasa Inggris merupakan hal yang menarik, namun bagi sebagian

siswa yang lain, bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang dianggap sangat

sulit ketika siswa benar benar tidak mengetahui apa maksut dan tujuan dari

pembelajaran tersebut.

Pelajaran bahasa Inggris bagi banyak siswa menjadi beban tersendiri

selama proses pembelajarannya. Hal ini mengakibatkan kurangnya motivasi

peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Banyak peserta didik

yang merasa bosan dan kurang tertarik untuk mengikuti proses

pembelajaran. Sehingga hal ini meberikan pengaruh terhadap prestasi belajar

bahasa Inggris di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 BINTANG.

2
Berdasarkan hasil refleksi terhadap Ulangan Harian I bahasa Inggris di

kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 BINTANG ditemukan bahwa nilai rata-rata

siswa adalah 76.28. Jumlah siswa tuntas adalah 11 orang (34%) dan jumlah

siswa tidak tuntas adalah 21 orang (66%). Dari data ini dapat diketahui

bahwa masih rendahnya prestasi belajar siswa.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-

intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah

merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki

motivasikuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat (Sardiman,

2006:75).

Motivasi belajar sangat penting dalam proses pembelajaran agar

prestasi belajar bahasa Inggris dapat optimal. Oleh sebab itu guru sebagai

salah satu penentu keberhasilan proses pembelajaran harus mampu membuat

peserta didik untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi agar peserta didik

mau terlibat dalam proses pembelajaran dan tentunya memberikan prestasi

belajar yang optimal.

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi

siswa diantaranya adalah dengan memilih metode dan model pembelajaran

yang tepat. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran yang dilaksanakan

dapat membangkitkan minat dan memberikan hasil pembelajaran yang

optimal sesuai dengan yang diharapkan. Apabila pemilihan metode dan

3
model pembelajaran yang sesuai dan cocok dengan kondisi peserta didik di

suatu kelas maka akan membuat peserta didik tertarik dan mampu

menguasai materi yang dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah

model KWL atau Know Want to Learn merupakan model pengajaran yang

berguna untuk membuat siswa memahami akan materi yang dipelajari dan

hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk siswa memahami materi

tersebut. KWL mempunyai kepanjangan K sebagai Know, W sebagai Want

to know, dan L sebagai Learn (Ogle, 1986). Tahapan dalam pembelajaran ini

dimulai dari siswa mengeluarkan ide apa yang diketahui, selanjutnya siswa

menulis apa yang ingin diketahui dan diakhiri dengan tahap mencari

jawaban dari yang ingin diketahui sehingga siswa dapat menyimpulkan apa

yang telah dipelajari.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis sangat tertarik menerapkan

model KWL pada semester ganjul tahun pelajaran 2018/2019 dengan

harapan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Untuk itu

dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan

Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas XII IPA 1 SMA

Negeri 1 BINTANG Menggunakan Modle KWL”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat

4
diketahui bahwa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran bahasa

Inggris adalah sebagai berikut:

1. Banyak peserta didik yang tidak memahami tujuan pembelajaran bahasa

Inggris dan menganggap bahsa Inggris adalah mata pelajaran yang sulit.

2. Rendahnya motivasi belajar yang dimiliki peserta didik

3. Masih rendahnya prestasi belajar peserta didik baik dari segi nilai rata-

rata dan ketuntasan.

C. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya cakupan pembahasan masalah, karena

adanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, pada penleitian ini

dibatasi:

1. Motivasi belajar yang diamati berdasarkan lembar observasi siswa.

2. Dampak pemberian tindakan model KWL dibatasi pada prestasi belajar

bahasa Inggris yang diamati melalui test pengetahuan siswa pada akhir

pembelajaran.

3. Pembelajaran model KWL diterapkan pada Semester Ganjil tahun

pelajaran 2018/2019 di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 BINTANG.

D. Perumusan Masalah

Apakah penerapan model KWL dapat meningkatkan motivasi dan

prestasi belajar bahasa Inggris siswa di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1

BINTANG semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019?

E. Tujuan Penelitian

5
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar bahasa Inggris siswa di kelas XII

IPA 1 SMA Negeri 1 BINTANG semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini sangat bermanfaat, baik bagi peserta

didik, guru, maupun guru lain serta sekolah.

1. Bagi peserta didik :

Dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran bahasa Inggris

2. Bagi guru :

a. Dapat meningkatkan keterampilan mengembangkan pendekatan,

metode atau model dalam proses pembelajaran di kelas, sebagai upaya

peningkatan profesionalisme guru.

b. Dapat meningkatkan pemahaman tentang penelitian dan

menumbuhkan minat guru lainnya untuk melakukan penelitian.

3. Bagi sekolah :

a. Dapat meningkatkan prestasi akademik bagi keseluruhan peserta

didik dan mempunyai nilai tambah bagi kualitas suatu sekolah.

b. Menjadi bahan masukan untuk pengambilan kebijakan penentuan

strategi dan metode pembelajaran disekolah.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Sukmadinata (2005: 61) menjelasakan motivasi adalah

kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu, kondisi dalam

diri individu yang mendorong atau menggerakan dalam individu

untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Seperti halnya

motivasi belajar, dorongan yang ada dalam diri siswa untuk mencapai

hasil belajar yang maksimal. Siswa akan melakukan berbagai upaya

untuk mendapatkan hasil yang memuaskan apabila mempunyai

motivasi yang

tinggi.

Sependapat dengan hal ini sependapat dengan Suryabrata

(2002: 70) yang menjelaskan motivasi adalah keadaan dalam pribadi

orang yang mendorong untuk orang untuk melakukan aktivitas

tertentu untuk mencapai tujuan. Purwanto (2003: 71) yang

mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu usaha yang disadari untuk

mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk

7
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan

tertentu.

Sardiman (2007:75) menjelaskan motivasi belajar adalah

merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual dan peranannya

yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan

semangat untuk belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa,

karena siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki

motivasi yang tinggi.

