Anda di halaman 1dari 4

Bias Sejarah

Bias sejarah adalah adanya bias dalam merekonstruksi peristiwa sejarah hingga
menghasilkan penuturan yang dianggap tidak jujur atau penuturan yang
memihak. Penuturan tersebut tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya,
dikutip dari jurnal berjudul Historical Bias dan Controversial Issue dalam
Pengajaran Sejarah oleh Hansiswany Kamarga (2017).

Secara umum, bias sejarah bisa timbul karena bias pribadi, keterbatasan bukti,
tujuan penulisan, hingga kondisi masyarakat saat penulis hidup dan bekerja.

Hal ini selaras dengan ungkapan dari Cicero, bahwa hukum pertama sejarah
adalah takut untuk mengatakan dusta dan untuk selanjutnya adalah tidak takut
menyatakan kebenaran.

Oleh karena itu, beberapa orang bijak kerap mengatakan bahwa generasi
sekarang harus selalu bisa berguru pada pengalaman di masa lalu.
Herodotus, Bapak Sejarah
Dengan begitu, narasi sejarah harusnya bukan hasil pelintiran penulis atau
Sumber : https://www.bladjar.com/biografi-
pengamatnya karena sifatnya yang harus objektif.
herodotus/

Kelompok Fauzan Dan Sopyan


Penyebab Bias Sejarah

Menurut Stanford (1987), untuk mengetahui apa yang


menyebabkan bias sejarah, maka perlu memahami elemen-elemen
sejarah terlebih dahulu.

Elemen tersebut terdiri dari dua bagian besar yakni elemen yang
terlihat (seen) dan elemen yang tidak terlihat (unseen).

Stanford juga menjelaskan bahwa konstruksi sejarah tidak hanya


bersumber dari bukti namun juga bersumber dari penafsiran
terhadap bukti sebelumnya seperti terdapat pada karya-karya
sejarah yang ada dan keyakinan-keyakinan umum.

Selain itu, sejarah berasal dari hasil kerja para sejarawan


sebelumnya yang masih ada pada saat sejarawan melakukan
aktivitasnya. Oleh karena itu, terdapat bias pribadi dan tujuan
masing-masing dari mereka menuliskan historiografi. Sumber : https://www.dictio.id/t/pemalsuan-
sejarah/118085
Upaya Menghadapi Bias Sejarah

Berdasarkan catatan Hansiswany (2017) dalam situs Program Studi Pendidikan


Sejarah UPI, bias sejarah yang ditulis berdasarkan unsur subjektif tidak
diperbolehkan. Hal ini dapat merusak sejarah yang seharusnya ditulis secara
objektif. Untuk menghindari terjadinya bias sejarah, seorang penulis harus
mengadakan analisis terhadap sumber-sumber yang ditemukan. Bukan hanya
mengacu pada satu sumber, tapi juga melihat keterangan dari sumber lain. Setelah
menemukan berbagai macam sumber yang bisa dijadikan tulisan, harus dipilah
dahulu. Pemilahan ini diadakan demi mengeliminasi sumber-sumber yang dirasa tak
sesuai. Jika sudah selesai menyeleksi, penulis bisa mulai melakukan eksekusi dalam
membuat historiografi. Tentunya, dengan menggunakan kosa kata netral dengan
tidak memihak sisi manapun.
Contoh Bias Sejarah

Contoh bias sejarah bisa dilihat dari peristiwa


Supersemar atau Surat Perintah 11 Maret. Dalam
Supersemar tersebut terdapat keterangan saksi dari pihak
Angkatan Darat.

Pendapat pertama datang dari M Jusuf bahwa proses


penandatanganan Supersemar adalah pada pukul 20.55.
Kemudian ada terdapat keterangan lain yang
menyebutkan pada pukul 21.00 naskah Supersemar telah
mendarat di Markas Kostrad.
Selain itu, menurut Soekarno, Supersemar merupakan
instruksi kepada Letjen Soeharto agar segera mengambil
tindakan berguna untuk mengawal jalannya
pemerintahan. Sumber : https://www.liputan6.com/news/read/3914315/misteri-di-balik-
supersemar-yang-mengubah-wajah-indonesia
Sedangkan menurut jenderal yang membawa naskah
Supersemar itu menganggap bahwa adanya perintah
tersebut merupakan penanda pengalihan kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai