Anda di halaman 1dari 10

PERMODELAN NUMERIK ELEMEN BALOK BETON

MENGGUNAKAN METODE SIMILITUDE


Ricky Andriano1, Reni Suryanita2, Harnedi Maizir3
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru
Email: ricky.andriano@student.unri.ac.id
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru
Email: reni.suryanita@eng.unri.ac.id
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru
Email: harnedi@sttp-yds.ac.id

ABSTRACT
Nowadays, structure test could be done through software analysis and laboratory test. One
of the obstacle in laboratory test is the availibility of testing capacity. Therefore,
similitude method was developed in order to replicate the prototype`s condition by
variables scaling so the laboratory test could be initiated. The purpose of this research is to
analyze the structure element with model-scaled size by similitude method and finite
element method. The element which which will be analyzed is concrete beam with
prototype ratio with model size is 1:3. The analysis on concrete beam`s element consisted
of bending moment and maximum deflection on the center of span. The result of this
research displayed the concrete beam`s element analysis by using finite element program
was larger compared to similitude method. The result of bending moment analysis by
using similitude method and finite element program has indicated a deviation of 2,793
kNm to 13,849 kNm, whereas the deflection analysis shown a deviation of 0,171 mm to
0,872 mm on the magnitude of loads 100 kN to 500 kN.

keyword: modeling, similitude method, prototype, concrete beam

ABSTRAK
Pengujian struktur pada ssat ini dapat dilakukan baik melalui analisis perangkat lunak
maupun pengujian laboratorium. Salah satu kendala dalam pengujian laboratorium
adalaah ketersediaan kapasitas pengujian. Sehingga dikembangkan metode similitude
yang bertujuan untuk mereplikasi keaadaan prototipe dengan cara menskalakan variabel
agar dapat dilakukan pengujian di laboratorium. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis elemen struktur dengan ukuran skala model dengan metode similitude dan
program elemen hingga. Elemen struktur yang akan dianalisis adalah balok beton dengan
perbandingan prototipe dengan ukuran model adalah 1:3. Analisis yang dilakukan pada
elemen balok beton berupa momen lentur dan lendutan maksimum pada tengah bentang.
Hasil penelitian ini menunjukkan analisis elemen balok beton dengan menggunakan
program elemen hingga lebih besar dibandingkan dengan metode similitude. Hasil analisis
momen lentur dengan menggunakan metode similitude dengan program elemen hingga
menunjukan selisih 2,793 kN m hingga 13,849 kN m serta analisis lendutan menunjukkan
selisih 0,171 mm hingga 0,872 mm pada pembebanan 100 kN hingga 500 kN.

Kata Kunci : model, metode similitude, prototipe, balok beton

Andriano, R and Suryanita, R (2017) Permodelan Elemen Balok Beton Menggunakan Metode Similitude.
In: Hidayat, B and Purnawan, P (Eds.) Prosiding 4th Andalas Civil Engineering (ACE) Conference 2017,
9 November 2017, Universitas Andalas, Padang. Jurusan Teknik Sipil Unand, 573-582
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