Berdasarkan pemaparan pengertian motivasi diatas, dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu keadaan yang

ada dalam diri individu yang mendorong siswa untuk belajar dan

melakukan ativitas-aktivitas tertentu untuk mendapatkan hasil belajar

dan tujuan secara maksimal.

b. Fungsi Motivasi

Menurut A.M. Sardiman (2007: 85) fungsi motivasi dalam

belajar, sebagai berikut:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang ingin

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai tujuannya.

8
3) Menyeleksi atau menentukan perbuatan-perbuatan yang yang

harus dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.

c. Ciri-Ciri Motivasi Belajar

Djaali (2007: 109) mengemukakkan siswa yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1)

menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi

atas hasil-hasilnya; 2) memilih tujuan yang realitas tetapi menantang

dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya; 3)

mencari situasi dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera; 4)

senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengingguli orang lain; 5)

tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan imbalan melainkan

mencari lambang prestasi, suatu ukuran keberhasialan. Siswa yang

mempunyai karakteristik seperti diatas, maka sudah mempunyai

potensi untuk memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Ciri-ciri

motivasi di atas dapat mengetahui atau dijadikan indikator siswa yang

mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertiah Prestasi

Menurut Sardiman (2001: 46) prestasi adalah kemampuan

nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

9
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam

belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:787) “Prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan

nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

Taksonomi Bloom (Sudjana, 2009: 22-23) mengatakan prestasi

belajar dapat dicapai melalui tiga kategori ranah. Ranah tersebut

antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif

berhubungan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,

dan penilaian. Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yaitu menerima, menjawab

atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai

atau kompleks nilai. Sedangkan ranah psikomotor meliputi

keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan, prestasi

belajar adalah hasil akhir dari proses belajar. Bukti keberhasilan

peserta didik dalam pencapaian tujuan pengajaran dapat diketahui dan

dilihat dari prestasi belajarnya pada waktu tertentu. Jadi prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama belangsungnya

proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

10
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Sardiman (2001: 37) secara garis besar dapat di

golongkan menjadi dua yaitu faktor Intern (dari dalam) dan Ekstern

(luar). Pendapat tersebut sesuai dengan Syah (2000: 132) seperti

berikut:

1) Faktor yang datang dari dalam diri siswa

a) Faktor Fisiologis

(1) Keadaan Tonus Jasmani

(2) Keadaan fungsi-fungsi Jasmani

b) Faktor Psiologis

Menurut Thomas F. Statom yang dikutip oleh

Sardiman (2007:9-44) adalah sebagai berikut:

(1) Motivasi yaitu seorang akan berhasil dalam belajar, bila

dalam dirinya ada keinginan untuk belajar.

(2) Konsentrasi yaitu memusatkan segenap perhatian pada

situasi belajar.

(3) Reaksi yaitu pikiran dan otot-ototnya dapat bekerja secara

harmonis sehingga subjek belajar itu bertindak. atau

melakukannya.

(4) Organisasi yaitu membantu siswa dapat cepat

mengorganisasikanya.

11
(5) Pemahaman, yaitu siswa benar-benar memahami, maka

akan siap memberi jawaban yang pasti.

(6) Ulangan yaitu mengulangi dan memeriksa yang sudah

dipelajari.

2) Faktor yang datang dari luar

a) Faktor Non Sosial

Yaitu segala yang berpengaruh terhadap kegiatan belajar selain

manusia, misal: Keadaan cuaca, suasana lingkungan, fasilitas

belajar dan sebagainya

b) Faktor Sosial

Yaitu faktor manusia, baik manusia itu ada (hadir) maupun

kehadirannya dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.

3. Pembelajaran Bahasa Inggris

Bahasa Inggris adalah bahasa Internasional selain yang digunakan untuk

berhubungan antar negara, juga digunakan untuk memperdalam dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, karena sebagian besar buku ilmu pengetahuan

didatangkan dari luar negeri (Izzan dan Mahfuddin, 2007:1)

Berdasarkan kurikulum 2013, pada pembelajaran bahasa Inggris terdapat

kompetensi inti yang terdiri dari:

Kompetensi Inti:

a. KI1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

b. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,

12
responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi

atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia

c. KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan

rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan

bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

d. KI 4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Selain kompetensi inti, terdapat beberapa kompetensi dasar yang dipelajari

oleh peserta didik kelas XII pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019,

diantaranya:

3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada

ungkapan menawarkan jasa dan responnya, sesuai dengan konteks

penggunaannya.

3.2 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada

ungkapan yang mengawali penyampaian berita atau informasi yang

mengejutkan dan responnya, sesuai dengan konteks penggunaannya.

13
3.3 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada

ungkapan meminta perhatian bersayap (extended), sesuai dengan konteks

penggunaannya.

4. Model KWL (KNOW WANT TO LEARN)

a. Pengertian Model KWL

Salah satu metode itu adalah metode KWL yang merupakan

singkatan dari K (Know) yang berarti mengetahui, W (Want) yang

berarti ingin, dan L (Learn) yang berarti belajar (Stefania, 2008). Atau

dengan kata lain KWL berarti K (Know) apa yang telah diketahui

(sebelum belajar); W (Want) apa yang hendak diketahui (sebelum

belajar); dan L (Learned) apa yang telah diketahui (setelah belajar).

Brozo dan Puckett, (2009: 37) menyatakan KWL dapat mengaktifkan

pengetahuan yang dimiliki siswa dan memunculkan pertanyaan

sebelum melakukan kegiatan membaca.

