Anda di halaman 1dari 34

LEARNING OUTCOME

SKENARIO 1 BLOK IDI APOTEKER


(REMAJA MASA DEPAN BANGSA)

OLEH :

ST. K. MIFTAHULJANNAH
15120190064
KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
STEP 1
1. Assesment : Cara mengumpulkan informasi, mengumpulkan informasi dengan
mengumpulkan bukti-bukti
2. CPZ : obat golongan psikotropika. ES : depresi, memberikan efek penenang
3. Generik : Obat dengan nama generik, nama resmi yang terdapat pada FI,
obat dengan zat aktif yang sama dengan yang ada di FI
4. Patch : sediaan dermal, digunakan pada kulit, dapat mengatur penghantaran dari
zat aktifnya
5. Merk dagang : masuk dalam obat generik yang dimana masa paten telah
habis dan bisa diambil dengan perusahaan/pabrik lai n
6. S 3 gtt 1 ODS det :
a. tandai 3 x 1 tetes untuk mata kanan dan kiri , dan resepnya sudah di berikan.
b. Tandai 3 kali sehari 1 tetes untuk penggunaan mata kanan dan kiri yang telah
diberikan
Kesimpulan :
1. Assesment : Cara mengumpulkan informasi dengan mengumpulkan data-data
2. Generik : Obat yang telah tercantumdi FI/WHO, dan namanya sesuai dengan zat
aktif yang telah di kandungnya

STEP 2
1. Bagaimana peran apoteker dalam menjelaskan obat tetes matacuci
2. Kenapa Apoteker tersebut tidak melayani resep haloperidol
3. Kenapa apoteker tidak memberikan obat batuk 30 bungkus , tapi 6 sachset
4. Peran apoeteker terhadap polifarmasi pada resep tn. Muh idris
5. Apa alasan apoteker mengganti enoxaparin dengan fondaparinux inj
6. Cara apoteker untuk menjelaskan penggunaan insulin
7. Apa saja jenis obat KB
8. Apa peran apoteker yang menyalahgunakan obat batuk
9. Apakah apoteker telah melakukan tugasnya secara profesional
10. Obat-obat manakah yang termasuk obat wajib apotik
11. Berapa banyak obat max Obat bebas terbatas & perkursor yang bisa diberikan
12. Apakah Apoteker telah tepat memberikan as. Mafenamat 30 tab
13. Bagaimana pandangan islam terhadap insulin dan pil KB
14. Peraturan perundang-undangan tentang Narkotika

STEP 3
1. Cara menjelaskan penggunaan tetes mata
• Cuci tangan
• Mengecek sediaan
• Tutup dibuka dan tidak boleh kena tangan/disentuh
• Mata melihat keatas, kepala dimiringkan dengan sudut 45derajat
• Ditetesi satu kali dan ditutup lalu ditunggu beberapa menit
• Apabila ada sedikit cairannya yang keluar, dilap dengan tissue •
Kemudian ditutup kembali dan dicuci tangan

2. Apoteker tersebut tidak melayani resep haloperidol


• Karena pasien telah datang ke instalasi farmasi dan menebus setengahnya
dan mau menebuk di apotek. Seharusnya kembali ke instalasi farmasi
• Harus dilayani menggunakan resep asli
• Golongan psikotropoka yang tidak dapat diambil dengan menggunakan
salinan resep

3. Yang diberikan hanya 6 sachet karena


• karena mengandung sekelas dengan morfin, ditakutkan si remaja
menyalahgunakanobat tersebut
• termasuk obat precursor memberikan efek samping mabuk dan ditakutkan
disalahgunakan
• akan memberikan efek samping dan mengganggu sistem saraf pusat
• merupakan obat bebas terbatas sehingga tidak dapat diberikan dengan
jumlah tersebut
• melihat dari peraturan OWA • tidak membawa resep
kesimpulan:
komposisi dari sekelas morfin, memberikan efek samping, tidak membawa
resep, sehingga ditakutkan penyalahgunaan obat
4. Dimasukkan ke dalam LO
5. Diganti Injeksi enoxaparin menjadi injeksi fondaparinux
• mengganti obat karena mengandung zat yang tidak halal
• Dapat berinteraksi sehingga dapat terjadi pendarahan
Kesimpulan : karena apoteker mengetahui bahwa injeksi enoxaparin mengandung
zat yang tidak halal dan dapat menyebabkan tejadinya pendarahan
6. Pengunan insulin
• Untuk sediaan sebelum digunakan harus dihomogenkan
• Dimasukkan jarum dan dibuka kemasannya dan dipasang pada pen atau
sediaan dan dibuka penutupnya
• Dicoba terlebih dahulu jarum dengan mengatur 1 unit lalu ditekan pen-nya
hingga keluar sedikit cairan/bergelembung
• Diatur unit yang ingin digunakan
• Didaerah penyuntikan, sebaiknya dibersihkan dengan alkohol swab
• Disuntik didaerah paha, perut, lengan, pantat
• Sebaiknya disuntikkan tidak didaerah itu saja, baiknya disuntikkan serah
dengan jarum jam
7. Jenis pil KB
• Hormonal (pil KB, kombinasi, implant, dan suntik KB)
• Non hormonal (spiral, fasektomi, tubatomi, dan kondom)
8. Edukasi, konseling, membatasi pembelian, apabila apoteker tetap memberikan
maka diberi sanksi, memahami kode etik
9. Melakukan tugas secara professional
• Ya, karena telah menanyakan kembali ke dokter soal obat yang diganti
• Memberikan swamedikasi kepada pasien
• Memberikan obat tidak sebanyak yang diminta
• Menolak resep atau tidak melayani obat sesuai peraturan
10. Asam mefenamat, ranitidine, obat tetes mata, dan pil KB
11. dimasukkan ke dalam LO
12. Jumlah maksimal asam mefenamat yang boleh diberikan adalah untuk tablet
sebanyak 20tablet dan untuk suspensi sebanayak 1 botol
13. Untuk insulin dapat digunakan jika tidak ada lagi pilihan lain. Lalu pil KB bisa
diberikan apabila digunakan sebagai pengobatan, izin dari suami, dan mengatur
jangka waktu kehamilan
14. perUU narkotika
• dengan resep asli
• dipisah dengan obat yang lainnya dan diberi tempat tersendiri
• golongan 1, tidak dapat digunakan untuk pengobatan karena berpotensi
ketergantungan sangat tinggi. Golongan 2, dapat digunakan sebagai
pengobatan tetapi sebagai pilihan terakhir. Golongan 3, banyak digunakan
untuk pengobatan.
• Untuk pemesanan harus menggunakan 1surat pemesanan untuk 1 jenis
obat
• Adanya pengolahan dari pengadaan hingga pemusnahan

STEP 4
Peraturan
DOWA Pelayanan di
Kode etik Apotek

Cara penggunaan
Pandangan PERAN APOTEKER obat khusus
Islam

UU narkotika, Konseling dan


psikotropika, UU apoteker swamedikasi
dan prekursor

STEP 5
1. Mahasiswa mampu menjelaskan kode etik dari apoteker
2. Mahasiswa mampu menjelaskan swamedikasi dan konseling yang benar
3. Mahasiswa mampu menjelaskan peraturan narkotika, psikotropika, dan
precursor
4. Mahasiswa mampu mengetahui DOWA
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penggunaan obat khusus
6. Mahasiswa mampu menjelaskan polifarmasi pada resep
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pandangan islam tentang pil KB
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pelayanan di apotek
berdasarkan peraturan
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pergantian obat generic dan
obat bermerek dagang

STEP 7
1. Mahasiswa mampu menjelaskan kode etik apoteker
Menurut Kode Etik Apoteker Indonesia 2009.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 7
Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya
Pasal 9
Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat. Menghormati hak azasi pasien dan
melindungi makhluk hidup insani
Pasal 13
Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai
dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.

