Anda di halaman 1dari 9

STEP 7

1. Kode etik Apoteker Menurut IAI 2009

Pasal 5

Di dalam mnejalankan tugasnya Apoteker harus menjauhi diri usaha mencari keuntungan diri
semata yang bertentangan dengan martabat dan tadiri luhur jabatan kefarmasian

* dari skenario, seorang remaja datang membeli obat batuk sebanyak 30. Apoteker tidak memberi
sesuai, hanya memberi 6 bungkus.

Pasal 7

Apoteker harus Menjadi sumber infomasi sesuai dengan profesinya

*Memberikan swamedikasi tentang obat gatal, asam mefenamat dan batuk serta konseling
penggunaan insulin, tetes mata dan pil kb

*penggunaan patch dan tablet sublingual yang disimpan dibawah lidah.

kewajiban apoteker terhadap pasien

pasal 9

seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan


masyarakat. Menghormati hak azasi

*telah melakukan kewajiban, dengan mengganti obat enoxaparin injeksi dengan fondaparinux
karena enoxaparin mengandung bahan yang tidak halal

sejawat dan petugas kesehatan lainnya

pasal 13 dan 14

harus menghargai, meningkatkan hubungan

pada skenario terakhir sebelum pergantian obat, menghubungi dokter

2. Menjelaskan swamedikasi dan konseling swamedikasi

Menurut pedoman praktik

- Apt merespon keluhan pasien


- Membantu pemilihan obat, jika perlu disarankan ke dokter
- Memberikan informasi
- Jika pasien menyanakan obat, bisa diliht dari ketersediaan
- apt dapat mencatat untuk memantau monitoring pasien

Pada skenario, remaja meminta 30bungkus. Maka dapt hanya memberi 6 bungkus, sesuai
dengan peraturan. Memberikan informasi indikasi, efek samping, kontraindikasi.
Mengandung dexto, jika melibihi dosis akan memberikan efek halusinansi

Pada skenario, suami ibu mengeluh gatal-gatal, apoteker merekomendasikan obat gatal sesuai
DOWA

Konseling

Proses interaktif antara apt dengan paseien/keluarganya seingga meningkatkan pengetuahuan,


pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien

Menggunakan three prime questions dan metode

- Pembukaan, memperkenalkan diri kepda pasien dan memastikan identitas pasien, tujuan
konseling dan waktu yang digunakan untuk konseling
- Diskusi utuk megumpulkan informasi, pasien lama atau baru. Jika baru, apt harus
mengumpulkan informasi data pasie (nama, umur, perkejaan, jk, tinggi badan, bb). Pasien yang
meneruskan pengobatan, hanya memastikan setelah mendapat terapi ada perubahan atau tidak.
Mendiskusikan resep yang bar diterima, jika resep baru apt harus menjelaskan penggunaan onbat yang
baru atau ada penggunaan khusus
- Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajari
- Memastikan pasien telah memahami informasi yang diterima
- Menutup diskusi, apakah ada pertanyaan atau mem[ertegas informasi agar pasein dapat
melaksanakan dan menerima
- Follow up, harus mendokumentasi

Kriteria pasien :

*pasien yang mengalami penyakit kronis

*kepatuhan rendah

*indeks terapi yang sempit

*lansia

*pedatric
*yang mempunyai resep polifarmasi

Yang disampaikan

- Nama, kekuatan obat


- Jadwal dan cara penggunaan
- Mekanisme kerja obat yang bisa dipahami
- Menanamkan gaya hidup yang sehat
- Penyimpanan, cara penyimpanan agar tidak rusak. Karena tiap oba beda-bdea
- Efek potensial yang tidak diinginkan. Contoh rifampisin, menyebabkan urin merah.

*Dalam pemilihan obat KB, medsacpe : untuk pil kombinasi, KI untuk ibu hamil/menyusui. POI
NAS : mini pil

Indikasi, ES, dosis, perhatian terhadap obat yang ada diskenario

*obat tetes mata

Menurut obat bebas dan bebas terbatas

Obat obat yang bisa digunakan dalam swamedikasi adalah obat bebas dan bebas terbatas. Harus
menyampaikan khasiat obat, kontra, ES, waktu pemakaina, dosis, dan cara penyimpanan obat.
Dala melakukan swamedikasi, apt dapt menyarankan penggunaan obat generik.

Menurut WHO

Pemilihan, dan penggunaan obat termasuk obat herbal, termasuk Obat tradisional
untuk individu, untuk merawat penyakit atau gejala penyakitya.

*pada obat sachet

*pada bapak agus yangmengalami gatal

*ibu meminta asam mefenamat

Dapat mengidentifikasi identitas pasien, memberi saran obat, dapat memberi edukasi (indikasi,
cp, es, dosis), edukasi resiko, mendokumentasikan apa yang telah diberikan selama
menjalankan swamedikasi.

