Anda di halaman 1dari 6

10/14/2015 Hukum 

Shalat Menghadap Sutroh | Rumaysho.Com

My Family Kajian Islam Sosial Website Islam Bisnis Registrasi

       

BELAJAR ISLAM HUKUM ISLAM FAEDAH ILMU VIDEO KONSULTASI BUKU TAMU ARSIP ARTIKEL

Home Shalat Hukum Shalat Menghadap Sutroh

Tebar 3000 Jilbab Gunungkidul


Hukum Shalat Menghadap Sutroh
Okt 13, 2010 Muhammad Abduh Tuasikal, MSc Shalat 0

Sutroh yang dimaksudkan di sini adalah penghalang atau pembatas. Pembatas di sini dipasang di depan imam
atau orang yang shalat sendirian ketika shalat, berupa tongkat atau selainnya dengan tujuan untuk
menghalangi orang yang akan lewat di hadapannya ketika shalat.

Hukum Shalat Menghadap Sutroh

Menurut mayoritas ulama, jika seseorang shalat sendirian atau sebagai imam disunnahkan baginya shalat
menghadap sutroh supaya dapat menghalangi orang lain yang akan lewat di hadapannya.[1]

Dalil Pendukung

Dalil yang menunjukkan disyari’atkannya shalat menghadap sutroh terdapat dalam hadits Abu Sa’id Al Khudri,
Penyaluran Riba, Bunga Bank
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ْﻨﻬ‬
‫َﺎ‬ ُ‫َﺪ‬
‫ﻥِﻣ‬ ْْ
‫َﻟﻴ‬
‫ٍﺓ ﻭ‬‫ْﺘ‬
‫َﺮ‬‫ﺳ‬ُ‫َﻰ‬
‫ِﻟ‬ّ
‫ﻞﺇ‬
ِ‫ﺼ‬ ‫ْﻠ‬
َ‫ُﻴ‬ ْ‫ُﻛ‬
‫ﻢَﻓ‬ ‫َﺣ‬
ُ
‫َﺪ‬ ‫ﱠﻰ ﺃ‬‫َﺫﺍ ﺻ‬
‫َﻠ‬ ‫ﺇ‬
ِ
“Apabila salah seorang di antara kalian shalat, hendaknya ia shalat dengan menghadap sutroh dan
mendekatlah padanya” (HR. Abu Daud no. 698). An Nawawi mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih
sebagaimana dalam Al Khulashoh (1/518). Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana
dalam Shohihul Jaami’ (651).

Perintah di sini dibawa kepada hukum sunnah dengan alasan sebagai berikut.

Pertama: Terdapat dalil pemaling dari perintah ke hukum sunnah berikut ini.

(1) Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

‫ – ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬苻‫ﺍ؀‬ ِ ‫ﻮﻝﱠ‬


ُ‫َﺳ‬
ُ‫َﻭﺭ‬، ‫ﻡ‬ََ
‫ِﺘﻼ‬ْ‫ﺕ ﺍﻻ‬
‫ِﺣ‬ ُ‫ْﺰ‬َ‫َﺎ‬
‫ﻫ‬ ‫ْﺪ ﻧ‬ ‫ٍﺬَﻗ‬
‫ِﺌ‬‫َﻣ‬‫ْﻮ‬
َ ‫َﻧ‬
‫َﺎ ﻳ‬ ‫َﺃ‬
‫ﻭ‬،‫ﻥ‬ ‫َﺗ‬
ٍ‫َﺎ‬‫َﺎﺭ ﺃ‬
ٍ‫ﺣﻤ‬ِ‫َﻰ‬ ‫ًﺎَﻋﻠ‬ ‫ِﻛﺒ‬
‫َﺍ‬ُ‫َﻠ‬
‫ﺖﺭ‬ ْ َ
‫ْﻗﺒ‬
‫ﺃ‬
‫ِﻰ‬
‫ﺖﻓ‬ُ‫ْﻠ‬
‫ﺧ‬ ‫َﻓ‬، ‫ُﻊ‬
َ‫َﺪ‬ َ َ
‫ْﺮﺗ‬ ََ
‫ﺎﻥ ﺗ‬‫َﺗ‬ ُ‫ْﻠ‬
‫ﺖ ﺍﻷ‬ َ‫َﺭ‬
‫ْﺳ‬ ‫َﺃ‬ّ‫ﺼ‬
‫ﻒﻭ‬
ِ ‫ﺾ ﺍﻟﱠ‬
ِ ْ
‫َﻌ‬
‫ﺑ‬ ْ
‫َﻯ‬‫ﺪ‬َ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬َ ‫ﻴ‬ْ
َ‫ﺑ‬ ُ
‫ْﺕ‬
‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬
َ‫ﻤ‬ََ
‫ﻓ‬ ، ‫َﺍﺭ‬
‫ﺪ‬
ٍ ِ‫ﺟ‬ِ‫ﺮ‬ ْ
‫ﻴ‬ َ
‫ﻏ‬ ‫ﻰ‬َ
‫ﻟ‬‫ﺇ‬
ِ ‫ﻰ‬ ً
‫ﻨ‬‫ﻤ‬ِ‫ﺑ‬
ِ ‫ِﻰ‬ّ
‫َﻠ‬
‫ﺼ‬ ُ
‫ﻳ‬ –
‫َﱠ‬
‫ﻰ‬ ‫ﻚَﻋﻠ‬
َِ َ‫ْﻨ‬
‫ْﺮَﺫﻟ‬
‫ﻜ‬ َْ
‫ﻢُﻳ‬ ‫َﻓﻠ‬، ‫ﻒ‬ ّ‫ﺼ‬
ِ ‫ﺍﻟﱠ‬
“Aku pernah datang dengan menunggang keledai betina, yang saat itu aku hampir menginjak masa baligh, dan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang shalat di Mina tanpa menghadap dinding. Maka aku lewat di
depan sebagian shaf kemudian aku melepas keledai betina itu supaya mencari makan sesukanya. Lalu aku
masuk kembali di tengah shaf dan tidak ada seorang pun yang menyalahkanku” (HR. Bukhari no. 76, 493 dan
861).

Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud (‫َﺍﺭ‬


ٍ‫ﺟﺪ‬ِ‫ِﺮ‬‫َﻰَﻏ‬
‫ْﻴ‬ ‫ِﻟ‬
‫ )ﺇ‬adalah,

‫ﻲ‬
ّ‫ِﻌ‬ ‫ُﻪ ﱠ‬
‫ﺍﻟﺸﺎﻓ‬
ِ َ
‫َﺓَﻗﺎﻟ‬
‫ْﺘﺮ‬
‫ﺳ‬ ‫َﻰَﻏ‬
ُ‫ْﻴﺮ‬ ‫ِﻟ‬
‫ﺇ‬
“Tanpa menghadap sutroh, sebagaimana dikatakan oleh Asy Syafi’i.”[2]

Ibnu Hajar menyebutkan bahwa hal ini dikuatkan dengan riwayat Al Bazzar dengan lafazh,

‫ُﻩ‬
‫ُﺘﺮ‬ْ‫ٍء ﻳ‬
‫َﺴ‬ ‫ﻲ‬ َ‫ﺲ ﻟ‬
ْ‫ِﺸ‬ َ
َ ‫ْﻴ‬
‫َﺔ ﻟ‬ ْ
‫ُﺘﻮﺑ‬‫ِﻲْﺍﻟﻤ‬
‫َﻜ‬ ّ
‫َﻠ‬ َ‫ﱠ‬
‫ﻢُﻳﺼ‬ َ‫ﻪ ﻭ‬
‫َﺳﻠ‬ َ
ِ‫ْﻴ‬ ‫ﱠﻰﱠ‬
‫َﻋﻠ‬苻‫ﺍ؀‬ ‫َﻠ‬
‫ﻲﺻ‬ ‫ﱠﻨ‬
ّ‫ِﺒ‬‫َﺍﻟ‬
‫ﻭ‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat wajib dan di hadapannya tidak ada sesuatu sebagai sutroh.”[3] Penyaluran Zakat

Mengenai hadits di atas, Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan,

ُ‫ﺃﻥ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻰ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ‬


‫ﺳﺘﺮﺓ‬
“Imam boleh shalat tanpa mengahadap sutroh.”[4]

(2) Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ُﻪ‬‫َﻓ‬
‫ْﻌ‬ ‫ْﻠﻴ‬
ْ
‫َﺪ‬ ‫ﻪَﻓ‬
ِ‫ْﻳ‬
‫َﺪ‬
َ
‫ﻦﻳ‬َ‫ْﻴ‬
َ
‫َﺯ ﺑ‬
‫َﺎ‬
‫َﺠﺘ‬ َ
ْ‫ْﻥ ﻳ‬
‫ٌﺪ ﺃ‬
‫ﺣ‬ََ
‫َﺩ ﺃ‬‫َﺭ‬
‫َﺍ‬‫َﻓﺄ‬، ِ
‫ﱠﻨﺎﺱ‬ َ‫ُﻩ ﻣ‬
‫ِﻦ ﺍﻟ‬ ‫ُﺘ‬
‫ُﺮ‬ ْ‫ٍء ﻳ‬
‫َﺴ‬ ‫ﻰ‬
ْ‫ﺷ‬َ‫َﻰ‬
‫ِﻟ‬ْ‫ُﻛ‬
‫ﻢﺇ‬ ‫َﺣ‬
ُ
‫َﺪ‬ ‫ﱠﻰ ﺃ‬‫َﺫﺍ ﺻ‬
‫َﻠ‬ ‫ﺇ‬
ِ
“Jika salah seorang di antara kalian shalat menghadap sesuatu yang membatasi dirinya agar tidak dilewati
http://rumaysho.com/1310­hukum­shalat­menghadap­sutroh.html 1/6
10/14/2015 Hukum Shalat Menghadap Sutroh | Rumaysho.Com
“Jika salah seorang di antara kalian shalat menghadap sesuatu yang membatasi dirinya agar tidak dilewati
orang dan apabila ada yang tetap nekad melewati di hadapan ia shalat, maka hendaklah ia
menolak/menghalanginya” (HR. Bukhari no. 509 dan Muslim no. 505)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa kutipan hadits “Jika salah seorang
di antara kalian shalat menghadap sesuatu yang membatasi dirinya agar tidak dilewati orang”, menunjukkan
bahwa orang yang shalat kadang menghadap sutroh dan kadang pula tidak menghadapnya. Konteks kalimat
semacam ini tidaklah menunjukkan bahwa setiap orang pasti shalat menghadap sutroh. Yang tepat, konteks
kalimat ini menunjukkan bahwa sebagian orang ada yang shalat menghadap sutroh dan sebagian lainnya tidak
menghadapnya.[5]

(3) Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

‫ٌء‬
‫ﻰ‬
ْ‫ﺷ‬ ِ‫ْﻳ‬
َ‫ﻪ‬ ‫َﺪ‬
َ
‫ﻦﻳ‬َ‫ْﻴ‬
َ
‫ﺲﺑ‬ َ
َ ‫ْﻴ‬
‫ٍء ﻟ‬
‫ﻀﺎ‬ ‫ﱠﻰ ﻓ‬
َ‫ِﻰَﻓ‬ ‫َﻠ‬ ِ‫ﻝﱠ‬
‫ ﺻ‬-‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- 苻‫ﺍ؀‬ َ‫َﺳﻮ‬ ‫َﱠ‬
ُ‫ﻥ ﺭ‬ ‫ﺃ‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di tanah lapang dan di hadapannya tidak terdapat
sesuatu pun.” (HR. Ahmad 1/224). Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (2/66) mengatakan bahwa dalam
hadits ini terdapat Al Hajjaj bin ‘Arthoh dan ia adalah perowi yang dho’if. Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam
takhrijnya terhadap Musnad Ahmad (1/224), mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi. Syaikh Ahmad
Syakir dalam takhrij beliau terhadap Musnad Ahmad (3/297) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa hadits di atas terdapat kalimat
(‫ٌء‬
‫ﻰ‬
ْ‫)ﺷ‬,َ yang ini menunjukkan umum, artinya beliau tidak menghadap apa pun. Walaupun hadits ini mendapat
kritikan, namun cukup dua hadits sebelumnya (dari Abu Sa’id dan Ibnu ‘Abbas) sudah sebagai penguat.[6]

Kedua: Para ulama berijma’ bahwa sutroh tidaklah wajib.