Pasal 14
Seorang apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan
yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
Kesimpulan :
Pada skenario
• Apoteker telah mematuhi kode etik apoteker terhadap pasien, karena apoteker
telah melindungi pasien remaja dari penyalahgunaan obat.
• Apoteker telah menjadi sumber informasi dengan memberikan swamedikasi
terhadap pasien ‘suami ibu’ terkati gatal-gatalnya serta konseling kepada ‘seorang
ibu’ tentang pil KB
• Apoteker telah harus mengutamakan kepentingan masyarakat, yaitu dengan
mengganti obat enoxaparin injeksi dengan fondaparinux injeksi karena
endoxaparin mengandung bahan yang tidak halal
• Apoteker telah mematuhi kode etik apoteker dengan petugas sejawat (dokter),
dengan menghubungi dokter sebelum mengganti endoxaparin injeksi ke
fondaparinux injeksi

2. Mahasiswa mampu menjelaskan swamedikasi dan konseling yang benar


Swamedikasi (menurut Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 2013)
PROSEDUR
1). Pasien datang dengan keluhan gejala sakit, dilakukan :
a. Patient assesment oleh apoteker untuk merespon keluhan pasien
b. Apoteker membantu untuk memilihkan obat yang sesuai dengan
kebutuhan pasien. Bila diperlukan pemeriksaan lebih lanjut maka
disarankan periksa ke dokter.
c. Obat dapat diberikan hanya untuk mengurangi keluhan.
d. Pemberian informasi tentang penggunaan obat tersebut dan informasi lain
yang mendukung pengobatan pasien/klien berkenaan dengan
keluhannya.

2). Pasien datang menanyakan obat tertentu, dilakukan:


a. Dilihat ketersediaan obat di apotek
 Bila obat ada maka ditanyakan jumlahnya. Bila menurut ilmu
kefarmasian sudah tepat obat dapat diberikan. Bila menurut ilmu
kefarmasian kurang tepat, perlu dilakukan patient assesment untuk
membantu memilihkan obat yang sesuai dengan kebutuhan
pasien/klien
 Bila obat tidak ada maka ditawarkan obat dengan bahan aktif sama dari
pabrik lain
b. Bila pasien setuju dilakukan pengemasan sesuai dengan permintaan
pasien (jenis dan jumlahnya)
c. Pemberian informasi tentang penggunaan obat tersebut dan informasi
lain yang mendukung pengobatan pasien/klien berkenaan dengan
keluhannya.
d. Pencatatan ke dalam buku pelayanan swamedikasi untuk monitoring
penggunaan obat

Konseling
Menurut pedoman konseling pelayanan kefarmasian di sarana kesehatan
1. Pembukaan
Apoteker harus memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memulai sesi
konseling, apoteker harus mengetahui identitas pasien (terutama nama), harus
menjelaskan kepada pasien tentang tujuan konseling serta memberitahukan
pasien berapa lama sesi konseling itu akan berlangsung.
2. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah.
Diskusi utuk megumpulkan informasi, pasien lama atau baru. Jika baru,
apoteker harus mengumpulkan informasi data pasie (nama, umur, perkejaan,
jenis kelamin, tinggi badan, berat badan). Pasien yang meneruskan
pengobatan, hanya memastikan setelah mendapat terapi ada perubahan atau
tidak. Mendiskusikan resep yang baru diterima, jika resep baru apt harus
menjelaskan penggunaan obat yang baru atau ada penggunaan khusus
3. Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajarinya.
Apoteker harus mencatat terapi dan rencana untuk monitoring terapi yang
diterima oleh pasien. Untuk mempelajari keadaan yang memungkinkan tercipta
masalah. Sehingga masalah terhadap pengobatan dapat diminimalisasi.
4. Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh.
Apoteker harus memastikan apakah informasi yang diberikan selama konseling
dapat dipahami dengan baik oleh pasien dengan cara meminta kembali pasien
untuk mengulang informasi yang sudah diterima. Dengan cara ini pula dapat
diidentifikasi adanya penerimaan informasi yang salah sehingga dapat
dilakukan tindakan pembetulan.
5. Menutup diskusi
Sebelum menutup diskusi sangat penting untuk Apoteker bertanya kepada
pasien apakah ada hal-hal yang masih ingin ditanyakan maupun yang tidak
dimengerti oleh pasien dan mempertegas informasi agar pasien dapat
melaksanakan
6. Follow-up diskusi
Dokumentasi kegiatan konseling perlu dilakukan agar perkembangan pasien
dapat terus dipantau.

Kriteria Pasien
Menurut Pedoman Konseling PelayananKefarmasian di Sarana Kesehatan,
Depkes RI 2007
a. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang.
(Diabetes, TBC, epilepsi, HIV/AIDS, dll )
b. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara
pemakaian yang khusus Misal : suppositoria, enema, inhaler, injeksi
insulin dll.
c. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus. Misal: insulin,
dll
d. Mendapatkan obat-obatan dengan aturan pakai yang rumit, misalnya :
pemakaian kortikosteroid dengan tapering down.
e. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya: geriatrik,
pediatri.
f. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit ( digoxin, phenytoin, dll )
g. Mendapatkan terapi obat-obatan dengan kombinasi yang banyak
(polifarmasi )
Konseling (melakukan diskusi, memberikan saran, & bertukar pendapat)
• Membuka komunikasi ke pasien/keluarga pasien
• Menilai pemahaman pasien tentang obat melalui three prime questions
• Memberikan kesempatan pasien dalam mengeksplorasi terkait penggunaan obat.
• Memberikan informasi lebih lanjut
• memverifikasi pemahaman pasien/keluarga pasien
kesimpulan :
Konseling terkait skenario: pemberian obat batuk hanya 6 sachet karena
mengandung dekstromethorpan, jika digunakan melebihi dosis akan memberikan
efek halusinasi. Chlorpheniramin maleat yang memiliki efek samping ngantuk yg
sangat kuat.
Swamedikasi terkait skenario: Memberikan informasi pemilihan yang tepat untuk
penggunaan obat KB pada pasien yang sedang menyusui & memberikan informasi
terkait obat pada resep

