Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PELATIHAN GOAL SETTINGTERHADAP MOTIVASI BELAJARBAHASA

INGGRIS SISWA

THE EFFECT OF GOAL SETTING TRAINING TO ENGLISHLEARNING MOTIVATION


ONHIGH SCHOOL STUDENTS

Dewi Lutfianawati
R. Sumedi Priyana Nugraha
Ratna Syifa’a Rachmahana
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Email: dewilutvi@rocketmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of goal setting training on students' motivation to learn English .
Subjects in this study were 26 students class XIIA of SMK "X" Sleman , which is divided into 13 students as
the experimental group and 13 students as a control group . The data was collected using a scale of English
lerning motivation, interviews and observations. The study design used was pre post control group design .
Analysis of the study is a quantitative and qualitative analysis . Quantitative analysis using the Mann -
Whitney test to determine students' English lerning motivation after a given goal setting training. The
qualitative analysis is done based on observation, interviews and worksheets. The results of the study are the
pre-test and post-test English lerning motivation showed improvement after the training given to the value of
Z = -4359, P = 0.000, P < 0.05. In the pre-test and follow-up English lerning motivation showed
improvement after two weeks of training given to the value of Z = -2500, P = 0.012, P < 0.05. The
conclusion of this study is the goal setting training can enhance students' English lerning motivation class XII
SMK "X".

Key keword: English Learning Motivation, Goal Setting Training

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan goal setting pada motivasi belajar bahasa
Inggris siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah 26 siswa kelas XIIA SMK “X” Sleman, yang dibagi menjadi
13 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 13 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan skala motivasi belajar bahasa Inggris, wawancara dan observasi. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah pre postcontrol group design. Analisis penelitian yang digunakan adalah
analisiskuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dengan menggunakan uji Mann-Whitney untuk
mengetahui motivasi belajar bahasa inggris siswa setelah diberipelatihan goal setting. Analisis kualitatif
dilakukan berdasarkan observasi, wawancara dan lembar kerja. Hasil penelitian yaitu pada pre test dan post
test motivasi belajar bahasa Inggris menunjukkan ada peningkatan setelah diberi pelatihan dengan nilai Z= -
4.359, P=0.000, P<0,05. Pada pre test dan follow up motivasi belajar bahasa Inggris menunjukkan ada
peningkatan setelah dua minggu diberi pelatihan dengan nilai Z= -2.500, P=0.012, P<0,05. Kesimpulan
penelitian ini adalah pelatihan goal setting dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris siswa kelas
XII SMK “X”.

Kata Kunci: Pelatihan Goal Setting, Motivasi Belajar Bahasa Inggris

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 125


Pada era globalisasi saat ini, untuk hami manual penggunaan peralatan,
dapat menembus pasar dunia dan memahami surat-surat bisnis sederhana,
persaingan internasional, siswa dituntut memahami dokumen-dokumen teknis,
untuk memiliki kompetensi yang dapat dan menulis surat bisnis dan laporan
menunjang ketrampilan, salah satunya sederhana.
adalah kompetensi bahasa Inggris. Bahasa Selain itu, bahasa Inggris merupa-
Inggris merupakan salah satu bahasa kan salah satu mata pelajaran yang diuji-
internasional. Oleh sebab itu, siswa kan dalam Ujian Nasional. Oleh sebab
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu, siswa harus memperoleh nilai sesuai
seharusnya memiliki kemampuan bahasa standar nilai bahasa Inggris yang sudah
Inggris yang baik agar dapat menunjang ditetapkan agar dapat lulus sekolah.
ketrampilannya agar lebih siap bekerja Dengan demikian, diharapkan siswa SMK
dan bersaing. Selain itu, bahasa Inggris dapat serius dan semangat dalam belajar
juga berfungsi sebagai bahasa pengantar bahasa Inggris agar mampu dalam
berbagai ilmu pengetahuan terutama menguasai pelajaran bahasa Inggris
dalam bidang ilmu Komputer dan dengan baik dan berdampak pada nilai
Teknologi. Departemen Pendidikan bahasa Inggris yang baik juga.
Nasional (2004) menetapkan bahwa Akan tetapi, faktanya masih banyak
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa SMK “X” yang ditemukan
siswa Indonesia adalah memahami membolos pada saat jam pelajaran bahasa
danmengungkapkan informasi, pikiran, Inggris, tidak mengerjakan tugas, tidak
perasaan, serta mengembangkan ilmu mengumpulkan tugas pada tepat waktu,
pengetahuan, teknologi, dan budaya siswa malas belajar, merasa bosan dan
dengan menggunakan bahasa Inggris. jenuh dengan tugas bahasa Inggris
Berdasarkan kurikulum SMK “X” ataupun ketika belajar di kelas. Perilaku
Program Teknik Komputer danJaringan ini merupakan ciri-ciri rendahnya motiva-
kelas XII, standar kompetensi mata si belajar bahasa Inggris. Motivasi belajar
pelajaran bahasa Inggris adalah adalah keseluruhan daya penggerak psikis
berkomunikasi dengan bahasa inggris dalam diri siswa yang menimbulkan
setara dalam levelIntermediate,yaitu kegiatan belajar. Motivasi menjamin
mendengarkan, berbicara, membaca, dan kelangsungan belajar, demi mencapai
menulis.Kompetensi Dasar yang harus satu tujuan dengan menciptakan kondisi
dicapai siswa dalam berkomunikasi sedemikian rupa. Dengan demikian,
dengan bahasa Inggris setara dalam level siswa itu mau melakukan apa yang
Intermediate yaitu memahami monolog seharusnya dilakukan (Winkel, 1996).
yang muncul pada situasi kerja tertentu, Dari data wawancara yang diperoleh
memahami percakapan terbatas dengan dapat dikonfirmasikan bahwa para siswa
penutur asli, menyajikan laporan, mema- belum terfikirkan tentang target nilai

126 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Ujian Nasional, belum memiliki cita-cita akan dicapainya di kemudian hari. Bila
yang ingin dicapai, belummemiliki tujuan seseorang memahami cita-citanya secara
yang spesifik dalam belajar bahasa baik, maka ia akan terdorong untuk
Inggris, belum memiliki metode yang semakin giat dalam belajar.
tepat untuk belajar bahasa Inggris agar Penelitian yang dilakukan oleh
mudah dipahami, tidak memiliki cara Shim dkk (2008) pada 844 siswa,
khusus dalam belajar bahasa Inggris. Hal menemukan bahwa motivasi belajar yang
tersebut menunjukkan bahwa siswa rendah diikuti dengan pencapaian prestasi
belum memiliki kemampuan dalam yang rendah. Kemudian, penelitian oleh
menetapkan tujuan dalam belajar. Henry (2007) menunjukkan bahwa siswa
Hasil penelitian yang dilakukan yang membolos disebabkan oleh motivasi
oleh Warmingtondkk (2011) pada 1066 belajar yang rendah. Motivasi belajar
siswa SMA Katolik di Pacific Northwest, yang rendah disebabkan oleh tidak
menunjukkan bahwa motivasi intrinsik adanya tujuan dalam belajar dan rencana
berkorelasi primer dari hasil sekolah yang setelah lulus sekolah.
positif di lingkungan sekolah menengah Hasil penelitian Kativasalampi dkk
atas. Siswa yang memiliki motivasi (2009) menunjukkan bahwa siswa yang
intriksik dan ekstrinsik yang tinggi, paling memiliki tujuan yang jelas terhadap
memiliki keterlibatan emosional dengan pendidikannya cenderung mempunyai
sekolah. Temuan ini menunjukkan bahwa minat terhadap sekolah dan memiliki
motivasi ekstrinsik mungkin adaptif di motivasi belajar yangtinggi. Sementara
tingkat sekolah menengah ketika diga- siswa yang tidak memiliki tujuan yang
bungkan dengan tingkat motivasi intrinsik jelas terhadap pendidikannya cenderung
yang tinggi. tidak memiliki minat terhadap sekolah
Penelitian yang dlakukan oleh dan memiliki motivasi belajar yang
Green dkk (2004) pada siswa SMA di rendah.
Australia menunjukkan remaja pada saat Berdasarkan pengertian dan peneli-
SMA mengalami transisi penting.Salah tian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
satunya adalah perpindahan sekolah dari salah satu unsur terpenting dari motivasi
SMP kemudian ke SMA. Pada umumnya belajar siswa adalah penetapan tujuan
siswa mengalami penurunan motivasi atau goal setting. Goal Setting adalah
belajar dan konsep diri. Selanjutnya, sebuah teori kognitif dengan dasar
menurut penelitian yang dilakukan oleh pemikiran bahwa setiap orang memiliki
Dariyo (2004) pada 84 mahasiswa suatu keinginan untuk mencapai hasil
Fakultas Psikologi di sebuah perguruan spesifik atau tujuan yang diharapkan
tinggi di Jakarta, seseorang akan memiliki dapat tercapai (Locke, dalamSukadji,
motivasi belajar yang tinggi bila ia 2001). Goal setting dapat menjadi daya
menyadari dan memahami tujuan yang dorong untuk memperbesar usaha yang

