Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEHILANGAN PANAS PADA MANUSIA DAN BAYI BARU LAHIR

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEVA BILANTI


NIM : PO.71.24.3.20.052
TINGKAT : IB

DOSEN PEMBIMBING : NURAYUDA, SST,. M. Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRIODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kita, sehingga tugas makalah tentang Menghilangkan Panas Pada Manusia Dan Bayi Baru
Lahir dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini juga sebagai tugas yang harus
dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi kita.
Makalah ini saya buat berdasarkan apa yang telah saya terima dan juga saya kutib dari
berbagi sumber baik dari buku maupun dari media elektronik.Semoga isi dari makalah ini
dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam pembuatan
makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah ini.Demikian,
apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam isi makalah ini,penulis mohon maaf yang
sebesa besarnya.

Merapi Selatan, 02 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hipotermia..........................................................................................................3
2.2 Menghilangkan Panas Pada BBL.......................................................................7
2.3 Mencegah Kehilangan Panas..............................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekitar tiga juta bayi baru lahir (BBL) meninggal setiap tahun di seluruh dunia, dengan angka
kematiandi negara berkembang enam kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (UNICEF,
2007). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi, sekitar 56% kematian terjadi
pada periode neonatal, dengan persentase terbesar pada usia 0-6 hari (78,5%). Penelitian
tahun 2013 menunjukan bahwasepertiga penyebab utama kematian bayi adalah kelahiran
kurang bulan (RISKESDAS, 2013)
Hipotermia merupakan salah satu penyebab utama kematian BBL, dimana setiap penurunan
1oC suhu aksila meningkatkan risikokematian 75% (Darmstadt, 2006; Silverman, 1958).
Hipotermia sering terjadi pada bayi kurang bulan (BKB) dengan berat lahir rendah dan risiko
tertinggi terjadi pada menit pertama setelahlahir saat bayi menyesuaikan diri dengan
lingkungan ekstrauterin (Bhatt, 2007).
Ketidakstabilan suhu tersebut disebabkan karena proses kehilangan panas tubuh, pusat
pengaturan suhu di hipotalamus belum sempurna, jumlah lemak subkutanSedikit, rasio luas
permukaan terhadap berat badan yang besar, respons vasomotortidak stabil sehingga tidak
dapat berkonstriksi secara optimal untuk memperlambatkehilangan panas, produksi panas
berkurang akibat lemak coklat yang sedikit, serta ketidakmampuan untuk menggigil
(Yunanto, 2008; Brueggemeyer, 2011).World Health Organization (WHO) memberikan
rekomendasi 10 langkahterpadu pencegahan hipotermia pada BBL, yaitu ruang bersalin yang
hangat, segera mengeringkan, kontak kulit ke kulit, menyusui dini, menunda memandikan
bayi, menimbang, memberi pakaian dan selimut, rawat gabung, transportasi serta resusitasi
yang hangat. RekomendasiWHO tentang suhu ruangan bersalin minimal 250C pada BKB
terbukti efektif menurunkan angka kejadian hipotermia (WHO, 1997).
Penelitian terbaru di China membandingkan 2 grup dengan masing-masing jumlah subyek 48
BKB yang dilahirkan pada ruangan dengan suhu rerata 25,1 ± 0,60C dan suhu 22,5 ± 0,60C.
Pada kelompok subyek yang dilahirkan pada suhu lebih hangat (25,1 ± 0,60C) ternyata
memiliki suhu rektal yang lebih tinggi dan berbeda signifikan dibanding kelompok subyek
yang dilahirkan pada ruangan dengan suhu standar(22,5 ± 0,60C). Hal ini dibuktikan dengan
perbandingan kejadian suhu rektal < 360C pada kelompok subyek pertama lebih rendah
(34,9% vs 68,8%) dengan nilai p < 0,01 dan rerata suhu rektal saat tiba diruang perawatan
NICU lebih tinggi pada kelompok subyek pertama (36,0± 0,90C vs 35,50C ± 0,80C) dengan
nilai p < 0,01 (Jia, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penanganan hipotermia?
2. Bagaimana cara menghilangkan panas yang terjadi pada bayi belum lahir ?