1. PENDAHULUAN

Struktur pada saat ini dapat di analisis secara luas baik melalui perangkat lunak maupun
pengujian laboratorium. Dalam analisis struktur dengan menggunakan pengujian
laboratorium terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ketersediaan alat
dan bahan, metode pelaksanaan, keamanan serta keselamatan kerja (K3), serta kondisi
ruang pelaksanaan.Salah satu kendala yang sering dihadapkan pada pengujian
laboratorium adalah keterbatasan ruang penelitian dalam menganalisis struktur. Struktur
dengan dimensi besar menyulitkan untuk dilakukan pengujian laboratorium. Oleh sebab
itu, analisis struktur dapat dilakukan dengan cara menggunakan permodelan struktur
dengan metode similitude. Metode similitude merupakan salah satu metode yang berasal
dari konsep pengujian pada model struktur.
Ramu et al. (2013) menyatakan bahwa metode similitude telah diterapkan dalam bidang
teknik dimana dapat membantu para insiyur dan peneliti untuk mereplikasi sruktur
prototype serta memprediksi pola perilaku struktur. Selain itu, permodelan struktur
dengan metode similitude dapat dilakukan baik dalam hal geometrik, properti material,
dan pembebanan.
Permodelan struktur pada suatu riset dapat menimbulkan suatu teori baru yang dapat
mengembangkan suatu model matematik dalam metoda analitik. Permodelan struktur
juga dapat dilakukan pengecekan pada hasil analisis yang diperoleh baik dari metoda
analitik maupun numerik. Dalam melakukan permodelan struktur terdapat 2 hal yang
perlu diketahui yaitu teori model struktur dan teknik - teknik eksperimental.
Struktur yang akan dimodelkan dalam permodelan struktur adalah berupa elemen balok
beton. Elemen balok beton akan dimodelkan dalam skala laboratorium dengan metode
similitude untuk dilakukan analisis perilaku. Rumusan masalah dalam penulisan ini
adalah bagaimana hasil analisis elemen balok beton dengan menggunakan permodelan
serta perbandingan analisis dengan menggunakan program elemen hingga. Manfaat dari
penelitian yang dilakukan adalah untuk menvalidasi hasil analisis yang diperoleh dari
permodelan balok dengan menggunakan program elemen hingga.

2. STUDI PUSTAKA

2.1 Teori Permodelan

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari pengujian laboratorium, Suhendro (2000)
mengklasifikasi model struktur menjadi 5 yaitu: (1) Elastic Model, (2) Indirect Model,
(3) Direct Model, (4) Strength Model, dan (5) Wind Effect Model.
Elastic Model digunakan untuk mengetahui respon elastik dari suatu struktur. Pada tipe
model ini, geometri dari model harus mirip (similar) dengan struktur aslinya
(prototype), namun material yang digunakan tidak harus sesuai dengan material
prototype.
Indirect model merupakan bentuk khusus dari Elastic Model yang digunakan untuk
memperoleh reaksi serta gaya - gaya dalam. Model tipe ini sering kali tidak memiliki
kemiripan secara langsung terhadap prototype.

574
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Direct model merupakan bentuk tipe model dengan variabel geometri serta pembebanan
pada model mirip dengan prototype nya serta hasil analisis berupa regangan, deformasi,
serta tegangan pada model ini juga mirip dengan prototype. Sehingga, direct model
merupakan keadaan khusus dari elastic model.
Strength model merupakan bentuk tipe model dengan variabel geometri serta
pembebanan pada model mirip dengan prototype. Selain itu, bahan untuk pembuatan
model harus sama dengan bahan pada prototype. Sehingga, model ini dapat dipakai
untuk memperoleh respon struktur sampai keruntuhan struktur tersebut.
Wind effect model dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu: (a) model struktur (shape
model) dimana hanya bentuk struktur yang dipentingkan. Hal tersebut disebabkan oleh
analisis yang diinginkan hanya berupa pengaruh bentuk struktur terhadap suatu respon
seperti gaya hambat, aliran air / udara yang melewatinya. (b) model aerolastik
(aerolastik model) dimana bentuk struktur, kekakuan, serta kekuatan strukturnya juga
dipentingkan.
Pada setiap kejadian di alam dinyatakan secara kualitatif dalam suatu dimensi yang
terbagi menjadi 5, yaitu (1) gaya (force) atau massa, (2) panjang (length), (3) waktu
(time), suhu (temperature), (5) perubahan listrik (electric charge). Pada bidang
mekanika, dimensi yang sering digunakan berupa gaya serta panjang untuk
permasalahan statik dan gaya, panjang, serta waktu untuk permasalahan dinamik.
Pernyataan kualitatif kemudian dibuat dengan melibatkan jumlah serta satuan standard
(kg, cm, detik).