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 127


dilakukan seseorang, bahwa seseorang (2009). Penelitian ini menemukan bahwa
akan bekerja lebih keras dengan adanya siswa yang mengikuti pelatihan
tujuan daripada tanpa tujuan (Locke goalsetting lebih dapat mengaktualisasi-
dkk,1981). kan diri dan mengembangkan diri dalam
Upaya pengenalan goal setting mencapai tujuan belajar.
pada siswa dilakukan dengan pendekatan Aspek-aspek goal setting menurut
pelatihan. Pendekatan pelatihan dipilih Moran (Sukadji, 2001) harus memiliki
karena pelatihan merupakan suatu tujuan yang spesifik, measurable, action,
metode pembelajaran yang bertujuan realistic, time, dan komitmen serta umpan
untuk mengubah aspek kognitif, afektif balik (Locke & Latham, 1981). Siswa yang
serta hasil keterampilan atau keahlian memiliki tujuan belajar yang spesifik akan
(Kikpatrick dalam Salas dkk, 2001). membuat sasaran belajar yang lebih jelas,
Johnson dan Johnson (2001) menyatakan hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa
bahwa metode pelatihan berdasarkan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
prinsip experiental learning, yaitu bahwa Measurable (terukur), ketika siswa menge-
perilaku manusia terbentuk berdasarkan tahui peningkatan belajar atausasaran
hasil pengalaman yang terlebih dahulu yang diperoleh maka akan semakin
dimodifikasi untuk menambah efektivitas. meningkatkan motivasi untuk mencapai
Semakin lama perilaku menjadi suatu sasaran belajarnya. Membuat langkah-
kebiasaan dan berjalan dengan otomatis, langkah untuk mencapai sasaran (action-
individu semakin berusaha memodifikasi related) sesuai kemampuan, siswa akan
perilaku yang sesuai dengan situasi. lebih mudah untuk mencapai sasaran,
Penelitian mengenai goal setting di sehingga siswa lebih termotivasi untuk
antaranya pernah dilakukan oleh Mori- mencapainya. Menetapkan sasaran yang
sano dkk (2010) pada 85 siswa yang realistik, maka siswa akan lebih mudah
mengalami kesulitan akademis. Temuan untuk mencapainya. Memiliki batas
penelitian menunjukkan bahwa setelah waktu (time-based) yang ditentukan
diberikan intervensi goal setting, maka biasanya akan membuat siswa lebih
siswa menunjukkan perkembangan yang terpacu untuk menyelesaikan tugas-
signifikan dalam peningkatan prestasi tugasnya. Komitmen pada tujuan yang
akademis dan motivasi belajar. sudah dibuat, adalah hal yang yang
Penelitian yang dilakukan oleh penting untuk terus berusaha dalam
Clarke dkk (2009) menemukan bahwa melaksanakan tujuan yang telah dibuat
pelatihan goal setting dapat meningkatkan sehingga dapat mencapai tujuan. Dengan
usaha pencapaian tujuan dalam menye- umpan balik, siswa dapat mengoreksi
lesaikan pekerjaan atau tugas belajar. kekurangan-kekurangan yang sudah
Penelitian mengenai pelatihan goal dilakukan, dan mendapatkan masukan
setting juga dilakukan oleh Haslam, dkk dari orang lain untuk memperbaiki

128 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


strategi atau cara belajarnya agar lebih Metode Penelitian
efektif. Komitmen sangat diperlukan
untuk mencapai tujuan belajar yang Partisipan
sudah dibuat, tanpa komitmen tujuan Partisipan dalam penelitian ini
belajar yang sudah dibuat tidak akan adalah 26 orang siswa SMK”X” Sleman
berjalan. Yogyakarta. Partisipan penelitian ini
Melihat pentingnya goal setting adalah siswa kelas XIIA dan bersedia
dalam meningkatkan motivasi belajar mengikuti pelatihan goal setting.
bahasa Inggris pada siswa, peneliti tertarik
untuk memberikan intervensi mengenai Rancangan Penelitian
goal setting pada siswa kelas XII SMK ”X”. Penelitian ini merupakan penelitian
Hal ini disebabkan oleh goal setting eksperimen dengan menggunakan varia-
belajar memengaruhi motivasi intrinsik bel bebas berupa goal setting, variabel
siswa, bila siswa memiliki goal setting tergantung berupa motivasi belajar.
belajar yang baik maka siswa memiliki Rancangan ekperimen yang digunakan
motivasi belajar intrinsik yang tinggi juga, adalah pre post control group design.
begitu sebaliknya jika siswa memiliki Pada desain ini, diawal penelitian
tujuan belajar yang rendah maka siswa dilakukan pengukuran terhadap variabel
memiliki motivasi intrinsik yang rendah. tergantung pada subjek. Kemudian
Goal setting memengaruhi proses belajar setelah diberikan perlakuan dilakukan
dengan cara mengarahkan perhatian dan pengukuran kembali terhadap variabel
tindakan, memobilisasi pengarahanusaha, tergantung pada subjek dengan alat ukur
memperpanjang lamanya pengerahan yang sama (Seniati dkk, 2005).
usaha (persistensi), dan memotivasi Rancangan eksperimen yang
individu untuk mengembangkan strategi digunakan dalam penelitian ini adalah:
yang relevan untuk mencapai tujuannya
(Robbin, 1989). Tabel 1. Rancangan penelitian
Melihat kuatnya pelatihan goal Perla- Follow
Kelompok Prates Pascates
setting dalam meningkatkan motivasi kuan up
BELAJAR pada siswa, maka penulis ingin KE Y1 X Y2 Y3
mengetahui apakah pelatihan goal setting KK Y1 -Y2 Y3
itu dapat meningkatkan motivasi belajar Keterangan :
bahasaInggris pada siswa di SMK “X” KE : Kelompok Eksperimen
KK : Kelompok Kontrol
Sleman.
Y1 : Pengukuran Prates
Y2 : Pengukuran Pascates
Y3 : Pengukuran Follow up
X : Perlakuan

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 129


Metode Pengumpulan Data realistic dan dapat dicapai, serta mem-
Untuk memperoleh data yang akan punyai batas waktu dalam pencapaian.
dianalisis secara kuantitatif, alat ukur yang Setelah pemberian intervensi diharapkan
digunakan dalam penelitian ini adalah para peserta dapat meningkatkan motivasi
Skala Motivasi Belajar Bahasa Inggris. belajar bahasa Inggris.
Data untuk analisis kualitatif diperoleh Materi dalam sesi pelatihan goal
berdasarkan hasil observasi partisipan setting meliputi pembukaan, pengenalan
selama mengikuti pelatihan goal setting, diri, inspirasi orang sukses, SMART,
data lembar-lembar kerja yang diberikan, lempar bola, membuat menara, dan
dan data evaluasi partisipan setelah penutup. Pelatihan Goal setting ini
mengikuti pelatihan goal setting. dipandu oleh seorang psikolog dan empat
Skala motivasi belajar bahasa orang pengamat (observer).
Inggris pada penelitian ini dibuat untuk
digunakan sebagai alat ikut mengungkap Metode Analisis Data
motivasi belajar bahasa Inggris siswa. Analisis data menggunakan analisis
Skala motivasi belajar bahasa Inggris statistik berupa teknik MannWiney U
terdiri dari 38 pernyataan. Aspek-aspek Test. Perbedaan tingkat motivasi belajar
yang diungkap merupakan 1) keinginan akibat adanya perbedaan hasil perlakuan
atau inisiatif sendiri untuk belajar; 2) diamati secara berulang-ulang yaitu
keterlibatan secara sungguh-sungguh sebelum perlakuan dan setelah perlakuan
dalam proses belajar dan tugas yang antara kelompok eksperimen yang
diberikan; 3) komitmen untuk terus mendapatkan pelatihan goal setting
belajar sehingga bertahan dalam pelajaran dengan kelompok kontrol. Semua analisis
(Mc Cown, 1996). data menggunakan paket Statistical
Product and Service Solution (SPSS) for
Intervensi Windows versi 19,0.
Intervensi yang diberikan pada
kelompok eksperimen berupa pelatihan HASIL PENELITIAN
goal setting. Pelatihan Goal setting adalah
suatu program pelatihan yang akan Deskripsi Partisipan
mengajarkan melalui pengalaman untuk Ada perbedaan skor motivasi
membuat tujuan belajar secara spesifik belajar bahasa Inggris pada kelompok
dan jelas, dapat diukur, mempunyai eksperimen sebelum, sesudah pelatihan
langkah-langkah yang jelas dan dapat dan dua minggu setelah pelatihan. Hal ini
dilakukan. Menetapkan tujuan secara dapat dilihat pada kurva di bawah ini :

130 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


140

120

100
Eksperimen Pretes
80 Eksperimen Posttes
60 Eksperimen Follow up

40

20

0 Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 3
Subjek 4
Subjek 2

Subjek 5
Subjek 6

Subjek 8
Subjek 9
Subjek 7
Subjek 1

Angka pada kurva di atas Skor motivasi belajar bahasa Inggris


menunjukkan bahwa pada kelompok pada kelompok kontrol tidak ada
eksperimen terjadi peningkatan motivasi peningkatan pada pengukuran sebelum
belajar yang lebih besar pada pengukuran pelatihan goal setting, sesudah pelatihan
setelah diberikan pelatihan goal goal setting dan dua minggu setelah
setting(pascates) maupun dua minggu pelatihan goal setting. Dapat dilihat pada
setelah pelatihan goal setting (follow up). grafik berikut ini.

