Anda di halaman 1dari 13

Bismillaah

Assalamu'alaikum wr wb

* TAHLILAN HUKUMNYA SUNNAH BUKAN BIDAH DLOLALAH *

____________________________________________

Sebelumnya kita menjawabnya,lebih dahulu akan kita jelaskan dulu tentang pembagian SUNNAH
agar sama sama mengerti sunnah itu bagaimana.

Sunnah dasarnya terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:

1. SUNNAH FI'LIYYAH

2. SUNNAH QOULIYYAH

3. SUNNAH TAQRIRIYYAH

👉 Penjelasan:

1. SUNNAH FI'LIYYAH :

Adalah seluruh perkara yg pernah dikerjakan atau dilakukan oleh Rasulullah

2. SUNNAH QOULIYYAH :

Adalah sesuatu yg disabdakan oleh Kanjeng Nabi SAW walaupun blm ditemukan satu riwayat bahwa
Rasulullah pernah melakukannya.

3. SUNNAH TAQRIRIYYAH :

Adalah segala sesuatu yg dilakukan oleh para Sahabat. Dan Rasulullah mendiamkannya sebagai
tanda setuju.

👉PERTANYAAN :

Apakah Tahlilan termasuk dlm kategori SUNNAH QOULIYYAH ?

JAWABANNYA : IYA

Hal ini berdasarkan pada Sabda Kanjeng Nabi SAW yg diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA.

: ‫ﺏ‬ِ ‫ َﺗﺼَﺪَّﻗُﻮْﺍ َﻋﻠَﻰ ﺍَ ْﻧﻔُﺴِﻜُﻢْ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺍَﻣْ ﻮَﺍ ِﺗﻜُﻢْ َﻭﻟَﻮ ِْﺑﺸُﺮْ َﺑ ِﺔ َﻣﺎﺀٍ َﻓﺎِﻥْ ﻟَﻢْ َﺗ ْﻘﺪِﺭ ُْﻭﺍ َﻋﻠَﻰ َﺫﺍﻟِﻚَ َﻓﺒِﺄ َ َﻳ ٍﺔ ِﻣﻦْ ِﻛﺘَﺎ‬:‫ﺻﻠَّﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻭ َﺳﻠَّﻢَ ﺍَ َّﻧ ُﻪ َﻗﺎ َﻝ‬
َ ِّ‫َﻭ َﻋﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲ‬
َ ‫ْﺁﻥ َﻓ ْﺎﺩ ُﻋﻮْﺍ ﻟَ ُﻬﻢْ ِﺑ ْﺎﻟﻤ َْﻐﻔِﺮَﺓ َِﻭﺍﻟﺮَّﺣْ ﻤَ ِﺔ َﻓﺎِﻥَّ هللﺍ ﻮ ََﻋﺪَ ُﻛﻢُ ْﺍﻻِ َﺟ‬
‫ﺎﺏ‬ ِ ‫ﺮ‬ ُ ‫ﻘ‬ ‫ﻟ‬ْ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬
َ ‫ﻣ‬
ِ ‫ًﺎ‬ ‫ﺌ‬ ‫ﻴ‬
ْ َ
‫ﺷ‬ ‫ْﺍ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬
ُ َ ‫ﻠ‬ ْ‫ﻌ‬‫ﺗ‬َ ‫ﻢ‬
ْ َ ‫ﻟ‬ ْ‫ِﻥ‬
‫ﺎ‬ َ
‫ﻓ‬ ‫ﻰ‬ َ ‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌ‬َ َ
‫ﺗ‬ ‫ﻪﻠﻟﺍ‬
ِ .
Bershodaqahlah atas diri kalian dan atas orang orang yg meninggal dunia dari kalian walaupun hanya
dgn seteguk

air. Apabila kalian tak mampu mengadakan yg demikian itu

maka bershodaqohlah dgn ayat-ayat Al-Qur'an.

Apabila kalian tidak mengetahuinya dari ayat-ayat Al-Qur'an maka doakanlah dgn memintakan
ampun serta memintakan rahmat Allah swt. Maka sungguh Allah mengabulkan doa kalian.

(HR. Ad Darimi, An Nasa'i dari Ibnu Abbas.).

* DALIL WAKTU TERTENTU :

Dalil yang digunakan hujjah dalam masalah ini yaitu

sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Hawi li-Al- Fatawi li as-syuyuti, Juz II, hlm 183.

ُ‫ ُﻳ ْﻔﺘَﻦ‬:‫ َﻋﻦْ ُﻋﺒَﻴْﺪِ ْﺑﻦِ ُﻋﻤَﻴْﺮِ َﻗﺎ َﻝ‬- ‫ ِﺍﻟَﻰ ﺍَﻥْ َﻗﺎ َﻝ‬- ‫ ﺍِﻥَّ ْﺍﻟﻤَﻮْ َﺗﻰ ُﻳ ْﻔﺘَﻨُﻮ َْﻥ ﻓِﻰْ ﻗُﺒُﻮ ِْﺭ ِﻫﻢْ ْ َﺳﻌًﺎ َﻓﻜَﺎ ُﻧﻮْﺍ ُﻳﺴْﺘَﺤَﺒُّﻮ َْﻥ ﺃَﻥْ ُﻳﻄْ ِﻌﻤُﻮْﺍ َﻋﻨْ ُﻬﻢْ ﺗ ِْﻠﻚَ ْﺍﻻَﻳ َِّﺎﻡ‬:‫ﺱ‬
ِ ُ‫َﻗﺎ َﻝ ﻃَﺎﻭ‬
ً‫َﺎﺣ‬
‫ﺻﺒ ﺎ‬ ْ‫ﺭ‬َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ
َ َ‫ َﺭ ُﺟ ِﻥ ُﻣﺆْ ِﻣﻦٍ َﻭ ُﻣﻨَﺎﻓِﻖٍ ﻓﺄﻣَّﺎ ﺍﻟﻤُﺆْ ِﻣﻦُﻓﻴُﻔﺘَﻦُ َﺳﺒْﻌًﺎ َﻭﺍﻣَّﺎ ﺍﻟﻤُﻨَﺎﻓِﻖُ ُﻳﻔﺘَﻦُ ﺍ َﺑ ِﻌﻴْﻦ‬. ‫ﺎَﻠ‬

Imam Thawus berkata : seorang yang mati akan beroleh ujian dari Allah dalam kuburnya selama
tujuh hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup)

mengadakan sebuah jamuan makan (sedekah) untuknya

selama hari-hari tersebut. Sampai kata-kata: dari sahabat Ubaid Ibn Umair, dia berkata:

Seorang mu’min dan seorang munafiq sama-sama akan

mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang mu’min akan beroleh ujian selama 7 hari, sedang
seorang munafik selama 40 hari diwaktu pagi.

Dalil diatas adalah sebuah atsar yang menurut Imam As- Syuyuty derajatnya sama dengan hadis
marfu’ Mursal maka dapat dijadikan hujjah.

Makna penjelasannya:

‫َﺎﻥ ُﺣﺠ ًَّﺔ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻻَ ِﺋﻤَّ ِﺔ ﺍﻟﺜَّﺎَﻠ َﺛ ِﺔ ﺍَ ِﺑﻲ َﺣﻨِﻴْ َﻔ َﺔ َﻭ َﻣﺎﻟِﻚٍ َﻭﺍَﺣْ ﻤَ َﺪ‬
َ ‫ﺻﺤِﻴْﺤٌﻜ‬ َ ُ‫ﺍِﻥَّ ﺃَ َﺛﺮَ ﻃَﺎﻭ‬
َ ‫ﺱ ُﺣﻜْﻤُ ُﻪ ُﺣﻜْﻢُ ْﺍﻟﺤَﺪِ ْﻳﺚِ ْﺍﻟﻤَﺮْﻓُﻮ ِْﻉ ْﺍﻟﻤُﺮ َْﺳ ِﻞ َﻭﺍِﺳْ ﻨَﺎ ُﺩﻩُ ِﺍ َﻟﻰ ﺍﻟﺘ َِّﺎﺑﻌِﻰ‬
ُ
‫ُﻣﻄْﻠَ ًﻘﺎ ِﻣﻦْ ﻏَ ﻴْﺮِ َﺷﺮْﻁٍ َﻭﺍَﻣَّﺎ ﻋِ ﻨْﺪَﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲ َﺭﺿِ َﻲ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻨْ ُﻪ َﻓ ِﺎ َّﻧ ُﻬﻴَﺤْﺘَ ُﺞ ِﺑﺎْﻟﻤُﺮْ َﺳ ِﻞ ِﺍ َﺫﺍ ﺍﻋْ ﺘَﻀَﺪَ ِﺑﺎ َ َﺣﺪِ ﺃ ُﻣﻮ ٍْﺭ ُﻣ َﻘﺮ ََّﺭ ٍﺓ ﻓِﻰ َﻣﺤَﻠِ َﻬﺎ‬

َ ‫ﺻﺤ َِﺎﺑﻲِّ ُﻳﻮَﺍﻓِﻘُ ُﻪ َﻭﺍﺎْﻟ ِﻋْ ﺘِﻀَﺎ ِﺩ َﻫ ُﻬﻨَﺎ َﻣﻮْ ُﺟﻮْ ٌﺩ َﻓ ِﺎ َّﻧ ُﻪ ﺭ ُِﻭ‬
ِ ‫ﻱ ِﻣﺜْﻠُ ُﻪ َﻋﻦْ ُﻣﺠَﺎﻫْ ﺪ َِﻭ َْﻉ ُﻋﺒَﻴْﺪِ ْﺑﻦِ ُﻋﻤَﻴْﺮِ َﻭ ُﻫﻤَﺎ َﺗ ِﺎﺑ ِﻌﻴ‬
‫َﺎﻥ ﺍِﻥْ ﻟَﻢْ َﻳﻜُﻦْ ُﻋﺒَﻴْ ٌﺪ‬ َ ‫ﺁﺧﺮَ ﺍَ ْﻭ‬
َ ‫ْﺊ‬
ِ ‫ﻓِﻴْ َﻬﺎ َﻣﺠِﻴ‬
‫ﺻﺤ َِﺎﺑﻴًﺎ‬ َ .
Jika sudah jadi keputusan, atsar (amal sahabat Thawus) diatas hukumnya sama dengan hadist Marfu’
Mursal dan sanadnya sampai pada tabi’in itu shahih dan telah dijadikan hujjah yang mutlak(tanpa
syarat) bagi tiga

Imam (Maliki, Hanafi, Hambali).