2.2 Analisis Dimensi

Analisis dimensi pada permodelan struktur dapat dilakukan dengan menggunakan


metode similitude. Cho & Wood (1997) menyatakan bahwa terdapat kendala dalam
metode ini untuk mendapatkan prediksi yang tepat ,yaitu variabel yang terlibat dalam
perilaku struktur harus di analisis secara keseluruhan tanpa terkecuali.
Analisis dimensi dengan menggunakan metode similitude dapat dilakukan dengan
mengkombinasikan variabel - variabel sehingga menjadi kelompok yang convenient,
yang disebut phi terms (). Hal tersebut mengakibatkan tereduksinya jumlah bilangan
yang tidak diketahui yang terkait dalam persoalan tersebut.
Secara umum, analisis permodelan menyatakan bahwa persamaan:
F (X1 , X2 , … , Xn ) = 0 (1)
dapat diekspersikan secara ekivalen dalam bentuk:
G (π1 , π2 , … , πn ) = 0 (2)
i (i = 1, 2, ... , n) merupakan produk tak berdimenasi dari variabel fisik yaitu X1, X2, ...
, Xn. Jumlah produk yang tak berdimensi / phi term (m) merupakan banyaknya variabel
fisik (n) yang dikurangi dengan banyaknya dimensi yang terlibat dalam persamaan
tersebut (r). Sebagai contohnya terdapat persamaan yang terdiri dari tegangan (), gaya
(f), serta lendutan (u). Sehingga, jumlah variabel fisik (n) yang terdapat pada persamaan

575
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

tersebut adalah 3. Selain itu, jumlah dimensi yang terlibat (r) dalam persamaan tersebut
adalah 2 buah yaitu F dan L. Sehingga jumlah produk tak berdimensi adalah m = n - r =
3 - 2 = 1.
Ramu et al. (2013) menyatakan terdapat beberapa prosedur dalam melakukan
permodelan struktur dengan metode similitude, yaitu (1) menentukan jumlah variabel
fisik yang terlibat, (2) mengelompokkan variabel yang terlibat berdasarkan basis
dimensi, (3) membuat fungsi untuk menentukan phi term (4) menentukan jumlah phi
term, (5) menulis semua variabel yang tak berdimensi, (6) menentukan permodelan
struktur berdasarkan variabel yang tak berdimensi
Untuk menentukan lendutan maksimum (respon elastik pada balok beton bertulang)
yang dibebani dengan beban terpusat . Variabel - variabel fisik yang terlibat meliputi:

Tabel 1. Variabel fisik dalam menentukan lendutan maksimum


No Variabel Notasi Dimensi
1 lendutan u F
2 Beban P FL-1
3 Modulus Elastisitas Ec FL-2
4 Mutu Beton f'c FL-2
5 Momen Lentur M FL
6 Lebar Balok B L
7 Tinggi Balok H L
8 Panjang Bentang l L

Adapun Persamaan (1) dapat ditulis:


F (u, P, Ec, f ′ c, M, B, H, l) = 0 (3)
atau dapat ditulis lendutan sebagai fungsi dari beberapa variabel
u = F −1 (P, Ec, f ′ c, M, B, H, l) (4)
untuk memperoleh  term, maka persamaan (4) dapat ditulis:
u = K P a . Ec b . f′c c . M d . Be . H f . lg (5)
dimana K merupakan parameter tak berdimensi (konstanta)
Secara dimensional:
F 0 L1 T 0 = (FL−1 )a . (FL−2 )b . (FL−2 )c . (FL)d . (L)e . (L)f . (L)g (6)
F 0 L1 T 0 = F (a+b+c+d) . L(−a−2b−2c+d+e+f+g) (7)
Sehingga
F : a+b+c+d (8)