120

100 Kontrol Pretes


Kontrol Posttes
80
Kontrol Follow
60 up

40

20

0
Subjek 12
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 6

Subjek 13
Subjek 2
Subjek 3
Subjek 4

Subjek 5

Subjek 7

Subjek 8

Subjek 9
Subjek 1

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 131


Hasil Analisis Kuantitatif men mempunyai motivasi belajar bahasa
Analisis hasil dilakukan secara Inggris yang lebih tinggi dibandingkan
keseluruhan menggunakan analisa statis- kelompok kontrol. Deskripsi mengenai
tik Mann Witney U Test. Hasil analisis perbedaan motivasi belajar bahasa Inggris
data menunjukkan ada perbedaan moti- kelompok eksperimen dan kelompok
vasi belajar antara kelompok eksperimen kontrol dapat dilihat pada tabel berikut :
dan kelompok kontrol. Kelompok eksperi-

Tabel 2. Motivasi Belajar Bahasa Inggris Subjek Penelitian


Mean Sum of
Kelompok N Mean SD
Rank Rank
Eksperimen 13 9.1154 10.44 20.00 260.00
Motivasi
Belajar Kontrol 13 1.5000 .51 7.00 91.00
Total 26

Tabel di atas menggambarkan tihan goal setting pada motivasi belajar


bahwa ada perbedaan motivasi belajar bahasa Inggris siswa, artinya pelatihan
bahasa Inggris kelompok kontrol dan goal setting dapat meningkatkan motivasi
kelompok eksperimen dan perbedaan ini belajar bahasa Inggris siswa.
signifikan.
Hasil analisis data prates dan PEMBAHASAN
pascates skala motivasi belajar bahasa
Inggris siswa diketahui nilai Z= -4. 359 Diterimanya hipotesis yang
dengan p= 0,000 (nilai sig < 0,05) diajukan dalam penelitian ini sesuai
berarti hipotesis diterima yaitu ada dengan penelitian yang dilakukan
perbedaan motivasi belajar bahasa Inggris Morisanodkk (2010). Seseorang yang
sebelum pelatihan (prates) dan setelah mempunyai tujuan yang jelas tampak
pelatihan goalsetting (pascates). Kemudi- lebih mampu untuk mengarahkan perha-
an motivasi belajar bahasa Inggris dilihat tian secara langsung, berusaha untuk
lagihasilnya dua minggu setelah pelatihan melakukan aktivitas yang relevan dengan
(follow up) diketahui nilai Z= -2.500 tujuan dan menjauhi usaha yang tidak
dengan p= 0,012 (nilai sig < 0,05) yang relevan dengan pencapaian tugas, serta
berarti hipotesis diterima yaitu ada menampilkan kapasitas regulasi diri yang
perbedaan motivasi belajar bahasa Inggris besar. Penetapan tujuan yang jelas juga
sebelum pelatihan (prates) dan dua akan menampakkan adanya peningkatan
minggu setelah pelatihan (follow up). antusiame, dan dengan adanya tujuan
Dapat disimpulkan ada pengaruh pela- yang penting bagi seseorang akan meng-