Untuk Imam as-Syafi’i ia

mau berhujjah dengan hadit mursal jika dibantu atau dilengkapi dengan salah satu ketetapan yang
terkait
dengannya, seperti adanya hadis yang lain atau kesepakatan Shahabat.

Dan, kelengkapan yang

dikehendaki Imam as-Syafi’i itu ada, yaitu hadis serupa riwayat dari Mujahid dan dari ubaid bin
Umair yang keduanya dari golongan tabi’in, meski mereka berdua bukan sahabat.

Lebih jauh, Imam al-Syuyuti menilai hal tersebut merupakan perbuatan sunah yang telah dilakukan
secara turun temurun sejak masa sahabat.

Kesunnahan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan perbuatan yang tetap
berlaku hingga sekarang (zaman imam as-Syuyuti, abad x Hijriyah) di mekah dan Madinah. Yang
jelas, kebiasaan itu tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat Nabi Muhammad SAW sampai
sekarang ini, dan tradisi itu diambil dari Ulama Salaf sejak generasi pertama (masa

Sahabat Nabi Muhammad SAW).”

Selanjutnya dalam Hujjah Ahlussunnh Wal jama’ah, juz 1

hlm. 37 dikatakan:

َّ‫ﺏ ْﺍﻟﻤَﺮْﻓُﻮ ِْﻉ َﻭﺃَﻥ‬ ِ ‫ﺻﻮ ِْﻝ ﺃَ َﺣﺪُ ُﻫﻤَﺎ ﺍَ َّﻧ ُﻪ ﺍَ ْﻳﻀًﺎ ِﻣﻦْ َﺑﺎ‬
ُ ُ ‫ َﻭﻓِﻴْ ِﻪ َﻗﻮْﺎَﻟ ِﻥ ﺎِﻟ َﻫْ ِﻞ ْﺍﻟﺤَﺪِ ْﻳﺚ َِﻭ ْﺍﻻ‬- ‫ﺏ َﻗﻮ ِْﻝ ﺍﻟﺘ َِّﺎﺑﻌِﻲ َﻛﺎ ُﻧﻮْﺍ َﻳ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َْﻥ‬
ِ ‫ ِﻣﻦْ َﺑﺎ‬- ‫ َﻛﺎ ُﻧﻮْﺍ ُﻳﺴْﺘَﺤَﺒُّﻮ َْﻥ‬- ‫َﻗﻮْﻟُ ُﻪ‬
َ ‫ﺎﻥ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ َﻳ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َْﻥ في عهدﺍﻟﻨَّﺒِﻲ‬
‫ﺻﻠَّﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻭ َﺳﻠَّﻢَ َﻭ َﻳﻌْ ﻠَﻢُ ِﺑ ِﻪ َﻭ ُﻳﻘِﺮُّ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ‬ َ ‫ َﻛ‬:ُ‫ َﻣﻌْ ﻨَﺎﻩ‬.
(Kata-kata Imam thawus),

pada bab tentang kata-kata Tabi’in, mereka melaksanakannya.

Dalam hal ini ada dua pendapat: pendapat ahli Hadis dan Ahli Ushul yang salah satunya termasuk
hadits Marfu’ maksudnya orang-orang dizaman Nabi melaksanakan hal itu, Nabi sendiri tahu dan

menyetujuinya.

Dalam kitab Nihayah al-Zain, Juz I, halaman 281 juga disebutkan :

‫َﻭﺍﻟﺘَّﺼَﺪ ُُّﻕ َﻋﻦِ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ِﺑﻮَﺟْ ٍﻪ َﺷﺮْﻋِ ﻲٍّ َﻣﻄْﻠُﻮْﺏٌ َﻭﺎَﻟ ُﻳﺘَ َﻘﻴَّﺪُ ِﺑﻜَﻮْ ِﻧ ِﻪ ﻓِﻲْ َﺳﺒ َْﻌ ِﺔ ﺍَﻳ ٍَّﺎﻡ ﺍَ ْﻭ ﺍَ ْﻛﺜَﺮَ ﺍَ ْﻭﺍَ َﻗ َّﻞ َﻭ َﺗ ْﻘﻴِﻴْﺪُﻩُ ِﺑﺒَﻌْ ﺾِ ْﺍﻻَﻳ َِّﺎﻡ ِﻣﻦَ ْﺍﻟ َﻌﻮَﺍ ِﺋﺪِ َﻓ َﻘﻂْ َﻛﻤَﺎ ﺍَ ْﻓﺘَﻰ‬
‫َّﺎﺱ ِﺑﺎﻟﺘَّﺼَﺪ ُِّﻕ َﻋﻦِ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ﻓِﻲ َﺛﺎﻟِﺚٍ ِﻣﻦْ َﻣﻮْ ِﺗ ِﻪ َﻭﻓِﻲ َﺳ ِﺎﺑ ٍﻊ َﻭﻓِﻲْ َﺗﻤ َِﺎﻡ ْﺍﻟ ِﻌﺸْﺮِ ْﻳﻦَ َﻭﻓِﻲ ْﺍﻻَﺭْ َﺑ ِﻌﻴْﻦَ َﻭﻓِﻲ‬ ِ ‫َﺕ َﻋﺎﺩَ ﺓُ ﺍﻟﻨ‬ْ ‫ِﺑﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟﺴَّﻴِّﺪِ ﺍَﺣْ ﻤَﺪﺀ ﺩَﺣْ ﺎَﻠ ِﻥ َﻭ َﻗﺪ َْﺟﺮ‬
‫ﺎَﻠ‬
ْ‫ﺕ َﻛﻤَﺎﺍَ َﻓﺎ َﺩ ُﻫﺸَﻴْﺨَﻨَﺎ ُﻳﻮْ ُﺳﻒُ ﺍﻟﺴُﻨْﺒُ ِﻭ ْﻳﻨِﻲ‬ ْ ‫ﺎًﻟ‬ ُ ْ
ِ ْ‫ ﺍﻟِﻤﺄ ِﺓ َﻭ ِﺑﺬَﻟِﻚَ ُﻳﻔ َﻌ ُﻞ ﻛ َّﻞ َﺳﻨَ ٍﺔ َﺣﻮْ ﻓِﻲ ﺍﻟﻤَﻮ‬. َ

Di anjurkan oleh syara’ shodaqoh bagi mayit, dan shodaqoh itu tidak di tentukan pada hari ke tujuh
sebelumnya maupun sesudahnya. sesungguhnya pelaksanaan shodaqoh pada hari-hari tertentu itu
cuma sebagai kebiasaan (adat) saja,

sebagaimana fatwa Sayyid Zaini Akhmad Dahlan yang

mengatakan ”Sungguh telah berlaku dimasyarakat adanya kebiasaan bersedekah untuk mayit pada
hari ketiga dari kematian, hari ketujuh, dua puluh, dan ketika genap empat puluh hari serta seratus
hari. Setelah itu

dilakukan setiap tahun pada hari kematiannya.


Sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Yusuf Al-Sumbulawini.

Adapun istilah 7 “tujuh hari” dalam acara tahlil bagi orang yang sudah meninggal, hal ini sesuai
dengan amal yang dicontohkan sahabat Nabi SAW.

Imam Ahmad bin Hanbal RA berkata dalam kitab Al-Zuhd, sebagaimana yang dikutip oleh Imam
Suyuthi dalam kitab Al-Hawili Al-Fatawi :

َ ‫َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ ﻫَﺎﺷِ ﻢُ ْﺑﻦُ ْﺍﻟ َﻘﺎﺳِ ﻢِ َﻗﺎ َﻝ َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ ْﺍﻷَ ْﺷﺠَﻌِﻲُّ َﻋﻦْ ُﺳ ْﻔﻴ‬
ْ‫ ﺇِﻥَّ ْﺍﻟﻤَﻮْﺕَ ُﻳ ْﻔﺘَﻨُﻮ َْﻥ ﻓِﻲ ﻗُﺒُﻮ ِْﺭ ِﻫﻢْ َﺳﺒْﻌًﺎ َﻓﻜَﺎ ُﻧﻮْﺍ َﻳﺴْﺘَﺤِﺒُّﻮ َْﻥ ﺃَﻥ‬: ُ‫ َﻗﺎ َﻝ ﻃَﺎﻭُ ﺱ‬:‫َﺎﻥ َﻗﺎ َﻝ‬
) ۱۷۸ :‫ﺹ‬, ۲ :‫ ﺝ‬, ‫ُﻳﻄْ ِﻌﻤُﻮْﺍ َﻋﻨْ ُﻬﻢْ ﺗ ِْﻠﻚَ ْﺍﻷَﻳ َِّﺎﻡ (ﺍﻟﺤﺎﻭﻱﻟﻠﻔﺘﺎﻭﻱ‬

“Hasyim bin Al-Qasim meriwayatkan kepada kami, ia berkata, “Al-Asyja’i meriwayatkan kepada kami
dari Sufyan, ia berkata, “Imam Thawus berkata, “Orang yang

meninggal dunia diuji selama tujuh hari di dalam kubur mereka, maka kemudian para kalangan salaf
mensunnahkan bersedekah makanan untuk orang yang meninggal dunia selama tujuh hari itu” (Al-
Hawi li Al- Fatawi, juz II, hal 178)

Imam Al-Suyuthi berkata:

‫ﻵﻥ َﻭﺃَ َّﻧ ُﻬﻢْ ﺃَ َﺧﺬ ُْﻭ َﻫﺎ‬


َ ‫ﻙﺮْﺘَ ْﺗ ِﻣﻦْ َﻋ ْﻬﺪِ ﺍﻟﺼَّﺤَﺎ َﺑ ِﺔ ﺇِﻟَﻰ ْﺍ‬ُ ْ َ‫ﺍﺀﻵﻥ ِﺑﻤَﻜَّ َﺔ َﻭ ْﺍﻟﻤَﺪِ ْﻳﻨَ َﺔ َﻓﺎﻟﻈَّﺎ ِﻫﺮُ ﺃَ َّﻧ َﻬﺎﻟﻢ‬
َ ‫ﻹﻃْ َﻌ ِﺎﻡ َﺳﺒْ َﻌ َﺔ ﺃَﻳ ٍَّﺎﻡ َﺑﻠَ َﻐﻨِﻲ ﺃَ َّﻧ َﻬﺎ ُﻣﺴْﺘَﻤِﺮَّﺓٌ ﺇِﻟَﻰ‬ َ
ِ ‫ﺃﻥَّ ُﺳﻨَّ َﺔ ْﺍ‬
َ
) ۱۹۴ :‫ﺹ‬, ۲ :‫ ﺝ‬, ‫َﺧﻠﻔﺎ َﻋﻦْ َﺳﻠﻒٍ ﺇِﻟﻰ ﺍﻟﺼَّﺪ ِْﺭ ﺍﻷ َّﻭ ِﻝ( ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﻟﻠﻔﺘﺎﻭﻱ‬ْ َ َ ً َ

“Kebiasaan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan kebiasaan yang tetap
berlaku hingga sekarang (zaman imam Suyuthi, sekitar abad IX Hijriah) di Makkah dan Madinah.