Model KWL adalah strategi membaca dengan tiga langkah

pokok, yaitu menggali latar belakang pengetahuan siswa dengan cara

brainstorming, kemudian menentukan hal-hal yang ingin diketahui

dengan merumuskan pertanyaan yang berkaitan dengan teks yang

akan dibaca, dan yang terakhir menentukan hal-hal yang telah

dipelajari dengan cara menjawab pertanyaan yang telah mereka

14
rumuskan pada langkah sebelumnya (Harsono, Fuady, dan Sadhono,

2012: 57).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa

model KWL merupakan model atau strategi yang digunakan dalam

proses pembelajaran dimana siswa mengelompokkan apa yang mereka

ketahui sebelum proses pembelajaran (Know), apa yang hendak

diketahui sebelum proses pembelajaran (Want) dan apa yang telah

diketahui setelah belajar (Learned). Model ini, dapat mengaktifkan

siswa dan juga menjadi lebih terarah dalam menjapai tujuan

pebuasaan materi.

b. Langkah Pembelajaran Model KWL

Metode ini melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun

siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka

ketahui, menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingat

kembali apa yang mereka pelajari dari topik yang mereka baca

(Rahim, 2008:41). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut:

1) Pilih sebuah materi. Strategi ini akan berjalan baik dengan

memberikan penjelasan mengenai materi

2) Buatlah tabel KWL, Guru sebaiknya membuat tabel di papan tulis,

kertas transparan, atau kertas tabel. Juga disarankan bagi para

15
siswa yang membaca dan menulis untuk memiliki catatan sendiri

tentang tabel KWL untuk merekam informasi.

3) Minta para siswa untuk melontarkan kata-kata, istilah-istilah, atau

ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan topic

4) Saran untuk kolom K:

a) Apakah pertanyaan-pertanyaan telah siap untuk membantu

para siswa mengungkapkan ide-ide mereka, karena para siswa

membutuhkan bantuan untuk memulainya.

b) Doronglah para siswa untuk menjelaskan kesimpulan mereka.

Dan tanyalah "Apa yang membuat kamu berpikir demikian?"

c) Ketika semua ide telah dicatat, ajaklah para siswa untuk

berdiskusi tentang apa yang mereka tulis pada kolom K

5) Saran untuk kolom W:

a) Tanyalah para siswa tentang apa yang ingin mereka pelajari

tentang topik yang akan dibahas. Jika siswa merespon

pernyataan ini, arahkan mereka pada pertanyaan-pertanyaan

sebelum mencatat pertanyaan tersebut pada kolom W.

b) Jika siswa butuh bantuan untuk memulai, cobalah untuk

mengajukan salah satu pertanyaan dari daftar berikut ini:" Apa

yang kamu pikirkan akan kamu pelajari tentang topik dari

materi yang akan dibahas?"; "Apakah kamu pikir cerita ini

akan menjelaskan tentang apa yang tampak pada cover buku?"

16
c) Pertanyaan pada kolom W sebaiknya benar-benar

membangkitkan minat siswa. Anda bisa menambahkan dengan

pertanyaan anda sendiri, tapi jangan terlalu banyak

6) Saran untuk kolom L:

a) Sudahkah para siswa membaca materi (untuk siswa yang lebih

muda, mintalah mereka untuk mendengarkan materi/ cerita

yang dibaca oleh guru) dan mengisi kolom L di tabel mereka

(untuk siswa yang lebih muda, guru akan mencatat respon para

siswa)

b) Sebagai tambahan untuk menjawab pertanyaan di kolom W,

ijinkan para siswa untuk menulis apa saja yang mereka anggap

menarik

c) Mintalah para siswa untuk berkonsultasi dengan sumber-

sumber lain untuk menemukanjawaban-jawaban yang tidak

dapat terjawab

d) Sediakan waktu untuk berdiskusi tentang informasih di kolom

L.

Tabel 1. Contoh Lembar Kerja KWL

17
c. Kelebihan dan Kekurangan Model KWL

Menurut Irawan (2015) ada beberapa kelebihan dan juga

kekurangan dari metode ini. Kelebihan metode ini antara lain:

1) Fokus pada siswa, mendorong siswa untuk aktif menggali

informasi dan belajar mandiri baik sendiri maupun berkelompok.

Saling berbagi informasi mendorong siswa untuk menggali

informasi sebanyak mungkin.

2) Keterampilan berbahasa seperti speaking, reading, listening, dan

juga writing dapat diterapkan dalam satu kegiatan ini. Langsung

atau tidak langsung siswa harus membaca, memahami,

mendengarkan dan menulis kan berbagai informasi yang mereka

dapatkan.

3) Pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan jika di selingi

dengan berbagai permainan bahasa (game/kuis) sehingga siswa

mendapatkan pengalaman belajar yang berkesan.

18
Sedangkan kekurangan model KWL menurut Irawan (2015),

keberadaan kemampuan siswa yang berbeda termasuk latar belakang

pengetahuan mereka yang minim kadang menjadikan metode ini

terasa kurang menantang. Apalagi jika fasilitas pendukung seperti

buku-buku yang berkenaan dengan materi sangat terbatas dan tidak

adanya koneksi internet yang diperlukan saat penggalian informasi,

menjadi penghalang tersendiri. Jika kebanyakan siswa di kelas adalah

siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah, maka penerapan

metode ini terasa dangkal dan menjenuhkan. Untuk mengatasi hal ini,

guru dapat memberitahu siswa sehari atau beberapa hari sebelumnya

agar siswa memcari tahu hal-hal berkenaan dengan materi yang akan

di diskusikan. Dengan cara ini, diharapkan siswa memiliki

pengetahuan awal tentang topik atau materi yang akan dibahas. Pada

intinya, sebenarnya tidak ada metode yang benar-benar bagus atau

pun yang benar-benar jelek, adanya kombinasi atau penggabungan

beberapa metode dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas

merupakan sebuah solusi untuk memberikan sebuah pengalaman

pembelajaran yang terbaik bagi siswa.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Joe, Ester Lince (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Strategi KWL pada

Pembelajaran Bahasa Inggris di SMKN 4 Yogyakarta menyimpulkan

19
bahwa Dari hasil analisis menunjukkan bahwa strategi Know – Want –

Learn (KWL) dapat meningkatkan motivasi siswa pada pelajaran Bahasa

Inggris.

2. Rofiah, Elchulashotur (2013) dalam peneletiannya yang berjudul

Penerapan strategi membaca Know-Want To Know-Learned (KWL) pada

mata pelajaran bahasa Jerman siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 8

Malang, menyimpulkan bahwa dengan model KWL mampu

meningkatkan pemahaman materi siswa sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Dari penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berfikir

untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berfikir ini disusun

berdasarkan disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu

model KWL, motivasi dan prestasi belajar.

Keberhasilan peserta didik setelah dilakukanya pembelajaran dapat

dilihat dari prestasi belajar yang dicapai. Model pembelajaran KWL

memberikan peserta didik gambaran dan arah nyata tujuan pembelajaran.

Dengan model ini diharapkan siswa dapat memiliiki motivasi dalam

pembelajaran bahasa Inggris, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih

terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran.

20
Kondisi Awal :
-Peserta didik kesulitan
menentukan tujuan
pembelajaran dan proses
pembelajaran kurang Menerapkan Model
terarah KWL
-Peserta didik menganggap
bahasa Inggris merupakan
mata pelajaran yang sulit
-Rendahnya motivasi belajar
-Rendahnya prestasi belajar

Kondisi Akhir
Peningkatan
Motivasi dan
Prestasi Belajar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penerapan Model KWL

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Berik Hasley (dalam Kusnandar, 2008:43)

mendifinisikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan investasi skaka

kecil terhadap tindakan dalam dunia nyata dan pemeriksaan secara cermat

21
terhadap efek dari intervensi tindakan tersebut. Sedangkan menurut Kemmis

dan Taggart dalam Rochiati (2010: 66), penelitian tindakan adalah studi yang

dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang

dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh gurur dikelas melalui

berbagai tahapan dan juga refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerja guru dan juga proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar.

B. Lokasi, Waktu, Subjek dan Objek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMA Negeri di SMA Negeri

1 BINTANG yang beralamat di Jalan Kihajar Dewantoro No.30 Tanah

Garam Kota BINTANG.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dimulai persiapan

Minggu I dan II bulan Juli 2018, penelitian tanggal 1 Agustus 2018

sampai dengan 2 September 2018 dan penyelesaian Laporan pada

Minggu ke II Maret 2018 sampai dengan Minggu ke IV September

2018.

3. Subjek Penelitian.

22
Subjek Penelitian adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1,

Semester V (lima) Tahun Pelajaran 2018/2019 sebanyak 32 orang.

4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah model KWL pada mata pelajaran bahasa

Inggris dengan materi 1) Teks lisan dan tulis untuk mengawali

penyampaian berita atau informasi yang mengejutkan dan responnya;

dan 2) Teks lisan dan tulis untuk meminta perhatian bersayap (extended).

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode PTK Kemmis Mc.

Taggart yang dalam alur penelitiannya yakni meliputi langkah-langksebagai

berikut (Aqib, 2009:22):

1. Perencanaan (plan)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di

mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2. Malaksanakan tindakan (act)

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

mengenai tindakan kelas.

3. Melaksanakan pengamatan (observe)

Dalam pengamatan ini tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan

tindakan, karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan

sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

4. Mengadakan refleksi atau analisis (reflekstion)

23
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika

peneliti atau guru atau teman sejawat untuk mendiskusikan implementasi

rancangan tindakan.

Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Tanggart

tampak masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin.

Dikatakan demikian, karena didalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat

komponen seperti halnya yang dilaksanakan oleh Kurt Lewin. Empat komponen

tersebut adalah perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Keempat komponen

tersebut harus dilaksanakan dengan baik agar tidak terjadi kesalahan yang tidak

diinginkan. Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah

adanya refleksi kemudian diikuti adanya perencanaan ulang (replanning) atau

revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya. Apabila pada siklus pertama

hasilnya kurag memuaskan akan dilanjutkan siklus berikutnya. Perenacaan ulang

tersebut dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri (Hartiny, 2010:64). Untuk

lebih jelasnya perhatikan siklus PTK Kemmis & Taggart yang dalam alur

penelitianya sebagai berikut (Arikunto, 2006:16):

24
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan

pengumpulan data meliputi metode dokumen, observasi dan tes.

1. Dokumen

Dokumen dalam penelitian ini, berguna sebagai gambaran awal

peserta didik yang mengikuti proses belajar. Dokumen diperoleh dari

daftar nilai peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran.

Dengan adanya dokumen guru mendapatkan gambaran awal pemahaman

peserta didik terhadap materi yang dipelajari.

2. Lembar Observasi

25
Lembar Observasi yang digunakan dalam penelitian ini, untuk

mengetahui motivasi belajar siswa berdasarkan hasil instrumen yang

berpedoman pada kajian teori motivasi belajar belajar. Dalam penelitian

ini, mengadopsi indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh Djaali

(2007).

Lembar observasi motivasi dilakukan oleh guru mengamati

motivasi belajar peserta didik seperti tabel berikut:

Tabel. 2 Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar

No Indikator Motivasi
1 Selalu bersungguh-sungguh dalam belajar
2 Cenderung bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya
3 Semangat dalam mengikuti kegiatan belajar,
4 Adanya keInginan tahu pada materi belajar
5 Fokus dalam mendengarkan penjelasan guru

3. Tes

Tes diberikan kepada setiap peserta didik telah mengakhiri proses

pembelajaran terhadap materi yang telah dipelajari. Tes dilaksanakan

untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa sebelum dan setelah

penerapan model KWL. Tes dilakukan dengan memberikan soal-soal

kepada peserta didik sesuai dengan materi yang telah dipelajari.