576
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

L : -a-2b-2c+d+e+f+g (9)
Sehingga, dari variabel fisik (n)yang terlibat berjumlah 8 buah dengan dimensi yang
terlibat (r) berjumlah 2 buah. sehingga phi term (m) berjumlah 6 buah. Selanjutnya
ditetapkan 2 variabel yang independent. Varibel independent dapat ditentukan dengan
dua cara, yaitu (1) determinant harus ≠ 0 dan (2) dimensi yang terlibat sebagai variabel
independent harus berbeda. Dalam hal ini, ditetapkan variabel idependent berupa
panjang bentang (l) dan mutu beton (f'c). Variabel b dan g dapat dinyatakan dalam
variabel lain, yaitu:
b = -a-c-d (10)
g = a+2b+c-d-e-f+1
= a+2(-a-c-d)+2c-d-e-f+1
= -a-3d-e-f+1 (11)
dari persamaan (10) dan (11) diperoleh:
u = K P a . Ec −a−c−d . f′c c . M d . Be . H f . l−a−3d−e−f+1
P a f′c c M d B e H f
u
l
= K (Ec.l) . (Ec) . (Ec.l3 ) . ( l ) . ( l ) (12)

π1 = K π2 . π3 . π4 . π5 . π6 (13)
Pada proses di atas, akhirnya dapat diperoleh persamaan dengan variabel yang tidak
berdimensi (1,2,...,6).
Prinsip-prinsip analisis deimensi yang telah terurai dapat mudah digunakan pada
pembuatan model struktur. Secara umum, model struktur dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu (1) True Model, (2) Adequate Model, (3) Distorted Model. Pada true model,
persyaratan similaritas dipenuhi seluruhnya sehingga model pada jenis ini disebut juga
model yang memiliki complete similarity.
Berdasarkan teori burckingham, setiap peristiwa fisik dapat dinyatakan dalam:
π1 = ∅ (π2 , π3 , … , πn ) (13)
Bila Persamaan (13) dapat ditulis untuk prototype dan untuk modelnya, maka diperoleh
hubungan, yaitu:
𝜋1𝑝 𝐹𝑝 (𝜋1𝑝 ,𝜋2𝑝 ,… ,𝜋𝑛𝑝 )
=𝐹 (14)
𝜋1𝑚 𝑚 (𝜋1𝑚 ,𝜋2𝑚 ,… ,𝜋𝑛𝑚 )

Dimana:
1p : pada prototype
1m : pada model
Maka :

577
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

𝑢𝑝 𝑢𝑚 𝑢𝑝 .𝑙𝑚
1p=1m 𝑙 = 𝑢𝑚 = (15)
𝑝 𝑙𝑚 𝑙𝑝

𝑃𝑝 𝑃 𝑃𝑝 .𝐸𝑐𝑚 .𝑙𝑚
2p=2m 𝐸𝑐 = 𝐸𝑐 𝑚𝑙 𝑃𝑚 = (16)
𝑝. 𝑙𝑝 𝑚. 𝑚 𝐸𝑐𝑝 .𝑙𝑝

𝑓′𝑐𝑝 𝑓′𝑐𝑚 𝑓′𝑐𝑝 .𝐸𝑐𝑚


3p=3m  𝐸𝑐 = 𝑓′𝑐𝑚 = (17)
𝑝. 𝐸𝑐𝑚. 𝐸𝑐𝑝

𝑀𝑝 𝑀𝑚 𝑀𝑝 .𝐸𝑐𝑚 .𝑙3 𝑚
4p=4m 𝐸𝑐 = 𝐸𝑐 𝑀𝑚 = (18)
𝑝. 𝑙𝑝 𝑚. 𝑙3 𝑚 𝐸𝑐𝑝 .𝑙3 𝑝

𝐵𝑝 𝐵𝑚 𝐵𝑝 .𝑙𝑚
5p=5m 𝑙 = 𝐵𝑚 = (19)
𝑝 𝑙𝑚 𝑙𝑝

𝐻𝑝 𝐻𝑚 𝐻𝑝 .𝑙𝑚
6p=6m 𝑙 = 𝐻𝑚 = (20)
𝑝 𝑙𝑚 𝑙𝑝

3. METODOLOGI PENELITIAN

Permodelan yang digunakan pada penelitian ini berupa elemen balok beton dengan
melakukan skala geometri pada bentang panjang adalah 1:3 dan skala mutu beton
adalah 1:2