Yang jelas, kebiasaan itu tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat Nabi SAW sampai sekarang
ini, dan tradisi itu diambil dari ulama salaf sejak generasi pertama (masa sahabat SAW)” (Al-Hawi li
Al-Fatawi,juz II, hal 194).

Nah dari beberapa dalil diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan masyarakat tentang penentuan
hari dalam peringatan kematian itu dapat dibenarkan secara syara’.

Jadi Tidak benar jika golongan berbaju islam,mengaku manhaj salaf berdasarkan pemahaman salafus
sholeh tetapi menentang pemahaman salaf bahkan MERUJUK kitab HINDU, menuduh itu ajaran
hindu.

Jk demikian mereka ini GURUNYA RABI RABI hindu.bukan ikut paham salaf.

Bohong besr jk mengaku ahlu sunnah,tetapi paham ulama salaf mereka tolak.

👉 DALIL MEMBACA YASIN :

Surat Yasin merupakan surat yang ke 36 yang terdiri dari 83 ayat dalam al-Quran. Sebagaimana
dalam surat lain yang memiliki keutamaan dalam

sabda-sabda Rasulullah Saw, surat Yasin juga sering dianjurkan untuk dibaca oleh Rasulullah. Riwayat
hadis tentang keutamaan membaca Yasin sebagiannya adalah sahih, ada pula yang hasan, dlaif dan
maudlu' (palsu).
Golongan yg mengaku AHLI SUNNAH anti tahlil semangat menyuarakan mengungkap hadis-hadis
palsu dan dlaif dari surat Yasin.

Padahal hakekatnya mereka

juga tahu bahwa dalam fadilah Yasin juga banyak riwayat sahihnya. Diantaranya adalah sebagai
berikut:

ِ ‫ﻭﺳﻠَّﻢَ َﻣﻦْ َﻗﺮَﺃَ ﻳﺲ ﻓِﻰ ﻟَﻴْﻠَ ٍﺔ ِﺍ ْﺑﺘِﻐَﺎﺀَ َﻭﺟْ ِﻪ‬


‫ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺭﻗﻢ‬v‫ﻪﻠﻟﺍ ُﻏﻔِﺮَ ﻟَ ُﻪ ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻰ ﻓﻰ ﺷﻌﺐ‬ َ ‫ﺻﻠَّﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠﻴْ ِﻪ‬ ِ ‫َﻋﻦْ ﺍَ ِﺑﻲ ُﻫﺮَ ْﻳﺮَ َﺓ َﻗﺎ َﻝ َﺭ ُﺳﻮْ ُﻝ‬
َ ‫ﻪﻠﻟﺍ‬
10/257 ‫ ﻭﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﺍﻟﺒﻐﺪﺍﺩﻱ‬2/159 ‫ ﻭﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻓﻰ ﺍﻟﺤﻠﻴﺔ‬3417‫ ﻭﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻰ ﺭﻗﻢ‬3509 ‫ ﻭﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﻳﻀًﺎ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻰ ﻓﻰ ﺍﻷﻭﺳﻂ ﺭﻗﻢ‬2464
)2574 ‫ﻭﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻋﻦ ﺟﻨﺪﺏ ﺍﻟﺒﺠﻠﻰ ﺭﻗﻢ‬

"Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa membaca Surat Yasin
di malam hari seraya mengharap rida Allah,maka ia diampuni" (HR al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman
No 2464, al-Thabrani dalam al-Ausath No 3509, al-Darimi No 3417, Abu Nuaim dalam al-Hilyat
II/159, Khatib al-Baghdadi X/257 dan Ibnu Hibban No 2574).

Hadis ini diklaim oleh banyak pihak sebagai hadis palsu, khususnya dibesarkan-besarkan oleh
kelompok yang anti tahlil.

Untuk membantahnya kami paparkan ke hadapan mereka

pendapat ulama dari kalangan mereka sendiri dan sekaligus dikagumi oleh mereka, YAITU
Muhammad bin Ali al-Syaukani. Ia berkata:

‫ﻪﻠﻟﺍ ُﻏﻔِﺮَ َﻟ ُﻪ َﺭ َﻭﺍﻩُ ْﺍﻟﺒَﻴْ َﻬﻘِﻲ َﻋﻦْ ﺃَ ِﺑﻲ ُﻫﺮَ ْﻳﺮَ َﺓ َﻣﺮْ ُﻓﻮْﻋًﺎ َﻭﺇِﺳْ ﻨَﺎ ُﺩﻩُ َﻋ َﻠﻰ َﺷﺮْﻁِ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴ ِْﺢ َﻭﺃَ ْﺧﺮ ََﺟ ُﻪ ﺃَ ُﺑﻮْ ُﻧ َﻌﻴْﻢٍ َﻭﺃَ ْﺧﺮ ََﺟ ُﻪ‬
ِ ‫َﺣﺪِ ْﻳﺚُ َﻣﻦْ َﻗﺮَﺃَ ﻳﺲ ِﺍ ْﺑﺘِﻐَﺎﺀَ َﻭﺟْ ِﻪ‬
1 / ‫ﺕ ( ﺍﻟﻔﻮﺍﺋﺪ ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻋﺔ ﻓﻲﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺔ ﻟﻤﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﺸﻮﻛﺎﻧﻲ‬ ِ ‫ﺿﻮ َْﻋﺎ‬ ُ ْ‫ْﺍﻟﺨَﻄِﻴْﺐُ َﻓﻼَ َﻭﺟْ َﻪ ﻟِﺬ ِْﻛﺮِ ِﻩ ﻓِﻲ ُﻛﺘُﺐِ ﺍﻟﻤَﻮ‬
ْ
)302.

"Hadis yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin seraya mengharap rida Allah, maka ia
diampuni' diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Abu Hurairah secara marfu', sanadnya sesuai kriteria
hadis sahih.

Juga diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan Khatib (al-Baghdadi). Maka tidak ada jalan untuk
mencantumkannya dalam kitab-kitab hadis palsu!" (al-Fawaid al-Majmu'ah I/302).

Begitu pula ahli hadis al-Fatanni berkata:

‫ﺎﻥ ﻟَﻴْﻠَ َﺔ ْﺍﻟﺠُﻤ َْﻌ ِﺔ ﺃَﺻْ ﺒ ََﺢ َﻣ ْﻐﻔُﻮْﺭً ﺍ ﻟَ ُﻪ ﻓِﻴْ ِﻪ ُﻣﺤَﻤَّﺪُ ْﺑﻦُ َﺯ َﻛﺮِﻳَّﺎ َﻳﻀَ ُﻊ ﻗُ ْﻠﺖُ ﻟَ ُﻪ ﻃُﺮ ٌُﻕ َﻛﺜِﻴْﺮَﺓٌ َﻋﻨْ ُﻪ‬
َ ‫َﻣﻦْ َﻗﺮَﺃَ ﻳﺲ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَ ٍﺔ ﺃَﺻْ ﺒ ََﺢ َﻣ ْﻐﻔُﻮْﺭً ﺍ ﻟَ ُﻪ َﻭ َﻣﻦْ َﻗﺮَﺃَ ﺍﻟﺪ َُّﺧ‬
ْ َ
‫َﺑﻌْ ﻀُ َﻬﺎ َﻋﻠَﻰ َﺷﺮْﻁِ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴ ِْﺢ ﺃ ْﺧﺮ ََﺟ ُﻪ ﺍﻟﺘُّﺮْ ُﻣﺬِﻱ َﻭﺍﻟﺒَﻴْ َﻬﻘِﻲ (ﺗﺬﻛﺮﺓ‬

80 1 / ‫)ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻋﺎﺕ ﻟﻠﻔﺘﻨﻲ‬

"Hadis yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin di malam hari, maka di pagi harinya ia
diampuni dan barangsiapa membaca Surat al-

Dukhan di malam Jumat, maka di pagi harinya ia diampuni' .