132 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


antarkannya pada produksi energi yang ganggu atau menyerah sebelum men-
besar dari pada tujuan yang tidak terlalu capainya. Goal meningkatkan perkem-
penting bangan strategi baru (bila strategi yang
Goal mengarahkan perhatian sese- telah dilakukan tidak berhasil, seseorang
orang terhadap tugas yang dihadapi-nya cenderung akan mencoba strategi lainnya
(goal untuk menyelesaikan tugas akan untuk mencapai goal tersebut).
membuat individu untuk selalu mengarah Menurut Elliot dkk (2005), pada
perhatian kembali terhadap tugas saat siswa sudah mempunyai tujuan
tersebut). Goal menggerakkan usaha maka, siswa mengetahui rintangan/
(makin terasa sulit untuk mencapai goal, kendala dan strategi yang efisien untuk
maka kecenderungan akan semakin besar mencapai kesuksesan final. Pengalaman
usaha yang akan dilakukan). Goal yang tidak menyebabkan stres karena
meningkatkan ketahanan kerja (bila memiliki sugesti afirmasi positif untuk
seseorang memiliki goal yang jelas, maka mencapai tujuan tersebut. Berusaha untuk
kecenderungan akan lebih sedikit ter- mendapatkan tujuan yang menantang,
ganggu atau menyerah sebelum men- strategi yang berbeda, melaksanakan
capainya. Goal meningkatkan perkem- tugas-tugas secara berkelanjutan.
bangan strategi baru (bila strategi yang Upaya pengenalan goal setting
telah dilakukan tidak berhasil, seseorang pada siswa dilakukan dengan pendekatan
cenderung akan mencoba strategi lainnya pelatihan. Pendekatan pelatihan dipilih
untuk mencapai goal tersebut)(Locke & karena pelatihan merupakan suatu
Latham, dalam Sukadji, 2001). metode pembelajaran yang bertujuan
Locke dan Latham (Sukadji, 2001) untuk mengubah aspek kognitif, afektif
mengemukakan empat alasan mengapa serta hasil ketrampilan atau keahlian
goal setting dapat meningkatkan motivasi (Kikpatrick dalam Salas dkk, 2001).
belajar dan memperbaiki performance Johnson dan Johnson (2001) menyatakan
(unjuk kerja): Goal mengarahkan perhati- bahwa metode pelatihan berdasarkan
an seseorang terhadap tugas yang diha- prinsip experiental learning, yaitu bahwa
dapinya (goal untuk menyelesaikan tugas perilaku manusia terbentuk berdasarkan
akan membuat individu untuk selalu hasil pengalaman yang terlebih dahulu
mengarah perhatian kembali terhadap dimodifikasi untuk menambah efektivitas
tugas tersebut). Goal menggerakkan usaha dan semakin lama perilaku menjadi suatu
(makin terasa sulit untuk mencapai goal, kebiasaan dan berjalan dengan otomatis
maka kecenderungan akan semakin besar serta individu semakin berusaha memo-
usaha yang akan dilakukan). Goal difikasi perilaku yang sesuai dengan
meningkatkan ketahanan kerja (bila situasi. Pada pelatihan goal setting dida-
seseorang memiliki goal yang jelas, maka sarkan pada prinsip pembelajaran expe-
kecenderungan akan lebih sedikit ter- riential learning. Experiential learning

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 133


sendiri ada lima tahapan, yaitu expe- tidak malu lagi ketika akan berpendapat.
riencing, publishing, processing, genera- Selamapelatihan berlangsung, peserta
lizing dan applying (Aryani & Supriyanto, menunjukkan perhatian yang baik pada
2003). fasilitator, meskipun kadang masih ada
Penelitian yang dilakukan oleh peserta yang teralihkan karena mendapat-
Mansfield (2010) menyatakan bahwa kan pesan dari handphone nya. Diantara
pencapaian tujuan, tujuan sosial, tujuan peserta juga menunjukkan sikap saling
masa depan siswa sangat memengaruhi menghargai pendapat peserta lain,
motivasi belajar. Terutama terkait alasan mereka akan diam mendengarkan apabila
masa depan untuk mencapai dan menun- ada peserta yang mengemukakan pen-
jukkan bahwa aspirasi masa depan yang dapatnya. Jadi secara keseluruhan pelak-
akan dilakukan memang memengaruhi sanaan pelatihan berjalan cukup efektif.
motivasi belajar siswa. Selanjutnya, Motivasi belajar bahasa Inggris
tujuan masa depan dikaitkan dengan siswa sering muncul di sekolah. Hal ini
kedua penguasaan dan tujuan kinerja. dipengaruhi oleh faktor ekternal maupun
Penelitian yang dilakukan oleh faktor internal. Faktor ekternal antara lain,
Clarke dkk (2009) menemukan bahwa kondisi sekolah yang kurang mendukung
pelatihan goal setting dapat meningkatkan baik sarana dan prasara belajar bahasa
usaha pencapaian tujuan dalam Inggris, metode guru mengajar, teman
menyelesaikan pekerjaan atau tugas sebaya, dan pola asuh, sedangkan faktor
belajar. Penelitian mengenai pelatihan internal yaitu tujuan belajar, cita-cita,
goal setting juga dilakukan oleh Haslam kemampuan siswa dan persepsi mengenai
dkk (2009). Penelitian ini menemukan kemampuannya. Menurunnya motivasi
bahwa siswa yang mengikuti pelatihan belajar bahasa Inggris siswa setelah dua
goalsetting lebih dapat mengaktualisasi- minggupelatihan dapat dipengaruhi meto-
kan diri dan mengembangkan diri dalam de guru mengajar, teman sebaya, kondisi
mencapai tujuan belajar. sekolah yang kurang mendukung baik
Berdasarkan hasil observasi yang sarana dan prasara belajar bahasa inggris.
dilakukan oleh observer, secara umum Secara umum keseluruhan proses
peserta pelatihan goal setting dapat pelatihan goal setting sudah sesuai
memahami dengan baik materi yang dengan harapan peneliti, namun ada
diberikan setiap sesi, dapat berinteraksi beberapa hambatan yang perlu men-
dengan para anggota lainnya, serta aktif dapatkan perhatian, antara lain masalah
dalam berdiskusi dalam kelompok. pemilihan waktu pelatihan. Pemilihan
Meskipun diawal pertemuan harus waktu pelatihan yang dilakukan pada
dipancing oleh fasilitator agar lebih aktif waktu pulang sekolah terlihat sedikit
lagi namun pada sesi berikutnya terlihat memberatkan peserta, dikarenakan lama-
bahwa para peserta sudah dapat aktif dan nya belajar di sekolah dan banyaknya