3. Mahasiswa mampu menjelaskan peraturan narkotika, psikotropika, dan prekursor


Menurut BPOM 2017
Terdiri dari 7 tahapan
1). Pengadaan, bersumber dari industri farmasi atau PBF yang telah diberi
wewenang, dimana apt membuat surat permintaan. Pengadaan psikotropika
bisa dari puskesmas lain, dengan catatan terjadi kekosongan dan harus
dilengkapi LPLPO

a. Nakotika, berisi 1 jenis obat


2). Penerimaan, apt harus memperhatikan kesesuain antara obat yang datang
dengan faktur pembelian
3). Penyimpanan, harus disimpan berpisah dengan obat-obat jenis lainnya.
Dimana disimpan dalam lemari berpisah, terdiri dari 2 pintu kuncinya dipegang
apt/TTK yang bertanggungjawab. Harus memperhatikan penamaan obat
(LASA), dengan tidak berdekatan. Memperhatikan FIFO dan FEFO.
4). Penyerahan, hanya dapat diserahkan oleh apt jika pasien membawa resep
asli. Jika salinan resep, ditebus di tempat dibuatnya resep
5). Pengembalian, dicatat dalam kartu stok. Harus dibuatkan dokumen
pengembalian yg memuat jenis obatnya.
6). Pemusnahan, obat yang telah rusak
7). Pelaporan, sesuai dengan laporan yang diberikan. Dilakukan melalui
pelaporan online, yaitu SIPNAP

NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang Narkotika Nomor 35 tahun) 2009


Terdiri dari 3 golongan:
• Golongan I: ada 155 jenis
• Golongan II: ada 90 jenis
• Golongan III: 15 jenis
PSIKOTROPIKA (UU RI No 5 tahun 1997 & No 3 tahun 2017)
Terdiri dari 4 golongan:
• golongan I: ada 15 jenis
• golngan II: ada 3 jenis
• golongan III: ada 9 jenis
• golongan IV: ada 62 jenis
PREKURSOR (menurut Peraturan Pemerintah RI No 44 tahun 2010).
Terdapat 14 perkusor pd tabel 1 dan 9 prekursor pada tabel 2
• Harus dengan resep dokter,
• Tidak memberikan sediaan jika pemberiannnya diketahui

4. Mahasiswa mampu mengetahui DOWA


• KEPMENKES NO. 347 Tahun 1990 Tentang OWA 1
TERKAIT SKENARIO
Asam mefenamat Asam mefenamat maksimal 20 tablet & Obat kontrasepsi
maksimal 1 siklus harus dengan resep dokter untuk penggunaan pertama.
• KEPMENKES NO 924 1993 Tentang OWA 2
• KEPMENKES 1176 Tahun 1999 Tentang OWA 3
TERKAIT SKENARIO
Ranitidin maksimal pemberian 20 tablet 150 mg

5. Mahasiswa mampu menjelaskan penggunaan obat khusus


- INSULIN
Menurut American Association of Diabetes Educators
Saat ini sediaan bentuk insulin sudah bermcam-macam seperti berbentuk jarum
suntik (syringes), pump dan pen
Untuk insulin dengan berbentuk jarum suntik
 Sediakan vial insulin dan jarum suntik yang steril,
 Buka jarum suntik dari kemasan dan buka buka needle cap
 Masukkan jarum suntuk pada vial insulin
 Tarik plunger dengan cara terbalik agar tidakada udara yang masuk kedalam
jarum suntik
 Jika terdapat gelembung udara dalam jarum suntik, balikkan lagi jarum suntik
dan dorong plunger sehingga udara dari jarum suntik dapat keluar
 Setelah itu lepaskan jarum dari vian insulin
 Pastikan jarum suntik tidak menyentuh apapun, dan insulin siap digunakan

Untuk insulin berbentuk pen


 Perhatikan dengan baik insulin pen dengan melihat tanggal kadaluarsanya,
kemasan, dll
 Homogenkan insulin dengan cara memutar balik pen menggunakan kedua
telapak tangan.
 Pasang jarum pada pen insulin
 Putar unit dosis yang diinginkan
 Suntik pada bagian yang berlemak
Cara penyuntikan insulinnya yaitu
 Pilih titik yang akan disuntikkan (disarankan pada bagian berlemak seperti
perut, pada, lengan, dll)
 Pastikan tempat penyuntikan bersih
 Cubit kulit/daerah yang akan disuntikkan
 Suntikkan jarum dengan posisi 90 derajat pada daerah yang akan
disuntikkan
 Tahan suntikan sekitar 5-10menit
Untuk pemakaian insulin, pastikan penyuntikan insulin sesuai dengan rotasi (arah
jarum jam) yang benar

- TETES MATA
Menurut Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan, 2007
 Cuci tangan sebelum memegang obat
 Periksa apakah ujung botol tidak tersumbat
 Hindari memegang ujung penetes atau menyentuhkan ke mata
 Miringkan kepala kebelakang, tarik kelopak mata kebawah sampai
 terbentuk kantung mata.
 Teteskan obat sesuai dosis
 Tutup mata sekitar 2 – 3 menit.
 Tutup botol dengan baik setelah digunakan
Menurut Pedoman Penggunaan Obat bebas dan obat Bebas Terbatas, 2007
Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata
 Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan
selalu ditutup rapat setelah digunakan.
 Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada
kemasan harus diikuti dengan benar.
 Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari
telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka
kantung konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva dan mata
ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip.
 Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit
 Cuci tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada
tangan
- Patch
o Jangan totolkan pada kulit luka
o Jangan pada lipatan kulit
o Dan pindahkan pada setiap pemakaian
o Digunakan tangan yang bersih
o Ditekan lalu digosok agar menempel
o Lepaskan dan ganti

