Anda di halaman 1dari 13

PELAYANAN RESEP DAN NON

RESEP DI APOTEK SERTA


KASUS YANG BERKAITAN
Kelompok 4 Kelas 3A
1. SAFIRA HANIFA (F420185032)
2. MUALIMATUL MUYASSAROH (F420185033)
3. RATIH AYU SAFITRI (F420185034)
4. MILENIA KARTIKA SALSABILLA (F420185035)
5. TARISA DAMAYANTI (F420185036)
6. SALMA LAILIKAL KHALWA (F420185037)
7. PUTRI MAVULA HIDAYAH (F420185038)
8. SHOFWATUL MUSFIROH (F420185039)
9. WIDYA PANGESTUTI (F420185040)
PELAYANAN RESEP
Skrining Resep, meliputi :
Persyaratan Kesesuaian
Pertimbangan Klinis
Administratif Farmasetik
• Nama, SIP dan • Bentuk sediaan • Adanya alergi
alamat dokter • Dosis • Efek samping
• Tanggal penulisan • Potensi • Interaksi Penyiapan Obat, meliputi :
resep • Stabilitas • Kesesuaian (dosis,
• Tanda tangan/paraf • Inkompatibilitas durasi, jumlah obat • Peracikan
dokter penulis resep • Cara dan lama dan lain-lain) • Etiket
• Nama, alamat, umur, pemberian Jika ada keraguan • Kemasan obat yang diserahkan
jenis kelamin dan terhadap resep • Penyerahan obat
berat badan pasien hendaknya • Informasi obat
• Cara pemakaian yang dikonsultasikan kepada • Konseling
jelas dokter penulis resep • Monitoring penggunaan obat
• Informasi lainnya dengan memberikan
pertimbangan dan
alternatif seperlunya bila
perlu menggunakan
persetujuan setelah
pemberitahuan.
PELAYANAN NON RESEP
Pelayanan Residensial
Swamedikasi Promosi dan Edukasi
(Home Care)
Swamedikasi merupakan Apoteker harus memberikan Apoteker sebagai care giver
pengobatan sendiri. Maksud dari edukasi apabila masyarakat diharapkan juga dapat
swamedikasi ini adalah ingin mengobati diri sendiri melakukan pelayanan
penggunaan obat-obatan tanpa (swamedikasi) untuk penyakit kefarmasian yang bersifat
resep dokter, jadi pembelian ringan dengan memilihkan obat kunjungan rumah, khususnya
obatnya karena inisiatif sendiri. yang sesuai dan apoteker harus untuk kelompok lansia dan
berpartisipasi secara aktif dalam pasien dengan pengobatan
promosi dan edukasi. Apoteker penyakit kronis lainnya. Untuk
ikut membantu diseminasi aktivitas ini apoteker harus
informasi, antara lain dengan membuat catatan berupa catatan
penyebaran leaflet/brosur, pengobatan (medication record).
poster, penyuluhan dan lain-lain.
TUGAS PELAYANAN NON RESEP DI APOTEK
1. 2.

Apoteker memiliki tanggung jawab profesional Apoteker memiliki tanggungjawab


untuk memberikan nasehat dan informasi yang profesional untuk merekomendasikan
benar, cukup dan objektif kepada pasien agar segeramencari nasehat medi
tentang swamedikasi dan semua produk yang s yang diperlukan, apabila dipertimbangkan
tersedia untuk swamedikasi swamedikasi tidak mencukupi.

3. 4.
Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk Apoteker memiliki tanggung jawab
memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang profesional untuk mendorong anggota
berwenang, dan untuk menginformasikan kepada masyarakat agar memperlakukan obat sebagai
produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek tak produk khusus yang harus
dikehendaki (adverse reaction) yang dipergunakan dan disimpan secara hati-hati
terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut dan tidak boleh dipergunakan tanpa
dalam swamedikasi. indikasi yang jelas.
KASUS NON RESEP
Narkotik boleh didistribusikan dari apotek ke apotek, dari apotek ke RS. Masa sesama sejawat
tidak saling percaya untuk nempil obat, percuma kuliah lama kata bu Bondan. Yang penting ada
SP nya aja (kesepakatan di Yogya pake SP khusus, tapi berdasarkan undang-undang yang penting
ada permintaan tertulis dari apoteker). UU Narkotik tahun 70an memang tidak diperbolehkan,
namun UU Narkotik sekarang boleh.
UU Narkotika No. 35/2009:

Pasal 43
1. Penyerahan Narkotika hanya dapat 2. Apotek hanya dapat menyerahkan
dilakukan oleh : Narkotika kepada :
a. Apotek a. Rumah sakit
b. Rumah sakit b. Pusat kesehatan masyarakat
c. Pusat kesehatan masyarakat c. Apotek lainnya
d. Balai pengobatan, dan d. Balai pengobatan
e. Dokter e. Dokter, dan
f. Pasien
3. Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan
masyarakat dan balai pengobatan hanya
dapat menyerahkan Narkotika kepada
pasien berdasarkan resep dokter.

