khotbahjumat.com/5580-mengendalikan-amarah.html
Khutbah Pertama:
أَﻣﱠﺎ ﺑَ ْﻌ ُﺪ:
Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar bertakwa
kepada Allah Ta’ala. Karena dengan ketakwaanlah seseorang berhasil dalam kehidupan
dunia dan akhiratnya.
Ibadallah,
1/7
ﻀ ْﺐ َﻓ َﺮ ﱠد َد
َ ﺎل َﻻ ﺗَ ْﻐ ِ ﺻﻠﱠﻰ اﷲﱠُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَ ْو
َ ﺻﻨِﻲ َﻗ َ ﺿ َﻲ اﷲﱠُ َﻋ ْﻨ ُﻪ أَ ﱠن َر ُﺟ ًﻼ َﻗ
َ ﺎل ﻟِﻠﻨﱠﺒِ ﱢﻲ َ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ ُﻫ َﺮﯾ
ِ ْﺮ َة َر
ﻀ ْﺐ َ ارا َﻗ
َ ﺎل َﻻ ﺗَ ْﻐ ً ِﺮ
َﻣ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau
marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no.
6116].
Hadits ini menjelaskan kepada kita bagaimana mengatur kemarahan. Karena tidak
semua marah itu tercela. Ada marah yang baik dan ada marah yang buruk. Sehingga
kemarahan itu perlu diatur. Terutama kemarahan yang sifatnya buruk. Sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َ َﻻ ﺗَ ْﻐ
ﻀ ْﺐ
“Jangan marah.”
Mengandung dua keadaan. Pertama: ketika kemarahan itu datang, maka tahan dirimu.
Kendalikan ia agar tidak marah. Kedua: jangan menuju tempat atau sesuatu yang dapat
menyebabkanmu menjadi marah. Karena ada tempat atau siatuasi atau kondisi yang
dapat menyebabkan kita marah.
ِ أَ ْو
ﺻﻨِﻲ
Ucapan semisal ini banyak dilakukan para sahabat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. mereka meminta wasiat dan nasihat kepada mereka. Namun Nabi merespon
permintaan mereka itu dengan wasiat yang berbeda-beda. Tergantung orang yang
datang. Beliau beri wasiat yang cocok dengan keadaan mereka. Orang ini cocok diberi
nasihat ini. Orang ini cocok diberi nasihat ini. Orang ini nasihatnya ini. Beliau beri nasihat
masing-masing mereka dengan sesuatu yang paling bermanfaat untuk mereka.
2/7
Ibadallah,
“Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam sedang dua
orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang
daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya
dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi minas-
syaitani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan
yang dialaminya.” [HR. Bukhari].
Mengapa Nabi ajarkan demikian? Karena kemarahan itu dari setan. Bukan seperti yang
sering kita lihat di masyarakat. Kalau ada seseorang yang sedang marah. Kemudian
orang di sekitarnya mengajaknya untuk mengucapkan istighfar. Istighfar baik. Namun
saat itu bukan solusi untuknya.
ْ َﻻ َﻓ ْﻠﯿ
ﻀ َﻄ ِﺠ ْﻊ َوإ ﱠ،ﻀ ُﺐ
ِ ْ ﻀ َﺐ أَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َو ُﻫ َﻮ َﻗﺎﺋِ ٌﻢ َﻓ ْﻠﯿَ ْﺠﻠ
َ َﻓﺈِ ْن َذ َﻫ َﺐ َﻋ ْﻨ ُﻪ ْاﻟ َﻐ،ِﺲ ِ إِ َذا َﻏ
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah
hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” [HR. Abu
Daud].
Karena saat seorang berdiri, dia akan dengan mudah melampiaskan kemarahannya.
Mengambil sesuatu. Melakukan sesuatu. Dll. sehingga dianjurkan bagi dia untuk duduk.
Dan ini lebih menenangkan juga memperlambat proses dia untuk melakukan sesuatu.