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata, Radio RumayshoCom (streaming)


‫ًﻓﺎ‬َ
‫ِﻼ‬ َِ
‫ﻚﺧ‬ ‫َِﺫﻟ‬
‫َﺎﺏ‬ْ‫ﺍﺳﺘ‬
‫ِﺤﺒ‬ْ ‫ِﻲ‬َُ
‫ﻢﻓ‬‫ْﻌﻠ‬
َ َ
‫َﻻ ﻧ‬
‫ﻭ‬
        00:00         00:00      
“Kami tidak mengetahui ada perselisihan pendapat tentang disunnahkannya hal ini (shalat menghadap sutrah,
pen).”[7]

Ibnu Rusyd rahimahullah berkata,

‫ً ﻛﺎﻥ ﺃﻭ‬
‫ ﻣﻔﺮﺩﺍ‬، ‫ﻭﺍﺗﻔﻖ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﺑﺄﺟﻤﻌﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺏ ﺍﻟﺴﺘﺮﺓ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺼﻠﻲ ﻭﺍﻟﻘﺒﻠﺔ ﺇﺫﺍ ﺻﻠﻰ‬ Kajian RumayshoCom (Rec)
ً
‫ﺇﻣﺎﻣﺎ‬
“Para ulama telah sepakat dengan ijma’ mereka tentang disunnahkannya sutroh (yang diletakkan) antara orang
Kajian Rumays...
yang shalat dan kiblat sewaktu shalat, baik shalat sendiri atau sebagai imam.”[8]
Latest tracks
Yang menukil adanya ijma’ dari ulama belakangan adalah seperti Syaikh Albassam dalam Taudhihul Ahkam[9].

Ketiga: Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin beralasan bahwa hukum memasang sutroh adalah sunnah
karena hukum asalnya adalah baroatudz dzimmah. Artinya, asalnya seseorang itu terlepas dari kewajiban
sampai ada dalil tegas yang menyatakan wajib.[10]

Keempat: Hadits tentang orang yang berjalan di hadapan orang yang sedang shalat, 6
TRACKS

ِ‫ْﻳ‬
‫ﻪ‬ ‫َﺪ‬
َ
‫ﻦﻳ‬ ‫ﱠﺮ ﺑ‬
َ‫ْﻴ‬
َ َُ
‫ﻤ‬ َ
‫ْﻥ ﻳ‬
‫ِﻦ ﺃ‬ َ
ْ‫ُﻪ ﻣ‬ ‫ْﻴﺮ‬
‫ًﺍ ﻟ‬ َ‫ِﻴﻦ‬
‫ﺧ‬ َ
‫ْﺭﺑ‬
َ‫َﻌ‬ َ‫َﻘ‬
‫ِﻒ ﺃ‬ َ
‫ْﻥ ﻳ‬ َ‫ﻜ‬
‫ﺎﻥ ﺃ‬ َ
َ‫ﻪﻟ‬ َ
‫َﺫﺍَﻋﻠ‬
ِ‫ْﻴ‬ ‫َﺎ‬ ّ
‫ِﻰ ﻣ‬
‫َﻠ‬ُ‫ﻯْﺍﻟ‬
‫ﻤﺼ‬ ِ‫َﺪ‬
َ
‫ﻦﻳ‬َ‫ْﻴ‬
َ ‫ﻢْﺍﻟﻤﱡ‬
‫َﺎﺭ ﺑ‬ َُْ
‫َﻌﻠ‬ َ
‫ْﻮ ﻳ‬
‫ﻟ‬
Kajian RumayshoCom - Fikih ... 286
“Seandianya orang yang berjalan di hadapan orang yang sedang shalat itu mengetahui apa yang akan
menimpanya, niscaya ia lebih memilih diam selama 40 (tahun) itu lebih baik baginya daripada ia berjalan di Kajian RumayshoCom - Tiga ... 205

hadapan orang tadi.” (HR. Bukhari no. 510 dan Muslim no. 507). Ada ulama yang menjelaskan bahwa hadits ini
Kajian RumayshoCom - Aku In... 42
dikatakan berdosa bagi orang yang melewati saja. Seandainya memasang sutroh itu wajib, tentu orang yang Cookie policy

mengerjakan shalat—apalagi ia tidak memasang sutroh di hadapannya—akan ikut berdosa. [11]

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin mengatakan, “Sutroh sesungguhnya hanya penyempurna shalat dan
tidak mempengaruhi kesahan shalat. Ia pun bukan bagian dari rukun dan bukan pula syarat shalat sehingga
Nasihat Berharga
dapat merusak shalat. Yang tepat, sutroh hanyalah penyempurna shalat sehingga ia bukanlah suatu yang wajib.
Dalil pemaling dari perintah menjadi sunnah akan kami sebutkan berikut ini …”.[12] Dalil pemaling yang beliau
maksudkan telah kami sebutkan sebelumnya.
1/36 Zuhud_Usta...
Dalil lain dari ulama yang menyatakan bahwa hukum memasang sutroh adalah sunnah namun dalilnya adalah
lemah (dho’if), sebagai berikut:

