Anda di halaman 1dari 6

Nama :Deva Bilanti

Kelas :TK 1B
NIM :PO.71.24.3.20.052
MK :KONSEP KEBIDANAN

KASUS:
Ny.N adalah seorang bidan yang berencana ingin melakukan praktik aborsi terhadap
seorang remaja .Ny.N ingin melakukan tindakan tersebut dengan alasan ingin
membantu remaja tersebut dan keluarganya,remaja tersebut sedang menjalankan
pendidikan di semester akhirdan ingin sekali menyelsaikan pendidikannya.

Sebagai teman sejawat,tindakan apa yang anda lakukan sebagai bidan terhadap Ny.N
Tersebut?

Jawaban:

Sebaiknya kita menegur dan memberikan nasihat leads teman sejawat kita yg ingin
melakukan praktik aborsi tersebut karena praktik aborsi itu elegal bagi seorang bidan
dan bisa di kenakan sanki yg berat,yg bisa melakukan aborsi itu adalah seorang
dokter spesialis kebidanan yg profesional dibidangnya

A.  PENGHARGAAN (REWARD)


Setiap bidan yang telah selesai menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan
wajib menjadi anggota IBI. Dalam lingkup IBI setiap anggota memiliki beberapa hak
tertentu sesuai dengan kedudukannya yaitu:
    ANGGOTA BIASA
 Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
  Berhak mengemukakan pendapat, saran, dan usul untuk kepentingan
organisasi
 Berhak memilih dan dipilih
   
 ANGGOTA LUAR BIASA
 Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
 Dapat megemukakan pendapat saran, dan usul untuk kepentingan organisasi
    
ANGGOTA KEHORMATAN
Dapat megemukakan pendapat saran, dan usul untuk kepentingan organisasi
Bidan sebagai suatu profesi memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan.
Penghargaan diberikan kepada Bidan tidak hanya imbalan jasa tetapi juga pengakuan
profesi dan pemberian kewenangan/hak untuk menjalankan praktek sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki.

1.Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Bidan:


Menurut Gibson 1987 ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang
antara lain:
a.Faktor individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman,
tingkat sosial, dan demografi seseorang.
b.Faktor psikologi: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja.
c.Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan (reward sistem).

2.Tujuan Penghargaan
a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun kelompok setinggi-
tingginya.
b.Peningkatan prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja
staf.
c.Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan mengembangkan pribadi
dengan meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.
d.Memberikan kesempatan kepada Bidan untuk menyampaikan perasaannya tentang
pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara pemimpin dengan staf.

Pemeliharaan SDM perlu diimbangi dengan sistem ganjaran (reward sistem), baik
yang berupa finansial, seperti gaji, tunjangan, maupun finansial seperti fasilitas
kendaraan, perubahan, pengobatan, dll dan juga berupa immaterial seperti
kesempatan untuk pendidikan dan pelatihan, dll. Pemeliharaan SDM yang disertai
dengan ganjaran (reward sistem) akan berpengaruh terhadap jalanya organisasi.
Dalam rangka meningkatkan motivasi dan memberi penghargaan bidan atas dharma
baktinya dalam melayani masyrakat, bidan diberi pengharagaan oleh IBI
bekerjasama dengan koalisi Indonesia sehat memberikan penghargaan dengan
kriteria “BIDAN BINTANG” mulai dilaksanakan tahun 2003.

Penghargaan “BIDAN BINTANG” diberikan setiap wilayah propinsi, diberikan


kepada 1 bidan senior dan 1 bodan yunior. Diberikan kepada bidan yang telah
melaksanakan peran dan fungsi bidan sesuai dengan kewenangan bidan, Kepmenkes
No.900/SK/VII/2002.

BIDAN BINTANG
BIDAN
B : Bersih kerjanya dan bersih hatinya
I : Ilmu mengikuti perkembangan
D : Dedikasi yang tinggi
A : Akurat dalam memberikan pelayanan (sesuai standar)
N : Nyaman bagi klien bila dilayani bidan
BINTANG
B : berKB (melayani KB)
I : Infeksi (memperhatikan pencegahan infeksi)
N : Natal (prenatal, antenatal, natal, postnatal)
T : TT (imunisasi)
A : ASI
N : Nutrisi
G : Gawat darurat dirujuk tepat waktu

Penghargaan juga diberikan kepada bidan yang berprestasi (bidan teladan). Selain
itu, bidan juga dapat diberi beasiswa.
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Masalah dapat diselesaikan hukum, tetapi belum tentu
dapat diselesaikan berdasarkan prinsip dan nilai etik. Berdasarkan pertimbangan
yang ada seorang bidan berhak:
1.Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
denganprofesinya.
2.Bekerja sesuai dengan standar profesi disetiap tingkat/jenjang pelayanan kesehatan.
3.Menolak keinginan pasien dan keluatga yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, kode etik profesi.
4.Mempunyai privasi, menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien,
keluarga, maupun preofesi lain.
5.Mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier dan jabatan yang
sesuai.
6.Mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan diri, baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
7. Mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
PENGHARGAAN BAGI BIDAN DESA
Bagi bidan desa yang berhasil menciptakan untuk membentuk wilayah/desa
binaannya menjadi “DESA SIAGA”. Bagi bidan yang berhasil menciptakan atau
membentuk “SUAMI SIAGA”, “DONOR DARAH BERJALAN”, di wilayah/desa
binaannya.

PUNISHMENT (SANKSI) BAGI BIDAN


Bagi bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai denganketentuan
yang berlaku (Kepmenkes RI No. 900/SK/VII/2002, yaitu

1.PASAL 42 BIDAN YANG DENGAN SENGAJA:


a.Melakukan praktek kebidanan tanpa mendapat pengekuan/adaptasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 dan atau
b.Melakukan praktek kebidanan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
c.Melakukan praktek kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25 ayat 1 dan 2, dipidanai sesuai dengan ketentuan Pasal 35
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996mtentang Tenaga Kesehatan.

2.PASAL 43
Pimpinan pelayanan sarana kesehatan yang tidak melaorkan bidan sebagaimana
dimaksud dalam pasl 32 dan atau mepekerjakan bidan yang tidak mempynyai izi
praktek, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan pasal 35 peraturan
pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang tentang tenaga kesehatan.

3.PASAL 44
a.Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 42, bidan
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam keputusan ini dapat
dikenakan tindakan disiplin berupa lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan
izin.
b.Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

4.UNDANG-UNDANG RI NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN


MENYEBUTKAN BEBERAPA HAL BERIKUT:
a.      Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
b.      Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c.       Pasal 80: barang siapa melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 1 dan 2
dipidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

1.PASAL 36
a. Kepada dinas kesehatan kabuupaten/kota dapat memberikan peringatan
lisan/tertulis kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap keputusan ini.
2.Peringatan lisan /tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan paling
banyak 3 kali dan apabila peringatan tersebut tidak dindahkan, kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota dapat mencabut SIPB bidan yang bersangkutan.
3.PASAL 37
Sebelum keputusan pencabutan SIPB ditetapkan, kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan (MDTK)/ Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika Pelayanan
Medis (MP2EPM) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.PASAL 38
a. Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada bidan yang bersangkutan dalam
waktu selambat-lambatnya 14 hari terhitung sejak keputusan ditetapkan.
b.Dalam keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disebutka lama pencabutan
SIPB.
c.Terhadap pencabutan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diajukan
keberatan kepada kepala dinas kesehatan propinsi dalam waktu 14 hari setelah
keputusan diterima, apabila dalam waktu 14 hari tidak diajukan keberatan, maka
keputusan tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap.
d.Kepala dinas kesehatan propinsi memutuskan ditingkat pertama dan terakhir semua
keberatan mengenai pencabutan SIPB.
e.Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ditempuh,
pengadilan tata usha negara tidak berwenang mengadili sengketa tersebut dengan
maksud pasal 48 undang-undang no.5 tahun1986 tentang pengadilan tata usaha
negara.

5.PASAL 39
Kepada dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan setiap pencabutan SIPB kepada
kepala dinas kesehatan propinsi setempat dengan tembusan kepada organisasi profesi
setempat.

6.PASAL 40
a.Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan nasional mentri kesehatan dan atau
rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut untuk sementara SIPB bidan
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.Pancabutan izin sementara sebagaiman dimaksud pada ayat 1 selanjutnya doproses
sesuai dengan ketentuan keputusan ini.

Contoh dari penghargaan


Dua bidan penolong penumpang kereta api Probowangi jurusan Banyuwangi-
Surabaya yang melahirkan bayi di dalam gerbong mendapat penghargaan dari PT
KAI.

Daops 9 Jember memberi penghargaan sertifikat dan tali asih kepada dua bidan,
yakni Dian Eka warga Banyuwangi dan Yuli warga Sidoarjo. Penyerahan
penghargaan ini dilakukan di Stasiun Banyuwangi Baru saat peringatan ke 71 HUT
PT KAI, Minggu (25/9/2016).