Kalau duduk belum cukup, maka berbaring. Ini jauh lebih menenangkan dan
memperlambat gerakan dia menuju berdiri.
Ketiga: Diam.
3/7
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻀ َﺐ أَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﻓ ْﻠﯿَ ْﺴ ُﻜ ْﺖ
ِ َوإِ َذا َﻏ
Karena saat seseorang marah. Kemudian ia tidak diam. Ia bisa mengucapkan sesuatu
yang membuatnya menyesal setelah itu. Bisa menceraikan istri. Memutuskan hubungan
kekeluargaan. Dll.
ِ ﺎس َوٱﷲﱠُ ﯾ
ُﺤ ﱡﺐ ِ ِﯿﻦ َﻋ ِﻦ ٱﻟﻨﱠ ْ ْﻆ َو
َ ٱﻟ َﻌﺎﻓ ْ ِﯿﻦ
َ ٱﻟ َﻐﯿ ْ ٱﻟﻀ ﱠﺮآ ِء َو
َ ٱﻟ َﻜ ِﻈﻤ ٱﻟﺴ ﱠﺮآ ِء َو ﱠ
ﻮن ﻓِﻰ ﱠ َ ٱﻟﱠﺬ
َ ِﯾﻦ ﯾُﻨﻔ ُِﻘ
َ ُﺤ ِﺴﻨ
ِﯿﻦ ْ
ْ ٱﻟﻤ
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” [Quran Ali Imran: 134]
َ ِﻖ ﯾَ ْﻮ َم ْاﻟ ِﻘﯿَﺎ َﻣ ِﺔ َﺣﺘﱠﻰ ﯾ َ س ْاﻟ َﺨ ﱠ ُ َ ِر َﻋﻠَﻰ أَ ْن ﯾُﻨَ ﱢﻔﺬ ُه د
ﱢﺮ ُه
َ ُﺨﯿ ِ ﻼﺋ ِ َﻋﺄ ُه اﷲ َﻋ ﱠﺰ َو َﺟﻞ َﻋﻠَﻰ ُر ُؤ ْو ٌ َﻣ ْﻦ َﻛ َﻈ َﻢ َﻏﯿْﻈﺎً َو ُﻫ َﻮ َﻗﺎد
ِﻦ ْاﻟ ُﺤ ْﻮ ِر َﻣﺎ َﺷﺎ َء
َﻣ
Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam)
pergulatan (perkelahian), akan tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu
mengendalikan dirinya ketika marah.[HR. al-Bukhari dan Muslim].
Ibadallah,
4/7
Marah itu terbagi dua. Ada marah yang terpuji dan ada marah yang tercela. Marah yang
tercela adalah marah karena dunia. Inilah yang dicela oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Sedangkan marah yang terpuji adalah marah karena Allah. Marah dalam rangka
membela kebenaran. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam balas dendam untuk pribadi beliau,
kecuali jika larangan Allah dinodai maka beliau membalas karena Allah”. [HR. Bukhori
dan Muslim].
Khutbah Kedua:
أَﻣﱠﺎ ﺑَ ْﻌ ُﺪ:
Ibadallah,
Terkadang seseorang yang marah itu tidak dianggap bernilai ucapannya. Seperti
seseorang yang sangat marah, yang tidak mampu menguasai dirinya, kemudian dia
menceraikan istrinya. Ucapannya ini bisa tidak dianggap cerai. Karena akalnya hilang
saat emosinya memuncak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada Talak dan membebaskan budak dalam keadaan (hati/akal) tertutup.” [HR. Abu
Dawud].
Nabi juga melarang seorang hakim menyidang seseorang dalam keadaan marah. Ini
menunjukkan bahwa seseorang yang sedang marah itu terkadang mengucapkan sesuatu
yang tidak mereka inginkan.
5/7
Demikianlah kaum muslimin yang dirahmati Allah. Inilah tuntunan dan ajaran agama kita
terkait dengan kemarahan. Hendaknya seseorang pandai dalam menjaga emosinya.
Mengikuti tuntunan agamanya dalam menghadapinya. Sehingga ia mendapatkan
kebaikan di dunia dan akhirat.
ُﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ و َﺳﻠﱠﻢ ،و َﺷ ﱠﺮ ُ ْﺚ َﻛ َﻼ ُم اﷲَِ ،و َﺧﯿ َ ﺻﺪ َ ُﻮا أَ ﱠن أَ ْ
اﻋﻠَﻤ ْ
ُﻮ ِر
اﻷﻣ ْ َ َ َ ْﺮ اﻟ ُﻬﺪَى ُﻫﺪَى ﻣ َ َ اﻟﺤ ِﺪﯾ ِ
َق َ َو ْ
ﺎﻋ ِﺔ ْﻜ ْﻢ ﺑِ ْﺎﻟ َﺠ َﻤ َ
ﺎﻋ ِﺔ َﻓﺈِ ﱠن ﯾَ َﺪ اﷲِ َﻋﻠَﻰ َ
اﻟﺠ َﻤ َ ُﺤﺪَﺛَ ٍﺔ ﺑِ ْﺪ ُﻋ ٌﺔَ ،و ُﻛ ﱠﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ َ
ﺿ َﻼﻟَ ٌﺔَ ،و َﻋﻠَﯿ ُ ُﺤﺪَﺛَﺎﺗُ َﻬﺎَ ،و ُﻛ ﱠﻞ ﻣ ْ
.ﻣْ
ﺎل ﴿ :إ ﱠن ﱠ
اﷲَ َو َﻣ َﻼﺋِ َﻜﺘَ ُﻪ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﷲِ َﻛ َﻤﺎ أَ َﻣ َﺮ ُﻛ ُﻢ اﷲُ ﺑِ َﺬﻟ َ
ِﻚ ﻓِﻲ ِﻛﺘَﺎﺑِ ِﻪ َﻓ َﻘ َ ﺎﻛ ُﻢ اﷲُ َﻋﻠَﻰ ﻣ َ ﺻﻠﱡ ْﻮا َو َﺳﻠﱢﻤ ْ
ُﻮا َر َﻋ ُ
ِ ُﺤ ﱠﻤ ِﺪ ﺑ ِ َو َ
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ ﺻﻠﱡﻮا َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱢﻤُﻮا ﺗَ ْﺴﻠِﯿﻤﺎً ﴾ ]اﻷﺣﺰابَ ، [٥٦:و َﻗ َ
ﺎل َ ﻮن َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ َ
ِﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا َ ُﺼﻠﱡ َ
ﯾَ
ﺻﻠﱠﻰ اﷲﱠُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ ﺑِ َﻬﺎ َﻋ ْﺸ ًﺮا ﺻﻠﱠﻰ َﻋﻠَ ﱠﻲ َ
ﺻﻼ ًة َ ))ﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢَ )) :ﻣ ْﻦ َ
َ .