E. Teknik Analisis Data


26
1. Analisis Motivasi Belajar

Analisis motovasi belajar lembar observasi dengan penerapan

model KWL sebagai berikut:

a. Melakukan pengisisan lembar obeservasi berdasarkan indikator

motivasi belajar peserta didik;

b. Melakukan rekapitulasi setiap item pernyataan lembar observasi

motivasi belajar peserta didik untuk setiap akhir siklus;

c. Menghitung skor indikator motivasi belajar peserta didik;

d. Menghitung persentase semua indikator motivasi belajar yang

dilakukan oleh siswa. Baik secara perindikator maupun secara

perindividu siswa.

e. Setelah diperoleh jumlah indikator motivasi belajar siswa yang, maka

dilakukan perhitungan analisis kuantitatif terhadap motivasi belajar

siswa dengan persamaan:

(diadopsi oleh Arikunto, 2006: 172)


f. Mengkonversi skor persentase menggunakan kategori

Nilai skor persentase yang telah diperoleh merupakan nilai

kuantitatif kemudian diubah menjadi data kualitatif. Pengubahan skor

menjadi data kualitatif dilakukan dengan cara menkonversis

berdasakan tabel pedoman konversi interval.

Tabel 3. Pedoman Konversi Kategori

27
Kategori Interval (%)
Sangat Baik 80-100
Baik 60 - 79
Cukup Baik 40 -59
Kurang 20 - 39
Sangat Kurang 0 - 20
(Modifikasi dari Aqib, dkk, 2009: 41)

2. Analisis Penilaian Prestasi Belajar

Analisis kuntitatif terhadap prestasi belajar siswa digunakan untuk

mendeskripsikan prestasi belajar siswa terhadap tes yang dilakukan dalam

bentuk test dengan materi yang telah diajarkan oleh guru melalui model

KWL.

a. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual

b. Menghitung nilai rata-rata prestasi belajar siswa dapat dihitung

dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

c. Persentase Ketuntasan Klasikal

Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut

dalam siklus selanjutnya sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki

rancangan pembelajaran.

28
F. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas

ini ada dua indikator sebagai acuannya, yaitu:

1. Meningkatnya motivasi belajar bahasa Inggris secra klasikal minimal

75 % dalam kategori Baik atau Sangat Baik.

2. Meningkatnya prestasi belajar siswa dibandingkan dengan

sebelumnya dan minimal 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥

batas KKM 80.00 (Standar Ketuntasan Minimal).

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Sebelum Penelitian

1. Deskripsi Motivasi Belajar

Pada Pra Siklus atau sebelum penelitian dilakukan observasi

motivasi belajar peserta didik yang bertujuan untuk melihat kondisi

rata-rata motivasi belajar peserta didik berdasarkan indikator yang

diamati pada pembelajaran sebelum diterapkannya model KWL. Hasil

observasi Pra Siklus dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Deskripsi Observasi Motivasi Belajar Pra Siklus

No Indikator Motivasi Persentase (%) Kategori


1 Selalu bersungguh-sungguh dalam belajar 46.09 CB
2 Cenderung bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya 35.94 K
3 Semangat dalam mengikuti kegiatan belajar, 38.28 K
4 Adanya keInginan tahu pada materi belajar 42.19 CB
5 Fokus dalam mendengarkan penjelasan guru 43.75 CB
Rata-Rata Motivasi 41.25 CB

Dari data terlihat bahwa indikator motivasi Cenderung

bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya dan Semangat dalam

mengikuti kegiatan belajar berada pada kategori Kurang, Sedangkan

indikator lain berada pada kategori cukup baik. Rata-rata motivasi

adalah 41.25% dengan kategori cukup baik.

Untuk pengkategorian motivasi secara individu dapat terlihat

pada tabel berikut:

30
Tabel 5. Pengkategorian Motivasi Belajar Perindividu Pra Siklus

Kategori Frekuensi Persentase


Sangat Baik 0 0%
Baik 0 0%
Cukup Baik 18 56%
Kurang 14 44%
Sangat Kurang 0 0%

Pada pra siklus diperoleh kategori kurang sebanyak 14 orang

(44%) dan kategori cukup baik sebesar 18 orang (56%) sedangkan

untuk kategori lainya berda pada persentase 0%.

2. Deskripsi Prestasi Belajar Sebelum Penelitian

Tabel 6. Prestasi Belajar Sebelum Penelitian (Pra Siklus)

PRA SIKLUS
Rata-Rata 76.28
Jumlah Tuntas 11
Jumlah Tidak Tuntas 21
%Tuntas 34%
%Tidak Tuntas 66%
Nilai Tertinggi 94
Nilai Terendah 59

Pada Pra Siklus atau sebelum penelitian, diperoleh prestasi

belajar peserta didik dengan nilai rata-rata 76.28. Jumlah peserta didik

tuntas 11 orang (34%) dan jumlah peserta didik tidak tuntas sebesar

21 orang (66%). Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 94 dan nilai

terendah yang diperoleh adalah 59.

31
3. Refleksi Awal

Pada kondisi Pra Siklus atau sebelum penelitian motivasi belajar

siswa, rata-rata motivasi adalah 41.25% dengan kategori cukup baik.

Rata-rata ini belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan

yaitu 75% dengan kategori baik atau sangat baik. Pada pra siklus

diperoleh kategori kurang sebanyak 14 orang (44%) dan kategori

cukup baik sebesar 18 orang (56%) sedangkan untuk kategori lainya

berda pada persentase 0%.

Pada Pra Siklus atau sebelum penelitian, diperoleh prestasi

belajar peserta didik dengan nilai rata-rata 76.28. Jumlah peserta didik

tuntas 11 orang (34%) dan jumlah peserta didik tidak tuntas sebesar

21 orang (66%). Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 94 dan nilai

terendah yang diperoleh adalah 59. Dalam bentuk tampilan grafik data

dari pra siklus penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Deskripsi Pra Siklus

32
B. Hasil Penelitian Siklus I

Penerapan model KWL pada mata pelajaran bahasa Inggris,

dilakukan pada materi Teks lisan dan tulis untuk mengawali penyampaian

berita atau informasi yang mengejutkan di kelas XII IPA 1 semester ganjil

tahun pelajaran 2018/2019. Dilakukan dari tanggal tanggal 17 Januari

2018 sampai dengan 28 Februari 2018

1. Langkah-Langkah Pembejaran Penerapan KWL

a. Pendahuluan

1) Guru menyiapkan materi pembelajaran, pertanyaan dan tabel

KWL yang harus diisi siswa.