1.3 Tujuan
1.Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang mekanisme
menghilangkan panas manusia dan bayi .
2.Dapat mengetahui tentang asal panas suhu tubuh manusia
3.Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi hipotermia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hipotermia
Temperatur normal tubuh manusia, atau normothermia berada pada kisaran 37°C. ‘Hipo’
adalah ungkapan medis yang memiliki arti ‘di bawah’ atau ‘di bawah normal’. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Hipotermia adalah kondisi suhu tubuh yang berada di bawah
temperatur normalnya. Kondisi ini menggambarkan keadaan di mana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.
Hipotermia terjadi ketika tubuh manusia mengeluarkan panas lebih banyak ketimbang
menghasilkan panas itu sendiri. Hal ini menyebabkan suhu tubuh menurun dan
mengakibatkan penurunan fungsi tubuh. Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian jika tidak
ditangani sejak dini. Seperti kata pepatah: mencegah lebih baik dari pada mengobati!

a. Mekanisme Produksi Panas Tubuh


Gerak tubuh. Otot dapat menghasilkan 73% panas tubuh selama bergerak. Gerak tubuh
merupakan salah satu cara tubuh memproduksi panas. Untuk mendukungnya, tubuh manusia
butuh asupan makanan dan minuman yang mencukupi agar tubuh memiliki kondisi fisik,
tenaga, dan stamina yang baik.
Menggigil. Ketika berada di alam bebas, tentu Anda sering merasa kedinginan dan tubuh
Anda secara spontan menggigil. Menggigil dapat meningkatkan produksi panas tubuh dua
sampai dengan enam kali lebih banyak dari biasanya.

b. Mekanisme Kehilangan Panas Tubuh


Kehilangan panas tubuh dapat terjadi melalui beberapa proses, yaitu radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi. Berikut penjelasannya:

1. Radiasi. Semakin dingin suhu lingkungan di sekitar Anda, maka semakin besar pula panas
tubuh yang akan Anda keluarkan (radiasi). Tubuh manusia menghasilkan panas yang
diradiasi melalui kulit. Panas tersebut diradiasi dari kulit ke pakaian, lalu ke lingkungan di
sekitar Anda. Dengan menggunakan pakaian yang tepat, Anda dapat meminimalisir
kehilangan panas tubuh, juga mencegah kehilangan panas tubuh melalui proses lain.
2. Konduksi. Proses ini terjadi ketika Anda bersentuhan secara langsung dengan objek atau
permukaan yang basah. Air dapat menghilangkan panas pada tubuh Anda 25 kali lebih cepat
ketimbang angin. Stay dry = stay alive!
3. Konveksi. Konveksi adalah proses dimana panas tubuh hilang terbawa oleh hembusan
angin atau air yang bersentuhan langsung dengan kulit.
4. Evaporasi. Ketika keringat pada kulit atau pakaian Anda yang basah menguap, maka pada
saat itu Anda sedang kehilangan panas tubuh. Proses ini menggambarkan kehilangan panas
tubuh melalui perubahan cairan menjadi gas, atau yang disebut dengan evaporative heat loss.
Pakaian yang lembab dapat menyebabkan meningkatnya kehilangan panas tubuh melalui
proses konduksi, dan evaporasi.

A. Faktor – Faktor Penyebab Hipotermia


1. Pakaian. Tubuh menghasilkan panas yang diradiasi melalui kulit, dan panas tubuh tersebut
akan menguap dan terperangkap pada pakaian Anda. Proses inilah yang membuat tubuh
Anda tetap hangat. Namun, panas tubuh yang terperangkap pada pakaian Anda akan hilang
terbawa oleh angin jika Anda tidak menggunakan pakaian yang tepat. Oleh karena itu,
gunakanlah jaket berbahan waterproof yang juga breathable untuk melindungi Anda dari
angin dan hujan.
Tidak hanya waterproof, jaket yang baik juga harus breathable agar keringat tidak terpendap
di dalam jaket.
2. Kondisi fisik. Tubuh yang lelah tidak dapat menghasilkan panas secara maksimal karena
kehabisan atau kekurangan energi. Yang mana dapat mengakibatkan penurunan suhu tubuh
dan dengan mudah terserang Hipotermia.
3. Makanan. Konsumsi makan yang tidak mencukupi akan mengakibatkan tubuh menjadi
lemah dan produksi panas tubuh menurun.