"Kedua bidan ini juga penumpang kereta Probowangi juga. Mereka membantu proses
melahirkan bayi di kereta itu. Oleh karena itu kita beri penghargaan," ujar Vice
Presiden Daops 9 Jember, Rusi Hariyono kepada wartawan.

Menurutnya, sangat sulit membantu persalinan di dalam kereta api. Apalagi kereta
api bukanlah klinik ataupun rumah sakit. Dengan keterbatasan alat dan tempat, dua
bidan ini mampu menyelamatkan bayi dan sang ibu pula dalam persalinan diatas
kereta api.

"Kami tidak bisa membayangkan jika mereka tidak ada. Sangat sulit itu prosesnya,
terima kasih bu bidan," kata Rusi.

Sementara Dian Eka, salah satu bidan penerima penghargaan tak menyangka
mendapatkan penghargaan tersebut. Menurutnya apa yang dilakukan di kereta
Probowangi itu murni tanggung jawab dan memenuhi sumpah sebagai bidan.

"Itu sumpah kami sebagai bidan. Dimanapun dan kapanpun kami siap membantu
orang melahirkan," ujar Dian Eka.

Dian bercerita saat itu (25/7) lalu dirinya menaiki kereta api dari Banyuwangi ke
Surabaya. Namun di tengah perjalanan ada petugas KA yang mencari bidan untuk
menolong seorang perempuan yang akan melahirkan.

"Ya sempat bingung kita. Meski menggunakan alat seadanya kita berupaya
membantu persalinan itu. Alhamdulillah lancar dan semua selamat. Kemarin saya
kunjungi bayi dan ibunya di Rogojampi mereka berdua sehat," paparnya.

Seorang penumpang perempuan melahirkan di gerbong kereta api Probowangi,


(25/7) lalu. Bayi perempuan yang lahir dalam perjalanan kereta api itu merupakan
anak ketiga dari pasangan suami istri, Eko dan Dwi Agustian, warga RT 02 RW 82
Desa/Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.

Menurut pengakuan keluarga, dokter memprediksikan bahwa sang bayi akan lahir
sekitar satu bulan lagi. Maka dari itu, mereka pun melanjutkan rencana bepergian
lintas kabupaten.

Persalinan tersebut berlangsung singkat. Setelah lahir, bayi beserta keluarganya


diberhentikan di Stasiun Kalisat, Jember. Kemudian langsung dilarikan di Puskesmas
setempat. (fat/fat)

Seorang bidan jadi tersangka kasus vaksin palsu

Kamis, 30 Juni 2016 12:26 WIB

Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung
Setya (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Mereka (para pelaku) sudah menggeluti usaha ini sejak tahun 2003
Jakarta (ANTARA News) - Seorang bidan berinisial ME ditetapkan sebagai
tersangka dalam kasus praktik peredaran vaksin palsu untuk bayi.

"Pada Rabu malam (29/6), satu orang ditetapkan sebagai tersangka," kata Direktur
Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya di
Mabes Polri, Jakarta, Kamis.
Agung mengatakan ME yang ditangkap di Ciracas, Jakarta Timur itu berperan
sebagai tenaga medis yang memberi suntikan vaksin ke bayi sekaligus berperan
sebagai distributor vaksin.
Selain ME, dua orang lainnya turut ditangkap dalam operasi Rabu malam itu. "Dua
orang lainnya ditangkap di Cakung (Jakarta Timur). Keduanya masih diperiksa,"
katanya.
Dalam kasus ini, diketahui ada empat komplotan pembuat vaksin palsu yakni
tersangka P (ditangkap di Puri Hijau Bintaro), tersangka HS (ditangkap di Jalan
Serma Hasyim Bekasi Timur), tersangka H dan istrinya R (ditangkap di Kemang
Regency) serta tersangka M dan T (ditangkap di Semarang).

Agung mengatakan, hingga saat ini ada 17 tersangka yang ditangkap dalam kasus ini.
Belasan tersangka itu ada yang berperan sebagai produsen vaksin palsu, pengumpul
botol vaksin bekas, pembuat label vaksin, distributor hingga tenaga medis.

Dari usaha vaksin palsu, terungkap bahwa produsen vaksin bisa memperoleh
keuntungan hingga Rp25 juta per minggu, sedangkan distributor meraup keuntungan
Rp20 juta per minggu.

Agung mengatakan vaksin-vaksin palsu itu didistribusikan di Jabodetabek, Banten,


Jawa Barat, Semarang (Jawa Tengah), Yogyakarta dan Medan (Sumatera Utara).

"Mereka (para pelaku) sudah menggeluti usaha ini sejak tahun 2003," katanya.

Anda mungkin juga menyukai