Dari Al Fadhl bin ‘Abbas, ia berkata,

‫ﺲ‬ َ
َ ‫ْﻴ‬
‫َء ﻟ‬
‫َﺍ‬
‫َﺤﺮ‬ ‫ﱠﻰ ﻓ‬
ْ‫ِﻰ ﺻ‬ ‫ﺎﺱَﻓﺼ‬
‫َﻠ‬ ٌ‫ﱠ‬‫ُﻪَﻋﺒ‬
‫َﻌ‬
‫َﻣ‬ ‫َﻨ‬
‫َﺎَﻭ‬ ٍَ
‫ﺔﻟ‬ ‫ِﺩﻳ‬
‫َﺎ‬
‫ِﻰ ﺑ‬‫ﻦﻓ‬ُ‫ﺤ‬َْ ِ‫ﻮﻝﱠ‬
‫َﻭﻧ‬-‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- 苻‫ﺍ؀‬ ُ‫َﺳ‬
ُ‫َﺎ ﺭ‬ ‫َﺗ‬
‫َﺎﻧ‬‫ﺃ‬
ٌ
‫َﺓ‬ ُْ
‫ﻪ ﺳﺘﺮ‬ ْ
ِ‫َﺪﻳ‬
َ
‫ﻦﻳ‬ ْ
َ‫َﻴ‬
‫ﺑ‬
“Kami mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan kami berada di gurun. Tatkala itu beliau
bersama ‘Abbas. Beliau shalat di gurun di mana tidak ada di depan beliau sutroh” (HR. Abu Daud no. 718).
Hadits ini diperselisihkan tentang keshahihannya. Al Khottobi dalam Ma’alimus Sunan (1/165) mengatakan
bahwa sanad hadits ini mengalami kritikan. ‘Abdul Haq Al Isbiliy dalam Al Ahkam Asy Syar’iyyah Al Kubro Penggalangan Dana 1 Milyar untuk Masjid
(2/162) mengatakan bahwa hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah. Al Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi
(2/137) mengatakan bahwa di dalam sanadnya terdapa Majalid bin Sa’id yang dapat kritikan. Syaikh Al Albani
dalam Dho’if Abu Daud (718) mengatakan bahwa hadits ini dho’if. An Nawawi dalam Al Majmu’ (3/250) dan Al
‘Iroqi dalam Thorh At Tatsrib (2/389) mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.

Dari Katsir bin Katsir bin Al Muthallib bin Abi Widaa’ah, dari sebagian keluarganya, dari kakeknya, ia berkata,

ِ‫ْﻳ‬
‫ﻪ‬ ‫َﺪ‬
َ
‫ﻦﻳ‬َ‫ْﻴ‬
َ َ‫ﱡﺮ‬
‫ﻭﻥ ﺑ‬ َُ
‫ﻤ‬ ُ ‫ﱠﻨ‬
‫ﺎﺱ ﻳ‬ ‫َﺍﻟ‬ٍ‫ْﻬ‬
‫ﻢﻭ‬ ‫ﺳ‬َ‫ِﻰ‬
‫َﻨ‬ َ‫ِﻰ ﺑ‬
‫َﺎﺏ ﺑ‬ ‫َﻠ‬ ‫ِﻰِﻣﱠ‬
‫ﻤﺎ ﻳ‬ ّ‫ُﻳﺼ‬-‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- ‫ﻰ‬
‫َﻠ‬ ‫ِﺒﱠ‬‫َﻯ ﺍﻟ‬
‫ﱠﻨ‬ ‫َﺃ‬ ‫َﻧ‬
‫ﱠ‬
‫ُﻪ ﺭ‬‫ﺃ‬
ٌ‫ْﺘﺮ‬
.‫َﺓ‬ ‫ﺳ‬ُ‫َﺎ‬ ُ
‫َﻬﻤ‬‫ْﻴﻨ‬
َ
‫ﺲﺑ‬ َ
َ ‫ْﻴ‬
‫َﻟ‬
‫ﻭ‬

“Ia pernah melihat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam shalat di tempat setelah pintu Bani Sahm. Orang-orang
lewat di depan beliau, sementara tidak ada sutrah antara keduanya (Nabi dengan Ka’bah).” (HR. Abu Daud no.
2016). Asy Syaukani dalam Nailul Author (3/9) mengatakan bahwa dalam sanadnya terdapat perowi yang
majhul. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if.

Alasan Ulama yang Mewajibkan Sutroh

Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum memasang sutroh adalah wajib karena adanya perintah dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal itu. Di antara dalilnya adalah hadits Abu Sa’id Al Khudri yang kami
http://rumaysho.com/1310­hukum­shalat­menghadap­sutroh.html 2/6
10/14/2015 Hukum Shalat Menghadap Sutroh | Rumaysho.Com
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal itu. Di antara dalilnya adalah hadits Abu Sa’id Al Khudri yang kami
sebutkan di awal tulisan,

‫ْﻨﻬ‬
‫َﺎ‬ ُ‫َﺪ‬
‫ﻥِﻣ‬ ْْ
‫َﻟﻴ‬
‫ٍﺓ ﻭ‬‫ْﺘ‬
‫َﺮ‬‫ﺳ‬ُ‫َﻰ‬
‫ِﻟ‬ّ
‫ﻞﺇ‬
ِ‫ﺼ‬ ‫ْﻠ‬
َ‫ُﻴ‬ ْ‫ُﻛ‬
‫ﻢَﻓ‬ ‫َﺣ‬
ُ
‫َﺪ‬ ‫ﱠﻰ ﺃ‬‫َﺫﺍ ﺻ‬
‫َﻠ‬ ‫ﺇ‬
ِ
“Apabila salah seorang di antara kalian shalat, hendaknya ia shalat dengan menghadap ke sutrah dan
mendekatlah padanya”. Mereka pun menyanggah berbagai argumen hadits dari ulama yang berpendapat
bahwa hukum memasang sutroh adalah sunnah.

Alasan pertama: Mengenai hadits,


ّ
‫ُﻳﺼﻠ‬
‫ِﻲ ﻓﻲ ﻓﻀﺎء ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﺷﻲء‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di tanah lapang dan di hadapannya tidak terdapat
sesuatu pun”, dikatakan sebagai hadits dho’if.

Alasan kedua: Mengenai hadits Ibnu ‘Abbas,

‫َﺍﺭ‬
ٍ‫ﺟﺪ‬ِ‫ِﺮ‬‫َﻰَﻏ‬
‫ْﻴ‬ ‫ِﻟ‬
‫ﺇ‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menghadap dinding”, menunjukkan bahwa belum tentu beliau tidak
menghadap sutroh yang lainnya.

Alasan ketiga: Mengenai hadits Abu Sa’id bahwa boleh jadi orang menghadap sutroh atau pun tidak, maka
sanggahannya adalah dari hadits lainnya menunjukkan bahwa ada perintah menghadap sutroh. Kajian Rutin Jogja
Setelah menyebutkan alasan dari pihak ulama yang mewajibkan sutroh, Syaikh Muhammad bin Sholih Al
‘Utsaimin menjelaskan, “Berbagai alasan yang dikemukakan oleh ulama yang menyatakan hukum memasang
sutroh adalah sunnah dan mereka yang menyuarakan demikian adalah mayoritas ulama dinilai lebih kuat dan
lebih rojih. Jika tidak demikian, maka kita kembalikan ke hukum asal sesuatu adalah baroatudz dzimmah yaitu
terlepas dari kewajiban. Tidak boleh dihukumi wajib sampai ada dalil yang jelas dan memuaskan.”[13]

Ditambah lagi ada klaim ijma’ dari Ibnu Rusyd dan Ibnu Qudamah yang menyatakan hukum sutroh adalah
sunnah (bukan wajib). Yang ini tentu saja tidak boleh kita abaikan. Jika memang klaim ijma’ ini benar, maka
tentu saja pendapat ulama setelah adanya ijma’ ini yang meragukan.

Satu kritikan lagi, dalam hadits Ibnu Abbas,

‫َﺍﺭ‬
ٍ‫ﺟﺪ‬ِ‫ِﺮ‬‫َﻰَﻏ‬
‫ْﻴ‬ ‫ِﻟ‬
‫ﺇ‬
“(Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat) tanpa menghadap dinding”. Ulama yang mewajibkan sutroh
mengatakan bahwa hadits ini menunjukkan, “belum tentu beliau tidak menghadap sutroh yang lainnya.”

Sanggahannya: Apakah penafsiran (ulama yang mewajibkan sutroh) seperti ini berasal dari salaf ataukah hanya
pendapat ulama belakangan (mutaakhirin)? Ulama salaf semacam Imam Asy Syafii jelas menafsirkan jidar
dalam hadits tersebut dengan “sutroh”. Adakah ulama salaf (sebelum Imam Syafi’i) yang menafsirkan jidar
dengan tembok seperti ulama yang mewajibkan sutroh pahami? Jika tidak, maka patut dipertanyakan
penafsiran semacam itu dari ulama yang mewajibkan.

(*) Jika sutroh pun wajib, ia bukan penentu sahnya shalat. Karena menghadap sutroh adalah suatu perintah
yang tidak berkaitan dengan zat shalat, namun di luarnya. Sehingga tidak berlaku kaedah “an nahyu yaqtadhil
fasad”, artinya: larangan mengonsekuensikan ketidaksahan. Maksudnya, orang yang tidak bersutroh ketika
shalat, shalatnya tetap sah, namun ia terkena dosa karena meninggalkan sesuatu yang wajib.[14] Ini jika
memang menghadap sutroh adalah suatu kewajiban. Namun yang tepat tidaklah demikian sebagaimana yang
dipegang oleh mayoritas ulama.

Para Ulama yang Menyatakan Hukum Menghadap Sutroh adalah Sunnah

Salah seorang ulama Hambali, Al Bahuti berkata, “Menghadap sutroh tidaklah wajib dengan alasan hadits Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di tanah lapang dan ketika itu
sama sekali tidak ada sesuatu di hadapannya”.”

Demikian pula ulama Hanafiyah dan Malikiyah dalam pendapat mereka yang masyhur, hukum sutroh adalah
sunnah bagi imam dan bagi orang yang shalat sendirian. Mereka berpendapat bahwa hal ini disunnahkan bagi
mereka yang khawatir akan ada orang yang lewat di hadapannya. Jika tidak khawatir demikian, maka tidak
disunnahkan memasang sutroh.
Tweets by @RumayshoCom
Dinukil dari Imam Malik bahwa beliau memerintahkan memasang sutroh secara mutlak. Seperti ini pula yang
menjadi pendapat Ibnu Habib dan dipilih pula oleh Al Lakhmi.

Adapun ulama Syafi’iyah, mereka secara mutlak menyatakan bahwa hukum memasang sutrah adalah sunnah
dan sama sekali tidak memberikan qoid (syarat tambahan). Rumaysho.Com On Facebook
Ulama Hambali berpendapat bahwa disunnahkan memasang sutroh bagi imam dan orang yang shalat
sendirian meskipun ketika itu tidak khawatir ada orang yang lewat di hadapan orang yang sedang shalat.

Adapun makmum tidak disunnahkan memasang sutroh, sebagaimana hal ini disepakati oleh para ulama.
Karena sutroh imam juga menjadi sutroh bagi makmum di belakangnya atau imam menjadi sutroh bagi Buku Karya Ustadz M. Abduh Tuasikal
makmum.[15]

Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, Buku Terbaru: Panduan Qurban


َ ْ ‫َﺘﺤﱡ‬ ‫َﻧ‬
‫ًﻓﺎ‬َ
‫ِﻼ‬ ‫َِﺫﻟ‬
َِ
‫ﻚﺧ‬ ‫َﺎﺏ‬ْ‫ﺍﺳﺘ‬
‫ِﺤﺒ‬ْ ‫ِﻲ‬َُ
‫ﻢﻓ‬‫ْﻌﻠ‬
َ َ‫ٍﺓ … ﻭ‬
‫َﻻ ﻧ‬ ‫ْﺘ‬
‫َﺮ‬‫ﺳ‬ُ‫َﻰ‬ َّ
‫ِﻲ ﺇﻟ‬‫ْﻥُﻳﺼ‬
‫َﻠ‬ ّ
‫ِﻲ ﺃ‬
‫َﻠ‬ُ‫ِﻠ‬
‫ﻤﺼ‬ ‫َﺐ ﻟ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﱠ‬
ْ‫ُﻪُﻳ‬‫ﺃ‬ Pre-Order Panduan Qurban

“Disunnahkan bagi orang yang sedang shalat untuk shalat menghadap sutroh. … Kami tidak mengetahui ada Buku Terbaru: Pesugihan, Biar Kaya
perselisihan pendapat tentang disunnahkannya hal ini.”[16] Mendadak

Sayid Sabiq rahimahullah mengatakan, Pre Order Buku Terbaru: Pesugihan, Biar Kaya
Mendadak
‫ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻟﻠﻤﺼﻠﻲ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻪ ﺳﺘﺮﺓ ﺗﻤﻨﻊ ﺍﻟﻤﺮﻭﺭ ﺃﻣﺎﻣﻪ ﻭﺗﻜﻒ ﺑﺼﺮﻩ ﻋﻤﺎ ﻭﺭﺍءﻫﺎ‬ Muslim Mengapa Ikut-Ikutan Natalan?
“Disunnahkan bagi orang yang shalat untuk meletakkan sutroh di hadapannya supaya menghalangi orang yang
akan lewat dan agar pandangan tidak melihat ke arah lain.”[17]