ْﻦ ،اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻧ ُ
ﺼ ْﺮ اﻹ ْﺳ َﻼ َم َواﻟﻤ ْ
ُﺴﻠِ ِﻤﯿ َ ُﺴﻠِ ِﻤﯿ َ ﱠ َ
ْﻦ ،اَﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ أ ِﻋ ﱠﺰ ِ اﻹ ْﺳ َﻼ َم َواﻟﻤ ْ ُﺴﻠِ ِﻤﯿ َ ﱠ َ
ْﻦ ،اَﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ أ ِﻋ ﱠﺰ ِ اﻹ ْﺳ َﻼ َم َواﻟﻤ ْ ﱠ َ
اَﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ أ ِﻋ ﱠﺰ ِ
ُﺴﻠِ ِﻤﯿ َ
ْﻦ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ،اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻧ ُ
ﺼ ْﺮ إِ ْﺧ َﻮاﻧَﻨَﺎ اﻟﻤ ْ ُﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َ ﺼ َﺮ ِد ْﯾﻨَ َﻚ َو ِﻛﺘَﺎﺑَ َﻚ َو ُﺳﻨﱠ َﺔ ﻧَﺒِﯿ َ
ﱢﻚ ﻣ َ َﻣ ْﻦ ﻧَ َ
ﺎن ،اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ُﻛ ْﻦ ﻟَﻨَﺎ َوﻟَ ُﻬ ْﻢ َﺣﺎﻓِﻈﺎً
ﺎم َوﻓِﻲ ُﻛ ﱢﻞ َﻣ َﻜ ٍ ﺼ ْﺮ ُﻫ ْﻢ ﻓِﻲ أَ ْر ِ َ
ﺎن ،اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻧ ُ
ْﻦ ﻓِﻲ ُﻛ ﱢﻞ َﻣ َﻜ ٍ ُﺴﺘَ ْ
ﻀ َﻌ ِﻔﯿ َ
ض اﻟﺸ ِ اﻟﻤ ْ
ُﺴ ﱢﺪداً َو ُﻣ َﺆﯾﱢ ًﺪا
َ ،و ُﻣ ِﻌ ْﯿﻨًﺎ َوﻣ َ
اب اﻟﻨﱠ ِ
ﺎر ﺎﻫﺎ ،أَ ْﻧ َﺖ َوﻟِﯿﱡ َﻬﺎ َو َﻣ ْﻮ َﻻ َﻫﺎَ .رﺑﱠﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َوﻓِﻲ ِ
اﻵﺧ َﺮ ِة َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َو ِﻗﻨَﺎ َﻋ َﺬ َ ْﺮ َﻣ ْﻦ َز ﱠﻛ َ َ
.ﺧﯿ َ
6/7
ُﺮ ﺑ ْﺎﻟ َﻌ ْﺪ ِل َواﻹ ْﺣ َﺴﺎن َوإﯾﺘَﺎ ِء ذِي ْاﻟ ُﻘ ْﺮﺑَﻰ َوﯾَ ْﻨ َﻬﻰ َﻋ ْﻦ ْاﻟ َﻔ ْﺤ َﺸﺎ ِء َو ْاﻟﻤُﻨ َﻜﺮ َو ْاﻟﺒَ ْﻐﻲ ﯾَﻌ ُ
ِﻈ ُﻜ ْﻢ ﱠ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ ﻋﺒﺎد اﷲ) ،إِ ﱠن اﷲَ ﯾَﺄﻣ ُ ِ
ْﻜ ْﻢ َﻛﻔ ً
ِﯿﻼ ِﻫﺎ َو َﻗ ْﺪ َﺟ َﻌ ْﻠﺘُ ْﻢ ﱠ
اﷲَ َﻋﻠَﯿ ُ ﺎن ﺑَ ْﻌ َﺪ ﺗَ ْﻮﻛِﯿﺪ َ ﻀﻮا َ
اﻷ ْﯾ َﻤ َ ﺎﻫ ْﺪﺗُ ْﻢ َوﻻ ﺗَ ُ
ﻨﻘ ُ ون* َوأَ ْو ُﻓﻮا ﺑ َﻌ ْﻬ ِﺪ ﱠ
اﷲِ إِ َذا َﻋ َ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ َ
ِ
ِﻛ ُﺮ اﷲِ ِ
ُ
واﺷﻜﺮوه ﻋﻠﻰ ﻧﻌﻤِﻪ ﯾﺰ ْدﻛﻢ ،وﻟﺬ ْ اﷲَ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗَ ْﻔ َﻌﻠُ َ
ﻮن( ]اﻟﻨﺤﻞ ،[91-90:ﻓﺎذﻛﺮوا اﷲَ ْ
ﯾﺬﻛﺮﻛﻢ، إ ﱠن ﱠ
ِ
.أﻛﺒﺮ ،واﷲُ ﯾﻌﻠ ُﻢ ﻣﺎ ﺗﺼﻨﻌﻮن
ُ
7/7