- PIL KB
Menurut InfoPom 2012
Cara Mengkonsumsi Kontrasepsi Oral
Pil KB Kombinasi
Di pasaran dikenal 2 jenis pil KB yaitu pil dengan kemasan 21 dan pil dengan
kemasan 28. Pil dengan kemasan 21 membutuhkan jeda waktu 7 hari tanpa
minum pil sebelum pengguna pil meneruskan minum pil dari kemasan yang baru.
Pil dengan kemasan 28 tidak membutuhkan jeda waktu 7 hari tanpa minum pil
sebelum pengguna pil meneruskan minum pil dari kemasan yang baru.
Minum pil harus dimulai pada saat menstruasi, untuk menjamin bahwa tidak
sedang terjadi kehamilan pada wanita tersebut. Pil pertama yang diminum pada
kemasan 28 haruslah pil yang ditandai dengan bagian yang diarsir pada bagian
belakang kemasan tablet. Untuk menghindarkan wanita terlupa minum pil, sangat
dianjurkan untuk minum pil pada jam yang sama setiap hari sesuai dengan hari
dan mengikuti tanda panah yang ada pada bagian belakang kemasan tablet.
Sangat dianjurkan untuk minum pil pada waktu yang sama setiap harinya, agar
perlindungan terhadap kehamilan dapat dimaksimalkan.
Jika terlupa minum pil :
- Lupa minum 1 pil: minum pil yang terlupa segera setelah teringat, dan minum
pil berikutnya sesuai jadwal. Contoh: pasien terbiasa minum pil jam 9 malam,
dan baru teringat jam 7 pagi keesokan harinya. Maka dianjurkan segera minum
pil yang terlupa pada jam 7 pagi, dan pada jam 9 malam minum pil seperti
biasa.
- Lupa minum 2 pil: minum 2 pil yang terlupa segera setelah teringat, dan hari
berikutnya minum 2 pil lagi. Selanjutnya minum pil sesuai jadwal. Contoh:
pasien terlupa minum pil pada hari Kamis dan Jum’at. Maka pada hari Sabtu
saat teringat, dianjurkan untuk segera minum 2 pil jatah hari Kamis dan Jumat.
Pada hari Minggu, sesuai jadwal, minum 2 pil jatah hari Sabtu dan Minggu.
Hari Senin dan seterusnya minum pil seperti biasa. Jika pasien melakukan
hubungan seksual dalam waktu 7 hari setelah terlupa minum pil, jangan lupa
menggunakan kondom
- Lupa minum 1 atau 2 pil pada saat sisa pil pada kemasan tablet kurang dari 7:
minum pil yang terlupa segera setelah teringat, selanjutnya dianjurkan minum
pil seperti biasa, tetapi pada saat pil di kemasan tersebut habis:
 Jika pasien minum pil kemasan 21: segera lanjutkan minum pil dari
kemasan baru tanpa jeda 7 hari
 Jika pasien minum pil kemasan 28: buang 7 pil pertama yang pada bagian
belakang kemasannya diarsir dari kemasan baru dan lanjutkan minum pil
yang bagian belakang kemasannya tidak diarsir dari kemasan baru.
Jika melakukan hubungan seks dalam waktu 7 hari setelah terlupa minum pil,
dianjurkan jangan lupa gunakan kondom.
Mini Pil
Cara penggunaan mini pil ini adalah dengan diminum terus-menerus tanpa
ada 7 hari jeda. Bagi ibu yang ingin memberikan air susu eksklusif, dianjurkan
memulai minum mini pill pada minggu keenam setelah melahirkan. Sedangkan
bagi ibu yang tidak memberikan air susu eksklusif atau memberikan susu formula
bersama dengan ASI, maka dianjurkan mulai minum pil sejak minggu ketiga
setelah melahirkan. Jika melakukan hubungan seksual pada rentang waktu 48
jam pertama setelah meminum mini pill, dianjurkan untuk menggunakan kondom.
Seperti halnya pil, mini pill juga sangat dianjurkan diminum pada jam yang
sama setiap harinya.
Jika terlupa minum mini pil:
- 1 tablet: jika kurang dari 3 jam, dianjurkan segera minum pil yang terlupa.
Tablet berikutnya diminum seperti biasa.
- 1 tablet dan baru teringat lebih dari 3 jam kemudian, atau terlupa minum lebih
dari 1 tablet : dianjurkan minum pil terakhir yang terlupa, dan dosis selanjutnya
diminum seperti biasa. Hal ini bisa berarti minum 2 tablet dalam satu hari. Jika
melakukan hubungan seks pada rentang waktu 48 jam pertama setelah
meminum mini pill, dianjurkan untuk menggunakan kondom.
- 3 tablet atau lebih: kemungkinan telah terjadinya kehamilan harus
dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk meneruskan minum mini pil

6. Mahasiswa mampu menjelaskan polifarmasi pada resep


Menurut Peraturan menteri kesehatan no.63 tahun 2015
Polifarmasi : merespkan obat melebihi yang diresepkan atau 5 jenis obat.
Pada skenario yaitu resep muhammad idris
Interaksi yang terjadi : penggunaan aspirin dan enoxaparin, menyeybabkan
pendarahan (bersifat mayor)
Kesimpulan :
Masalah terkait pada pemberian obat yang melebihi dari 5 jenis obat.
Pada skenario terdapat resep yang berisi 7 obat dengan adanya interaksi pada
beberapa obat

7. Mahasiswa mampu menjelaskan pandangan islam tentang pil KB


Menurut ‘keluarga berencana Perspektif Ulama Hadis”, 2019
A. Pemikiran islam
 bentuk bisa dibenaran, selama tidak aborsi
 memberi asi 2 tahun penuh, seperti dalam kaidah fiqih
B. KB ulama hadis
 Ada 2 yaitu hukum yudis dan hukum religius. Pada zaman nabi Muhammad
saw, tidak ada seruan tentang KB
 Melarang KB bedasarkan Q.S. Al-isra’. Membolehkan, dengan syarat
yaitu keadaan membahayakan nyawa seseorang
C. Islam sebagai agama menawarkan konsep HAM, hak atas skesanggupan
hidup, kebebsan harta benda, berpikir, bekelanjutan memiliki anak. Jika
dijalankan, maka diperbolehkan. Untuk membatasi/mengatur kehamilan
dan kelahiran
Kesimpulan :
Ada beberapa surah & hadits yang membahas tentang membolehkan
penggunaan obat KB salah satunya digunakan dalam kepentingan kesehatan

8. Mahasiswa mampu memehami dan menjelaskan pelayanan di apotek berdasarkan


peraturan
MENURUT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI
APOTEK
Pasal 3
1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai; dan
b. Pelayanan farmasi klinik.
2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Perencanaan;
b. Pengadaan;
c. Penerimaan;
d. Penyimpanan;
e. Pemusnahan;
f. Pengendalian; dan
g. Pencatatan dan pelaporan.
3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi;
a. Pengkajian resep;
b. Dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. Konseing;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping (MESO);
Kesimpulan :
• Pelayanan Farmasi Klinik meliputi: pengkajian resep, dispensing, PIO,
konseling, home pharmacy care, PTO, Dan MESO (monitoring efek samping
obat)
• Pengelolahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi: perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian dan pencatatan dan pelaporan

9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pergantian obat bermerk dagang


ke obat generik
MENURUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51
TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat:
a. Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA;
b. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien;
dan
c. Menyerahkan obat keras, narkotika, dan psikotropika kepada masyarakat atas
resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
MENURUT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK
Pasal 21
(1) Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat bermerk dagang, maka Apoteker
dapat mengganti obat merk dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merk dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien
(2) Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di Apotek atau pasien tidak
mampu menebus obat yang di dalam Resep, Apoteker dapat mengganti obat
setelah berkonsultasi dengan dokter penulis Resep untuk pemilihat obat lain.
Kesimpulan :
Apoteker dapat mengganti obat bermerek dagang/obat paten dengan obat generik
yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain Atas persetujuan
dokter dan/atau pasien

