Anda di halaman 1dari 7

‫‪Ihsan Adalah Derajat Tertinggi‬‬

‫‪khotbahjumat.com/5362-ihsan-adalah-derajat-tertinggi.html‬‬

‫‪April 4, 2019‬‬

‫‪Khutbah Pertama:‬‬

‫ﻻ اﷲُ َو ْﺣ َﺪ ُه‬ ‫ِﺮ َة ﯾَ ْﻮ َم اﻟ ﱢﺪﯾ ِ َ ْ َ ﱠ‬


‫ﻻ إﻟَ َﻪ إ ﱠ‬
‫ْﻦ‪َ .‬وأﺷ َﻬ ُﺪ أ ْن ِ ِ‬ ‫ْﺤﺎﻧَ ُﻪ َوأَ ْﺷ ُﻜ ُﺮهُ‪َ ,‬وأَ ْﺳﺄَﻟُ ُﻪ ْاﻟ َﻤ ْﻐﻔ َ‬
‫ْﻦ‪ ,‬أَ ْﺣ َﻤ ُﺪ ُه ُﺳﺒ َ‬
‫ْاﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ِﷲِ َر ﱢب ْاﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﯿ َ‬

‫‪,‬ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َو َﻋﻠَﻰ‬ ‫ﺎاﻟ ُﻬﺪَى َواﻟﻨﱡ ْﻮ ِر ْاﻟﻤُﺒِﯿ ِ‬


‫ْﻦ َ‬ ‫اﻋ ْﺒ ُﺪ ُه َو َر ُﺳ ْﻮﻟُ ُﻪ ْاﻟ َﻤ ْﺒﻌ ْ‬
‫ُﻮ ُث ﺑِ ْ‬ ‫ْﻚ ﻟَ ُﻪ َو أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن َﺳﯿﱢ َﺪﻧَﺎ َوﻧَﺒِﯿﱠﻨَﺎ َﻣ َﺤ ﱠﻤ ًﺪ َ‬
‫ﻻ َﺷﺮﯾ َ‬
‫َ ِ‬
‫ﺻ ْﺤﺒِ ِﻪ أَ ْﺟ َﻤ ِﻌﯿ َ‬
‫ْﻦ‬ ‫أَﻟِ ِﻪ َو َ‬

‫أَﻣﱠﺎ ﺑَ ْﻌ ُﺪ‬

‫‪َ :‬ﻓﺄُ ْو ِ‬
‫ﺻﯿ ُ‬
‫ْﻜ ْﻢ َوﻧَ ْﻔ ِﺴ ْﻲ ﺑِﺘَ ْﻘ َﻮى اﷲِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬

‫ﻻ َوأَ ْﻧﺘُ ْﻢ ﻣ ْ‬
‫ُﺴﻠِﻤ َ‬
‫ُﻮن‬ ‫ﻻ ﺗَﻤُﻮﺗُ ﱠﻦ إ ﱠ‬
‫ِ‬
‫ِﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا اﺗﱠ ُﻘﻮا ﱠ‬
‫اﷲَ َﺣ ﱠﻖ ﺗُ َﻘﺎﺗِ ِﻪ َو َ‬ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ َ‬

‫ِﺴﺎ ًء‬ ‫اﺣ َﺪ ٍة َو َﺧﻠَ َﻖ ِﻣ ْﻨ َﻬﺎ َز ْو َﺟ َﻬﺎ َوﺑَ ﱠﺚ ِﻣ ْﻨ ُﻬ َﻤﺎ ر َﺟ ً‬


‫ﺎﻻ َﻛﺜ ً‬
‫ِﯿﺮا َوﻧ َ‬ ‫ِ‬ ‫ﺲ َو ِ‬ ‫ﱠﻜ ُﻢ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻘ ُﻜ ْﻢ ﻣ ْ‬
‫ِﻦ ﻧَ ْﻔ ٍ‬ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﻨﱠ ُ‬
‫ﺎس اﺗﱠ ُﻘﻮا َرﺑ ُ‬

‫ﺎن َﻋﻠَﯿ ُ‬ ‫اﻷ ْر َﺣﺎ َم إ ﱠن ﱠ‬


‫ﻮن ﺑ ِﻪ َو َ‬‫ُ‬ ‫ﱠ ﱠ‬
‫ْﻜ ْﻢ َرﻗِﯿﺒًﺎ‬ ‫اﷲَ َﻛ َ‬ ‫ِ‬ ‫َواﺗﱠ ُﻘﻮا اﷲَ اﻟﺬِي ﺗَ َﺴﺎ َءﻟ َ ِ‬

‫‪1/7‬‬
‫ َو ُﻛ ﱠﻞ‬,‫ُﺤﺪَﺛَ ٍﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٌﺔ‬
ْ ‫ َو ُﻛ ﱠﻞ ﻣ‬,‫ُﺤﺪَﺛَﺎﺗُ َﻬﺎ‬ ُ َ ‫ْﺮ ْاﻟ َﻬ ْﺪ ِي َﻫ ْﺪ ُي ﻣ‬ ‫ﺎب ﱠ‬ ِ ‫ْﺮ ْاﻟ َﺤﺪ‬
ِ ‫ َو َﺷ ﱠﺮ اﻷﻣ‬,ٍ‫ُﺤ ﱠﻤﺪ‬
ْ ‫ُﻮر ﻣ‬ َ ‫ َو َﺧﯿ‬,ِ‫اﷲ‬ ُ َ‫ِﯾﺚ ِﻛﺘ‬ َ ‫َﻓﺈِ ﱠن َﺧﯿ‬
‫ﻼﻟَ ٌﺔ‬
َ‫ﺿ‬َ ‫ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ‬

ِ ‫ﻼﻟ ٍﺔ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠ‬


‫ﺎر‬ َ ‫َو ُﻛ ﱡﻞ‬
ََ ‫ﺿ‬

ْ ‫ْﺮ أُﻣ‬
‫ُﻮ ِر ِد ْﯾﻨِ ِﻪ َو ُد ْﻧﯿَﺎ ُه‬ َ َ َ ‫ﱠ‬ ْ ْ ُ ِ ‫ْﻦ أُ ْو‬
ِ ‫ َوأ ْر َﺷ َﺪ ُه إِﻟﻰ َﺧﯿ‬،ُ‫ َﻓﺈِ ﱠن َﻣ ِﻦ اﺗ َﻘﻰ اﷲ َو َﻗﺎه‬،ِ‫ﺻﯿْﻜ ْﻢ َوﻧَﻔ ِﺴﻲ ﺑِﺘَﻘ َﻮى اﷲ‬ َ ‫ُﺆ ِﻣﻨِﯿ‬
ْ ‫ﺎﺷ َﺮ اﻟﻤ‬
ِ ‫ َﻣ َﻌ‬.

Ibadallah,

Di dalam agama kita, seorang muslim itu kebaikan keislamannya memiliki tingkatan-
tingkatan. Tingkat pertama, dia disebut seorang mulis. Kedua, mukmin. Dan tingkat yang
tertinggi adalah muhsin. Tingkatan ini dijelaskan dalam hadits yang terkenal dengan
hadits Jibril. Artinya tidak semua orang muslim itu mencapai derajat mukmin. Dan tidak
semua orang mukmin mencapai deraja muhsin. Muhsin adalah seseorang yang
melakukan ihsan. Apa itu ihsan? Dijelaskan dalam hadits Jibril berikut ini:

َ ‫ أَ ْن ﺗَ ْﻌﺒُ َﺪ اﷲَ َﻛﺄَﻧﱠ َﻚ ﺗَ َﺮا ُه َﻓﺈِ ْن ﻟَ ْﻢ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﺗَ َﺮا ُه َﻓﺈِﻧﱠ ُﻪ ﯾَ َﺮ‬: ‫ﺎل‬


‫اك‬ َ ‫ َﻗ‬,‫ﺎن‬
ِ ‫اﻹ ْﺣ َﺴ‬ ْ ‫ َﻓﺄَ ْﺧﺒِ ْﺮﻧ‬: ‫ﺎل‬
َ ‫ َﻗ‬.
ِ ‫ِﻲ َﻋ ِﻦ‬

Dia bertanya lagi, “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR.
Muslim).

Ini adalah kedududkan teritnggi di dalam Islam. Karena itu, hendaknya seorang muslim
berusaha mengamalkannya. Ihsan sendiri memiliki dua tingkatan. Tingkatan yang
tertinggi adalah seseorang seolah-olah melihat Allah. Seolah-olah Allah hadir di
hadapannya. Sehingga ibadahnya sempurna. Rasa takut dan ketundukannya benar-
benar hadir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ﺎﺟﻲ َرﺑﱠ ُﻪ‬


ِ َ‫ﺻ َﻼﺗِ ِﻪ َﻓﺈِﻧﱠ ُﻪ ﯾُﻨ‬ ُ ‫إ ﱠن أَ َﺣﺪ‬
َ ‫َﻛ ْﻢ إِ َذا َﻗﺎ َم ﻓِﻲ‬ ِ

“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian apabila berdiri dalam shalatnya maka ia
sedang bermunajat kepada Rabbnya -atau Rabbnya berada di antara dia dan kiblat-.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain,

َ َ‫ُﺼﻠﱢﻲ َﻓﺈِ ﱠن اﷲَ ﺗَﺒ‬


‫ﺎر َك َوﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ِﻗﺒَ َﻞ َو ْﺟ ِﻬ ِﻪ‬ َ ‫إِ َذا َﻗﺎ َم ﯾ‬

2/7
“Jika salah seorang dari kalian berdiri untuk shalat, maka sesungguhnya Allah Tabaraka
wa Ta’ala berada di hadapannya.” (HR. Muslim).

Sehingga dia yakin Allah sedang dekat dengannya. Allah sedang melihatnya.
Memperhatikan gerak-geriknya. Muncullah kesempurnaan kekhusyuan di hati saat
beribadah. Dan dalam kehidupan sehari-hari.

Jika seseorang tidak mampu menghadirkan perasaan ini, maka dia masuk ke derajat
yang kedua. Yaitu Allah melihat kita. Senantiasa merasa diawasi Allah. Kita yakin bahwa
pengetahuan Allah itu meliputi segala sesuatu. Pengetahuan Allah itu detil.

ُ ‫أَ َﻻ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣ ْﻦ َﺧﻠَ َﻖ َو ُﻫ َﻮ اﻟﻠﱠ ِﻄ‬


ُ ِ‫ﯿﻒ ْاﻟ َﺨﺒ‬
‫ﯿﺮ‬

“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” [Quran Al-Mulk: 14].

Artinya, Allah tahu segala sesuatu tentang kita secara detil. Karena Dialah yang
menciptakan kita. Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,

‫ْﺐ َﻻ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻤ َﻬﺎ إِﱠﻻ ُﻫ َﻮ ۚ َوﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﻓِﻲ ْاﻟﺒَ ﱢﺮ َو ْاﻟﺒَ ْﺤ ِﺮ ۚ َو َﻣﺎ ﺗَ ْﺴ ُﻘ ُﻂ ﻣِﻦ َو َر َﻗ ٍﺔ إِﱠﻻ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻤ َﻬﺎ َو َﻻ َﺣﺒﱠ ٍﺔ‬
ِ ‫ِﺢ ْاﻟ َﻐﯿ‬
ُ ‫َو ِﻋﻨ َﺪ ُه َﻣ َﻔﺎﺗ‬
‫ﯿﻦ‬ ٍ َ‫ﺲ إِﱠﻻ ﻓِﻲ ِﻛﺘ‬
ٍ ِ‫ﺎب ﻣﱡﺒ‬ ٍ ِ‫ض َو َﻻ َر ْﻃ ٍﺐ َو َﻻ ﯾَﺎﺑ‬ َ ْ ِ ‫ﻓِﻲ ُﻇﻠُ َﻤ‬
ِ ‫ﺎت اﻷ ْر‬

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” [Quran Al-An’am: 59].

Kita bisa bayangkan, betapa banyak daun yang gugur di muka bumi ini. Semuanya Allah
ketahui. Kalau daun yang kecil dan mungkin remeh saja diketahui oleh Allah, apalagi
dengan manusia. Makhluk yang Allah bebani dengan syariat. Allah Ta’ala juga berfirman,

‫ِﯿﻊ ْاﻟ َﻌﻠِﯿ ُﻢ‬ ُ ‫ِﻞ ر ْز َﻗ َﻬﺎ اﷲﱠُ ﯾَ ْﺮ ُز ُﻗ َﻬﺎ َوإﯾ‬


ُ ‫ﱠ‬ َ
‫ﱠﺎﻛ ْﻢ ۚ َو ُﻫ َﻮ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺴﻤ‬ ِ ِ ‫َو َﻛﺄﯾﱢﻦ ﱢﻣﻦ دَاﺑﱠ ٍﺔ ﻻ ﺗَ ْﺤﻤ‬

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya
sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Quran Al-Ankabut: 60].

Perhatikanlah! Hewan yang tidak Allah hisab amal perbuatan mereka, tapi Allah
tanggung rezekinya. Bagaimana lagi dengan manusia?! Allah Ta’ala berfirman,

3/7
ٍ ‫أَ َﻓ َﻤ ْﻦ ُﻫ َﻮ َﻗﺎﺋِ ٌﻢ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ ﻧَ ْﻔ‬
‫ﺲ ﺑِ َﻤﺎ َﻛ َﺴﺒَ ْﺖ‬

“Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya?” [Quran
Ar-Ra’du: 33].

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala mengurusi semua manusia dengan detil.
Berbeda dengan manusia. Misalnya ada seseorang yang memiliki perusahaan dengan
ratusan, ribuan, atau bahkan puluhan ribu karyawan. Ia tidak akan mampu mengurusi
semua karyawannya. Ia tidak mampu memperhatikan mereka semua. Ia butuh bantuan
pimpinan-pimpinan di bawahnya. Para manajernya. Para manajer inilah yang bisa ia
perhatikan. Namun, perhatiannya terhadap para menajernya pun tidak mampu detil.
Adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala mampu mengurusi semua hamba-hamba-Nya yang
jumlahnya tak terhitung, dari masa ke masa, dia ketahui dan urusi secara detil.

Oleh karena itu, kaum muslimin. Janganlah merasa bersedih. Allah lah yang mengurusi
kita semua. Betapa sering kita berdoa, kemudian Allah kabulkan. Betapa banyak hal-hal
yang baru terbesit di hati kita, tahu-tahu menjadi kenyataan. Artinya, Allah tahu dengan
sangat detil gerak-gerik kita. Allah mengurusi kita satu per satu. Bukan secara global.
Allah perhatikan kita semua. Tatkala kita menyadari yang demikian, maka kita yakin
bahwa Allah itu sangat dekat dengan kita. Tatkala itulah muncul sifat al-ihsan. Kita pun
beribadah kepada Allah dengan perasaan dekat dengan Allah. Dan kita yakin bahwa
Allah tahu semua yang kita lakukan.

ْ ‫ أَُﻗ ْﻮ ُل َﻗ ْﻮﻟ‬.‫ُﻮ َن أَ ْﺣ َﺴﻨَ ُﻪ‬


‫ِﻲ‬ ْ ‫ُﻮ َن ْاﻟ َﻘ ْﻮ َل َﻓﯿَﺘﱠﺒِﻌ‬ َ ‫ِﻦ اﻟﱠ ِﺬﯾ‬
ْ ‫ْﻦ ﯾَ ْﺴﺘَ ِﻤﻌ‬ َ ‫آن ْاﻟ َﻜ ِﺮﯾ ِْﻢ َو َﺟ َﻌﻠَﻨَﺎ اﷲ ﻣ‬
ِ ‫ِﻲ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻲ ْاﻟ ُﻘ ْﺮ‬
ْ ‫ﺎر َك اﷲ ﻟ‬
َ َ‫ﺑ‬
ْ ‫ْﻊ ْاﻟﻤ‬
َ ‫ُﺴﻠِ ِﻤﯿ‬
‫ْﻦ‬ َ ‫ِﻲ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ َوﻟ‬
ِ ‫ِﺠ ِﻤﯿ‬ ُ ‫ﻫﺬا َوأَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔ‬
ْ ‫ِﺮ اﷲ ﻟ‬

Khutbah Kedua:

ُ ‫ﻷ ِﺧ َﺮ ِة و ْا‬
َ ‫ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ْن‬, ‫ﻷ ْوﻟَﻰ‬ َ ‫ِﻲ ْا‬
‫ﻻ‬ َ ْ ‫ْﺤﺎﻧَ ُﻪ َوأَ ْﺷ ُﻜ ُﺮ ُه ﻓ‬
َ ‫أَ ْﺣ َﻤ ُﺪ ُه ُﺳﺒ‬,‫اﺻ َﻄ َﻔﻰ‬ ْ ‫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋﻠَﻰ ِﻋﺒَﺎ ِد ِه اﻟﱠﺬ‬,‫ْﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ِﷲِ َو َﻛ َﻔﻰ‬
ْ ‫ِي‬
‫ﺻ ْﺤﺒِ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﻋﻠَﻰ أَﻟِ ِﻪ َو‬,
َ ‫اﻋ ْﺒ ُﺪ ُه َو َر ُﺳ ْﻮﻟُ ُﻪ‬ َ ‫ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ﻣ‬,‫ْﻚ ﻟَ ُﻪ‬
َ ‫ُﺤ ﱠﻤ ًﺪ‬ َ ‫ﻻ َﺷﺮﯾ‬ ُ ‫َ ﱠ‬
ِ َ ‫إِﻟ َﻪ إِﻻ اﷲ َو ْﺣ َﺪ ُه‬
ً ‫ﺗَ ْﺴﻠِ ْﯿ ًﻤﺎ َﻛﺜِﯿ‬
‫ْﺮا‬

Ibadallah,

Jika seseorang telah mencapai derajat ihsan, maka ia akan mudah beribadah dengan
ikhlas kepada Allah. Mengapa? Karena dia tahu bahwa Allah dekat dengannya. Allah
mengawasinya secara detil. Bagaimana tidak? Sementara Allah Ta’ala berfirman,

4/7
‫ُﻦ َو َﻣﺎ ﺗُ ْﺨﻔِﻲ ﱡ‬ َْ
ُ ‫اﻟﺼ ُﺪ‬
‫ور‬ ِ ‫ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﺧﺎﺋِﻨَ َﺔ اﻷ ْﻋﯿ‬

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”
[Quran Ghafir: 19].

Dia akan mudah ikhlas. Karena dia tahu Allah sedang memperhatikannya. Dan dia butuh
terhadap perhatian Allah. Dia tidak butuh perhatian manusia. Pujian manusia. Dan
komentar manusia terhadap urusannya. Karena dia tahu Allah sedang
memperhatikannya dengan detil. Karena itulah, orang yang mencapai derajat ihsan
mudah untuk mengikhlaskan ibadah kepada Allah Ta’ala.

Kemudian orang yang mencapai derajat ihsan, juga tidak akan bermaksiat kepada Allah.
Dia tidak mudah jatuh ke dalam perbuatan dosa. Mengapa? Karena dia tahu Allah
sedang mengawasinya. Allah sedang bersamanya. Dan Allah mengetahui keadaannya
secara detil.

Ketika perasaan seperti ini hilang dari seseorang, maka ia akan terjatuh ke dalam
perbuatan dosa dan maksiat. Allah menceritakan tentang keadaan orang-orang musyrikin
yang mudah jatuh dalam perbuatan dosa. Allah Ta’ala berfirman,

‫ﺎر ُﻛ ْﻢ َو َﻻ ُﺟﻠُﻮ ُد ُﻛ ْﻢ َوﻟَﻜِﻦ َﻇﻨَﻨﺘُ ْﻢ أَ ﱠن ﱠ‬


ً ‫اﷲَ َﻻ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻛﺜ‬
‫ِﯿﺮا‬ َ ‫ُﻜ ْﻢ َو َﻻ أَﺑ‬
ُ ‫ْﺼ‬ ُ ‫ون أَن ﯾَ ْﺸ َﻬ َﺪ َﻋﻠَﯿ‬
ُ ‫ْﻜ ْﻢ َﺳ ْﻤﻌ‬ ُ ‫َو َﻣﺎ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗَ ْﺴﺘَﺘ‬
َ ‫ِﺮ‬
َ ُ‫ﱢﻣﻤﱠﺎ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠ‬
‫ﻮن‬

“Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan


dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan
dari apa yang kamu kerjakan.” [Quran Fussilat: 22]

Dengan demikian, ketika seseorang mencapai derajat ihsan, dia akan berhati-hati.

Yang berikutnya, apabila seseorang telah mencapai derajat ihsan, ia akan mendapatkan
nikmat yang luar biasa yaitu memandang wajah Allah pada hari kiamat kelak. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ‫ﺎب ْاﻟ َﺠﻨﱠ ِﺔ ۖ ُﻫ ْﻢ ﻓِﯿ َﻬﺎ َﺧﺎﻟِ ُﺪ‬


‫ون‬ ُ ‫ﺻ َﺤ‬ َ ‫ﻮﻫ ُﻬ ْﻢ َﻗﺘَ ٌﺮ َو َﻻ ذِﻟﱠ ٌﺔ ۚ أُوﻟَﺌ‬
ْ َ‫ِﻚ أ‬ َ ‫ِﯾﻦ أَ ْﺣ َﺴﻨُﻮا ْاﻟ ُﺤ ْﺴﻨَﻰ َو ِزﯾَﺎ َدٌة ۖ َو َﻻ ﯾَ ْﺮ َﻫ ُﻖ ُو ُﺟ‬
َ ‫ﻟﱢﻠﱠﺬ‬

“Bagi orang-orang yang berbuat ihsan, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan.
Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” [Quran Yunus: 26]

5/7
ْ ‫ أَﻟَ ْﻢ ﺗُﺒَﯿ‬:‫ﻮن‬
‫ﱢﺾ‬ َ ُ‫ون َﺷ ْﯿﺌًﺎ أَ ِزﯾ ُﺪ ُﻛ ْﻢ؟ َﻓﯿَ ُﻘﻮﻟ‬ َ َ‫ﻮل اﷲُ ﺗَﺒ‬
َ ‫ ﺗُ ِﺮﯾ ُﺪ‬:‫ﺎر َك َوﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬ ُ ‫ ﯾَ ُﻘ‬:‫ﺎل‬
َ ‫ َﻗ‬،‫َﺧ َﻞ أَ ْﻫ ُﻞ ْاﻟ َﺠﻨﱠ ِﺔ ْاﻟ َﺠﻨﱠ َﺔ‬
َ ‫إِ َذا د‬

‫ﺎر؟‬ َ ‫ َوﺗُﻨَ ﱢﺠﻨَﺎ ﻣ‬،‫ﻮﻫﻨَﺎ؟ أَﻟَ ْﻢ ﺗُ ْﺪ ِﺧ ْﻠﻨَﺎ ْاﻟ َﺠﻨﱠ َﺔ‬


ِ ‫ِﻦ اﻟﻨﱠ‬ َ ‫ُو ُﺟ‬

“Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah Ta’ala berfirman, ‘Apakah
kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian?’ Penduduk surga
menjawab, ‘Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah kami menjadi putih?
Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menjauhkan kami dari
neraka?’”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ﱢﻬ ْﻢ َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ‬ َ ُ ُ َ ‫ﻒ ْاﻟ ِﺤ َﺠ‬


ِ ‫ِﻦ اﻟﻨﱠ َﻈ ِﺮ إِﻟَﻰ َرﺑ‬ ِ ‫ َﻓ َﻤﺎ أ ْﻋﻄﻮا َﺷ ْﯿﺌًﺎ أ َﺣ ﱠﺐ إِﻟَﯿ‬،‫ﺎب‬
َ ‫ْﻬ ْﻢ ﻣ‬ ُ ‫َﻓﯿَ ْﻜ ِﺸ‬

“Lalu Allah membukakan pembatas (hijab). Tidak ada satu pun anugerah yang telah
diberikan kepada mereka yang lebih mereka cintai daripada anugerah dapat memandang
Rabb mereka” (HR. Muslim no. 181).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

‫ُﻀﻠﱠﺔ‬
ِ ‫ُﻀ ﱠﺮ ٍة َو َﻻ ِﻓ ْﺘﻨَ ٍﺔ ﻣ‬ َ َ ‫َ ﱠ‬ َ َ ‫َ َُ َ َ ﱠ‬
ِ ‫َوأ ْﺳﺄﻟﻚ ﻟﺬ َة اﻟﻨﱠﻈ ِﺮ إِﻟﻰ َو ْﺟ ِﻬﻚ َواﻟﺸ ْﻮ َق إِﻟﻰ ﻟِ َﻘﺎﺋِﻚ ﻓِﻲ َﻏﯿ‬
َ ‫ْﺮ‬
ِ ‫ﺿ ﱠﺮا َء ﻣ‬

“Aku meminta kepada-Mu (ya Allah) kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti)
dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia)
tanpa ada mara bahaya dan fitnah yang menyesatkan.” (HR. An-Nasai).

َ ‫ﺻﻠﱡ ْﻮ‬
ْ ‫اﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱢﻤ‬
‫ُﻮا ﺗَ ْﺴﻠِ ْﯿ ًﻤﺎ‬ َ ‫ْﻦ أَ َﻣﻨُ ْﻮا‬
َ ‫ ﯾَﺎأَﯾﱡ َﻬﺎاﻟﱠ ِﺬﯾ‬,‫ﻠﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ْﻲ‬
َ ‫ُﺼﻠﱡ ْﻮ َن َﻋ‬ َ ‫إِ ﱠن اﷲَ َو َﻣ‬
َ ‫ﻼﺋِ َﻜﺘَ ُﻪ ﯾ‬

َ ‫ﺻ َﺤﺎﺑِ ِﻪ أَ ْﺟ َﻤ ِﻌﯿ‬
‫ْﻦ‬ ْ َ‫ُﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋﻠَﻰ أَﻟِ ِﻪ َوأ‬ َ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ‬
َ ‫ﺻ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ ﻣ‬

ُ ‫ُﺠﯿ‬
‫ْﺐ‬ ٌ ‫ات إِﻧﱠ َﻚ َﺳ ِﻤﯿ‬
ٌ ‫ْﻊ َﻗ ِﺮﯾ‬ َ ‫ﻷ ْﺣﯿَﺎ ِء ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َو ْا‬
َ ‫ﺎت ْا‬ ْ ‫ْﻦ َو ْاﻟﻤ‬ ْ ‫ﺎت َو ْاﻟﻤ‬
َ ‫ُﺴﻠِ ِﻤﯿ‬ ْ ‫ْﻦ َو ْاﻟﻤ‬
ِ َ‫ُﺆ ِﻣﻨ‬ ْ ‫ِﺮ ﻟ ِْﻠﻤ‬
َ ‫ُﺆ ِﻣﻨِﯿ‬ ْ ‫اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ‬
ِ ‫ْﺐ ﻣ‬ ِ ‫ﻷ ْﻣ َﻮ‬ ِ ‫ُﺴﻠِ َﻤ‬ ْ ‫اﻏﻔ‬
ِ ‫اﻟ ﱠﺪ َﻋ َﻮ‬
‫ات‬

ِ ‫ِﻦ ْاﻟ َﺨ‬


َ ‫ﺎﺳ ِﺮ‬
‫ﯾﻦ‬ ْ ‫ﻧﻔ َﺴﻨَﺎ َوإِن ﻟﱠ ْﻢ ﺗَ ْﻐﻔ‬
َ ‫ِﺮ ﻟَﻨَﺎ َوﺗَ ْﺮ َﺣ ْﻤﻨَﺎ ﻟَﻨَ ُﻜﻮﻧَ ﱠﻦ ﻣ‬ ُ َ‫َرﺑﱠﻨَﺎ َﻇﻠَ ْﻤﻨَﺎ أ‬

6/7
‫َرﺑﱠﻨَﺂ َءاﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َوﻓِﻲ ْا َ‬
‫ﻷ ِﺧ َﺮ ِة َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َو ِﻗﻨَﺎ َﻋ َﺬ َ‬
‫اب اﻟﻨﱠ ِ‬
‫ﺎر‬

‫َﻋ َﻮاﻧَﺎ ْاﻟ َﺤ ْﻤ ُِﺪ ﷲِ َر ﱢب ْاﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﯿ َ‬


‫ْﻦ‬ ‫آﺧ ُﺮ د ْ‬
‫ْﺮا َو ِ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋﻠَىﻤ َ‬
‫ُﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﺗَ ْﺴﻠِ ْﯿ ًﻤﺎ َﻛﺜِﯿ ً‬ ‫َو َ‬

‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬


‫‪Artikel www.KhotbahJumat.com‬‬

‫‪7/7‬‬

Anda mungkin juga menyukai