Jurnal

Swamedikasi dapat dilakukan untuk penyakit ringan, demam , nyeri, pusing, batuk, flu,
maag, dan penyakit kulit
Harus tau kondisi pasien, ada atau tidak efek iteraksi, mengetahui obat yang digunakan,
mewaspadai efek samping (memberi informasi ES)

Kesimpulan :

Konseling :metode pengobatan secara tatap muka dengan dorongan sedemikian rupa, sehingga
pasien dapat memperoleh keyakinan sehingga dapat dipecahkan masalahnya.

Kriteria pasien yang diberi konseling, dan tahapannya :

Pasien kondisi khusus (pediatic, geriatric)

Pasien dengan terapi jangka panjang

Pasien

Terkait pil KB, penggunaan patch, insulin, dan

Swamedikasi : upaya pengobatan individu tanpa konsultasi dengan dokter tanpa menggunakan
resep

Pengobatan yang dilakukan dengan inisiatif sendiri (seorang remaja membeli obat
batuk, diberi swamedikasi tentang ES)

3. UU narkotika, psikoropika, dan prekursor Menurut bpom 2019

Terdiri dari 7 tahapan

1. Pengadaan, bersumber dari industri farmasi atau PBF yang telah diberi wewenang, dimana apt
membuat surat permintaan. Pengadaan psikotropika bisa dari puskesmas lain, dengan catatan terjadi
kekosongan dan harus dilengkapi LPLPO
a. Nakotika, berisi 1 jenis obat
2. Penerimaan, apt harus memperhatikan kesesuain antara obat yang datang dengan faktur
pembelian
3. Penyimpanan, harus disimpan berpisah dengan obat-obat jenis lainnya. Dimana disimpan dalam
lemari berpisah, terdiri dari 2 pintu kuncinya dipegang apt/TTK yang bertanggungjawab. Harus
memperhatikan penamaan obat (LASA), dengan tidak berdekatan. Memperhatikan FIFO dan FEFO.
4. Penyerahan, hanya dapat diserahkan oleh apt jika pasien membawa resep asli. Jika salinan
resep, ditebus di tempat dibuatnya resep
5. Pengembalian, dicatat dalam kartu stok. Harus dibuatkan dokumen pengembalian yg memuat
jenis obatnya.
6. Pemusnahan, obat yang telah rusak
7. Pelaporan, sesuai dengan laporan yang diberikan. Dilakukan melalupelaporan online, yaitu
SIPNAP

Bab II (3)
Arus diedarkan memenuhi persyaratan keamanan mutu,

Penggolongan narkotika

Gol 1, 2, 3

1 : untuk ilmu pengetahuan dan dilarang untuk kepentingan elayanan kesehatan

2 & 3 : untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengobatan, gol.2 digunakan jika tidak alternatif
lain

Memiliki efek kergantungan sangat tinggi

UU no.5 tahun 1997

Psikotropika : zat atau obat, sintesis/semi sintesis untul

Glongan 1, ilmu pengetahuan

2, berkhasiat pengobatan dan untuk IP

3 , pengobatan

4, pengobatan dan IP, potensi ketergantungan sangat rendah

BPOM no.40 tahun 2015

Prekursor : zat atau bahan digunakan sebagai zat perantara

Pp 44 tahun 2010

Jenis ada tabel 1 dan 2. Tabel 1 ada 14, tabel 2 ada 9 jenis.

Permenkes 7, perubahan penggolongan Narkotika

Jumlah golongan 1 : 147, golongan 2 : 91 (terkait skenario yaitu Fentanyl patch), golongan 3 : 15 .

Permenkes no.3 tahun 2017

Golongan 1 : dimasukkan ke narkotika

Golongan 2 : 3 jenis obat

Golongan 4 : 62 jenis obat

Kesimpulan :
Ada 7 tahap

Pengadan, penerimaan, penyimpnan, penyerahan, pengambilan, pemusnahan dan pelaporan yang


telah diatur UU yang berlaku.

4. DOWA

Menurut permenkes RI

Dowa 1 : konrtasepsi (pil KB) diberi 1 siklus dengan resep dokter dan menunjukkan kartu, asam
mefenamat, obat kulit topikal

Dowa 2 :

Dowa 3 : ranitidin hanya dapat diberi max 10tab untuk dosis 150mg, obat tetes mata (jumlah max 5mL
dalam tube 5g. Atas dasar pengulangan dari dokter).

Tidak menjalankan dowa 1, harusnya asam mefenamat 20tablet.