2) Peserta didik dibagi mejadi 8 kelompok besar yang masing-

masing terdiri dari 4 orang anggota kelompok..

b. Kegiatan Inti

1) Guru menyampaikan preoses pembelajaran dan materi pokok

yang akan dipelajari.

2) Guru memberi siswa pertanyaan mengenai materi yang

dipelajari.

3) Siswa memberikan ide atau apa yang mereka ketahui tentang

materi tersbut, setelah itu masukkan ke dalam kolom „K‟ yang

tersedia.

33
4) Siswa membuat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin atau

akan dipelajari dari materi salanjutnya dimasukkan dalam

kolom „W‟ yang tersedia.

5) Siswa review, menjawab pertanyaan, serta menarik

kesimpulandari materi yang dipelajari, dibaca, mereka

menjawab pertanyaan, serta merangkum hal-hal penting di

dalam teks yang selanjunya dimasukkan dalam kolom „L‟.

6) Guru membimbing dan mengarahkan siswa selama proses

pembelajaran

c. Penutup

1) Guru dan peserta didik bersama-sama menarik kesimpulan

2) Guru menutup pertemuan

d. Evaluasi

Proses evaluasi dilakukan dalam bentuk tes terhadap keseluruhan

materi yang dibahas dan dipelajari.

2. Deskripsi Motivasi Belajar

Pada siklus I observasi motivasi belajar siswa diamati saat

pembelajaran dengan model KWL dilaksanakan guru dibantu rekan

observer. Hasil observasi siklus I setelah penerapan model KWL dapat

dilihat pada tabel berikut:

34
Tabel 7. Deskripsi Observasi Motivasi Belajar Siklus I

No Indikator Motivasi Persentase Kategori


1 Selalu bersungguh-sungguh dalam belajar 57.81 CB
2 Cenderung bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya 52.34 CB
3 Semangat dalam mengikuti kegiatan belajar, 57.03 CB
4 Adanya keInginan tahu pada materi belajar 55.47 CB
5 Fokus dalam mendengarkan penjelasan guru 65.63 B
Rata-Rata Motivasi 57.66 CB

Dari data terlihat bahwa indikator motivasi Fokus dalam

mendengarkan penjelasan guru berada pada kategori baik, sedangkan

indikator lain berada pada kategori cukup baik. Rata-rata motivasi adalah

57.66% dengan kategori cukup baik.

Untuk pengkategorian motivasi secara individu dapat terlihat pada

tabel berikut:

Tabel 8. Pengkategorian Motivasi Belajar Perindividu Siklus I

Kategori Frekuensi Persentase


Sangat Baik 0 0
Baik 16 50
Cukup Baik 16 50
Kurang 0 0
Sangat
0 0
Kurang

Pada siklus I diperoleh cukup baik sebanyak 16 orang (50%)

dan kategori baik sebesar 16 orang (50%) sedangkan untuk kategori

lainya berda pada persentase 0%.

35
3. Deskripsi Prestasi Belajar Siklus I Penelitian

Tabel 9. Prestasi Belajar Siklus I

SIKLUS I
Rata-Rata 79.31
Jumlah Tuntas 20
Jumlah Tidak Tuntas 12
%Tuntas 63%
%Tidak Tuntas 38%
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 66

Pada silus I penelitian, diperoleh prestasi belajar peserta didik

dengan nilai rata-rata 79.31. Jumlah peserta didik tuntas 20 orang (63%)

dan jumlah peserta didik tidak tuntas sebesar 12 orang (38%). Nilai

tertinggi yang diperoleh adalah 95 dan nilai terendah yang diperoleh

adalah 66.

4. Refleksi Siklus I

Pada kondisi siklus I, setelah penerapan model KWL, motivasi

belajar siswa, rata-rata motivasi adalah 57.66% dengan kategori cukup

baik. Rata-rata ini belum mencapai indikator keberhasilan yang

diharapkan yaitu 75% dengan kategori baik atau sangat baik. Pada siklus I

diperoleh kategori cukup baik sebanyak 16 orang (50%) dan kategori baik

sebesar 16 orang (50%) sedangkan untuk kategori lainya berda pada

persentase 0%.

Pada siklus I penelitian, diperoleh prestasi belajar peserta didik

dengan nilai rata-rata 79.31. Jumlah peserta didik tuntas 20 orang (63%)
36
dan jumlah peserta didik tidak tuntas sebesar 12 orang (38%). Nilai

tertinggi yang diperoleh adalah 95 dan nilai terendah yang diperoleh

adalah 66. Dalam bentuk tampilan grafik data dari pra siklus penelitian

adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Grafik Deskripsi Siklus I

C. Hasil Penelitian Siklus II

Penerapan model KWL pada mata pelajaran bahasa Inggris,

dilakukan pada materi Teks lisan dan tulis untuk meminta perhatian

bersayap (extended) dan responnya. di kelas XII IPA 1 semester ganjil

tahun pelajaran 2018/2019. Dilakukan dari tanggal tanggal 17 Januari

2018 sampai dengan 28 Februari 2018

1. Langkah-Langkah Pembejaran Penerapan KWL

a. Pendahuluan

1) Guru menyiapkan materi pembelajaran, pertanyaan dan tabel

KWL yang harus diisi siswa.

2) Peserta didik dibagi mejadi 8 kelompok besar yang masing-

masing terdiri dari 4 orang anggota kelompok..

37
b. Kegiatan Inti

1) Guru menyampaikan preoses pembelajaran dan materi pokok

yang akan dipelajari.