Para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ mengatakan,
Ingin Jadi Donatur Tetap
،‫ﻟﻢ ﻳﻌﺮﻑ ﻋﻨﻬﻢ ﺃﻧﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻨﺼﺒﻮﻥ ﺃﻣﺎﻣﻬﻢ ﺃﻟﻮﺍﺣﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﺸﺐ ﻟﺘﻜﻮﻥ ﺳﺘﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﺎﻟﻤﺴﺠﺪ‬
http://rumaysho.com/1310­hukum­shalat­menghadap­sutroh.html 3/6
10/14/2015 Hukum Shalat Menghadap Sutroh | Rumaysho.Com
،‫ﻟﻢ ﻳﻌﺮﻑ ﻋﻨﻬﻢ ﺃﻧﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻨﺼﺒﻮﻥ ﺃﻣﺎﻣﻬﻢ ﺃﻟﻮﺍﺣﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﺸﺐ ﻟﺘﻜﻮﻥ ﺳﺘﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﺎﻟﻤﺴﺠﺪ‬
،‫ ﻓﺎﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺳﻤﺤﺔ‬،‫ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﻋﺪﻡ ﺍﻟﺘﻜﻠﻒ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ‬،‫ﺑﻞ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﺼﻠﻮﻥ ﺇﻟﻰ ﺟﺪﺍﺭ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭﺳﻮﺍﺭﻳﻪ‬
‫ ﻭﻷﻥ ﺍﻷﻣﺮ ﺑﺎﻟﺴﺘﺮﺓ ﻟﻼﺳﺘﺤﺒﺎﺏ ﻻ ﻟﻠﻮﺟﻮﺏ‬،‫ﻭﻟﻦ ﻳﺸﺎﺩ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺣﺪ ﺇﻻ ﻏﻠﺒﻪ‬
“Tidak dikenal di kalangan para sahabat bahwa mereka meletakkan di hadapannya kayu untuk dijadikan sutrah
ketika shalat di masjid. Bahkan yang diketahui, mereka shalat menghadap tembok dan tiang. Oleh karena itu,
tidak perlu menyusah-nyusahkan diri dalam hal ini. Syari’at islam sungguh memberikan berbagai kelapangan.
Tidaklah seseorang memberat-beratkan diri dalam beragama melainkan ia akan dikalahkan oleh dirinya sendiri.
Perlu diketahui bahwa perintah untuk menghadap sutroh hanyalah sunnah, bukan wajib.”[18]

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah berkata,

‫ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺇﻟﻰ ﺳﺘﺮﺓ ﺳﻨﺔ ﻣﺆﻛﺪﺓ ﻭﻟﻴﺴﺖ ﻭﺍﺟﺒﺔ ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻨﺼﻮﺑﺎ ﺃﺟﺰﺃﻩ ﺍﻟﺨﻂ‬
“Shalat menghadap sutroh adalah sunnah muakkad (sunnah yang amat dianjurkan) dan bukanlah wajib. Jika
tidak mendapatkan sesuatu yang tegak sebagai sutroh, diperbolehkan menjadikan garis sebagai sutroh.”[19]

Tinggi Sutroh

Yang dijadikan sutroh bisa tembok, pohon atau tiang.[20] Boleh pula orang di hadapannya dijadikan sebagai
sutroh.[21]

Lalu berapakah tinggi minimal sutroh?

Imam Ahmad ditanya mengenai tinggi pelana yang dijadikan patokan sebagai tinggi sutroh. Beliau menjawab,
“Satu hasta.” Demikian pula ‘Atho’ mengatakan bahwa tingginya satu hasta. Hal ini juga dikatakan oleh Ats
Tsauri dan Ash-habur ro’yi. Diriwayatkan dari Imam Ahmad, tingginya seukuran satu hasta. Demikian pula
pendapat Imam Malik dan Imam Asy Syafi’i.

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah menjelaskan bahwa sebenarnya ukuran tadi adalah ukuran pendekatan
dan bukan ukuran pastinya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan dengan tinggi pelana.
Padahal tinggi pelana itu macam-macam, ada yang tinggi dan ada yang pendek, ada pula yang tingginya satu
hasta, bahkan ada pula yang kurang dari satu hasta. Jadi jika mendekati satu hasta, itu sebenarnya sudah bisa
dijadikan sebagai sutroh. Wallahu a’lam.[22] Download Audio Kajian Ustadz Abduh

Jarak Sutroh

Bagi orang yang memasang sutroh, hendaklah ia mendekatinya, jangan posisi ia berdiri terlalu jauh dari sutroh.
Karena semakin dekat pada sutroh, maka akan semakin orang akan sulit lewat di hadapannya. Jarak yang
bagus antara orang yang shalat dan sutroh adalah tiga hasta atau kurang dari itu.[23]

Sutroh Berupa Garis?

Menurut mayoritas ulama yaitu ulama Syafi’iyah, Hambali dan pendapat rojih menurut ulama Hanafiyah yang
belakangan bahwa jika shalat tidak mendapat sutroh yang berdiri tegak, bisa menjadikan garis di hadapannya
sebagai sutroh.

Ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah mengqiyaskan garis dengan sajdah yang terbentang. Ath Thohthowi
mengatakan bahwa ini adalah qiyas yang amat bagus karena tempat shalat (sajdah) tentu lebih terlihat
daripada garis.

Ulama Syafi’iyah lebih menyukai jika yang dijadikan sutroh adalah tempat shalat (sajdah) daripada garis karena
sajdah tentu saja lebih terlihat orang.

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa tidak sah menggunakan sutroh berupa garis di lantai. Pendapat ini
menjadi pendapat ulama Hanafiyah yang terdahulu. Alasannya kenapa tidak sah, karena garis tidak nampak
sebagai sutroh dari arah jauh.[24]

Adapun dalil yang jadi pegangan sutroh berupa garis adalah hadits Abu Hurairah,
Komentar Terbaru
‫⴪ﺎُﺛﱠ‬⢰
‫ﻢ‬ ‫ﺧﻄ‬َ‫ﱠ‬ُ‫ْﻠﻴ‬
‫َﺨﻂ‬ ‫ِﺪَﻓ‬
ْ‫َﺠ‬َْ
‫ﻢﻳ‬‫ْﻥ ﻟ‬‫ﺼﺎَﻓ‬
‫ِﺈ‬ ً‫ِﺐَﻋ‬ ‫ْﻠﻴ‬
ْ‫ْﻨﺼ‬
َ ‫ِﺪَﻓ‬
ْ‫َﺠ‬
‫ﻢﻳ‬ َْ‫ْﻥ ﻟ‬ ‫ًﺌﺎَﻓ‬
‫ِﺈ‬ ‫ْﻴ‬
‫ﺷ‬َ‫ﻪ‬ ِ‫ِﻬ‬ْ‫َء ﻭ‬
‫َﺟ‬ ْ
‫َﻘﺎ‬
‫ِﻠ‬ْ‫َﻌ‬
‫ﻞﺗ‬ ْ‫ْﻠﻴ‬
‫َﺠ‬ ْ‫ُﻛ‬
‫ﻢَﻓ‬ ‫َﺣ‬
ُ
‫َﺪ‬ ‫ﱠﻰ ﺃ‬‫َﺫﺍ ﺻ‬
‫َﻠ‬ ‫ﺇ‬
ِ
ِ‫ْﻳ‬
‫ﻪ‬ ‫َﺪ‬َ
‫ﻦﻳ‬ ‫ﱠﺮ ﺑ‬
َ‫ْﻴ‬
َ ‫َﺎَﻣ‬‫ُﻩ ﻣ‬‫ﱡ‬ ُ‫َ ﻳ‬
‫َﻀﺮ‬ ‫ﻻ‬ Muhammad Abduh Tuasikal pada Hukum
“Jika salah seorang dari kalian shalat hendaklah meletakkan sesuatu di depannya, jika tidak mendapatkan Shalat Tanpa Penutup Kepala
sesuatu hendaklah menancapkan tongkat, dan jika tidak mendapatkan hendaklah membuat garis. Setelah itu Muhammad Abduh Tuasikal pada Cara Shalat
tidak akan membahayakannya apa-apa yang melintas di depannya.” (HR. Ibnu Majah no. 943 dan Ahmad di Planet Lain
2/249).
Muhammad Abduh Tuasikal pada Cara Shalat
An Nawawi dalam Al Khulashoh (1/520) mengatakan bahwa hadits ini dho’if. Syaikh Ahmad Syakir dalam di Planet Lain
takhrijnya terhadap Musnad Ahmad (13/124) mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if. Begitu pula hadits ini Muhammad Abduh Tuasikal pada Meraih
didho’ifkan oleh Syaikh Al Albani dalam Dho’iful Jaami’ (569). Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini Pahala Haji dan Umroh Melalui Shalat Isyroq
hasan. Ibnu Hibban menshahihkan hadits ini, begitu pula Imam Ahmad, Ibnul Madini dan Ad Daruquthni. Al
Muhammad Abduh Tuasikal pada Bahaya
Baihaqi mengatakan bahwa tidak mengapa beramal dengan hadits tersebut.[25] Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz
Orang yang Enggan Melunasi Hutangnya
menshahihkan hadits ini dalam Majmu’ Fatawanya (11/101). Syaikh Albassam menyatakan bahwa hadits ini
hasan sebagaimana dalam Taudhihul Ahkam (2/76).

Jika memang hadits di atas dho’if, maka tidak bisa dijadikan hujjah untuk sutroh berupa garis. Jika hadits
tersebut shahih, maka boleh menggunakan sutroh berupa garis sebagaimana pendapat Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
Recent Posts
Baz dan Syaikh Albassam.
Tidak Jadi Mengadakan Hajatan
Perlu diperhatikan bahwa selagi masih ada sutroh yang lain, maka jangan dulu beralih pada sutroh berupa
Karena Bulan Suro
garis. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa ada urutan (prioritas) dalam menggunakan sutroh. Urutannya mulai Okt 13, 2015 Muhammad Abduh
dari dinding atau tiang, kemudian tongkat, kemudian sajdah, lalu terakhir garis. Jika masih ada sutroh Tuasikal, MSc Komentar Dinonaktifkan
sebelumnya, lalu yang dipilih sajdah atau garis, maka tidak mendapatkan keutamaan menggunakan sutroh.[26]
Kebanyakan praktek kaum muslimin yang ada, mereka lebih memilih sutroh berupa sajdah atau garis daripada
Cara Shalat di Planet Lain
mencari tembok atau tiang sebagai sutroh padahal begitu dekat. Sungguh amat disayangkan, mereka luput dari
Okt 12, 2015 Muhammad Abduh
sunnah yang lebih utama. Wallahu a’lam.
Tuasikal, MSc 5
Penutup

Intinya, sutroh amat besar sekali hikmahnya. Menghadap sutroh akan membuat shalat lebih khusyu’ karena
Adab pada Guru (5)
orang akan sulit lewat lewat di hadapannya dan pandangan orang yang shalat pun terbatas. Bahkan keutamaan Okt 12, 2015 Muhammad Abduh
yang lebih besar dari itu semua adalah menghadap sutroh termasuk mengikuti sunnah Nabi kita Muhammad
Tuasikal, MSc Komentar Dinonaktifkan
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hikmah yang terakhir ini tentu lebih utama dari yang lainnya.
http://rumaysho.com/1310­hukum­shalat­menghadap­sutroh.html 4/6
10/14/2015 Hukum Shalat Menghadap Sutroh | Rumaysho.Com
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hikmah yang terakhir ini tentu lebih utama dari yang lainnya.