3.1 Data Material

Material yang digunakan dalam penelitian ini berupa material beton, dengan karateristik
prototype, yaitu:
1. Kuat tekan beton, f'c = 40 MPa
2. Modulus elastisitas, Ec = 29725,41 MPa
3. Angka Poisson,  = 0,3
4. Massa jenis = 24 kN/m3

3.2 Data Elemen

Elemen struktur yang digunakan dalam penelitian ini adalah elemen balok dengan
tampang persegi panjang dengan perletakan berupa perletakan sendi dan perletakan rol:

Gambar 1 Struktur elemen balok beton dengan perletakan sederhana


1. Lebar Balok, B = 40 cm
2. Tinggi Balok, H = 60 cm
3. Bentang Balok, l = 300 cm

578
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

3.3 Data Pembebanan

Pembebanan yang dilakukan pada penelitian ini berupa beban terpusat yang terletak
pada tengah bentang balok dengan pembebanan pada prototype yaitu 100 kN, 200 kN,
300 kN, 400 kN, dan 500 kN.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Prototype

Analisis prototype harus dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh perilaku elemen
balok beton. Analisis elemen balok beton dilakukan dengan menggunakan program
elemen hingga yaitu SAP 2000. Analisis yang didapatkan berupa momen lentur dan
lendutan maksimum. Tabel 2 menunjukan hasil analisis balok beton prototype dengan
SAP 2000

Tabel 2. Hasil analisis balok beton prototype dengan SAP 2000


Analisis SAP 2000
Pembebanan
No Momen Lendutan
kN kN m mm
1 100 81,48 0,291
2 200 156,48 0,553
3 300 231,48 0,816
4 400 306,48 1,079
5 500 381,48 1,342

4.2 Permodelan Dimensi

Balok beton yang di analisis kemudian dilakukan permodelan dengan mengunakan


metode similitude yang dapat dirujuk dari tabel 1 dengan skala bentang panjang yaitu
1:3 serta skala pada mutu beton yaitu 1:2, sehingga didapatkan permodelan untuk balok
beton, yaitu. Tabel 3 menunjukkan permodelan dimensi pada balok beton.

Tabel 3. Permodelan dimensi balok beton


No Variabel Satuan Prototype Model
𝑩𝒑 .𝒍𝒎
1 Lebar Balok (B) Cm 40 𝑩𝒎 = 𝒍𝒑
= 𝟏𝟑, 𝟑
𝑯𝒑 .𝒍𝒎
2 Tinggi Balok (H) Cm 60 𝑯𝒎 = 𝒍𝒑
= 𝟐𝟎
3 Panjang Bentang (l) Cm 300 100
4 Mutu Beton (f'c) Mpa 40 20
𝑬𝒄𝒑 ×𝒇𝒄𝒎
5 Modulus Elastisitas (Ec) Mpa 29275,41 𝑬𝒄𝒎 = 𝒇′𝒄𝒑
= 𝟏𝟒𝟖𝟔𝟐, 𝟕𝟏

579
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

4.3 Permodelan Pembebanan

Pembebanan yang dilakukan pada balok beton berupa beban terpusat yang terletak pada
tengah bentang kemudian dimodelkan dengan metode similitude pada Persamaan (16).
Tabel 4 menunjukkan permodelan beban terpusat pada balok beton.

Tabel 4. Permodelan beban terpusat pada balok beton


Pembebanan Pembebanan
No Prototype Model
kN kN
1 100 16,67
2 200 33,33
3 300 50,00
4 400 66,67
5 500 83,33

4.4 Analisis Permodelan

Analisis balok beton yang telah dimodelkan dianalisis kembali dengan menggunakan
metode similitude. Hasil analisis yang berupa momen serta lendutan maksimum dapat
ditentukan dengan pada Persamaan (15) dan Persamaan (18). Setelah dilakukan analisis
dengan metode similitude kemudian divalidasi dengan menggunakan SAP 2000 dengan
ukuran model. Gambar 2 menunjukkan analisis balok beton dengan SAP 2000.