Di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Zakariya yang memalsukan hadis. Saya

(al-Fatanni) berkata: Hadis ini memiliki banyak jalur riwayat, yang sebagiannya sesuai kriteria hadis
sahih yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi dan al-Baihaqi" (Tadzkirat al-Maudlu'at I/80).
Bahkkan seorang ahli tafsir yang menjadi murid Ibnu Taimiyah, yaitu Ibnu Katsir (yang tafsirnya
paling sering dikaji oleh kelompok anti tahlil), mencantumkan banyak hadis tentang keutamaan
(fadilah) Surat Yasin, diantaranya hadis riwayat al-Hafidz Abu Ya'la al-Mushili No 6224:

‫َﺎﻕ ْﺑﻦُ ﺃَ ِﺑﻲ ﺇِﺳْ ﺮَﺍ ِﺋﻴْ َﻞ َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ َﺣﺠَّﺎ ٌﺝ ْﺑﻦُ ُﻣﺤَﻤَّﺪٍ َﻋﻦْ ِﻫﺸ َِﺎﻡ ْﺑﻦِ ِﺯ َﻳﺎ ٍﺩ َﻋﻦِ ْﺍﻟﺤَﺴَﻦِ َﻗﺎ َﻝ َﺳﻤِﻌْ ﺖُ ﺃَ َﺑﺎ ُﻫﺮَ ْﻳﺮَ َﺓ َﻳﻘُﻮْ ُﻝ‬
ُ ‫َﻭ َﻗﺎ َﻝ ْﺍﻟﺤَﺎﻓِﻆُ ﺃَ ُﺑﻮْ َﻳﻌْ ﻠَﻰ َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ ﺇِﺳْ ﺤ‬
َ َ َّ
‫ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﻢَ َﻣﻦْ َﻗﺮَﺃ ﻳﺲ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَ ٍﺔ ﺃﺻْ ﺒ ََﺢ‬ َّ ِ ‫َﻗﺎ َﻝ َﺭ ُﺳﻮْ ُﻝ‬
َ ‫ﻪﻠﻟﺍ‬
‫َﻣ ْﻐﻔُﻮْﺭً ﺍ ﻟَ ُﻪ َﻭ َﻣﻦْ َﻗﺮَﺃَ ﺣﻢ ﺍﻟَّﺘِﻲ ِﻓﻴْ َﻬﺎ ﺍﻟﺪ َُّﺧﺎﻥُ ﺃَﺻْ ﺒَ َﺢ َﻣ ْﻐﻔُﻮْﺭً ﺍ َﻟ ُﻪ‬

"Barangsiapa membaca Surat Yasin di malam hari, maka di pagi harinya ia diampuni dan barangsiapa
membaca Surat al-Dukhan, maka di pagi harinya ia diampuni".

Ibnu Katsir berkata :

)561 6 / ‫ﺇِﺳْ ﻨَﺎ ٌﺩ َﺟﻴِّﺪٌ ( ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﺑﻦ ﻛﺜﻴﺮ‬

"Ini adalah sanad yang bagus" (Tafsir Ibnu Katsir VI/561).

Tidak banyak yang tahu mengenai hukum menuduh hadis palsu, padahal nyata sekali bahwa riwayat
tersebut secara akumulasi adalah sahih.

Maka disini Rasulullah Saw memberi kecaman bagi mereka yang melakukan hal itu :
َ ‫َّﺏ َﺛﻼَ َﺛ ًﺔ ﻪﻠﻟﺍَ َﻭ َﺭ ُﺳﻮْﻟَ ُﻪ َﻭﺍﻟَّﺬِﻱ َﺣﺪ‬
‫َّﺙ ِﺑ ِﻪ ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻓﻲ‬ vَ ‫ﺻﻠَّﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻭ َﺳﻠَّﻢَ َﻣﻦْ َﺑﻠَﻐَ ُﻪ َﻋﻨِّﻲ َﺣﺪِ ْﻳﺚٌ َﻓﻜَﺬ‬
َ ‫َّﺏ ِﺑ ِﻪ َﻓ َﻘﺪْ َﻛﺬ‬ ِ ‫َﻗﺎ َﻝ َﺭ ُﺳﻮْ ُﻝ‬
َ ‫ﻪﻠﻟﺍ‬
) ‫ ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ‬27/410 ‫ ﻭﺍﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ‬7596 ‫ﺍﻷﻭﺳﻂ ﺭﻗﻢ‬

"Barangsiapa yang sampai kepadanya sebuah hadis dari saya kemudian ia mendustakannya, maka
ada tiga yang ia dustakan, yaitu Allah, Rasul-Nya dan perawi hadis tersebut" (HR al-Thabrani dalam
al-Mu'jam al-Ausath No 7596 dan Ibnu 'Asakir 27/410 dari Jabir)

Ibnu Katsir sependapat dengan amaliyah Aswaja dalam membaca Surat Yasin di dekat orang yang
akan meninggal.

Berikut diantara uraiannya :

‫َﺎﺭ‬ٍ ‫ َﻋﻦْ ﺃَ ِﺑﻴْ ِﻪ َﻋﻦْ َﻣﻌْ ﻘ ِِﻞ ْﺑﻦِ َﻳﺴ‬-‫ َﻭﻟَﻴْﺲَ ِﺑﺎﻟﻨَّ ْﻬﺪِﻱ‬- ‫َﺎﻥ‬ َ ‫َﺎﺭﻙِ َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ ُﺳ َﻠﻴْﻤَﺎﻥُ ﺍﻟﺘَّﻴْﻤِﻲ َﻋﻦْ ﺃَ ِﺑﻲ ُﻋﺜْﻤ‬ َ ‫ﺎﺭ ٌﻡ َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ ﺍ ْﺑﻦُ ْﺍﻟﻤُﺒ‬ َ
ِ ‫ﻹ َﻣﺎ ُﻡ ﺃﺣْ ﻤَﺪُ َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ َﻋ‬
ُ
ِ ‫ﺛﻢَّ َﻗﺎ َﻝ ْﺍ‬
ْ‫ﺎﺟ ْﻪ ِﻣﻦ‬ َّ ْ َ ْ َّ
َ ‫ َﻭ َﺭ َﻭﺍﻩُ ﺃ ُﺑﻮْ َﺩﺍﻭُ َﺩ َﻭﺍﻟﻨَّﺴَﺎﺋِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟﻴَﻮ ِْﻡ َﻭﺍﻟﻠﻴْﻠَ ِﺔ َﻭﺍ ْﺑﻦُ َﻣ‬.‫ﺻﻠﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﻢَ " ِﺍﻗﺮَﺅُ ْﻭ َﻫﺎ َﻋﻠَﻰ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ" َﻳﻌْ ﻨِﻲ ﻳﺲ‬ َّ َ ‫ﻪﻠﻟﺍ‬ ِ ‫َﻗﺎ َﻝ ﻗﺎ َ َﻝ َﺭ ُﺳﻮْ ُﻝ‬
‫ َﻭﻟِ َﻬﺬَﺍ َﻗﺎ َﻝ َﺑﻌْ ﺾُ ْﺍﻟ ُﻌﻠَﻤَﺎﺀِ ِﻣﻦْ َﺧﺼَﺎ ِﺋﺺِ َﻫﺬِ ِﻩ‬. ‫َﺎﺭ‬ ٍ ‫ﺴ‬ ‫ﻳ‬َ ‫ﻦ‬
ِ ْ
‫ﺑ‬ ‫ِﻞ‬ٍ ‫ﻘ‬ ْ‫ﻌ‬‫ﻣ‬َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻋ‬ َ ‫َﺎﻥ‬
َ ‫ﻤ‬ ‫ﺜ‬
ْ ‫ﻋ‬
ُ ‫ﻲ‬ ‫ﺑ‬
ِ َ ‫ﺃ‬ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ‫ِﻲ‬ ‫ﺋ‬ ‫َﺎ‬ ‫ﺴ‬‫ﻨ‬
َّ ‫ﺍﻟ‬ ‫ﺔ‬
ِ ‫ﻳ‬
َ ‫ﺍ‬ ‫ﻭ‬
َ ‫ﺭ‬ ‫ِﻲ‬ ‫ﻓ‬ َّ‫ﻥ‬َ ‫ﺃ‬ َّ ‫ﻻ‬ ‫ﺇ‬
ِ ِ ‫ﻪ‬
ِ ‫ﺑ‬ ِ‫ﻙ‬ ‫َﺎﺭ‬
َ ‫ﺒ‬ ‫ﻤ‬
ُ ‫ﻪﻠﻟﺍ ْﺑﻦِ ْﺍﻟ‬
ِ ِ‫َﺣﺪِ ْﻳﺚِ َﻋﺒْﺪ‬
ِ
ُ َ ُ ْ ُ ْ َّ َ ُ
ُ‫ َﻭ َﻛﺄﻥَّ ﻗِﺮَﺍﺀَ َﺗ َﻬﺎ ﻋِ ﻨْﺪَ ﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ﻟِﺘُﻨْﺰَ َﻝ ﺍﻟﺮَّﺣْ ﻤَﺔ َﻭﺍﻟﺒَﺮَ َﻛﺔ َﻭﻟِﻴَﺴْ ُﻬ َﻞ َﻋﻠﻴْ ِﻪ ﺧﺮ ُْﻭ ُﺝ ﺍﻟﺮ ُّْﻭ ِﺡ َﻭﻪﻠﻟﺍ‬.ُ‫ﺍﻟﺴُّﻮ َْﺭ ِﺓ ﺃَ َّﻧ َﻬﺎ ﻻ ﺗﻘﺮَﺃ ﻋِ ﻨْﺪَ ﺃ ْﻣﺮٍ َﻋﺴِﻴْﺮٍ ﺇِﻻ َﻳﺴَّﺮَﻩُ ﻪﻠﻟﺍ‬
َ ْ ُ َ
‫ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ُﺧ ِّﻔﻒَ َﻋﻨْ ُﻪ‬- ‫ َﻳﻌْ ﻨِﻲ ﻳﺲ‬- ْ‫ﺎﻥ ْﺍﻟﻤَﺸِﻴْﺨ َُﺔ َﻳﻘُﻮْﻟُﻮ َْﻥ ﺇِ َﺫﺍ ﻗُﺮِ َﺋﺖ‬ َ ‫ﺻ ْﻔﻮَﺍﻥُ َﻗﺎ َﻝ َﻛ‬ َ ‫ﻹ َﻣﺎ ُﻡ ﺃَﺣْ ﻤَﺪُ َﺭ ِﺣﻤَ ُﻪ ﻪﻠﻟﺍُ َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ ﺃَ ُﺑﻮْ ْﺍﻟﻤُ ِﻐﻴْﺮَ ِﺓ َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ‬ َ
ِ ‫ َﻗﺎ َﻝ ْﺍ‬.ُ‫ﺃﻋْ ﻠَﻢ‬
) 562 / 6 ‫ِﺑ َﻬﺎ ( ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﺑﻦ ﻛﺜﻴﺮ‬