Catatan yang patut diingat, janganlah menjadikan masalah sutroh ini sebagai masalah manhaj. Jangan ada
yang punya anggapan bahwa orang yang shalat tidak menghadap sutroh atau menghadap garis saja, maka ia Semangat Meraih Ilmu Agama
bukanlah Ahlus Sunnah. Ingat, pendapat bahwa hukum menghadap sutroh adalah sunnah merupakan pendapat Dulu dan Kini
para ulama madzhab, yang jadi pendapat kebanyakan ulama sejak masa silam dan saat ini. Jika demikian, tidak Okt 09, 2015 Muhammad Abduh

sepantasnya mencela orang lain yang memang lebih memilih pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Semoga jadi Tuasikal, MSc Komentar Dinonaktifkan

renungan berharga.

Demikian sajian yang dapat kami torehkan sebatas pengetahuan kami. Semoga bermanfaat.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Berlangganan Artikel

 
Your Email Subscribe
Finished after ‘Isya on 3 Dzulqo’dah 1431 H, in Sakan 27, KSU, Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia

Written by: Muhammad Abduh Tuasikal

www.rumaysho.com

(*) Tulisan ini, kami susun sesuai saran guru kami Ustadz Aris Munandar hafizhohullah. Arsip

Pilih Bulan

[1] Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Wizarotul Awqof wasy Syu’un Al Islamiyah, 24/177.

[2] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379, 1/171.

[3] Idem.

[4] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 1/160.

[5] Asy Syarhul Mumthi’, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, 1422 H,
3/276

[6] Asy Syarhul Mumthi’, 3/277.

[7] Al Mughni, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Dar ‘Alam Al Kutub, cetakan ketiga, 1417 H, 3/80.

[8] Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusyd Al Maliki, Mawqi’ Ya’sub (nomor halaman sesuai cetakan), 1/94.

[9] Lihat Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom Bulughul Marom, ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman Albassam,
Maktabah Al Asadi, cetakan kelima, 1423, 2/58.

[10] Lihat Asy Syarhul Mumthi’ 3/277.

[11] Silakan lihat di sini: http://quran.maktoob.com/vb/quran2102/

[12] Asy Syarhul Mumthi’, 3/276

[13] Asy Syarhul Mumthi’, 3/277.

[14] Faedah dari beberapa pelajaran Ushul Fiqh.

[15] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 24/177-178.

[16] Al Mughni, 3/80.

[17] Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq, Al Fathul Lil ‘Alam Al ‘Arobi, 1/182

[18] Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, pertanyaan pertama dari fatwa no. 2613, 7/76.

[19] Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, Ar Riasah Al ‘Amah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, 11/196.

[20] Hal ini disepakati oleh para ulama. Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 24/178.

[21] Sebagaimana pendapat mayoritas ulama (Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah). Lihat Al Mawsu’ah Al
Fiqhiyah, 24/178-179.

[22] Lihat Al Mughni, 3/82-83.

[23] Lihat Al Mughni, 3/84.

[24] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 24/180-181.

[25] Lihat Taudhihul Ahkam, 2/76.

[26] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 24/180-181.

cara shalat

tweet

Surat Ulama pada Sahabatnya 4 Penghapus Dosa

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc


Lulusan S-1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S-2 Polymer
Engineering (Chemical Engineering) King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia. Pernah
menimba ilmu agama dari ulama besar seperti Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Sa'ad Asy-
Syatsri dan Syaikh Shalih Al-'Ushaimi. Aktivitas: Pimpinan Pesantren Darush Sholihin
Gunungkidul dan Pengasuh Rumaysho.Com dan Penasihat Muslim.Or.Id.

http://rumaysho.com/1310­hukum­shalat­menghadap­sutroh.html 5/6
10/14/2015 Hukum Shalat Menghadap Sutroh | Rumaysho.Com

Artikel Terkait

Cara Shalat di Planet Lain Sifat Shalat Nabi (36): Sifat Shalat Nabi (35): Sifat Shalat Nabi (34):
 Okt 12, 2015    5 Apakah Makmum... Menempelkan... Aturan...
 Jul 19, 2015    12  Jul 19, 2015    7  Jul 18, 2015    0

0 Komentar Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat 
1  Masuk

  Rekomendasikan ⤤ Bagikan Urut dari yang Terbaru

Mulai diskusinya...

Jadi yang pertama untuk berkomentar

JUGA DI MENGENAL AJARAN ISLAM LEBIH DEKAT APA INI?

Ciri­Ciri Fanatik Kelompok (Ashobiyah) Cara Shalat di Planet Lain
10 komentar • 20 hari yang lalu 5 komentar • sehari yang lalu
Muhammad Abduh Tuasikal — Kami jawab Muhammad Abduh Tuasikal — Renungkan
sendiri. Insya­Allah kami berusaha jawab lagi perkataan ulama di atas. Sy tunggu
semua. saudara ke bulan dulu, baru saya beri …

Hadiah di Hari Lahir (15): Bolehkah Dzikir dan Doa dengan Ya Hayyu Ya
Memakai Nama Nabi dan Malaikat? Qayyum
4 komentar • sebulan yang lalu 2 komentar • sebulan yang lalu
Muhammad Abduh Tuasikal — Pantasnya Muhammad Abduh Tuasikal —
kira2 laki2 atau perempuan, lihat urf Wa'alaikumussalam wa rahmatullah wa
masyarakat panggilan 'Ridwan' misalnya, … barakatuh Yg penting dipahami sj isi doanya.

✉ Langganan d Pasang Disqus di websitemu. ὑ Privasi

Remaja Islam Mau Mengenal Islam Pesantren Darush Sholihin BukuMuslim.Co


Pertanyaan Hadits bagi Yang Belum Menikah Pembangunan 3 Masjid Binaan Butuh 1 Milyar (Tahap 40 Karakter Mereka Yang Dicintai Allah
1)
Hukum Mempelajari Ilmu Filsafat 6 Pilar Utama Dakwah Salafiyyah
Strategi Dakwah 05: Membangun Pesantren
Dunia Maya dan Dunia Nyata 1 Set Kitab Tauhid
Masyarakat, Tanpa Pondokan (Santri Kalong)
Muda Mandiri Sangat Jarang Ditemui 99 Kisah Orang-orang Shalih
Strategi Dakwah 04: Kalau Ingin Dakwah Maju, Da’i

Jangan Sering Keluar Kota

Copyright 2014 Rumaysho.com / All rights reserved About Me

http://rumaysho.com/1310­hukum­shalat­menghadap­sutroh.html 6/6

Anda mungkin juga menyukai