Tambahan LO :
10. Mahasiswa mampu memahami pandangan islam terhadap obat narkotik dan
psikotropik.
Jawab :
- Menurut Permenkes No.2 tahun 2017 salah satu golongan narkotika yaitu fentanil.
Dalam skenario fentanil patch digunakan untuk meredakan nyeri. Menurut
pandangan islam hal tersebut tidak masalah selama digunakan untuk pengobatan
dan tidak berlebihan. - Menurut Q.S Al-Baqarah ayat 173 yang berbunyi : “
sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Akan tetapi barang siapa
dalam keadaan terpaksa memakannya sedang ia tidak menginginkannya dan tidak
pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah maha
pengampun lagi maha penyayang”. Berdasarkan kasus pada skenario, enoxaparin
harus diganti dengan fondaparinux injeksi karena enoxaparin mengandung bahan
babi, yang menurut pandangan islam diharamkan dan harus diganti selama masih
ada yang lain. - Menurut Q.S Al-Baqarah ayat 195 yang berbunyi : “ dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaaan”. - Menurut Q.S An-Nisa
ayat 29 yang berbunyi : “ dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya
Allah adalah maha penyayang kepadamu”. - Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia
menyatakan bahwa haram hukumnya penyalahgunaan narkotika dan semacamnya,
yang membawa kemudaratan yang mengakibatkan rusak mental fisiknya seseorang,
serta terancam keamanan masyarakat dan ketahanan nasional.
- Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia tahun 2013 fatwa tentang obat dan
pengobatan: 1. Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan wajib
menggunakan bahan yang suci dan halal. 2. Penggunaan bahan najis atau haram
dalam obat-obatan hukumnya haram. 3. Penggunaan obat yang berbahan najis atau
haram hukumnya untuk pengobatan haram kecuali digunakan pada kondisi
keterpaksaan hukumnya menjadi halal, belum ditemukan bahan yang halal dan suci,
adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa tidak ada obat
yang halal. - Menurut hadis ibnu salamah “ Melarang Rasulullah SAW daripada
tiaptiap barang yang memabukkan dan melemahkan akal dan badan” (Hadis
Riwayat Ahmad).

11. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi kontra indikasi haloperidol dan CPZ
Jawab :
a. Indikasi
- Menurut Pionas
Dimana obat Haloperidol diidentifikasi untuk terapi pemeliharan skrizofenia
- Menurut Pedoman praktis obat indonesia
Clorpromasin diidentifikasi pada penyakit psikosis, sindrom dan mania akut, sindrom
paranoid
b. Kontraindikasi
- Menurut Pionas
Clorpromasin dikontraindikasikan depresi, gangguan hati, gangguan ginjal, mulut
kering, hidung tersumbat, konstipasi
- Menurut Pionas
Haloperidol dikontraindikasikan depresi , gangguan hati, gangguan ginjal, mulut
kering, reaksi sensivitas
c. Efek samping
- Menurut Pionas
Obat haloperidol diefek sampingkan kurang sedatif, gejala anti muskarinik, hipotensi
lebih ringan
- Menurut Akatsia
Efek samping obat haloperidol anti kolinergik, sedasi, perubahan fungsi ereksi
- Menurut Buku psikiatri
Efek samping dari haloperidon ektrapiramidalis, anti Parkinson
- Clorpromasin efek sampingnya yaitu gatal-gatal, sulit bernafas, pembengkakan
pada wajah bibir lidah tenggorokan, Konstipasi, kesulitan buang air kecil, pengaruh
endokrin seperti gangguan menstruasi

12. Mahasiswa mampu menjelaskan penyakit tn Agus


Jawab :
- Jurnal haloperidol
sesuai skenario haloperidol dan cpz digunakan untuk antipsikosis
- Jurnal kombinasi haloperidol dan cpz
digunakan untuk penyakit skizofrenia
Kesimpulan : Bahwa penyakit yang di alami oleh pasien atas nama Tn. Agus dapat
diidentifikasi dalam jurnal bahwa dengan kombinasi haloperidol dan clorpromasin
digunakan untuk penyakit skizofrenia

13. Mahasiswa mampu menjelaskan penggolongan obat


Jawab :
- Bina kefarmasian 2007
Penggolongan obat : bebas, bebas terbatas, keras dan psikotropika, obat
narkotika
- Bebas : dijual secara bebas, membeli tanpa resep
- Bebas terbatas :
- Keras : hanya dengan resep dokter
- Psikotropika terbagi 4 golongaan, narkotika 3 golongan
Contoh narkotika golongan 2 fentanyl
Psikotropika : haloperidol dan CPZ
Bebas : dekstrometorphan Hbr

14. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait pengelolaan dan pengawasan obat-obat


tertentu yang disalahgunakan
Jawab :
1) Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 10 Tahun 2019
Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Disalahgunakan, Obat-Obat Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan
syaraf pusat selain narkotika dan psikotropika, yang pada penggunaan di atas
dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dalam melakukan kegiatan penyerahan
Obat-Obat Tertentu wajib sesuai dengan:
a. kewajaran jumlah obat yang akan diserahkan; dan
b. frekuensi penyerahan obat kepada pasien yang sama.
Obat yang termasuk OOT dalam scenario adalah Dekstrometorphan, CPZ,
Haloperidol.
Pada skenario seorang remaja (18 tahun) ingin membeli obat batuk cair dengan
kandungan dekstrometorfan, menurut peraturan seperti yang disebutkan bahwa
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian (Apotek) dilarang menyerahkan secara
langsung obat-obat tertentu yang mengandung dekstrometorfan kepada anak
berusia dibawah 18 tahun, tetapi di dalam skenario remaja berusia 18 tahun maka
dapat diserahkan obat tersebut secara langsung dengan memperhatikan
kewajaran jumlah obat yang akan diserahkan, anak remaja meminta 30 bungkus,
tetapi apoteker hanya memberikan 6 bungkus, tindakan apoteker tersebut sudah
tepat mengingat kandungan obat batuk tersebut ( Dekstromethorphan) sering
disalahgunakan oleh remaja.

Seorang apoteker bisa meminta data diri, seperti ktp, obat OOT harus di tebus di
instalasi farmasi.

15. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pandangan islam terhadap obat
yang halal dan haram
Jawab :
Obat halal menurut Majalah Farmasetik
1. sumbernya berasal bahan tanaman, mineral, dan mikroorganisme dibolehkan
selama tidak beracun, tidak mengandung daging babi
2. metode pembuatannya terbebas dari bahan kotor dan terhindar dari najis. Aspek
kebersihan diperhatikan agar terhindar dari najis.
Menurut Fatwa MUI No. 30 Tahun 2013, Obat yang berbahan najis atau haram dapat
digunakan jika dalam kondisi terpaksa, belum ditemukan obat yang berbahan halal