134 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


tugas yang harus segera diselesaikan oleh of trainer) agar dapat memberikan
para peserta, sehingga membuat peserta pelatihan goal setting pada siswa.
sedikit kelelahan ketika mengikuti Disarankan kepada guru sebelum
pelatihan goal setting. memulai pelajarandapat memberikan
motivasi dengan menceritakan tokoh
SIMPULAN DAN SARAN orang sukses, sehingga siswa diharapkan
termotivasi untuk seperti orang tersebut
Simpulan dan akan belajar dengan sungguh-
Berdasarkan analisis data dan sungguh karena memiliki keinginan untuk
pembahasan yang dilakukan maka dapat sukses.
disimpulkan bahwa pelatihan goal setting Rekomendasi kepada penelitian
dalam penelitian ini dapat meningkatkan selanjutnya. Penelitian selanjutnya harus
motivasi belajar bahasa Inggris siswa memperhatikan kurikulum dan jenjang
kelas XII SMK “X”.Hal ini dapat dilihat pendidikan, sehingga dapat merancang
dari adanya peningkatan motivasi belajar tujuan yang sangat spesifik. Peneliti
siswa di sekolah pada aspek keinginan selanjutnya juga dapat melakukan
atau inisiatif sendiri untuk belajar, penelitian ulang (replikasi penelitian) atau
keterlibatan secara sungguh-sungguh dengan subjek yang berbeda. Penelitian
dalam proses belajar dan tugas yang selanjutnya juga perlu mempertimbang-
diberikan, komitmen untuk terus belajar kan pemilihan waktu dan sebaiknya tidak
sehingga bertahan dalam pelajaran. Hal dilakukan sepulang sekolah karena siswa
ini menunjukkan bahwa pelatihan goal sudah lelah seharian belajar dan
setting memberikan pengaruh bagi konsentrasi terpecah karena ingin cepat
perubahan motivasi belajar bahasa Inggris pulang dan ada keperluan lainnya.
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Rekomendasi
Rekomendasi kepada pihak Ancok,D. (2002). Outbond Management
sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan Training. Yogyakarta:UII Press
bahwa motivasi belajar bahasa Inggris
pada siswa SMK dapat ditingkatkan. Salah Ariyani, D dan Supriyanto, S. 2003.
satu caranya adalah dengan memberikan Peningkatan Efektivitas Tim Kerja
pelatihan goal setting. Oleh karena itu, Asuhan Keperawatan Melalui
pelatihan goal setting perlu diberikan Metode Arung Alam. Jurnal
pada siswa yang mengalami masalah Administrasi, kebijakan, kesehatan,
motivasi belajar bahasa Inggris. Disaran- 1 (3), 140-145. Surabaya: Universi-
kan kepada pihak sekolah agar guru tas Airlangga
mengikuti pelatihan goal setting (training

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 135


Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala concept.SELF Research Centre.
Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pus- Australia: University of Western
taka Pelajar. Sydney