Kesimpulan :

Ada 3 kategori. Pada skenario

Dowa 1, terdapat

5. Obat kusus
a. Sublingual
i. Minum air untuk melembabkan daerah mulut
ii. Letakkan tab dibawah lidah
iii. Ditutup mulut sampai obat melarut dengan sempurna
iv. Jangan makan, minum, dan merokok hingga obat melarut sempurna
v. Jangan lupa berkumur selama 15 menit setelah obat larut
b. Tetes mata
i. Ujung jangan disentuh, selalu ditutup rapat
ii. Untuk inflamasi harus diikuti
iii. Cuci tanga, kepala ditengadahkan, kelopak mata ditarik
iv. Diteteskan 1 kali, lalu ditutup mata
1. Cuci tangan
2. Hindari memegang ujung
3. Tarik kantung mata, lalu menengadah ke atas
4. Diteteskan lalu diberi
5. Jika digunakan lebih dari 1kali tets, maka ditunggu 5 menit lalu
diteteskan

Jangan gunakan 1 tetes mata untuk lebih dari 1 orang

c. Insulin
i. Cek nama insulin
ii. Diusap alkohohol
iii. Diputar sampai tdak mudah lepas
iv. Cek aliran insulin
v. Dosisnya sesuai unit
vi. Disuntikkan

Homogenkan, pasang jarum pen dan dites (arahkan ke atas dan tekan dan
keluarkan insulin), pilih bagian tubuh yang akan diinjeksikan, cubit dengan 2jari,
dan suntikkan dengan 90derajat, tunggu 5-10detik lalu dicabut, smpan kembali
jarum, tutup insulin agar tidak terkontaminasi, dan cuci tangan kembali.

d. Pil kb (pil mini)

Sistem 28 dan 28. Jika 28 dimunum terus menerus selama 28 hari. 21 diminum terus
menerus, berhenti jika haid.

e. Patch
i. Jangan totolkan pada kulit luka
ii. Jangan pada lipatan kulit
iii. Dan pindahkan pada setiap pemakaian
iv. Digunakan tangan yang bersih
v. Ditekan lalu digosok agar menempel
vi. Lepaskan dan ganti
f. Tetes telinga
i. Hangatkan
ii. Kepala dimiringkan ke samping
iii. Tarik daun telinga sehingga lubang terbuka
iv. Diteteskan
v. Gunakan kapas untuk menutup telinga
vi. Tidak terjadi reaksi terbakar
g.

Kesimpulan :

Obat khusus yaitu tablet sublingual (ISDN), obat tetes mata (naCl dan kalsium klorida), pil KB, insulin,
fentanyl patch

6. Polifarmasi

Permenkes no.63 tahun 2015

Polifarmasi : merespkan obat melebihi yang diresepkan atau 5 jenis obat.

Pada skenario yaitu resep muhammad idris

Interaksi yang terjadi : penggunaan aspirin dan enoxaparin, menyeybabkan pendarahan


(bersifat mayor)
Aspirin dan insulin, meningkatkan hipoglikemia

Aspirin dan amlodipin , dapat meningkatkan tekanan darah

Kesimpulan :

Masalah terkait pemberian obat yang melebihi batas (5 macam obat). Dari skenario
terdapat resep muhammad idris terdapat 7 obat adanya interaksi antara aspirin
dengan insuli, aspirin dengan amlodipin, dan aspirin dengan enoxaparin

7. Pandangan islam tentang pil KB


a. Pemikiran islam
i. bentuk bisa dibenaran, selama tidak aborsi
ii. memberi asi 2 tahun penuh, seperti dalam kaidah fiqih
b. KB ulama hadis
i. Ada 2 yaitu hukum yudis dan hukum religius. Pada zaman nabi Muhammad saw,
tidak ada seruan tentang KB
ii. Melarang KB bedasarkan Q.S. Al-isra’. Membolehkan, dengan syarat yaitu
keadaan membahayakan nyawa seseorang
c. Islam sebagai agama menawarkan konsep HAM, hak atas skesanggupan hidup,
kebebsan harta benda, berpikir, bekelanjutan memiliki anak. Jika dijalankan, amka diperbolehkan. Untuk
membatasi/mengatur kehamilan dan kelahiran

Kesimpulan :

Islam memperbolehkan namun untuk pencegahan yang berlaku sementara dan tidak karena
takut miskin dan takut rejekinya sedikit

8. Pelayanan Permenkes no.73 Pasal 3 ayat 3 Farmasi klinik.

Ada pengkajian resep, apt melihat adanya interaksi obat. Antara amlodipin dengn
asetosal, enoxaparin

Melayani kefarmasian obat dengan memberikan swamedikasi dan konseling

Pengelolaan sediaan farmasi yang habis pakai


Perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
serta pelaporan

Farmasi klinik

Pengkajian resep, dispending, PIO, konseling, home pharmacy care, PTO, dan MESO

Kesimpulan :

Terbagi 2, pengolaan sediaan farmas dan farmasi klinik

9. Obat merk dagang menjadi obat generik Permenkes no. 9 tahun 2017

51 tahun 2009
IAI tahun 2007

Bab 2, pasal 9 harus mengutamakan kepentingan masyarakat.

Apoteker telah berdiskusi kepada pasien tentang enoxaparin tentang bahan yang tidak halal

Kesimpulan :

Apoteker telah mengubungi dokter terlebih dahulu sebelum mengganti obat enoxaparin injeksi
menjadi fondaparinux injeksi

Anda mungkin juga menyukai