16. Mahasiswa mampu memahami pengobatan akibat gatal-gatal


Jawab :
A. Contoh obat untuk biang keringat : salicyl talk dan sediaan yang mengandung
kalamin
B. Contoh obat untuk Gatal-gatal akibat panu dan kadas/kurap : obat yang
mengandug klotrimazol 1%, mikonasola nitrat 2%
C. Contoh obat untuk Gatal-gatal akibat kudis : sedian yang mengandung
gamaheksan 0,5%, triklorokarbanilida 0,5%, asam salisilat 2%
Pengobatan juga dapat menggunakan obat herbal, Antihistamin oral contohnya ctm,
dan dapat juga dengan mengompres menggunakan air dingin pada bagian gatal
Hasil Diskusi Panel
KELOMPOK 1
1. Bagaimana peranan apoteker dalam konseling terhadap pasien yang
menggunakan obat jangka panjang ?
Jawaban :
Apoteker memberikan konseling sesuai dengan aturan KIE tetapi untuk pasien yg
menggunakan obat jangka panjang apoteker perlu memberi edukasi dan
memastikan apakah pasien memahami tentang penyakit yg di derita. Apoteker
memberi edukasi tentang efek buruk yang akan terjadi jika pasien tidak patuh dalam
mengonsumsi obat.
Apoteker memberi informasi tentang obat obat yang tidak bisa dikonsumsi selama
pasuen mengonsumsi obat jangka panjang tersebut.
2. Apakah dalam skenario apoteker sudah menjalankan tugas dengan baik terkait
penyerahan obat asam mefenamat?
Jawaban :
Apoteker belum menjalankan kewajibannya untuk melindungi pasien berdasarkan
kode etik. Obat asmef termasuk dalam daftar obat apotek dan telah diatur dalam
kepmenkes RI No. 347 Tahun 1990 tentang obat keras yg dpt diserahkan tanpa
resep dokter oleh apoteker (kategori OWA No. 1) dimana dalam penyerahannya jika
dalam bentuk tablet maksimal 20 dan jika sirup 1 botol dan pada resep diserahkan
30 tablet
3. Bagaimana peran Apoteker mengenai resep Narkotika dalam bentuk elektronik?
Jawaban :
Menurut Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018
Resep elektronik Narkotika dapat dilayani dengan syarat resep berasal dari instansi
pelayanan farmasi yang mengeluarkan resep dan didokumentasi sehingga mudah
ditelusuri.
4. Bagaimana peran Apoteker terkait pasien yang tidak memberikan informasi yang
rinci?
Jawaban :
Disinilah peran Apoteker untuk menggali informasi dengan memberikan pertanyaan
yang bersifat open ended sehingga memicu pasien untuk menyampaikan
keluhannya, jika memungkinkan kita dapat menanyakan langsung kepada keluarga
pasien jika keadaan pasien tidak memungkinkan untuk menjawab pertanyaan.

KELOMPOK 2
1. Bagaimana pandangan islam terhadap KB yang diperjual belikan secara bebas?
(Kelompok I)
Jawab :
Menurut Jurnal “Agama dgn keikutsertaan Keluarga Berencana (KB) dan Pemilihan
Jenis Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur ( PUS) di Desa Argomulyono
Sedayu Bantul Yogyakarta” tahun 2015
- Menurut BKKBN MUI menyampaikan pandangan islam terhadap metode kontrasepsi
sebagai berikut : Suntik dan implant boleh digunakan dan tidak di larang. IUD boleh
digunakan dgn syarat dilakukan oleh dokter perempuan , sebagaimana di tuangkan
dalam fatwa MUI 30 Oktober 1983 , Pemutusan ( vasektomi dan tubektomi ) dalam
Fatwa MUI 30 oktober di haramkan karena mempunyai sifat permanen.
2. Mengapa obat wajib apotek dibagi menjadi 3 golongan? (Kelompok VI)
Jawab :
Dalam keputusan menteri kesehatan RI No. 1176 tahun 1999 hal-hal yang
dipertimbangkan yaitu bahwa sesuai dengan perkembangan dibidang farmasi yang
menyangkut khasiat dan keamanan obat maka dipandang perlu untuk meninjau
kembali daftar obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di
Apotek.
Obat wajib apotek (OWA) dibagi menjadi 3 untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini
dan perkembangan di bidang farmasi. Obat wajib apotek I merupakan obat wajib
apotek yang pertama kali dikeluarkan, kemudian setelah disesuaikan dengan kondisi
terkini maka dikeluarkan lagi obat wajib Apotek golongan II dan III.
3. Apa tindakan Apoteker dalam menghadapi seorang remaja yang menyalahgunakan
obat Dextrometorphan HBr? (Kelompok III)
Jawab:
Berikan informasi keada pasien tersebut bahwa Apoteker yang bekerja di Apotek
memberi batas dalam pembelian obat lebih dari jumlah tertentu selama selang waktu
tertentu walaupun hal tersebut tidak tercantum dalam UU misalnya Apoteker dapat
mengatakan bahwa ‘Saya tidak bisa memenuhi permintaan anda hari ini karena di
Apotek ini saya tidak diperkenankan untuk menjual lebih dari 6 sachet dalam waktu
yang dekat’ hal ini sesuai dengan ketetapan yang ada di Apotek.

KELOMPOK 3
Pertanyaan :
1. Jelaskan peran apoteker dalam pembinaan obat pil KB (kelompok 8)
2. Jelaskan konseling penggunaan patch (Kelompok 2)
3. Bagaimana peran apoteker terhadap pemberian konseling dan swamedikasi
kepada pasien yang memiliki keterbatasan fisik seperti bisu (kelompok 5)
Jawaban :
1. Pil KB terbagi atas 2 jenis pil yaitu :
a. Pil kombinasi
 Pil 21 tablet membutuhkan jeda waktu 7 hari tanpa minum pil sebelum
pasien meneruskan minum pil dari kemasan yang baru.
 Pil 28 tablet tidak membutuhkan jeda waktu 7 hari sebelum penggunanaan
pil berikutnya. Minum pil harus dimulai pada saat menstruasi untuk
menjamin bahwa tidak sedang terjadi kehamilan, untuk menghindarkan
wanita terlupa minum pil sangat dianjurkan untuk minum pil pada jam yang
sama setiap hari.
b. Pil mini
Diminum terus menerus tanpa ada jeda 7 hari, bagi ibu yang ingin memberikan
susu eksklusif dianjurkan untuk memulai minum pil mini pada hari keenam
setelah melahirkan. Sedangkan untuk ibu yang memberikan susu formula
dianjurkan untuk minum pil sejak minggu ketiga setelah melahirkan dan jika
melakukan hubungan seksual pada rentang waktu 48 jam pertama setelah
meminum mini pil dianjuirkan untuk mengguanakan kondom
2. Penjelasan konseling pengguanaan patch
 Memberikan informasi terkait letak penempelan patch atau dapat dilihat pada
kemasan
 Jangan menempelkan pada kulit yang memar atau luka
 Janagan menempelkan dalam lipatan kulit atau dibawah pakaian ketat.
Pindahkan tempat patch setiap periode tertentu
 Pasang patch dengan tangan kering dan bersih
 Bersihkan dan keringkan tempat pemasangan patch
 Ambil patch dari wadah, jangan sentuh bagian obatnya
 Tempelkan pada kulit dan tekan kuat, gosok bagian tepi agar menempel
 Lepaskan dang ganti sesuai dengan petunjuk
3. Jika pasien mengalami kelaian fisik apoteker biasa memberikan konseling atau
swamedikasi kepada rekan atau keluarga pasien. Karena pada umumnya pasien
yang mengalami kelainan akan di dampingi oleh keluarga atau rekan dari pasien.