Gambar 2 Analisis balok beton dengan SAP 2000 dengan pembebanan 83,33 kN
Hasil dari analiss balok beton dengan SAP 2000 berupa momen lentur serta lendutan
maksimum. Tabel 5 menunjukkan hasil analisis balok beton metode similitude dengan
SAP 2000.

Tabel 5. Hasil analisis balok beton dengan metode similitude dan SAP 2000
Similitude Analisis SAP 2000
Pembebanan
No Momen Lendutan Momen Lendutan
kN kN m mm kN m Mm
1 16,67 1,509 0,097 4,248 0,268
2 33,33 2,898 0,184 8,413 0,531
3 50,00 4,287 0,272 12,58 0,794
4 66,67 5,676 0,360 16,748 1,057
5 83,33 7,064 0,447 20,913 1,319

580
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

Tabel 5 menunjukkan hasil analisis balok beton metode similitude dan analisis SAP
2000. Semakin bertambah pembebanan pada model berakibat semakin besar momen
serta lendutan yang terjadi. Perbandingan antara hasil analisis momen serta lendutan
pada model balok beton dengan metode similitude serta SAP 2000 ditunjukan pada
Gambar 3 dan Gambar 4.
25,000
Momen Lentur (kN m)

20,000

15,000
Metode Similitude
10,000
Analisis SAP 2000
5,000

0,000
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00
Beban Terpusat (kN)

Gambar 3 Grafik perbandingan analisis momen lentur elemen balok beton antara metode
similitude dengan SAP 2000
1,400
1,200
Lendutan ( mm)

1,000
0,800
0,600 Metode Similitude

0,400 Analisis SAP 2000


0,200
0,000
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00
Beban Terpusat (kN)

Gambar 4 Grafik perbandingan analisis lendutan maksimum elemen balok beton antara
metode similitude dengan SAP 2000

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara
lain:
1. Hasil analisis dengan SAP 2000 menunjukkan nilai momen lentur dan lendutan
maksimum yang lebih besar dibandingkan analisis dengan metode similitude.
2. Selisih momen lentur hasil analisis metode similitude dan SAP 2000 pada
pembebanan 16,67 kN adalah 2,793 kN m dan pada pembebanan 83,33 kN adalah
13,849 kN m. Sehingga, selisih momen lentur hasil analisis metode similitude dan
SAP 2000 semakin besar seiring dengan bertambahnya pembebanan pada tengah
bentang.

581
4th ACE Conference. 9 November 2017, Padang, Sumatra Barat

3. Selisih lendutan maksimum hasil analisis metode similitude dan SAP 2000 pada
pembebanan 16,67 kN adalah 0,171 mm dan pada pembebanan 83,33 kN adalah
0,872 mm. Sehingga, selisih lendutan maksimum hasil analisis metode similitude
dan SAP 2000 semakin besar seiring dengan bertambahnya pembebanan pada
tengah bentang.

6. DAFTAR PUSTAKA

Suhendro, B. 2000. Teori Model Struktur dan Teknik Eksperimental.


Sabnis, G. M., Harris, H. G., White, R. N. and Mirza, M. S. 1983. Structural Modeling
and Experimental Texhniques.
Widyawati, R. 2010 Pemodelan Benda Uji Balok Kayu Laminasi Komposit Duren-
Sengon. Jurnal Rekayasa, 14(3), pp. 157–168.
Cho, U. and Wood, K. 1997. Empirical Similitude Method for the Functional Test with
Rapid Prototypes. in Proceedings of the 1997 Solid Freeform Fabrication
Symposium, pp. 559–567.
Ramu, M., Raja, V. P. and Thyla, P. R. 2013. Establishment of structural similitude for
elastic models and validation of scaling laws. KSCE Journal of Civil
Engineering. Springer, 17(1), pp. 139–144.

7. UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan artikel ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik
Sipil Universitas Riau dan Kementrian Ristek dan Pendidikan Tinggi yang telah
membantu dalam pendanaan dan mendukung penelitian ini.

582

Anda mungkin juga menyukai