"Imam Ahmad berkata (dengan meriwayatkan sebuah) bahwa Rasulullah Saw bersabda: Bacalah
surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal

(HR Abu Dawud dan al-Nasa'i dan Ibnu Majah). Oleh karenanya sebagian ulama berkata: diantara
keistimewaan surat yasin jika dibacakan dalam hal-hal yang sulit maka Allah akan memudahkannya,
dan pembacaan Yasin di dekat orang yang meninggal adalah agar turun rahmat dan berkah
dari Allah serta memudahkan keluarnya ruh. Imam Ahmad berkata: Para guru berkata: Jika Yasin
dibacakan di dekat mayit maka ia akan diringankan (keluarnya ruh) dengan bacaan Yasin tersebut"
(Ibnu Katsir VI/342)

Berikut kutipan selengkapnya dari kitab Musnad Ahmad mengenai pembacaan Yasin di samping
orang yang akan meninggal yang telah menjadi

amaliyah ulama terdahulu dan terus diamalkan :

‫ﺙ ﺍﻟﺜَّﻤَﺎﻟ َِﻲ ِﺣﻴْﻦَ ﺍ ْﺷﺘَﺪَّ َﺳﻮْﻗُ ُﻪ َﻓ َﻘﺎ َﻝ َﻫ ْﻞ‬ َ ‫ﻪﻠﻟﺍ َﺣﺪَّ َﺛﻨِﻲ ﺃَ ِﺑﻲ َﺛﻨَﺎ ﺃَ ُﺑﻮْ ْﺍﻟﻤُ ِﻐﻴْﺮَ ِﺓ َﺛﻨَﺎ‬
ِ ْ‫ﺻ ْﻔﻮَﺍﻥُ َﺣﺪَّ َﺛﻨِﻲ ْﺍﻟﻤَﺸِﻴْﺨ َُﺔ ﺍَ َّﻧ ُﻬﻢْ َﺣﻀَﺮ ُْﻭﺍ ُﻏﻀَﻴْﻒَ ْﺑﻦَ ْﺍﻟﺤَﺮ‬ ِ ُ‫َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ َﻋﺒْﺪ‬
‫ْﺢ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﻧِﻲ َﻓﻠَﻤَﺎ‬ ُ ُ‫ﺻﺎﻟِ ُﺢ ْﺑﻦ‬ ُ
َ ‫ِﻣﻨْﻜُﻢْ ﺃَ َﺣﺪٌ َﻳ ْﻘﺮَﺃ ﻳﺲ َﻗﺎ َﻝ َﻓ َﻘﺮَﺃَ َﻫﺎ‬
ٍ ‫ﺷﺮَﻳ‬
ِ ‫ﺻ ْﻔﻮَﺍﻥُ َﻭ َﻗﺮَﺃَ َﻫﺎ ﻋِ ﻴْﺴَﻰ ْﺑﻦُ ْﺍﻟﻤُﻌْ ﺘَﻤِﺮِ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺑ‬
‫ﻦ‬ َ ‫َﺑﻠَﻎَ ﺃَﺭْ َﺑ ِﻌﻴْﻦَ ِﻣﻨْ َﻬﺎ ﻗُﺒِﺾَ َﻗﺎ َﻝ َﻓﻜ‬
َ ‫َﺎﻥ ْﺍﻟﻤَﺸِﻴْﺨَ ُﺔ َﻳﻘُﻮْﻟُﻮ َْﻥ ﺇِ َﺫﺍ ﻗُﺮِ َﺋﺖْ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ُﺧ ِّﻔﻒَ َﻋﻨْ ُﻪ ِﺑ َﻬﺎ َﻗﺎ َﻝ‬
)17010 ‫َﻣﻌْ ﺒَﺪٍ ( ﻣﺴﻨﺪ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ‬

"Para guru bercerita bahwa mereka mendatangi Ghudlaif bin Hars al-Tsamali ketika penyakitnya
sangat parah. Shafwan berkata: Adakah diantara anda sekalian yang mau membacakan Yasin?
Shaleh bin Syuraih al-Sukuni yang membaca Yasin. Setelah ia membaca 40 dari Surat Yasin, Ghudlaif
meninggal. Maka para guru berkata: Jika Yasin dibacakan di dekat mayit maka ia akan diringankan
(keluarnya ruh) dengan Surat Yasin tersebut.

(Begitu pula) Isa bin Mu'tamir membacakan Yasin di dekat Ibnu Ma'bad" (Musnad Ahmad No
17010).

Al-Hafidz Ibnu Hajar menilai atsar ini :

)324 5 / ‫ َﻭ ُﻫﻮَ َﺣﺪِ ْﻳﺚٌ َﺣﺴَﻦُ ْﺍﻹِﺳْ ﻨَﺎ ِﺩ ( ﺍﻹﺻﺎﺑﺔ ﻓﻲ ﺗﻤﻴﻴﺰ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ‬.

"Riwayat ini sanadnya adalah hasan" (al-Ishabat fi Tamyiz al-Shahabat V/324)

Ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar juga menilai riwayat amaliyah ulama salaf membaca Yasin saat
Ghudlaif akan wafat sebagai dalil penguat (syahid) dari hadis riwayat Ma'qil bin Yasar yang artinya:
Bacakanlah Surat Yasin di dekat orang yang meninggal. (Raudlah al-Muhadditsin X/266).

Al-Hafidz Ibnu Hajar memastikan Ghudlaif ini adalah seorang sahabat :

َ َ‫ﺻﺤ َِﺎﺑﻰٌّ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟﺠُﻤْ ُﻬﻮ ِْﺭ َﻭ ْﺍﻟﻤَﺸِﻴْﺨَ ُﺔ ﺍﻟَّﺬِ ْﻳﻦَ َﻧ َﻘ َﻞ َﻋﻨْ ُﻬﻢْ ﻟَﻢْ ُﻳﺴَﻤُّﻮْﺍ ﻟَﻜِﻨَّ ُﻬﻢْ َﻣﺎ َﺑﻴْﻦ‬
‫ﺻﺤ َِﺎﺑﻰٍّ َﻭ َﺗ ِﺎﺑﻌِﻰٍّ َﻛﺒِﻴْ ٍﺮ‬ ِ ‫َﻫﺬَﺍ َﻣﻮْﻗُﻮْﻑٌ َﺣﺴَﻦُ ْﺍ‬
َ ٌ‫ﻹﺳْ ﻨَﺎ ِﺩ َﻭ ُﻏﻀَﻴْﻒ‬
ْ
‫ﻯ َﻓﻠَ ُﻪ ُﺣﻜْﻢُ ﺍﻟﺮَّ ْﻓ ُﻊ ( ﺭﻭﺿﺔ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ‬ ِ ‫َﻭ ِﻣﺜْﻠُ ُﻪ ﻻَ ُﻳ َﻘﺎ ُﻝ ِﺑﺎﻟﺮَّﺃ‬
/ 10 266).

"Riwayat sahabat ini sanadnya adalah hasan. Ghudlaif adalah seorang sahabat menurut mayoritas
ulama. Sementara 'para guru' yang dikutip oleh

Imam Ahmad tidak disebut namanya, namun mereka ini tidak lain antara sahabat dan tabi'in senior.
Hal ini bukanlah pendapat perseorangan, tetapi berstatus sebagai hadis yang disandarkan pada
Rasulullah (marfu')" (Raudlah al Muhadditsin X/266).

Terkait dengan tuduhan anti tahlil yang mengutip pernyataan beberapa ulama bahwa sanad hadis
riwayat Ma'qil ini goncang, redaksi hadisnya (matan) tidak diketahui dan sebagainya, maka cukup
dibantah dengan pendapat ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Bulugh al-Maram I/195:
َ ‫ﺻﻠَّﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋ َﻠﻴْ ِﻪ َﻭ َﺳﻠَّﻢَ َﻗﺎ َﻝ ﺍ ْﻗﺮَﺅُ ﻭﺍ َﻋ َﻠﻰ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ ﻳﺲ َﺭ َﻭﺍﻩُ ﺃَﺑُﻮ َﺩﺍﻭُ َﺩ َﻭﺍﻟﻨَّﺴَﺎﺋِﻲُّ َﻭ‬
ُ ‫ﺻﺤَّﺤَ ُﻪ ﺍ ْﺑ‬
‫ﻦ‬ َ َّ‫َﺎﺭ َﺭﺿِ َﻲ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻨْ ُﻪ ﺃَﻥَّ ﺍَﻟﻨَّﺒِﻲ‬
ٍ ‫َﻋﻦْ َﻣﻌْ ﻘ ِِﻞ ْﺑﻦِ َﻳﺴ‬
‫ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﺭﻗﻢ‬510 ‫ ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻰ ﺭﻗﻢ‬3002 ‫ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﺭﻗﻢ‬1448‫ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﺭﻗﻢ‬3121 ‫ ﻭﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﺭﻗﻢ‬20316 ‫َّﺎﻥ ( ﻭﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺣﻤﺪ‬ َ ‫ِﺣﺒ‬
) 10913‫ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ ﺭﻗﻢ‬10853 ‫ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻰ ﺷﻴﺒﺔ ﺭﻗﻢ‬931 ‫ ﻭﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﻳﻀﺎ ً ﺍﻟﻄﻴﺎﻟﺴﻰ ﺭﻗﻢ‬6392 ‫ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻰ ﺭﻗﻢ‬2074

"Dari Ma'qil bin Yasar bahwa Rasulullah Saw bersabda: 'Bacalah surat Yasin di dekat orang-orang
yang meninggal.' Ibnu Hajar berkata: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasa'i dan disahihkan oleh
Ibnu Hibban"

(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad No 20316, Abu Dawud No 3121, Ibnu Majah No 1448,
al-Thabrani No 510, al-Hakim No 2074, al-Baihaqi No 6392, al-Thayalisi No 931, Ibnu Abi Syaibah No
10853 dan al-Nasa'i dalam al-Sunan al-Kubra No 10913).

