Anda di halaman 1dari 3

Analisa Film Mississippi Burning

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Bayu Ramadhani
18410100237

Dosen :
Yahya Muhammad, S.Fil., M.Phil.

PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

UNIVERSITAS DINAMIKA

2021
Mississipi Burning 1964, dua orang aktifis persamaan ras dan seorang kulit hitam hilang
ketika dalam perjalanan meninggalkan kota. Dua orang agen federal yang ditugaskan
menyelidiki lenyapnya mereka, mendapat sambutan kurang bersahabat dari sheriff setempat.
Ketika keadaan semakin memburuk, bahkan dua agen tersebut mulai diancam oleh kelompok
rasis Ku Klux Klan dan agen pertama memutuskan memanggil bala bantuan dari ibukota.
Digunakannya sebuah gedung bioskop sebagai kantor bagi orang-orangnya. Ketika ditemukan
mobil yang dikendarai ketiga orang hilang di sebuah danau, agen pertama tambah nekad.
Dimintanya tambahan bantuan ratusan personil militer untuk membantu mengaduk aduk setiap
inchi permukaan danau guna mencari mayat-mayat korban. Terjadilah kehebohan besar
di kota kecil tersebut. Sementara agen kedua memilih mendekati anggota keluarga salah satu
tersangka untuk mendapatkan informasi. Akhirnya agen kedualah yang berhasil mendapatkan
lokasi mayat disembunyikan. Kemudian dengan serangkaian trik-trik jitu, mereka berdua
berhasil membongkar persekongkolan antara pengikut Ku Klux Klan dengan Sheriff yang
berusaha menghapus jejak pembunuhan.

Menurut saya film tersebut sangat menarik karena mengangkat cerita tentang perjuangan
yang gigih melawan rasialisme. Hal tersebut merupakan suatu bentuk perjuangan tentang
kemanusiaan yang sangat menyentuh. Dalam film ini juga memperlihatkan bagaimana semangat
yang tinggi yang diperlihatkan oleh kedua agen FBI tersebut dalam mengungkap sebuah kasus
pembunuhan. Terdapat hal yang menarik dari film “Mississippi Burning” yaitu tekad bulat si
agen pertama-lah yang membuat film tersebut lebih mengesankan. Ketika tidak mendapat
dukungan dari Sheriff setempat, si agen nekad meminta dikirimkan orang-orang baru dari kantor
pusat. Bukan hanya itu, dia juga menyewa sebuah gedung bioskop untuk
dijadikan base camp penyelidikannya. Bahkan saat pemilik motel keberatan atas orang-orangnya
yang menginap di motel, si agen pertama langsung memerintahkan anak buahnya untuk membeli
motel tersebut. Hal tersebut merupakan sebuah tekad baja yang sangat menarik. Dengan
kesungguhan seperti itu, bila seandainya si agen pertama gagal menemukan si pembunuh-pun,
dia masih layak diberi acungan jempol atas usaha yang dilakukan untuk memecahkan kasus
tersebut. Hal yang menarik dalam film ini ialah sifat dari kedua agen FBI tersebut yang
memecahkan kasus pembunuhan tersebut dengan caranya masing-masing. Namun terdapat
pertentangan diantara kedua agen FBI tersebut, cara mereka berdua dalam memecahkan masalah
sangat berbeda, bahkan sampai menimbulkan perkelahian diantara keduanya. Tetapi perbedaan
tersebut merupakan suatu hal yang saling melengkapi dalam memecahkan masalah tersebut.

Perbedaan cara agen-agen tersebut dalam memecahkan masalah ditandai dengan suatu
gambar yang dramatis di awal-awal film, yaitu tentang dua pancuran air minum yang
berdampingan, satu untuk orang kulit putih dan yang satu lagi untuk orang kulit berwarna. Agen
pertama bekerja berdasarkan prosedur, sistematis dan mencapai target, sedangkan agen yang
kedua lebih menggunakan pendekatan personal dalam memecahkan masalah tersebut. Seperti
yang dikatakan sebelumnya bahwa diantara kedua agen tersebut terdapat pertentangan sampai
menimbulkan perkelahian, tetapi hal tersebut ialah sesuatu yang saling melengkapi. Agen
pertama memastikan pekerjaan dilakukan secara sistematis dan menggunakan semua
sumberdaya yang dimiliki dengan efektif. Agen kedua mengisi kelemahan metode pertama yang
“kering” terhadap pendekatan personal, yaitu dengan bekerja mengandalkan persahabatan,
simpati dan pengertian yang mendalam terhadap sifat-sifat manusia. Sebagai contoh pendekatan
personal yang dilakukan agen kedua ialah dengan menarik simpati istri dari kepala sheriff
tersebut sehingga dia mau memberitahukan tentang keberadaan mayat-mayat korban
pembunuhan tersebut.

Film “Mississippi Burning” merupakan film yang mengangkat setting cerita tentang Hak


Asasi Manusia. Dalam film tersebut, kita dapat mengetahui salah satu masalah hak asasi manusia
yang terdapat di dunia ini. Dan film tersebut juga mengajarkan kepada kita agar mau ber-
emphaty terhadap masalah-masalah hak asasi manusia yang terdapat di penjuru dunia, dan mau
berbuat sesuatu untuk masalah hak asasi manusia tersebut, minimal mulai mengahargai dirinya
sendiri sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai