Anda di halaman 1dari 1

POTRET KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT RENGASDENGKLOK,

KARAWANG

Narasumber :

1. Ibu Teti Hayati


2. Ibu Marni
Setelah mewawancarai kedua narasumber itu dapat saya tarik kesimpulan bahwa :
1. Ibu Teti tidak begitu mempercayai sebagian besar dari aspek sosial budaya yang
berkembang dalam masyarakat seperti contohnya adalah budaya pingitian saat pra
nikah. Selain itu, Ibu Teti juga tidak begitu mempercayai aspek-aspek sosial budaya
yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan lain-lain. Jadi beliau
cenderung tidak pernah melakukan budaya itu seperti membawa lidi dan ibu hamil
tidak boleh keluar malam, dan sebagainya. Ibu Teti juga cenderung tidak
mempercayai pantangan-pantangan yang menjadi budaya di masyarakat. Selain itu,
Ibu Teti tidak melakukan imunisasi pada anaknya.
2. Ibu Marni hampir mempercayai semua aspek-aspek sosial budaya yang berkembang
di masyarakat. Selain itu, pantangan-pantangan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, dan kesehatan anak pun beliau masih mempercayainya. Lalu, pada saat
melahirkan juga Ibu Marni masih percaya pada bantuan dukun paraji.

Anda mungkin juga menyukai