B. Tingkat – Tingkat Hipotermia


Sering kita merasa lemas atau lesu selama melakukan pendakian gunung. Sebagian orang
akan beranggapan bahwa itu merupakan hal yang biasa, bukan gejala Hipotermia. Tanda dan
gejala Hipotermia pada tingkat lanjut akan lebih mudah dikenali, namun lebih sulit untuk
ditangani. Berikut tingkat-tingkat Hipotermia beserta tanda dan gejala-nya:

1. Ringan. Pada tingkat ini, tanda awal bisa dilihat dari jari-jari tangan dan kaki yang pucat
dan kaku. Hal ini disebabkan oleh vasoconstriction, yaitu reaksi tubuh terhadap suhu yang
dingin dengan melakukan pengurangan suplai darah ke tangan dan kaki untuk menjaga suhu
inti tubuh. Jika tangan Anda pucat dan kaku, itu menunjukkan bahwa seluruh tubuh Anda
kedinginan. Pada tingkat ini, Anda masih dapat melakukan fungsi motorik seperti berjalan
dan bicara.
2. Sedang. Ketika temperatur tubuh Anda terus-menerus turun, maka fungsi mental dan fisik
Anda juga akan ikut menurun. Lemah, bersikap aneh, linglung, lupa, dan sering terjatuh
merupakan salah satu gejala pada tingkat ini.
3. Parah. Ketika suhu tubuh turun di bawah 32°C, korban Hipotermia akan berhenti
menggigil. Warna kulit pada bibir dan jari akan kebiruan atau pucat, karena kandungan
oksigen yang rendah dalam darah (cyanosis). Detak jantung akan melambat dan melemah.
Pada tingkat ini, sulit untuk merasakan denyut nadi.

C. Penanganan Hipotermia
Prinsip dasar dalam menangani korban Hipotermia adalah menjaga panas tubuh dan
melakukan tidakan penanganan agar korban Hipotermia dapat terus memproduksi panas
tubuh.

1. Penanganan Hipotermia Ringan


Jika seseorang sadar dan tidak kelelahan, namun menunjukkan tanda Hipotermia ringan
seperti gemetaran, kaki dan/atau tangan pucat, Anda dapat menangani-nya dengan cara
meningkatkan aktifitas fisik atau memberi makanan dan minuman manis yang hangat.
Pastikan pula korban mengenakan topi, scarf, dan sarung tangan. Perlu kita ketahui, kepala
merupakan sumber utama kehilangan panas tubuh, sekitar 20% – 40% kehilangan panas
tubuh terjadi pada bagian leher dan kepala. Angka ini akan meningkat menjadi 70% – 80%
jika Anda tidak mengenakan topi atau scarf untuk melindungi bagian tubuh ini.
Minuman manis dan hangat mampu meningkatkan kadar gula. Dalam situasi ini, manis lebih
penting ketimbang hangat. Photo: getoutzine.com
Jika memungkinkan, Anda dapat menghangatkan korban Hipotermia dengan membaringkan-
nya di tanah dengan memanfaatkan matras, sleeping bag, pakaian ganti, dan apa saja yang
dapat mengurangi kehilangan panas tubuh secara konduksi. Pastikan Anda tidak mengganti
pakaian korban sampai korban berada di dalam shelter. Mengganti pakaian korban dalam
kondisi lingkungan yang terbuka, basah, dan berangin malah akan memperparah kondisi
korban.
2. Penanganan Hipotermia Sedang
Pada tingkat ini, kondisi fisik korban Hipotermia akan menurun. Korban tidak mampu
melakukan aktifitas karena tidak memiliki cukup tenaga. Selain itu, korban juga
menunjukkan tingkah laku yang aneh. Untuk menanganinya, Anda dapat menghangatkan
korban sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Alumunium foil dapat dimanfaat
untuk menutupi sleeping bag agar panas tubuh yang dihasilkan tidak menguap ke lingkungan
sekitar. Untuk membantu korban memproduksi panas tubuh lebih cepat, Anda dapat
meletakkan sumber panas ke sejumlah pembuluh darah: leher, ketiak, dan groin. Semakin
dingin temperatur korban, maka semakin hati-hati penanganan-nya. Jantung akan semakin
sensitif terhadap sentuhan fisik, sehingga memudahkan korban Hipotermia mengalami gagal
jantung.
3. Penanganan Hipotermia Parah
Detak jantung korban Hipotermia akan sulit terdeteksi. Evakuasi harus dilakukan sesegera
mungkin. The Wilderness Medical Society menganjurkan untuk tidak melakukan proses CPR
jika korban masih bernafas.