KELOMPOK 4
1. Kelompok 9 : Apakah apoteker harus melakukan pemantauan obat kepada ibu hamil
dan menyusui, serta apakah semua obat bisa di konsumsi pada ibu hamil dan
menyusui ?
Jawab :
Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016, No. 73 tahun 2016, No. 74 tahun 2016 :
Apoteker perlu memantau dalam penggunaan obat terhadap pasien supaya
apoteker dapat mengoptimalkan efek terapi serta dapat mencegah atau
meminimalkan efek yang merugikan bagi pasien. Dimana seorang apoteker juga
harus mempertimbangkan apakah nanti efek terapi obat / manfaat lebih besar dari
pada efek samping.
Pada bayi yang Neonatus (khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko
lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal
dan hati yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi penimbunan obat
Pemantauan obat ditujukan untuk memastikan terapi obat tersebut sehingga aman
di gunakan bagi pasien. Dan semua obat yang dikonsumsi bagi pasien ibu hamil atau
menyusui harus lebih di pantau.
2. Kelompok 6 : kenapa pada skenario di resep pertama, resepnya tidak dilayani ?
Jawab :
Terkait skenario pada resep pertama tidak dilayani karena pasien tidak membawa
surat keterangan dari apotek sebelumnya yang membuat salinan resep tersebut. Di
mana salinan resep yang mengandung obat-obat tertentu dapat ditebus apabila
memiliki surat keterangan yang dikeluarkan dari apotek yang memberikan salinan
resep tersebut
3. Kelompok 7 : Bagaimana peran apoteker ketika pasien tidak memberikan waktu lebih
untuk di sampaikan konseling terhadap obatnya?
Jawab :
Hal yang harus diperhatikan jika pasien tidak punya waktu luang, dimana apoteker
harus meminta nomer hp atau pun alamat lengkap pasien supaya pasien bisa
dihubungi jika untuk menyampaikan konseling atau pun mengontrol penggunaan
obat dari pasien.
4. Kelompok 2 : Asmef termasuk OWA 1 yang dapat diberikan 20 tablet, tapi bagaimana
jika pada resep diberikan oleh dokter diberikan 30 tablet?
Jawab :
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.347?MenKes/SK/VII/1990 :
Asam mefenamat termasuk dalam OWA 1 dimana OWA ini hanya bisa diserahkan
maksimal 20 tablet selebihnya tidak boleh. Dimana OWA sendiri adalah obat keras
yang dapat di serahkan oleh apoteker ke pasien tanpa harus resep dokter.
Jika menggunakan resep boleh kita serahkan tapi terlebih dahulu kita harus
mengonfirmasi sebelumnya ke dokter yang mengeluarkan resep tersebut, apakah
tidak ada kekeliruan ataupun kesalahan yang dilakukan oleh apoteker. Jika dokter
tetap dengan pendiriannya tidak ingin mengurangi kita sudah menjalankan kode etik
kita, serta kita menambahkan catatan di resep/copy resep kalau dokter tidak ingin
merubah.

KELOMPOK 5
1. Kelompok 2 (Anda Cahya Heluth)
Apa yang dilakukan Apoteker jika obat yang mengandung Babi dan tidak ada
penggantinya sementara pasien dalam keadaan darurat?
Jawaban (Lilis Adeliah)
Sebagai Apoteker kita tetap memberikan obat tersebut untuk kepentingan pasien
sebagaimana yang dijelaskan dalam Menurut Fatwa MUI No. 30 Tahun 2013
Tentang Obat dan Pengobatan dijelaskan bahwa penggunaan obat yang berbahan
najis atau haram untuk pengobatan hukumnya haram kecuali memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu kondisi keterpaksaan
yang apabila tidak dilakukan dapat mengancam jiwa manusia, atau kondisi
keterdesakan yang setara dengan kondisi keterdesakan yang setara dengan
kondisi darurat yaitu kondisi keterdesakan yang apabipa tidak dilakukan maka
akan dapat mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari
b. Belum ditentukan bahan yang halal dan suci
c. Adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa tidak ada obat
yang halal
2. Kelompok 7 (rara vira yuniar arfah)
Apa alasan apoteker tdk memberikan obat haloperidol dan cpz kpd pasien
sementara telah dijelaskan bahwa obat tsb.termasuk OOT yg dmn dapat diberikan
dg resep asli atau dg mnggunakan salinan resep?
Jawaban (Khusnul Khotimah)
3. Kelompok 9 (Nur Cahyani) Bagaimana peran apoteker jika ada resep polifarmasi,dan
dokter tidak ingin mengganti obatnya.
Jawabnya,apoteker tetap memberikan obat,dan menuliskan catatan kecil d bawah
resep bahwa dokter tetap pada pendiriannya.
Dab apoteker mengacu pada kode etik apoteker bab 4 pasal 13 bahwa apoteker
harus menghormati teman sejawat kesehatan lainnya. Sellain itu oeran kita sebagai
apotekr yaitu sebagai komunikator yang baik terhadap pasien maupun teman
sejawat petygas kesehatan lainnya dalam hal ini adalah hububgab apoteker dan
dokter.
4. Kelompok 7 Mmengapa apoteker tidak melayani salinan resep yang terdapat di
skenario yaitu haloperidol?
Jawab
Pada skenario terdapat obat haloperidol yg telah di ambil setngahnyya di instalasi
farmasi rumah sakit, dimana yang telah diketahui bahwa salinan resep yabg telah
diambil setengahnya untuk mengambil sisa obatnya hanya dapat ditebus ditempat
yang membuat slainan resep tersebut.

KELOMPOK 6
1. Bagaiama pendapat anda sebagai apoteker apabila ada pasien yang membeli pil KB
tanpa ada resep dokter
2. Bagaimana peran apoteker dalam mengahadapi masalah jika dokter tidak ingin
mengganti obat sedangkan pasien sedang mengalami kesulitan ekonomi
3. Bagaimana cara penggunaan isosorbit dinitrat yang terdapat dalam skenario
Jawaban:
1. Apabila pasien baru pertama mengkonsumsi pil KB maka sebaiknya apoteker
menyarankan agar pasien berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu, jika pasien telah
mengkonsumsi pil sebelumnya maka apotekee dapat langsung memberikan obatnya
disertai dengan konseling.
2. Apabila obat yang tertera dalam resep, pasien tidak mampu untuk menebusnya
karena terkendala ekonomi maka apoteker dapat menggnti obat paten ke obat
generik yang memiliki kndungan yang sama dengan obat yang diresepkan. Terkait
dengan peraturan pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
pasal 24, apoteker dapat mengganti obat merk dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merk dagang lainnya atas persetujuan dan/atau
pasien.
3. Isosorbit dinitrat merupakan obat dengan penggunaan khusus yaitu obat yg
diletakkan di bwah lidah dengan cara : a. Minum atau berkumurlah dengan sedikit air
untuk melembabkan jika mulut kering,b. Letakkan tablet di bawah lidah,c. Tutup
mulut dan jangan menelan sampai tablet larut dengan sempurna sampai tablet larut
dengan sempurna