Dalam kitab tersebut al-Hafidz Ibnu Hajar tidak memberi komentar atas penilaian sahih dari Ibnu
Hibban. Sementara dalam kitab beliau yang lain,

Talkhis al-Habir II/244, kendatipun beliau mengutip penilaian dlaif dari Ibnu Qattan dan al-
Daruquthni, di saat yang bersamaan beliau meriwayatkan atsar dari riwayat Imam Ahmad diatas.

Jika telah didukung dalil-dalil hadis dan diamalkan oleh para ulama salaf, lalu bagaimana dengan
amaliyah membaca Surat Yasin setelah orang

tersebut meninggal atau bahkan dibaca di kuburannya?

Berikut ini beberapa pandangan ulama terkait penafsiran hadis di atas.

1. Ibnu Qayyim :

‫َﻭ َﻫﺬَﺍ َﻳﺤْﺘَﻤِ ُﻞ ﺃَﻥْ ُﻳﺮَﺍﺩَ ِﺑ ِﻪ ﻗِﺮَﺍﺀَ ُﺗ َﻬﺎ َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟﻤُﺤْﺘَﻀَﺮِ ﻋِ ﻨْﺪَ َﻣﻮْ ِﺗ ِﻪ ِﻣﺜْ َﻞ َﻗﻮْﻟِ ِﻪ ﻟَ ِّﻘﻨُﻮْﺍ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ ﻻَ ﺇِﻟَ َﻪ ﺇِﻻَّ ﻪﻠﻟﺍُ َﻭ َﻳﺤْﺘَﻤِ ُﻞ ﺃَﻥْ ُﻳﺮَﺍ َﺩ ِﺑ ِﻪ ْﺍﻟﻘِﺮَﺍﺀَﺓُ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟ َﻘﺒْ ِﺮ‬
)11 / 1 ‫َﻭ ْﺍﻷَﻭَّ ُﻝ ﺃَﻇْ َﻬﺮُ ( ﺍﻟﺮﻭﺡ ﻻﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ‬

"Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal sebagaimana sabda Nabi Saw:
Tuntunlah orang yang akan mati diantara kalian dengan Lailahaillallah. Dan bisa jadi yang dimaksud
adalah membacanya di kuburnya. Pendapat pertamalah yang lebih kuat" (al-Ruh I/11)

2. Ahli Tafsir al-Qurthubi :

‫ْﺁﻥ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟ َﻘﺒْ ِﺮ‬


ِ ‫ﺎﺣ ُﺔ ﻗِﺮَﺍﺀَ ِﺓ ْﺍﻟﻘُﺮ‬ َ ‫ﺏ َﺭﺿِ َﻲ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻨْ ُﻪ ﺃَ َّﻧ ُﻪ ﺃَ َﻣﺮَ ﺃَﻥْ ُﻳ ْﻘﺮَﺃَ ﻋِ ﻨْﺪَ َﻗﺒْﺮِ ِﻩ ُﺳﻮ َْﺭﺓُ ْﺍﻟﺒَ َﻘﺮَ ِﺓ َﻭ َﻗﺪْ ﺭ ُِﻭ‬
َ ‫ﻯ ﺇِ َﺑ‬ ِ ‫ﻪﻠﻟﺍ ْﺑﻦِ ُﻋﻤَﺮَ ْﺑﻦِ ْﺍﻟﺨَﻄَّﺎ‬
ِ ِ‫َﻭ ُﻳﺮ َْﻭﻯ َﻋﻦْ َﻋﺒْﺪ‬
َ
‫َﻋﻦِ ﺍﻟ َﻌﻼَّﺀِ ْﺑﻦِ َﻋﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْ ﻤَﻦِ َﻭﺫ َﻛﺮَ ﺍﻟﻨَّﺴَﺎﺋِﻲ َﻭ َﻏﻴْﺮُﻩُ ِﻣﻦْ َﺣﺪِ ْﻳﺚِ َﻣﻌْ ﻘ ٍِﻞ‬ ْ

ِ ‫ﺻﻠَّﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻭ َﺳﻠَّﻢَ ﺃَ َّﻧ ُﻪ َﻗﺎ َﻝ ِﺍ ْﻗﺮَﺃ ُ ْﻭﺍ ﻳﺲ ﻋِ ﻨْﺪَ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ َﻭ َﻫﺬَﺍ َﻳﺤْﺘَﻤِ ُﻞ ﺃَﻥْ َﺗﻜُﻮ َْﻥ ْﺍﻟﻘِﺮَﺍﺀَﺓُ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ﻓِﻲ َﺣ‬
‫ﺎﻝ َﻣﻮْ ِﺗ ِﻪ‬ َ ِّ‫َﺎﺭ ْﺍﻟﻤَﺪَﻧِﻲ َﻋﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲ‬
ٍ ‫ْﺑﻦِ َﻳﺴ‬
)84 / 1 ‫َﻭ َﻳﺤْﺘَﻤِ ُﻞ ﺃﻥْ َﺗﻜُﻮ َْﻥ ﻋِ ﻨْﺪَ َﻗﺒْﺮِ ِﻩ (ﺍﻟﺘﺬﻛﺮﺓ ﻟﻠﻘﺮﻃﺒﻲ‬ َ

"Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa ia memerintahkan agar dibacakan surat al-Baqarah di
kuburannya. Diperbolehkannya membaca al-Quran di kuburan diriwayatkan dari 'Ala' bin
Abdurrahman. Al-Nasai dan yang lain menyebutkan hadis dari Ma'qil bin Yasar al-Madani dari

Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal. Hadis ini bisa
jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya
di kuburnya" (Tadzkirat al-Qurthubi I/84)
3. Al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi

‫ﺎﻝ َﻣﻮْ ِﺗ ِﻪ َﻭ َﻳﺤْﺘَﻤِ ُﻞ ﺃَﻥْ َﺗﻜُﻮ َْﻥ ﻋِ ﻨْﺪَ َﻗﺒْﺮِ ِﻩ‬


ِ ‫َﻭ َﻗﺎ َﻝ ْﺍﻟﻘُﺮْﻃُﺒِﻲ ﻓِﻲ َﺣﺪِ ْﻳﺚِ ﺇ ْﻗﺮَﺅُ ْﻭﺍ َﻋﻠَﻰ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ ﻳﺲ َﻫﺬَﺍ َﻳﺤْﺘَﻤِ ُﻞ ﺃَﻥْ َﺗﻜُﻮ َْﻥ َﻫﺬِ ِﻩ ْﺍﻟﻘِﺮَﺍﺀَ ُﺓ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ﻓِﻲ َﺣ‬
‫ﺏ َﻭ ِﺑﺎﻟﺜَّﺎﻧِﻲ‬ ِ ‫ﻗُ ْﻠﺖُ َﻭ ِﺑﺎْﻷَ َّﻭ ِﻝ َﻗﺎ َﻝ ْﺍﻟﺠُﻤْ ُﻬﻮْ ُﺭ َﻛﻤَﺎ َﺗ َﻘﺪَّ َﻡ ﻓِﻲ ﺃﻭَّ ِﻝ ﺍﻟﻜِﺘَﺎ‬
ْ َ

‫ﺎﺭ ُﺓ ﺇِ َﻟﻴْ ِﻪ َﻭ ِﺑﺎﻟﺘَّﻌْ ﻤِﻴْﻢِ ﻓِﻲ ْﺍﻟﺤَﺎ َﻟﻴْﻦِ َﻗﺎ َﻝ ْﺍﻟﻤُﺤِﺐُّ ﺍﻟﻄَّﺒَﺮِﻱُّ ِﻣﻦْ ُﻣﺘَﺄ َ ِّﺧﺮِﻱ ﺃَﺻْ ﺤ َِﺎﺑﻨَﺎ ِﻭﻓِﻲ‬
َ ‫ﻹ َﺷ‬ ِ ‫َﻗﺎ َﻝ ﺇ ْﺑﻦُ َﻋﺒْﺪِ ْﺍﻟﻮَﺍ ِﺣﺪِ ْﺍﻟﻤَ ْﻘﺪِﺳِ ﻲ ﻓِﻲ ْﺍﻟﺠُﺰْﺀِ ﺍﻟَّﺬِﻱ َﺗ َﻘﺪَّ َﻣﺖِ ْﺍ‬
ُ َ ُ ْ َ ْ
‫ﺏ َﻭﺍﻟﻤُ َﻌﻮِّﺫﺗﻴِﻦ َﻭﻗ ْﻞ ُﻫﻮَ ﻪﻠﻟﺍُ ﺃ َﺣﺪٌ َﻭﺍﺟْ َﻌﻠﻮْﺍ‬ ِ ‫ْﺍﻹِﺣْ ﻴَﺎﺀِ ﻟ ِْﻠ َﻐﺰَﺍﻟِﻲ َﻭ ْﺍﻟ َﻌﺎﻗِﺒَ ِﺔ ﻟِ َﻌﺒْﺪِ ْﺍﻟﺤَﻖِّ َﻋﻦْ ﺃَﺣْ ﻤَﺪَ ْﺑﻦِ َﺣﻨْﺒَ َﻞ ﻗﺎ َﻝ ﺇِﺫﺍﺩَﺧﻠﺘُﻢُ ﺍﻟﻤَﻘ ِﺎﺑﺮَ ﻓﺎﻗﺮَﺅُ ْﻭﺍ ِﺑﻔﺎ ِﺗﺤَ ِﺔ ﺍﻟﻜِﺘَﺎ‬
ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ
)304 1 / ‫ َﺫﻟِﻚَ ِﻷَﻫْ ِﻞ ْﺍﻟﻤَ َﻘ ِﺎﺑﺮِ َﻓﺈِ َّﻧ ُﻪ َﻳﺼِ ُﻞ ﺇِﻟَﻴ ِْﻬﻢْ (ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ ﺑﺸﺮﺡ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺟﻼﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻲ‬.

"al-Qurthubi berkata mengenai hadis: 'Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal' bahwa
Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah
membacanya di kuburnya. Saya (al-Suyuthi) berkata: Pendapat pertama disampaikan oleh mayoritas
ulama. Pendapat kedua oleh Ibnu Abdul Wahid al-Maqdisi dalam salah satu kitabnya dan secara
menyeluruh keduanya dikomentari oleh Muhib al-Thabari dari kalangan Syafiiyah. Disebutkan dalam
kitab Ihya al-Ghazali, dalam al-Aqibah Abdulhaq, mengutip dari

Ahmad bin Hanbal, beliau berkata: Jika kalian memasuki kuburan, maka bacalah al-Fatihah, al-
Muawwidzatain, al-Ikhlas, dan jadikanlah (hadiahkanlah) untuk penghuni makam, maka akan sampai
pada mereka" (Syarh al-Shudur I/304).

4. Muhammad bin Ali al-Syaukani :

ِ ‫َﻭﺍﻟﻠَّ ْﻔﻆُ َﻧﺺٌّ ﻓِﻰ ْﺍﻷَﻣْ ﻮَﺍ‬


)52 / 4 ‫ﺕ َﻭ َﺗﻨَﺎﻭُ ﻟُ ُﻪ ﻟ ِْﻠﺤَﻰِّ ْﺍﻟﻤُﺤْﺘَﻀَﺮِ َﻣﺠَﺎ ٌﺯ َﻓﻼَ ُﻳﺼَﺎ ُﺭ ﺇِﻟَﻴْ ِﻪ ﺇِﻻَّ ﻟِ َﻘﺮِ ْﻳﻨَ ٍﺔ (ﻧﻴﻞﺍﻷﻭﻃﺎﺭﻟﻠﺸﻮﻛﺎﻧﻲ‬

Lafadz dalam hadis tersebut secara jelas mengarah pada orang yang telah meninggal. Dan lafadz
tersebut mencakup pada orang yang akan meninggal hanya secara majaz. Maka tidak bisa diarahkan
pada orang yang akan meinggal kecuali bila ada tanda petunjuk" (Nail al-Authar

IV/52)

5. Mufti Universitas al-Azhar Kairo Mesir, 'Athiyah Shaqar :

‫ْﺕ َﻓﺘُ ْﻘﺮَﺃ ُ ﻋِ ﻨْﺪَﻩُ ﻳﺲ‬


ُ ‫ﺱ َﻣﺎ ِﻣﻦْ َﻣﻴِّﺖٍ َﻳﻤُﻮ‬ ِ ‫َﺎﺭ ِﺑﻨَﺎﺀً َﻋﻠَﻰ َﺣﺪِ ْﻳﺚٍ ﻓِﻰ ُﻣﺴْﻨَﺪِ ْﺍﻟﻔِﺮْ َﺩ ْﻭ‬ِ ‫َﻭ َﺣﻤَﻠَ ُﻪ ْﺍﻟﻤُﺼَﺤِّﺤُﻮ َْﻥ ﻟَ ُﻪ َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟﻘِﺮَﺍﺀَ ِﺓ َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ َﺣﺎ َﻝ ْﺍﻻِﺣْ ﺘِﻀ‬
ُّ‫ﺇِﻻَّ َﻫﻮ ََّﻥ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ ﻟَﻜِﻦْ َﺑﻌْ ﺾُ ْﺍﻟ ُﻌﻠَﻤَﺎﺀِ َﻗﺎ َﻝ ﺇِﻥَّ ﻟَ ْﻔﻆَ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ َﻋﺎ ٌﻡ ﻻَ َﻳﺨْﺘَﺺ‬
َّ َ‫ِﺑ ْﺎﻟﻤُﺤْﺘَﻀَﺮِ َﻓﻼَ َﻣﺎﻧ َِﻊ ِﻣﻦِ ﺍﺳْ ﺘِ َﻔﺎﺩَ ِﺗ ِﻪ ِﺑ ْﺎﻟﻘِﺮَﺍﺀَ ِﺓ ﻋِ ﻨْﺪَﻩُ ﺇِ َﺫﺍ ﺍ ْﻧﺘَ َﻬﺖْ َﺣﻴَﺎ ُﺗ ُﻪ َﺳﻮَﺍﺀٌ ُﺩﻓِﻦَ ﺃَ ْﻡ ﻟَﻢْ ُﻳﺪْ َﻓﻦْ َﺭ َﻭﻯ ْﺍﻟﺒَﻴْ َﻬﻘِﻰ ِﺑﺴَﻨَﺪٍ َﺣﺴَﻦٍ ﺃَﻥَّ ﺍ ْﺑﻦَ ُﻋﻤَﺮَ ﺍﺳْ ﺘَﺤ‬
‫ﺐ‬
َ ‫ﻗِﺮَﺍﺀَ َﺓ ﺃَﻭَّ ِﻝ ُﺳﻮ َْﺭ ِﺓ ْﺍﻟﺒَ َﻘﺮَ ِﺓ َﻭ َﺧﺎ ِﺗﻤَﺘِ َﻬﺎ َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟ َﻘﺒْﺮِ َﺑﻌْ ﺪَ ﺍﻟﺪَّ ْﻓﻦِ َﻓﺎ ْﺑﻦُ ِﺣﺒ‬
‫َّﺎﻥ‬
ُّ ِ‫ﺻﺤِﻴْﺤِ ِﻪ ُﻣ َﻌﻠِّ ًﻘﺎ َﻋﻠَﻰ َﺣﺪِ ْﻳﺚِ ﺍ ْﻗﺮَﺀ ُْﻭﺍ َﻋﻠَﻰ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ ﻳﺲ ﺃَ َﺭﺍﺩَ ِﺑ ِﻪ َﻣﻦْ َﺣﻀَﺮَ ْﺗ ُﻪ ْﺍﻟﻤَﻨِﻴَّ ُﺔ ﻻَ ﺃَﻥَّ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖَ ُﻳ ْﻘﺮَﺃ ُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﺭ َّﺩ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ ْﺍﻟﻤُﺤ‬
‫ﺐ‬ َ ‫ﺍﻟَّﺬِﻯ َﻗﺎ َﻝ ﻓِﻰ‬
ْ ْ َ ِّ َ َّ َ َ
) 458 / 7 ‫َﺎﺭ( ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻷﺯﻫﺮ‬ ِ ‫ﺍﻟﻄَّﺒَﺮِﻯُّ ِﺑﺄﻥَّ ﺫﻟِﻚَ َﻏﻴْﺮُ ُﻣﺴَﻠﻢٍ ﻟ ُﻪ َﻭﺇِﻥْ ﺳُﻠﻢَ ﺃﻥْ َﻳﻜُﻮ َْﻥ ﺍﻟﺘَّﻠﻘِﻴْﻦُ َﺣﺎ َﻝ ﺍﻻِﺣْ ﺘِﻀ‬
"Ulama yang menilai sahih hadis diatas mengarahkan pembacaan Yasin di dekat orang yang akan
meninggal. Hal ini didasarkan pada hadis yang terdapat dalam musnad al-Firdaus (al-Dailami) yang
berbunyi: 'Tidak ada seorang mayit yang dibacakan Yasin di dekatnya, kecuali Allah

memberi kemudahan kepadanya.' Namun sebagian ulama mengatakan bahwa lafadz mayit bersifat
umum yang tidak khusus bagi orang yang

akan mati saja. Maka tidak ada halangan untuk menggunakannya bagi orang yang telah meninggal,
baik sudah dimakamkan atau belum. Al-
Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang hasan (al-Sunan al-Kubra No 7319) bahwa Ibnu Umar
menganjurkan membaca permulaan dan penutup surat al-Baqarah di kuburannya setelah
dimakamkan. Pendapat Ibnu Hibban dalam kitab sahihnya yang memberi catatan pada hadis diatas
bahwa yang dimaksud adalah orang yang akan meninggal bukan mayit yang dibacakan di
hadapannya, telah dibantah oleh Muhib al-

Thabari bahwa hal itu tidak dapat diterima, meskipun talqin

kepada orang yang akan meninggal bisa diterima" (Fatawa al-Azhar VII/458)

6. al-Hafidz Ibnu Hajar al-'Asqalani :

‫ﺻﺤِﻴْﺤِ ِﻪ َﻋﻘِﺐَ َﺣﺪِ ْﻳﺚِ َﻣﻌْ ﻘ ٍِﻞ َﻗﻮْﻟُ ُﻪ ﺍ ْﻗﺮَﺀ ُْﻭﺍ َﻋﻠَﻰ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ ﻳﺲ ﺃَ َﺭﺍ َﺩ ِﺑ ِﻪ َﻣﻦْ َﺣﻀَﺮَ ْﺗ ُﻪ ْﺍﻟﻤَﻨِﻴ َُّﺔ ﻻَ ﺃَﻥَّ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖَ ُﻳ ْﻘﺮَﺃ ُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻗﺎ َﻝ‬ َ ‫َﺗﻨْﺒِﻴْ ٌﻪ َﻗﺎ َﻝ ﺍ ْﺑﻦُ ِﺣﺒ‬
َ ‫َّﺎﻥ ﻓِﻲ‬
َ
‫َﻭ َﻛﺬَﻟِﻚَ ﻟَ ِّﻘﻨُﻮْﺍ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ ﻻَ ﺇِﻟَ َﻪ ﺇِﻻَّ ﻪﻠﻟﺍُ َﻭ َﺭ َّﺩﻩُ ْﺍﻟﻤُﺤِﺐُّ ﺍﻟﻄَّﺒَﺮِﻱ ﻓِﻲ ْﺍﻷﺣْ ﻜ َِﺎﻡ َﻭﻏَ ﻴْﺮِ ِﻩ ﻓِﻲ ْﺍﻟﻘِﺮَﺍﺀَ ِﺓ َﻭ َﺳﻠَّﻢَ ﻟَ ُﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘ َّْﻠﻘِﻴْﻦِ (ﺗﻠﺨﻴﺺ ﺍﻟﺤﺒﻴﺮ ﻓﻲ ﺗﺨﺮﻳﺞ‬
) 245 / 2 ‫ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺮﺍﻓﻌﻲ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ‬

"Ibnu Hibban dalam kitab sahihnya memberi komentar pada hadis Ma'qil diatas bahwa yang
dimaksud adalah orang yang akan meninggal bukan mayit yang dibacakan di hadapannya. Begitu
pula hadis: 'Tuntunlah orang yang akan mati diantara kalian dengan Lailahaillallah,' dan

telah dibantah oleh Muhib al-Thabari dalam kitab al-Ahkam bahwa hal itu tidak dapat diterima
dalam hal membaca Yasin, sementara talqin

kepada orang yang akan meninggal bisa diterima" (Talkhis al-Habir II/245)

7. Muhammad al-Shan'ani :

( ‫ﺻﻠَّﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﻭ َﺳﻠّﻢَ ِﺍ ْﻗﺮَﺍﺀُﻭﺍ َﻋﻠَﻰ َﻣﻮْ َﺗﺎ ُﻛﻢْ ﻳﺲ َﻭ ُﻫﻮَ َﺷﺎ ِﻣ ٌﻞ ﻟ ِْﻠﻤَﻴِّﺖِ َﺑ ْﻞ ُﻫﻮَ ْﺍﻟﺤَﻘِﻴْ َﻘ ُﺔ ﻓِﻴْ ِﻪ‬ ٍ ‫َﻭﺃَ ْﺧﺮ ََﺝ ﺃَ ُﺑﻮْ ﺩَ ﺍﻭُ ﺩَ ِﻣﻦْ َﺣﺪِ ْﻳﺚِ َﻣﻌْ ﻘ ِِﻞ ْﺑﻦِ َﻳﺴ‬
َ ‫َﺎﺭ َﻋﻨْ ُﻪ‬
) 119 / 2 ‫ﺳﺒﻞ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺑﺸﺮﺡ ﺑﻠﻮﻍ ﺍﻟﻤﺮﺍﻡ ﻟﻤﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺍﻷﻣﻴﺮ ﺍﻟﻜﺤﻼﻧﻲﺍﻟﺼﻨﻌﺎﻧﻲ‬

"Hadis riwayat Abu Dawud dari Ma'qil 'Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal' ini,
mencakup pada orang yang telah meninggal, bahkan hakikatnya adalah untuk orang yang
meninggal" (Subul al-Salam Syarah Bulugh al-Maram II/119)

Riwayat lain yang menguatkan adalah:

‫ﺙ َﻋﻦِ ْﺍﻟﻤُﺠَﺎﻟِﺪِ َﻋﻦِ ﺍﻟﺸَّﻌْ ﺒِﻲِّ َﻗﺎ َﻝ َﻛﺎ َﻧﺖِ ﺍﻷَ ْﻧﺼَﺎ ُﺭ َﻳ ْﻘﺮَﺅُ ْﻭ َﻥ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ِﺑﺴُﻮ َْﺭ ِﺓ ْﺍﻟﺒَ َﻘﺮَ ِﺓ (ﻣﺼﻨﻒ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﺭﻗﻢ‬
ٍ ‫َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ َﺣ ْﻔﺺُ ْﺑﻦُ ﻏِ ﻴَﺎ‬
) 10953

"Diriwayatkan dari Sya'bi bahwa sahabat Anshor membaca surat al-Baqarah di dekat orang yang
telah meninggal" (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10963).

Begitu pula atsar di bawah ini:

‫ﺎﻥ َﻳ ْﻘﺮَﺃ ُ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ُﺳﻮ َْﺭ َﺓ ﺍﻟﺮَّﻋْ ﺪِ (ﻣﺼﻨﻒ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﺭﻗﻢ‬
َ ‫َّﺎﻥ ْﺑﻦِ ﺇِ ْﺑﺮَﺍ ِﻫﻴْﻢَ َﻋﻦْ ﺃ ُ َﻣﻴَّ َﺔ ﺍﻷَ ْﺯﺩِﻱِّ َﻋﻦْ َﺟ ِﺎﺑﺮِ ْﺑﻦِ َﺯ ْﻳﺪٍ ﺃَ َّﻧ ُﻪ َﻛ‬
َ ‫َﺣﺪَّ َﺛﻨَﺎ َﻭ ِﻛﻴْ ٌﻊ َﻋﻦْ َﺣﺴ‬
)10957

."Diriwayatkan dari Jabir bin Zaid bahwa ia membaca surat al-Ra'd di dekat orang yang telah
meninggal" (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10967).

Bahkan ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar memperkuat riwayat tersebut :


َ ُ‫ﺕ ﺍﻟﺘ َِّﺎﺑ ِﻌﻴْﻦَ ﺃَ َّﻧ ُﻪ َﻳ ْﻘﺮَﺃ ُ ﻋِ ﻨْﺪَ ْﺍﻟﻤَﻴِّﺖِ ُﺳﻮ َْﺭ َﺓ ﺍﻟﺮَّﻋْ ﺪِ َﻭ َﺳﻨَﺪُﻩ‬
‫ﺻﺤِﻴْ ٌﺢ‬ ِ ‫ َﺟ ِﺎﺑﺮِ ْﺑﻦِ َﺯ ْﻳﺪٍ َﻭ ُﻫﻮَ ِﻣﻦْ ِﺛ َﻘﺎ‬vِ‫َﻭﺃَ ْﺧﺮ ََﺝ ﺍ ْﺑﻦُ ﺃَ ِﺑﻰ َﺷﻴْﺒَ َﺔ ِﻣﻦْ ﻃَﺮِ ْﻳﻖِ ﺃَ ِﺑﻰ ﺍﻟﺸَّﻌْ ﺜَﺎﺀ‬
) 266 / 10 ‫(ﺭﻭﺿﺔ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ‬

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari jalur Jabir bin Zaid, ia termasuk Tabi'in yang terpercaya, bahwa
ia membaca surat al-Ra'd di dekat orang

yang telah meninggal. Dan Sanadnya adalah sahih! " (Raudlat al-Muhadditsin X/226).

👉 Dari uraian ini dapat diketahui bahwa tuduhan hadis palsu dalam beberapa fadilah surat Yasin
karena mereka hanya melihat dari satu jalur riwayat saja, sementara dalam hadis tersebut memiliki
banyak jalur riwayat. Hal inilah yang sering menjadi kecerobohan dari Ibnu al- Jauzi dalam kitabnya
'al-Maudluat' yang menuai kritik tajam dari ahli hadis lain, seperti Ibnu Hajar, al-Suyuthi dan lain-lain.

Al-Hafidz al-Haitsami berkata: "Dalam sanadnya ada perawi bernama Mahfudz bin Maisur, Ibnu
Hatim tidak memberi penilaian sama sekali kepadanya" (Majma' al-Zawaid No 660). Ini menunjukkan
hadis tersebut tidak dlaif

Jd tdk ada dalil MENGHARAMKAN, MELARANG Membaca surah yasin terkhusus dalam
tahlilan,syukuran dll.

Mereka yang anti tahlilan baca yasin hanya golongan minoritas yg tdk TDK sepaham dgn Salafus
sholeh tetapi LUCUNYA mengaku ikut paham salaf dan mereka GEMBAR GEMBORKAN dalam
merekrut angggota dan menipu umat yg dangkal ilmu agama.

Terkait pahala bacaan.

Diatas telah dijelaskan tentang pendapat imam safii tetapi sebagai pelengkap perhatikan hal berikut.

Dalam tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi’i) 774 H beliau mengomentari ayat

39 surah an Najm (IV/236: Dar el Quthb), beliau mengatakan Imam Syafi’i berkata bahwa tidak

sampai pahala itu, tapi di akhir nya beliau berkomentar lagi :

‫ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ‬

Bacaan alquran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai.

Menurut Imam Syafi’i pada waktu beliau masih di

Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bcaan al-
Quran tidak sampai ke mayit, Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan
mengatakan bacaan alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai dengan ditambah berdoa“
Allahumma awshil.dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kumpulan murid2 Imam Syafi’i yg lain
berfatwa bahwa bacaan

alquran sampai.
Nah dengan demikian jika bacaan itu di iringi dgn tujuan,niat maka pada hakekatnya sampai.

Ada beberapa ayat sangat jelas bahwa mendoakan umat muslim itu juga printah Allah dan jk ada
printah Allah maka Allah lebih tahu perkara doa dan pahalanya.

👉 Contoh ayat :

* Surat al-Hasyr : 10

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb
kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami

yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang.”

* Surat Muhammad : 19

“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah

(sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah

mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu

tinggal”.

Ayat ayat di atas jelas kewajiban memohonkan ampunan kepada sesama saudara muslim dan tentu
dgn banyak cara salah satunya tahlilan.baca yasin ayat ayat lain seperti contoh dlm dalil dalil diatas.

Bagi yg tdk suka tahlilan silahkan tetapi jangan pernah mengklaim haram,bidah berdasarkan azaz
prasangka dan jika memang ikut salafus sholeh jgn cuma BERMOTTO mengklaim saja tetapi
prakteknya menentang paham salafus sholeh hanya krn TAKLID BUTA pada pemimpin golonganya yg
justru sama sekali bukan ulama salaf bahkan fatwanya tdk di akui serta di sepakati mayoritas umat
islam.

Kalo boleh saya katakan, golongan macam wahabi tdk pernah di kenal ulama dahulu sejak masa
rasulullah.bahkan tergolongan golongan baru. era modren.yg ulamanya tdk satupun hidup di masa
salaf.

Dan hal hal lain tdk ada mayoritas umat islam dunia merujuk kitab kitab baru krn golongan baru
macam wahabi.

Jd tidak usah berfatwa fatwa,berdalil dalil dgn kitab ulama wahabi krn tidak laku kecuali oleh
pengikutnya saja yg sudah ketularan masuk golongan wahabi.
Mereka ini tdk ada bedanya orang orang yg ketularan gafatar.ldii.ahmadiyah.hti.ji.syiah.dll.

Semuanya terjebak kerena dasarnya DANGKAL dan setelah masuk belagak pinter,ngaku ahli
sunnah,gaya jadi ngalim,pakem,pas di uji dgn byk ilmu..malah bingung.muter muter.

Aneh bukan ????

Ya aneh..karna memang begitulah orang bodoh terjebak aliran sesat.

Wallaahu a'lam bish showab

Anda mungkin juga menyukai