2) Guru memberi siswa pertanyaan mengenai materi yang

dipelajari.

3) Siswa memberikan ide atau apa yang mereka ketahui tentang

materi tersbut, setelah itu masukkan ke dalam kolom „K‟ yang

tersedia.

4) Siswa membuat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin atau

akan dipelajari dari materi salanjutnya dimasukkan dalam

kolom „W‟ yang tersedia.

5) Siswa review, menjawab pertanyaan, serta menarik

kesimpulandari materi yang dipelajari, dibaca, mereka

menjawab pertanyaan, serta merangkum hal-hal penting di

dalam teks yang selanjunya dimasukkan dalam kolom „L‟.

6) Guru membimbing dan mengarahkan siswa selama proses

pembelajaran

c. Penutup

1) Guru dan peserta didik bersama-sama menarik kesimpulan

2) Guru menutup pertemuan

d. Evaluasi

Proses evaluasi dilakukan dalam bentuk tes terhadap keseluruhan


38
materi yang dibahas dan dipelajari.

2. Deskripsi Motivasi Belajar

Pada siklus II observasi motivasi belajar siswa diamati saat

pembelajaran dengan model KWL dilaksanakan guru dibantu rekan

observer. Hasil observasi siklus I setelah penerapan model KWL

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Deskripsi Observasi Motivasi Belajar Siklus II

No Indikator Motivasi Persentase Kategori


1 Selalu bersungguh-sungguh dalam belajar 80.47 SB
2 Cenderung bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya 75.78 B
3 Semangat dalam mengikuti kegiatan belajar, 78.91 B
4 Adanya keInginan tahu pada materi belajar 77.34 B
5 Fokus dalam mendengarkan penjelasan guru 87.50 SB
Rata-Rata Motivasi 80.00 SB

Dari data terlihat bahwa indikator motivasi Selalu bersungguh-

sungguh dalam belajar dan indikator Fokus dalam mendengarkan

penjelasan guru berada pada kategori sangat baik, sedangkan indikator

lain berada pada kategori baik. Rata-rata motivasi adalah 80.00% dengan

kategori sangat baik.

Untuk pengkategorian motivasi secara individu dapat terlihat pada

tabel berikut:

Tabel 11. Pengkategorian Motivasi Belajar Perindividu Siklus II

Kategori Frekuensi Persentase


Sangat Baik 24 75
Baik 7 22

39
Cukup Baik 1 3
Kurang 0 0
Sangat Kurang 0 0

Pada siklus II diperoleh cukup baik sebanyak 1 orang (3%),

kategori baik sebesar 7 orang (22%) dan kategori sangat baik

sebanyak 24 orang (75%). Sedangkan untuk kategori lainya berda

pada persentase 0%.

3. Deskripsi Prestasi Belajar Siklus I Penelitian

Tabel 12. Prestasi Belajar Siklus II

Siklus II
Rata-Rata 83.09
Jumlah Tuntas 31
Jumlah Tidak Tuntas 1
%Tuntas 97%
%Tidak Tuntas 3%
Nilai Tertinggi 96
Nilai Terendah 73

Pada siklus II penelitian, diperoleh prestasi belajar peserta

didik dengan nilai rata-rata 83.09. Jumlah peserta didik tuntas 31

orang (97%) dan jumlah peserta didik tidak tuntas sebesar 1 orang

(3%). Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 96dan nilai terendah yang

diperoleh adalah 73.

4. Refleksi Siklus II

Pada kondisi siklus I, setelah penerapan model KWL, motivasi

belajar siswa, rata-rata motivasi adalah 80.00% dengan kategori

40
sangat baik. Rata-rata ini telah mencapai indikator keberhasilan yang

diharapkan yaitu 75% dengan kategori sangat baik. Pada siklus II

diperoleh kategori cukup baik sebanyak 1 orang (3%), kategori baik

sebesar 7 orang (22%) dan kategori sangat baik sebanyak 24 orang

(75%). Sedangkan untuk kategori lainya berda pada persentase 0%.

Pada siklus II penelitian, diperoleh prestasi belajar peserta

didik dengan nilai rata-rata 83.09. Jumlah peserta didik tuntas 31

orang (97%) dan jumlah peserta didik tidak tuntas sebesar 1 orang

(3%). Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 96 dan nilai terendah yang

diperoleh adalah 73. Dalam bentuk tampilan grafik data dari pra siklus

penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Grafik Deskripsi Siklus II

D. Pembahasan

1. Kecendrungan Peningkatan Motivasi Belajar

Kecendrungan peningkatan motivasi belajar siswa sebelum dan

setelah penerapan model KWL berdasarkan observasi yang dilakukan

41
dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel

Rata-Rata Motivasi Pra Siklus Siklus I Siklus II 13.


Persentase (%) 41.25 57.66 80.00
Kategori CB CB SB

Peningkatan Motivasi Belajar

Dari data tabel 11, dapat kita lihat kecendrungan terjadinya

peningkatan rata-rata motivasi belajar dari observasi. Rata-rata

motivasi siswa pada sebelum penelitian atau pra siklus dari 41.25%

dengan kategori cukup baik menjadi 57.66% dengan kategori cukup

baik pada siklus I dan menjadi 80.00% dengan kategori sangat baik

pada siklus II.