Affandi.(2011) Pengaruh Pelatihan Tipe Hamdu, G & Lisa, A. (2011). Pengaruh


Penentuan Tujuan (Goal Setting) Motivasi Belajar Siswa Terhadap
terhadap Performansi Akademik Prestasi Belajar IPA Di Sekolah
Bahasa Inggris Siswa; Dengan Dasar.Jurnal Penelitian Pendidikan,
Efikasi diri dan Kemampuan Awal 12 (1), April 2011.
Bahasa Inggris sebagai kovariabel.
Tesis (Tidak diterbitkan). Yogya- Haslam, S. A., Wegge, J., & Pastmes, T.
karta: Universitas Gadjah Mada (2009). Are we on a lerning curve
or a treadmill? The enefits of
Clarke,S.P.,Crowe,T.P., Oades,L.G., & participative group goal setting
Deane,F.P.(2009). Do Goal-setting become apparent as tasks become
intervention improve the quality of increasingly challenging over
goal in mental healt services. time.Europian Journal of Social
Psychiatric Rehabilitation Journal, Psychology. 39, 430-446.
32 (4), 292-299
Harackiewicz, J. M., Durik,A. M., Barron,
Dariyo,A. (2004). Pengetahuan tentang K. E., Garcia, L. L., & Tauer, J. M
Penelitian dan Motivasi Belajar (2008). The role achievement goals
pada Mahasiswa.Jurnal Psikologi, 2 in tehe development of interest:
(1), Juni 2004 Reciprocalrelation between
achievement goal, interst, and
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). performance.Journal of Educational
Kurikulum berbasis kompetensi. Psychology, 100 (1), 105-122.
Jakarta
Hardré,P.L.,David,W.S., & Michael, C.
Dimyati. (2000). Kohesivitas Tim dan (2009). Student Characteristics and
Efikasi diri sebagai predictor Motivation in Rural High Schools.
prestasi olahraga Tim. Jurnal Journal of Research in Rural
Psikologika,10,33-45 Education, 24(16)

Green, J., Andrew, J., Martin & Herbert Henry,K. L. (2007). Who’s skipping
,W. M. (2004). The Effects of school: Characteristics of truants in
Within-School Transitions on 8th and 10th grade.Journal of School
Academic Motivation and Self- Health,77,29-35.

136 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Johnson,D.W & Johnson, F.P. (2001). Mansfield, C. (2010). Motivating
Joining Together: Group Theoryand adolescents: Goals for Australian
Group Skills. Boston: Allyn & students in secondary schools.
Bacon. Australian Journal of Educational
&Developmental Psychology. 10,
Kauffman,D. F., & Husman.J. (2004). 44-55
Effects of time perspective on
student motivation:Introduction to a Mc.Cown,R. Priscaoll,M. Ropp,P.G.
special issue. Educational Psycho- (1996). Educationa Psychology:
logy Review,16 (1),1-7. Learning Centerd Classical Approach
Edition 2. Massachussetts: ASimon
Kativasalampi., Ara, K.S., & Nurmi, J. E. and Schuster Companis
(2009). Adolescent’s self-concor-
dance, school engagement, and Morisano, D., Hirsh, J. B., Peterson, J., R.
burnout predict their educational O.,& Shore, B.M. (2010). Srtting,
trajectories. European Psychology, elaborating, and reflecting on
(14),332-341 personal goal improves academic
performance. Journal of Applied
Locke,E.A.,Shaw,K.N.,Saari,L.M.,Locke,E. Psychology, 95 (2) 255-264
A. (1981). Goal setting and task
performance: 1969-1980. Psycholo- Rusillo,M.T.C., & Pedro,F.C.A. (2004).
gy Buletin, 90, 125-152 Gender Defferences in Academic
Motivation Of Secendary School
Locke,E.A., & Latham,G.P. (1990). A Student.Electronic JournalReseach
Theori of Goal Setting and Task in Educational Psychology, 2(1),97-
Performance. Englewood Cliffs, NJ: 112
Prentice Hall.
Robbin, S.P. (1989). Organizational
Locke, E. A., & Latham, G. P. (2002). Behavior: Concept, Controversies,
Building a practically useful theory and Aplication. 4 Edition. Engle-
of goal setting and task motivation: wood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
A 35-year odyssey. American
Psychologist, 57, 705-717. Seijts,G dkk. (2004). Goal Setting and
Goal Orientation: And Integration
Lunenburg F.C. (2011). Goal-Setting of Two Differnity Yet Related
Theory of Motivation. International Literatures. Academy of Manage-
Journal Of Management, Business, ment Journal. 47 (2), 227–239.
and Administration,15 (1).

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 137


Seniati, L., Yulianto, A., Setiadi,B.N.
(2005). Psikologi Eksperimen.
Jakarta: PT Tunas Jaya Lestari.

Shim, S., Ryan, A. M., & Anderson, Z. J.


(2008). Achievment goal and
achievement during early
adolescence: Examining time-
varying predictor and outcame
variebles in growth- curve analysis.
Journalof educational psychology,
100 (3), 655-671.

Sukadji,S. (2001). Sukses di Perguruan


Tinggi. Depok : Tidak di terbitkan.

Suryabrata,S, (2006). Psikologi Pendi-


dikan. Jakarta: Rajawali Press

Wormington,S.V., Jennifer, H.C., &


Kristen,G.A. (2011). A Person-
Centered Investigation of Academic
Motivation, Performance, and
Engagement in a High School
Setting. Paper presented at
theannual meeting of the American
Educational Research Association,
New Orleans, LA,

138 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai