khotbahjumat.com/1303-dunia-ladang-beramal.html
Jika kita keluar rumah, kita akan menyaksikan bahwa kebanyakan manusia –mungkin
juga diri kita– memandang dunia sebagai tujuan hidupnya. Belum yang kita saksikan di
kota-kota baik di pinggiran jalan, di kendaraan; di bus-bus, kereta maupun lainnya. Kita
akan menyaksikan bahwa yang terlintas di benaknya hanyalah “Bagaimana caranya
agar bisa hidup enak di dunia ini”, tidak lebih dari itu. Seakan-akan tidak pernah
terlintas di hati ini bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan bahwa Allah
menjadikan dunia ini sebagai ladang untuk beramal. Kita akan melihat manusia
bermegah-megahan dalam segala hal sampai tidak sempat lagi beramal. (Redaksi,
www.khotbahjumat.com)
***
KHUTBAH PERTAMA
1/8
َ ﺎت أَ ْﻋ َﻤﺎﻟِﻨَﺎ َﻣ ْﻦ ﯾَ ْﻬ ِﺪ ِه اﷲُ َﻓ
ﻼ ِ َِﻦ ُﺷ ُﺮ ْو ِر أَ ْﻧ ُﻔ ِﺴﻨَﺎ َو َﺳﯿﱢﺌ
ْ ُﻮ ُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ ُ إِ ﱠن ْاﻟ َﺤ ْﻤ َﺪ ﷲِ ﻧَ ْﺤ َﻤ ُﺪ ُه َوﻧَ ْﺴﺘَ ِﻌ ْﯿﻨُ ُﻪ َوﻧَ ْﺴﺘَ ْﻐﻔ
ْ ِﺮ ُه َوﻧَﻌ
َ ْﻚ ﻟَ ُﻪ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ﻣ
ُﺤﻤﱠﺪاً َﻋ ْﺒ ُﺪ ُه َ ﻻ َﺷﺮﯾ ُ ِي ﻟَ ُﻪ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ْن َ َ ﱠ
ِ َ ﻻ إِﻟ َﻪ إِﻻ اﷲ َو ْﺣ َﺪ ُه َ ِﻞ َﻓ
َ ﻼ َﻫﺎد ْ ُﻀ ﱠﻞ ﻟَ ُﻪ َو َﻣ ْﻦ ﯾ
ْ ُﻀﻠ ِﻣ
َو َر ُﺳ ْﻮﻟُ ُﻪ.
“ُﻮن ْ ﻻ َوأَﻧﺘُﻢ ﻣ
َ ﱡﺴﻠِﻤ ﻻ ﺗَﻤُﻮﺗُ ﱠﻦ إ ﱠ
ِ
ﻮا ﱠ
َ اﷲ َﺣ ﱠﻖ ﺗُ َﻘﺎﺗِ ِﻪ َو ْ ﻮا اﺗﱠ ُﻘ َ ”ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ.
ْ ُِﯾﻦ آ َﻣﻨ
ُﻄ ْﻊ ﱠ
“َاﷲ ِ ِﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ُذﻧُﻮﺑَ ُﻜ ْﻢ َو َﻣﻦ ﯾ
ْ ِﺢ ﻟَ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻋ َﻤﺎﻟَ ُﻜ ْﻢ َوﯾَ ْﻐﻔ ً اﷲَ َو ُﻗﻮﻟُﻮا َﻗ ْﻮ
ْ ﯾ. ًﻻ َﺳﺪِﯾﺪا
ْ ُﺼﻠ ِﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا اﺗﱠ ُﻘﻮا ﱠ
َ ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ
ًﺎز َﻓ ْﻮزاً َﻋ ِﻈﯿﻤﺎ
َ ” َو َر ُﺳﻮﻟَ ُﻪ َﻓ َﻘ ْﺪ َﻓ
أﻣﺎ ﺑﻌﺪ
2/8
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu-sampai kamu masuk ke dalam kubur.”
(QS. At Takaatsur: 1-2)
Ketika azan dikumandangkan mereka masih saja sibuk dengan pekerjaannya, tanpa
mempedulikan seruan adzan. Padahal tentang dunia ini, Allah Ta’ala berfirman,
ْﺚ أَ ْﻋ َﺠ َﺐ
ٍ ﻻ ِد َﻛ َﻤﺜَ ِﻞ َﻏﯿ َ ال َو ْا
َ ﻷ ْو َ ﺎﺧ ٌﺮ ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ْﻢ َوﺗَ َﻜﺎﺛُ ٌﺮ ﻓِﻲ ْا
ِ ﻷ ْﻣ َﻮ ٌ اﻋﻠَﻤُﻮا أَﻧﱠ َﻤﺎ ْاﻟ َﺤﯿَ ُﺎة اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ ﻟَﻌ
ُ ِﺐ َوﻟَ ْﻬ ٌﻮ َو ِزﯾﻨَ ٌﺔ َوﺗَ َﻔ ْ
ْ ِﺮٌة ﱢﻣ َﻦ اﷲِ َو ِر
ٌ ﺿ َﻮ
ان َ اب َﺷﺪِﯾ ٌﺪ َو َﻣ ْﻐﻔ َ ﻮن ُﺣ َﻄﺎ ًﻣﺎ َوﻓِﻲ ْا
ٌ ﻷ ِﺧ َﺮ ِة َﻋ َﺬ ُ ﺮا ﺛُ ﱠﻢ ﯾَ ُﻜ ُﺼ َﻔ ُ ﺎر ﻧَﺒَﺎﺗُ ُﻪ ﺛُ ﱠﻢ ﯾَ ِﻬ
ْ ﯿﺞ َﻓﺘَ َﺮا ُه ﻣ َ ْاﻟ ُﻜ ﱠﻔ
ْ ُ َﻻ َﻣﺘ
ﺎاﻟ َﺤﯿَ ُﺎة اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺂ إ ﱠ
ْ َو َﻣ
ِ ﺎع اﻟ ُﻐ ُﺮ
ور ِ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan saling berbangga dalam kekayaan dan anak keturunan,
seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al Hadiid
: 20)
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu, adalah seperti air yang Kami
turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanaman-
tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga
apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan berhias, dan permliknya mengira
bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah
kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana
tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang
berfikir.” (QS. Yunus : 24)
3/8
“Dunia dibanding akhirat, tidak lain seperti salah seorang di antara kamu
menyelupkan jarinya ke dalam lautan (kemudian diangkat), lalu lihatlah yang
menempel darinya?” (HR. Muslim)
ﯾﺐ َﻓﺄَ ﱠ ْ
ﺻ ﱠﺪ َق ٍ ﻮل َر ﱢب ﻟَ ْﻮﻵ أَ ﱠﺧ ْﺮﺗَﻨِﻲ إِﻟَﻰ أَ َﺟ ٍﻞ َﻗ ِﺮ ُ ِﻲ أَ َﺣﺪ
َ َﻛ ُﻢ ْاﻟ َﻤ ْﻮ ُت َﻓﯿَ ُﻘ َ ْﻞ أَن ﯾَﺄﺗ َ َوأَﻧﻔ ُِﻘﻮا ﻣِﻦ ﻣ
ُ َﱠﺎر َز ْﻗﻨ
ِ ﺎﻛﻢ ﱢﻣﻦ َﻗﺒ
َ ُﯿﺮ ﺑِ َﻤﺎ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠ
ﻮن ٌ َِﺧ َﺮ اﷲُ ﻧَ ْﻔ ًﺴﺎ إِ َذا َﺟﺂ َء أَ َﺟﻠُ َﻬﺎ َواﷲُ َﺧﺒ
{ َوﻟَﻦ ﯾُﺆ ﱢ10} ﯿﻦ
َ ِﺤ َوأَ ُﻛﻦ ﱢﻣ َﻦ ﱠ
ِ اﻟﺼﺎﻟ
{11}
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata (menyesali):
“Wahai Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan aku sedikit waktu lagi, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”–
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan seseorang apabila telah datang
waktunya. Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munaafiquun : 10-
11)
Akibatnya ia pun menyesal, karena terlena oleh dunia dan tidak sempat beramal.
Sungguh sangat sedikit sekali orang yang memiliki pandangan “Dunia adalah ladang
tempat beramal” sebagai persiapan menuju negeri yang kekal, yaitu akhirat. Padahal
inilah pandangan yang benar terhadap dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap insan.
4/8
Oleh karena itu, ia pun menjadikan berbagai fasilitas yang ada sebagai sarana untuk
memperbanyak amal shalih.
Dunia adalah jembatan menuju akhirat, di dunia ia bisa memperbanyak bekal, yaitu
takwa. Dunia adalah tempat ibadah, tempat shalat, tempat puasa, tempat bersedekah,
tempat berjihad, dan tempat ia berlomba-lomba dengan saudaranya untuk menggapai
kebaikan (surga).
َ …اﻟ َﻐ ُﻔ ْﻮ ُر
اﻟﺮ ِﺣ ْﯿ ُﻢ
KHUTBAH KEDUA
“Jadilah kamu di dunia seakan-akan sebagai orang asing atau orang yang sedang
melakukan perjalanan.” (HR. Bukhari)
5/8
Cukuplah kiranya teladan kita Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai contoh terdepan dalam
berpandangan seperti ini, Ibnu Mas’ud radhiallahu
‘anhu berkata:
َ اﺳﺘَ َﻈ ﱠﻞ ﺗَ ْﺤ َﺖ َﺷ َﺠ َﺮ ٍة ﺛُ ﱠﻢ َر
اح َوﺗَ َﺮ َﻛ َﻬﺎ ٍ َﻣﺎ أَﻧَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ إِﱠﻻ َﻛ َﺮاﻛ
ْ ِﺐ
Amr bin Harits radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika wafatnya tidak meninggalkan satu dinar, satu dirham, budak laki-laki maupun
budak perempuan, dan tidak meninggalkan apa-apa selain seekor bighal putih (kuda yang
lahir dari perkawinan kuda dan keledai) yang biasa ditungganginya, senjatanya, dan
tanahnya yang disedekahkan untuk ibnus sabil.” (HR. Bukhari)
َﻃﻠﱠُﻘﻮا اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َو َﺧ ُﺎﻓﻮ ْاﻟ ِﻔﺘَﻨَﺎ اِ ﱠن ِﷲِ ِﻋﺒَﺎ ًدا ُﻓ َﻄﻨَﺎ
6/8
Mereka pun menjadikan dunia sebagai samudera,
Oleh karena itu sudah sepantasnya kita memiliki sikap Zuhud terhadap dunia.
Abdullah bin ‘Aun berkata, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu menjadikan untuk
dunia ini sisanya (dari bekerja) untuk akhirat, namun kamu menjadikan untuk akhirat
kamu sisanya (dari bekerja) untuk duniamu.”
ﺻﻠﱡﻮا َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱢﻤُﻮا ﺗَ ْﺴﻠِﯿ ًﻤﺎ َ ﻮن َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ﯾَﺂأَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ
َ ِﯾﻦ َءا َﻣﻨُﻮا َ ُﺼﻠﱡ َ إِ ﱠن اﷲَ َو َﻣ
َ ﻼﺋِ َﻜﺘَ ُﻪ ﯾ
7/8
Marwan bin Musa
8/8