D. Menghindari Hipotermia
1. Mengurangi kehilangan panas tubuh melalui radiasi, konveksi, konduksi, dan evaporasi.
2. Gunakan pakaian yang tepat. Invest in good quality clothing!
3. Makan dan minum yang cukup. Kegiatan mendaki gunung membutuhkan sumber tenaga
yang banyak.
4. Jangan membawa terlalu banyak barang. Semakin banyak barang yang dibawa, maka
semakin banyak tenaga yang dikeluarkan untuk membawanya naik-turun gunung. Pastikan
hanya barang-barang essential dan multi function yang Anda bawa selama mendaki gunung.
5. Menjaga satu sama lain. Gejala awal Hipotermia lebih mudah dideteksi oleh orang lain,
ketimbang oleh diri sendiri.
6. Langsung melakukan penanganan jika ditemukan gejala Hipotermia.

2.2 Menghilangkan Panas Pada Bayi Baru Lahir


BBL dapat kehilangan panas tubuh melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan
dapat terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juag terjadi pada bayi
yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2. Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur, atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah
dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan di atas benda-benda tersebut.
Contoh :
 Menimbang bayi tanpa alas timbangan
 Tangan penolong yang dingin saat memegang BBL
 Menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa BBL
3. Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara
dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
Contoh :
 Membiarkan atau menempatkan BBL di dekat jendela
 Membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin

4. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan
cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung). Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan
yang lebih dinginn (Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda)
Contoh :
 BBL dibiarkan dalam ruangan ber AC
 BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang

2.3 Mencegah Kehilangan Panas


Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.
Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perrut ibu.
2. Letakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di
dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
3. Selimuti ibu dan pasang topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian
kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Jangan segera memandikan bayi baru lahir
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari 6 jam setelah lahir
dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan BBL
5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya BBL ditempat tidur yang sama dengan
ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong
ibu agar segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kehilangan panas tubuh manusia dan bayi baru lahir dapat terjadi melalui beberapa proses,
yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi
2. Gunakan pakaian yang tepat. Invest in good quality clothing!
3. Makan dan minum yang cukup. Kegiatan mendaki gunung membutuhkan sumber tenaga
yang banyak.
4. Jangan membawa terlalu banyak barang. Semakin banyak barang yang dibawa, maka
semakin banyak tenaga yang dikeluarkan untuk membawanya naik-turun gunung. Pastikan
hanya barang-barang essential dan multi function yang Anda bawa selama mendaki gunung.
5. Menjaga satu sama lain. Gejala awal Hipotermia lebih mudah dideteksi oleh orang lain,
ketimbang oleh diri sendiri.
6. Langsung melakukan penanganan jika ditemukan gejala Hipotermia.
 Cara Mencegah Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir
1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
2. Letakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
3. Selimuti ibu dan pasang topi di kepala bayi
4. Jangan segera memandikan bayi baru lahir
5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

3.2 Saran
“Tiada gading yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu kami
dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan makalah
ini. Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai konsep manusia.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.e-education.psu.edu/egee102/node/2053
https://www.princeton.edu/~oa/safety/hypocold.shtml
http://www.beyondcoldwaterbootcamp.com/mechanisms-of-heat-loss
https://student-activity.binus.ac.id/swanarapala/2017/04/hipotermia-dan-cara-
menghindarinya/
https://ummiubay.blogspot.com/2012/02/mekanisme-kehilangan-panas-bayi-baru.html?m=1
 

Anda mungkin juga menyukai