KELOMPOK 7
1. Dari kelompok 1
Bagaimn peran apoteker mmberikan swamedikasi pada pasien dg tingkat
kepatuhan minum obat yg rendah ?
Jawab : apoteker dapat memberikan kartu minum obat kepada pasien, jika pasien
tetap malas untuk melihat kartu tersebut maka apoteker bisa menuliskan aturan
minum di kemasan obatnya dan apoteker bisa memberikan penjelasan mengenai
akibat apabila pasien tidak meminum obatnya atau pasien apoteker bisa meminta
nomor Telpon pasien/keluarga pasien agar dapat mengontrol pasien dalam
meminum obatnya tepat waktu
2. Dari kelompok 4
Bagaimana cara anda sebagai apoteker mmberikan swamedikasi memgenai pasien
dg keluhan gatal2 ?
Jawab :
Seperti yang kita jetahui bahwa swamedikasi merupakan pengobatan sendiri pasien
tanpa resep dokter, saat swamedikasi kita harus melakukan assement untuk
menggali infomasi diri dari pasien seperti :
- nama
- umur
- riwayat penyakit keluarga
- alergi (obat, makanan dan suhu)
- obat yang sedang digunakan oleh pasien
Dan obat gatal-gatal yang dapat diberikan untuk pasien menurut medscape adalah
obat antihistamin, dan saat gatal yang disebabkan oleh beberapa penyakit seperti :
1. Biang keringat bisa diberikan salicyl talk dan sediaan yang mengandung kalamin
2. Kadas/kurap, dan kamu bisa diberikan obat yang mengandung klotrimazol 1%,
mikonazola nitrat 2%, asam undesileat, seng undesileat, kalsium propionat, dan
natrium propionat
3. Kudis bisa diberikan obat dengan sediaan yang mengandung gamahexan 0,5%,
triklorokarbanilida 0,5%, asam salisilat 2%, linsang 1%, dan asam sunat 1%
3. Dari kelompok 6
Bagaimn batasan penggunaan pil KB?
Jawab :
Menurut DOWA 1 pemberian obat oral kontrasepsi yaitu 1 siklus atau 1 strip.
Untuk Mini Pil
Cara penggunaan mini pil ini adalah dengan diminum terus-menerus tanpa ada 7
hari jeda. Bagi ibu yang ingin memberikan air susu eksklusif, dianjurkan memulai
minum mini pill pada minggu keenam setelah melahirkan. Sedangkan bagi ibu yang
tidak memberikan air susu eksklusif atau memberikan susu formula bersama dengan
ASI, maka dianjurkan mulai minum pil sejak minggu ketiga setelah melahirkan. Jika
melakukan hubungan seksual pada rentang waktu 48 jam pertama setelah meminum
mini pill, dianjurkan untuk menggunakan kondom.
4. Dari kelompok 5
Bagaimana anda sebagai apoteker menginformasikan mengenai penggantian obat
yg mengandung babi kpd pasien?
Jawab :
Apt Tdk perlu memberikan informasi kpd pasien ttg obat di dlm resep yg mengandung
babi karena ditakutkan akan menjatuhkan profesi kedokteran dan dpt menyebabkan
berkurangnya kepercayaan pasien kpd seorang dokter. Apt cukup menghubungi
dokter dan memberitahukn bahwa dlm resep trdapat obat yg mengandung babi, jika
dokter setuju untuk menggantinya, apt bisa mmberikan obat yg merk lain serta
membrikan penjelasan bahwa stok obatnya habis namun obat yg diberikan memiliki
efek yg sama.

KELOMPOK 8
1. Bagaiama pendapat anda sebagai apoteker apabila ada pasien yang membeli pil KB
tampa ada resep dokter
2. Bagaimana peran apoteker dalam mengahadapi masalah jika dokter tidak ingin
mengganti obat sedangkan pasien sedang mengalami kesulitan ekonomi
3. Bagaimana cara penggunaan isosorbit dinitrat yang terdapat dalam skenario
Jawaban:
1. Apabila pasien baru pertama mengkonsumsi pil KB maka sebaiknya apoteker
menyarankan agar pasien berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu, jika pasien telah
mengkonsumsi pil sebelumnya maka apotekee dapat langsung memberikan obatnya
disertai dengan konseling.
2. Apabila obat yang tertera dalam resep, pasien tidak mampu untuk menebusnya
karena terkendala ekonomi maka apoteker dapat menggnti obat paten ke obat
generik yang memiliki kndungan yang sama dengan obat yang diresepkan. Terkait
dengan peraturan pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
pasal 24, apoteker dapat mengganti obat merk dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merk dagang lainnya atas persetujuan dan/atau
pasien.
3. Isosorbit dinitrat merupakan obat dengan penggunaan khusus yaitu obat yg
diletakkan di bwah lidah dengan cara : a. Minum atau berkumurlah dengan sedikit air
untuk melembabkan jika mulut kering,b. Letakkan tablet di bawah lidah,c. Tutup
mulut dan jangan menelan sampai tablet larut dengan sempurna sampai tablet larut
dengan sempurna
KELOMPOK 9
1. Bagaimana peranan apoteker dalam melayani salinan resep narkotika dan
psikotropika? (kelompok 8)
Jawab :
Apoteker Tdk boleh melayani resep tersebut krena berdasarkan BPOM no.4 tahun
2018, untuk pelayanan resep narkotika dan psikotropika harus asli, dan jika resep
diberikan di instalansi rumah sakit maka resep tersebut juga harus dilayani di
instalansi farmasi tersebut.
2. Bagaimana peran apoteker dalam memberikan konseling apabila pasien membeli pil
KB siklus ke 2 serta pasien lupa minum obat. (kelompok 4)
Jawab :
Untuk pasien yang membeli pil KB siklus ke 2, kita hanya perlu mengingatkan kembali
cara penggunaan pemakaiannya. Adapun konseling yang diberikan apabila lupa
meminum pilnya yaitu
a. Apabila lupa minum 1 pil maka segera untuk meminumnya pada saat diingat dalam
jangka waktu 1x24 jam dan hari berikutnya kembali sesuai jadwal
b. Apabila lupa minum 2 pil maka segera minum 2 pil pada saat diingat dan hari
berikutnya minum 2 pil lagi. Untuk hari selanjutnya kembali sesuai jadwal.
c. Apabila lupa minum 1 atau 2 pil dengan sisa pil kurang dari 7 pil, maka segera
minum pada saat ingat dan hari berikutnya kembali sesuai jadwal.
3. Apakah ada sediaan lain selain pil kb yang aman untuk ibu menyusui.(kelompok 5)
Jawab :
Untuk sediaan lain tidak ada, tapi apabila pasien ibu menyusui ngin meminum pil KB
maka dapat disarankan meminum pil mini dimana sudah masuk minggu ke 6 pasca
melahirkan. Atau dapat disarankan menggunakan metode lain seperti menggunakan
kondom, spiral, vasektomi atau tubektomi

Anda mungkin juga menyukai