Untuk perubahan kategori motivasti perindividu dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 14. Perubahan Kategori Perindividu Motivasi Belajar

Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II


Sangat Baik 0% 0% 75%
Baik 0% 50% 22%
Cukup Baik 56% 50% 3%
Kurang 44% 0% 0
Sangat Kurang 0% 0% 0

Dari tabel 12, terlihat bahwa pada pra siklus kategori individu
42
motivasi belajar siswa terdiri dari kurang sebanyak 44% dan cukup

baik sebanyak 56%. Pada siklus I motivasi belajar pada kategori

cukup baik sebanyak 50% dan baik sebanyak 50%. Pada siklus II

motivasi belajar pada kategori cukup baik sebanyak 2%, baik

sebanyak 22% dan sangat baik sebanyak 75%. Dalam bentuk grafik

peningkatana motivasi belajar dapat terlihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Peningkatan Motivasi Belajar

2. Kecendrungan Peningkatan Prestasi Belajar

Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model KWL

selama penelitian dimulai pra siklus adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Perubahan Prestasi Belajar Selama Penelitian

Siklus Pra I II
Rata-Rata 76.28 79.31 83.09
Jumlah Tuntas 11 20 31
Jumlah Tidak Tuntas 21 12 1
%Tuntas 34% 63% 97%
%Tidak Tuntas 66% 38% 3%
Nilai Tertinggi 94 95 96
Nilai Terendah 59 66 73

43
Dengan penerapan model KWL selama penelitian terjadi

peningkatan prestasi belajar dilihat dari rata-rata prestasi belajar pada

pra siklus nilai rata-rata 76.28 menjadi 79.31 pada Siklus I dan 83.09

pada siklus II. Sedangkan ketuntasan belajar pada pra siklus 11 orang

(34%) menjadi 20 orang (63%) pada siklus I dan menjadi 31 orang

(3%) pada siklus II. Siswa yang tidak tuntas pada pra siklus adalah 21

orang (66%), pada siklus I adalah 12 orang (38%) dan pada siklus II

adalah 1 orang (3%). Nilai tertinggi pada pra siklus 94 menjadi 95

pada siklus I dan menjadi 96 pada siklus II. Nilai terendah 59 pada

pra siklus menjasi 66 pada siklus I dan menjadi 73 pada siklus II.

Dalam bentuk tampilan grafik peningkatan prestasi belajar selama

penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 7. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar

44
Dari penelitian dan pembahasan di atas, terjadinya peningkatan

motivasi belajar siswa memberikan dampak pada prestasi belajar siswa

dengan menerapkan model KWL menjadi meningkat. Hal ini disebabkan

dengan model yang digunakan siswa merasa tertarik dan tertantang untuk

mengisi kolom-kolom yang telah disediakan. Model ini juga membuat

proses pembelajaran yang dilakukan lebih terarah sehingga peserta didik

dapat mengetahui tujuan pembelajaran.Peningkatan motivasi dan prestasi

belajar ini, sangat sesuai dengan hasil penelitian Joe (2012) model TWK

dapat meningkatkan motivasi belajar dan Rofiah (2013) model TWK dapat

meningkatkan prestasi belajar.

45
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas pada

diatas dengan penerapan model KWL dalam pembelajaran bahasa Inggris kelas

XII IPA 1 di SMA Negeri 1 BINTANG dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan rata-rata motivasi siswa. Sebelum penelitian atau pra

siklus dari 41.25% dengan kategori cukup baik menjadi 57.66% dengan

kategori cukup baik pada siklus I dan menjadi 80.00% dengan kategori sangat

baik pada siklus II.

2. Terjadi perubahan kategori individu pada pra siklus kategori individu

motivasi belajar siswa terdiri dari kurang sebanyak 44% dan cukup baik

sebanyak 56%. Pada siklus I motivasi belajar pada kategori cukup baik

sebanyak 50% dan baik sebanyak 50%. Pada siklus II motivasi belajar pada

kategori cukup baik sebanyak 2%, baik sebanyak 22% dan sangat baik

sebanyak 75%.

46
3. Terjadi peningkatan prestasi belajar dimana nilai rata-rata prestasi belajar

pada pra siklus nilai rata-rata 76.28 menjadi 79.31 pada Siklus I dan 83.09

pada siklus II. Sedangkan ketuntasan belajar pada pra siklus 11 orang (34%)

menjadi 20 orang (63%) pada siklus I dan menjadi 31 orang (3%) pada siklus

II.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang

diperoleh, dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan suatu model dalam pembelajaran guru harus terlebih

dahulu memahami langkah-langkah pembelajaran sesuai penggunaan model

yang yang akan diterapkan dalam pembelajaran

2. Guru diharapkan mampu melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan

menggunakan model belajar yang sesuai dengan keadaan siswa dan materi

yang dipelajari.

47
DAFTAR PUSTAKA

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Durand, V.M., Barlow, D.H., 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi IV.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Harsono, Fuady, dan Sadhono, 2012. Pengaruh Strategi Know Want to Learn
(KWL) Dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif
Siswa SMP Negeri Di Temanggung. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa,
Sastra Indonesia dan PengajarannyaVolume 1 Nomor 1, Desember 2012,
ISSN I2302-640
Irawan, Bambang. 2015. Metode KWL, Sebuah Bentuk Penyegaran.
https://almasoem.sch.id/metode-kwl-sebuah-bentuk-penyegaran/. Diakses
10 Agustus 2018.
Izzan. Ahmad, dan Mahfuddin. 2014. MF., “How To Master English”, 5th ed.
Jakarta: Kesaint Blanc Publishing
Joe, Ester Lince. 2012. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan
Strategi KWL pada Pembelajaran Bahasa Inggris di SMKN 4 Yogyakarta.
Yogyakarta: UGM
Ogle, Donna M. 1986. “K-W-L: A Teaching Model That Develops ActiveReading
of Ekspository Teks”. The Reading Teaching. 39, (6), 564-570
Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remaja
Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
48
Richards, Jack C and Theodore S. Rogers. 1986. Approaches and Methods in
Language Teaching. London: Cambridge University Press.
Rofiah, Elchulashotur.2013. Penerapan strategi membaca Know-Want To Know-
Learned (KWL) pada mata pelajaran bahasa Jerman siswa kelas XII IPS 1
SMA Negeri 8 Malang. Malang: UNM
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja.
Grafindo Persada
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Rajawali
Pers.
Sefania. 2008. Pengertian KWL.
http://stefaniaportofolio.blogspot.com/2008/12/makalah-inofatif.html.
Diakses tanggal 12 Agustus 2018
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya

49

Anda mungkin juga menyukai