5. Narkotika dalam bentuk suntikan dalam


4. Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya jumlah tertentu yang diserahkan oleh
dapat dilaksanakan untuk : dokter sebagaimana dimaksud pada ayat
a. Menjalankan praktik dokter dengan (4) hanya dapat diperoleh di apotek.
memberikan Narkotika melalui
suntikan
b. Menolong orang sakit dalam
keadaan darurat dengan memberikan
Narkotika melalui suntikan, dan
c. Menjalankan tugas di daerah
terpencil yang tidak ada apotek.
Kasus dan Penyelesaian (Non Resep)

Apoteker S berpraktek di apotek miliknya. Suatu saat ada


pasien anak kecil kejang yang diantar oleh orang tuanya ke
rumah sakit, namun belum sampai rumah sakit anak tersebut
kejang yang tiada tara sehingga orang tuanya (dalam
perjalanan ke rumah sakit) memutuskan berhenti di apotek
untuk minta tolong pengobatan darurat di apotek tersebut.
Kasus Dokter praktek sudah tidak ada dan apoteker S harus
mengambil keputusan menolong pasien atau menolaknya.
Dengan pertimbangan keilmuannya, apoteker S memberikan
valisanbe rectal ke dubur anak kecil itu sehingga kejangnya
mereda. Pasien dapat diselamatkan dan segera dikirim ke
rumah sakit terdekat.
Berdasarkan UU 36 tahun 2009 pasal 102 ayat 2 dan PP 51
tahun 2009 pasal 24 ayat c, tindakan Apoteker S merupakan
sebuah pelanggaran dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian karena memberikan obat Valisanbe rectal yang
isinya adalah Diazepam yang termasuk dalam golongan
psikotropika.

Akan tetapi tindakan Apoteker S tidak sepenuhnya salah


Penyelesaian kerena keadaan anak tersebut dalam kondisi darurat yang
memerlukan penanganan secepatnya (UU 36 tahun 2009
pasal 32 ayat 1 dan pasal 53 ayat 3).

Keputusan Apoteker S memberikan Diazepam didasari oleh


alasan kemanusiaan serta dasar kompetensi dan ilmu
pengetahuan di bidang farmasi yang dimilikinya.
Kasus dan Penyelesaian (Resep)

Apotek C adalah apotek yang cukup ramai, termasuk omzet


dari penjulan resep. Resep yang masuk  selain obat generic,
banyak pula obat-obat paten dan racikan. Apotek C menerima
sebuah resep racikan dari seorang dokter kulit, sebagai
berikut:
Kasus R/  Acid salisil             0.5
      Resorcin               0.5
      Miconazole  cr      5
      Garamycin  oint    5
      m.f.la. ungt.da in pot  tube I
           S 2 dd u e
• —Acid salisil tersedia dalam bentuk serbuk
( HNA+PPn = Rp 300,- per gram) jadi biaya yg harus
dibayarkan Rp 195
• —Resorcin tersedia dalam bentuk serbuk
(HNA+PPn = Rp1500,- per gram) jadi biaya yg harus
dibayarkan Rp 975
• —Miconazole cr tersedia dalam bentuk tube 10 g
(HNA+ PPn= Rp 4500,- per tube ) jadi biaya yg harus
dibayarkan  Rp 2.925
• —Garamycin oint tersedia dalam bentuk tube 10g
Penyelesaian ( HNA +PPn= Rp 90.000,- per tube) jadi biaya yg harus
dibayarkan Rp  58.500
• — Pot salep 10 g (HNA+PPn= Rp 200,- per pot)

Jadi, total yang harus dibayarkan seharusnya adalah


= Rp 195 + Rp 975 + Rp 2.925 + Rp 58.500 + Rp 260 + Rp
200
+ Rp 2500
= Rp 65.555
— Index resep racikan  adalah 1,3 dengan tuslah 1 R/
racikan  adalah Rp 2500,-
 
Harga yang dibayar oleh pasien adalah dengan perhitungan
sebagai berikut:
 Acid salisil = Rp                 95,- (dinaikkan)
 Resorcin            = Rp                975,- (dinaikkan)
Penyelesaian  Miconazole cr    = Rp             5.850,- (dinaikkan)
 Garamycin oint  = Rp          117.000,- (dinaikkan)
 Pot                     = Rp                260,- (dinaikkan)
 Plastik                = Rp                200,-
 Tuslah                = Rp             2.500,- +
                                    Rp         126.980,-   Rp. 127.000,
TERIMA
KASIH

CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik.

Kelompok 4 Kelas 3A

Anda mungkin juga menyukai