Oleh Kelompok 3 :
Ni Putu Wulan Pravita Dewi (1832122169)
Ni Made Melinda Sintya Dewi (1832122163)
I Gusti Ayu Putri Ningsih (1832122188)
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi sudah sangat berkembang dikalangan masyarakat modern saat ini.
Kemajuan teknologi yang dimaksud disini yaitu dalam bidang komunikasi yang disertai
dengan kemudahan jaringan internet. Berdasarkan tingkat kehidupan masyarakat yang semakin
meningkat, maka kebutuhan masyarakat terhadap barang ataupun jasa juga akan semakin
meningkat.
Pada era perkembangan dunia modern saat ini, maka munculah adanya fenomena ojek
modern berbasis online yang sudah tidak asing lagi kita ketahui yaitu Go-Jek. Kehadiran ojek
panggilan via online alias Go-Jek menjadi solusi kemacetan di beberapa kota besar di provinsi
Bali seperti Denpasar, Badung, dan Gianyar. Untuk itu PT Go-Jek Indonesia harus mensiasati
kondisi dan keadaan ini untuk bisa tetap mempertahankan eksistensi dan perkembangan
perusahaan terutama di wilayah yang rawan dengan kemacetan khususnya di kota Denpasar.
Hal ini memaksa setiap perusahaan menerapkan strategi berbagai hal salah satuya
mengimplementasikan sistem komunikasi pemasaran yang efektif untuk merebut semua
peluang 34 yang ada dan tetap bisa bertumbuh dari tahun-tahun sebelumnya.
Penggunaan layanan ojek di Bali bisa dibilang tidak terlalu signifikan, ini disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama, pemerintah kota Denpasar telah menyediakan layanan transportasi
umum bernama Trans SARBAGITA. Bus ini melayani sebagian jalur-jalur utama dan
pariwisata di kota Denpasar. Bahkan angkutan pengumpan Trans SARBAGITA bisa dinikmati
secara cumacuma di beberapa wilayah Denpasar. Kedua, sudah ada jalan tol dan under pass
yang menjadi solusi kemacetan di Bali beberapa tahun belakangan. Ketiga, layanan taksi
khususnya Bluebird, masih menjadi pilihan. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi pemicu
kurangnya minat orang untuk menggunakan layanan Go-Jek di kawasan ini.
Untuk itu PT Go-Jek Indonesia harus mensiasati kondisi dan keadaan ini untuk bisa
tetap mempertahankan eksistensi dan perkembangan perusahaan terutama di wilayah yang
rawan dengan kemacetan khususnya di kota Denpasar. Hal ini memaksa setiap perusahaan
menerapkan strategi berbagai hal salah satuya mengimplementasikan sistem komunikasi
pemasaran yang efektif untuk merebut semua peluang yang ada dan tetap bisa bertumbuh dari
tahun-tahun sebelumnya. Maka dari itu marketing PT Go-Jek Indonesia meningkatkan strategi
komunikasi dalam meningkatkan Brand Awareness (Kesadaran Merek/Branding) terhadap jasa
Go-Jek di wilayah Bali. Kesadaran merek (Brand awareness) menjadi salah satu faktor penting
dalam brand yang kuat, oleh sebab itu kesadaran merek (Brand awareness) tersebut, sangatlah
penting bagi perusahaan.
Kesadaran merek menggambarkan keberadaan merek didalam pikiran konsumen yang
akan mempengaruhi persepsi dan tingkah laku konsumen. Berdasarkan latar belakang diatas,
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “analisis strategi komunikasi pemasaran
jasa go-jek dalam meningkatkan brand awareness”. Berdasarkan judul tersebut dirumuskan
masalah yakni :
1. Bagaimanakah strategi komunikasi pemasaran jasa Go-Jek dalam meningkatkan Brand
Awareness (Kesadaran Merek)?,
2. Apa saja kendala yang terjadi dalam penerapan strategi komunikasi pemasaran jasa Go-Jek
pada PT Go-Jek Indonesia cabang Bali, Penelitian ini bertujuan untuk :
Penelitian ini bertujuan ;
(1) untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran jasa GoJek dalam meningkatkan Brand
Awareness (Kesadaran Merek),
(2) untuk mengetahui kendala yang terjadi dalam penerapan strategi komunikasi pemasaran
jasa Go-Jek dalam meningkatkan Brand Awareness pada PT Go-Jek Indonesia cabang Bali.
.
Strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara dan
“agein” yg berarti memimpin. Dengan demikian strategi dimaksudkan adalah memimpin
tentara. Lalu muncul kata “strategos” yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi
strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jendral atau suatu
rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang
harus dicamkan yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali mengetahui apa
yang akan di kerjakan, sebelum mereka mengerjakannya” (Cangara,2013: 61). Strategi pada
hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu.
Beberapa pakar ahli tertarik mempelajari dan mendalami komunikasi sehingga melahirkan
berbagai definisi tentang komunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat
mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Kata komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico,
communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah
pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi yang
merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Menurut Lauwrence D.Kincaid (1981)
sebagaimana dikutip oleh Cangara (2013: 33) bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Paradigma
Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi : komunikator, pesan, media, komunikan
dan efek. Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Strategi komunikasi merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang
akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti
memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin
dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti
dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan
pada diri khalayak dengan mudah dan cepat.
Adapun unsur-unsur komunikasi meliputi: sumber, pesan, media, penerima, pengaruh, umpan
balik,dan lingkungan. Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainya.
Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi
(Cangara,2013: 35). Secara klasik fungsi komunikasi ditujukan untuk memberi informasi,
menghibur, mendidik, dan membentuk opini publik. Dalam menyampaian sebuah informasi
biasanya terjadi beberapa gangguan atau rintangan yang dihadapi. Gangguan komunikasi
terjadi jika terdapat intervensi terhadap salah satu komponen komunikasi, sehingga proses
komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi
dimaksudkan yakni adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak berlangsung
sebagaimana harapan komunikator dan penerimanya (dalam Cangara,2013: 37). Jadi
komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tata
krata pergaulan antar manusia. Melalui komunikasi yang dilakukan dengan baik dan santun
akan memberi pengaruh langsung terhadap diri seseorang dalam bermasyarakat. Keberhasilan
atau kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, termasuk karier dan rezeki
seseorang banyak tergantung pada kemampuannya berkomunikasi. Komunikasi digunakan
oleh setiap orang dalam menyampaikan sebuah pesan atau informasi, khususnya di bidang
pemasaran. Menurut American Marketing Assocation (AMA) sebagaimana dikutip Kotler &
Keller (2009: 05) bahwa mendefinisikan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan
serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada
pelanggan dan untuk mengelola hubungan baik dengan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah aktifitas kreatif perusahaan yang meliputi perencanaan dari konsep
penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, produk, dan pelayanan dengan tujuan tidak
hanya memuaskan pelanggan saat ini, melainkan mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan
mereka dimasa mendatang untuk mendapatkan suatu keuntungan. Pemasaran jasa/layanan
(service) adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawakan satu pihak kepada pihak
lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Menurut
Kotler & Keller, komunikasi pemasaran (marketing communications) adalah sarana di mana
perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara
langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang di jual. Adapun Bauran
pemasaran menurut Kotler & Keller (2009: 174) yaitu :
1) Periklanan adalah penyajian informasi non-personal tentang produk, merek, perusahaan atau
gerai yang didanai sponsor.
2) Promosi Penjualan adalah kumpulan alat-alat intensif yang beragam, sebagian besar
berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk/ jasa tertentu secara
lebih cepat dan lebih besar.
3) Hubungan Masyarakat dan Publisitas adalah setiap kelompok yang memiliki kepentingan
actual dan potensial atau yang memiliki pengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk
mencapai tujuannya dari berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan/atau
menjaga citra perusahaan atau tiap produknya.
4) Pemasaran langsung adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih
media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan/atau transaksi yang dapat diukur pada suatu
lokasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah aktifitas kreatif perusahaan yang meliputi
perencanaan dari konsep penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, produk, dan
pelayanan dengan tujuan tidak hanya memuaskan pelanggan saat ini, melainkan
mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan mereka dimasa mendatang untuk mendapatkan suatu
keuntungan. Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata “jasa” (service)
itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa
sebagai suatu produk. Jasa/layanan (service) adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat
ditawakan satu pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak
menghasilkan kepemilikan apapun (Kotler Keller,2009: 36). Berbagai riset dan literatur
manajemen dan 36 pemasaran jasa mengungkapkan bahwa jasa memiliki empat karakteristik
yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran yang dikutip Mursid (2014: 117) yaitu
: 1) Tak berwujud (Intangibility) adalah karena jasa tidak teraba pelanggan tidak dapat
mengambil contohnya merasakan, mencicipi, melihat, mendengar atau mencium sebelum
pelanggan membelinya .
2) Tak terpisahkan (Inseparability) adalah karena jasa biasanya tidak terpisahkan dengan
pribadi penjual. Untuk jasa tertentu diciptakan dan di pergunakan habis pada saat yang
bersamaan.
3) Dapat berubah-ubah (Variability) Yaitu output jasa tidak ada standarisasinya. Setiap unit
jasa agak berbeda dengan unit jasa lainnya yang sama.
4) Dapat musnah (Perishability) yaitu jasa bersifat perishability artinya jasa merupakan
komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu
datang, dijual kembali, atau dikembalikan.
Adapun strategi komunikasi pemasaran adalah cara yang ditempuh perusahaan untuk
merealisasikan misi, tujuan, sasaran yang telah ditentukan dengan cara menjaga dan
mengupayakan adanya keserasian antara berbagai tujuan yang ingin dicapai, kemampuan yang
dimiliki serta peluang dan ancaman yang dihadapi di pasar produknya. Untuk mencapai
kesepakatan dan pemahaman bersama antara kedua mempunyai strategi yang tepat dalam
proses pemindahan symbol. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu
pemikiran dengan mempertimbangkan faktor -faktor pendukung dan faktor -faktor
penghambat serta komponen-komponen komunikasi. Strategi pemasaran yang dilakukan
dalam tahap pertumbuhan ini berbeda dengan strategi pada tahap perkenalan. Tujuan dari
komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama, yaitu untuk menyebarkan informasi
(komunikasi informatif), mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen
(komunikasi persuasif), dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang
(komunikasi mengingatkan kembali). Pada umumnya perusahaan yang berhasil adalah
perusahaan yang melaksanakan konsep pemasaran yang berorientasi kepada konsumen, karena
perusahaan inilah yang mampu menguasai pasar dalam jangka panjang. Di dalam pandangan
konsep pemasaran, tujuan perusahaan dicapai melalui kepuasan konsumen. Kepuasan
konsumen diperoleh setelah kebutuhan dan keinginan konsumen dipenuhi melalui kegiatan
pemasaran yang terpadu. Dengan demikian ada 4 (empat) unsur pokok dalam konsep
pemasaran, yaitu:
1) Orientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen.
2) Kepuasan konsumen.
3) Kegiatan pemasaran yang terpadu
4) Tujuan perusahaan.
Penentuan strategi komunikasi pemasaran harus didasarkan atas analisa lingkungan eksternal
dan internal perusahaan. Masing-masing faktor lingkungan dapat menimbulkan adanya
kesempatan atau ancaman bagi pemasaran produk suatu perusahaan, yaitu terdiri atas: keadaan
pasar, persaingan, teknologi, ekonomi, sosial budaya, hukum dan peraturan. Sedangkan faktor-
faktor internal perusahaan menunjukkan adanya keunggulan atau kelemahan perusahaan,
meliputi keuangan, produksi, personalia, dan khususnya bidang pemasaran yang terdiri atas
produk, harga, promosi, lokasi, orang, proses dan bukti fisik.
Merek (Brand) adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya
membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau kontrak
kepercayaan dari produsen kepada konsumen dengan menjamin konsistensi bahwa sebuah
produk akan selalu dapat menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen dari sebuah produk.
Merek dapat diartikan sebagai sebuah nama yang mewakili produk secara keseluruhan. Baik
produk itu sendiri, jasa yang diberikan produk tersebut, perusahaan yang memproduksi, dan
hal-hal terkait lainnya.
Menurut Philip Kotler Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, ataupun design yang
kombinasinya mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Sedangkan Menurut David Aaker (1997: 22) sebagaimana yang dikutip (Rangkuti,2002: 39),
ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah
barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.
Menurut David Aaker (1997:22) sebagaimana yang dikutip (Rangkuti, 2002: 39),
brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah
barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Elemen-elemen brand
equity tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ditopang oleh elemen elemen pembentuk brand
equity menurut David A. Aaker yang dikutip Rama Kertamukti (2015 : 95):
1) Kesadaran merek (Brand Awareness).
2) 37 Persepsi kualitas (Perceived Quality)
3) Asosiasi merek (Brand Association).
4) Loyalitas merek (Brand Loyalty)
5) Asset-aset merek lainnya (Other Proprietary Brand Assets) Brand awareness adalah
kemampuan calon pembeli atau konsumen untuk mengenali maupun mengingat kembali
bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
Brand awareness adalah ukuran kekuatan eksistensi suatu merek di benak pelanggan
(Ambadar, 2007: 66) dikutip oleh Rama Kertamukti (2015: 95). Dengan menciptakan brand
awareness, pemasar berharap bahwa kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan
dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif
dalam pengambilan keputusan. Bisa dikatakan, brand awareness menjadi salah satu faktor
penting yang dibutuhkan para pelaku usaha untuk memperkuat brand produknya. Sebab tak
bisa kita pungkiri bila semakin banyak konsumen yang mengingat anda, maka semakin besar
pula intensitas pembelian yang akan mereka lakukan.
Menurut David A.Aker (1997) brand awareness sendiri didefinisikan Piramida dari
rendah sampai tingkat tertinggi yaitu :
1) Tidak menyadari merek (Brand Unware) adalah tingkat paling rendah dalam piramida brand
awareness di mana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
2) Pengenalan (Brand recognition) merupakan tingkatan yang paling rendah, dimana para
konsumen baru mengenal sebuah merek dan masih membutuhkan alat bantu untuk bisa
mengingat merek tersebut.
3) Mengingatkan kembali (Brand recall), kesadaran merek langsung muncul di benak para
konsumen setelah merek tertentu disebutkan. Berbeda dengan recognition yang membutuhkan
alat bantu, brand recall hanya membutuhkan pengulangan/ penyebutan ulang untuk mengingat
merek produk.
4) Puncak (Top of mind ), adalah tingkatan tertinggi dimana merek tertentu telah mendominasi
benak para konsumen, sehingga dalam level ini mereka tidak membutuhkan pengingat apapun
untuk bisa mengenali merek produk tertentu.
METODE
Lokasi penelitian ini yakni PT Go-Jek Indonesia cabang Bali yang berlokasi di jalan Kartika
Plaza Kuta, Badung. Alasan memilih lokasi ini karena PT. Go-Jek Indonesia adalah perusahaan
berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi ojek. Pada tahun 2011 PT Gojek
Indonesia sebagai social enterpreneurship inovatif untuk mendorong perubahan sektor
transportasi informal agar dapat beroperasi secara professional serta lokasi kantor PT Go-Jek
Indonesia yang berada di wilayah kuta, kabupaten Badung memudahkan penulis untuk
mengefiensi waktu dan kemudahan fasilitas, data dan informasi serta bahan pendukung
lainnya.
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dari bulan januari sampai bulan november
tahun 2015 para pengunduh aplikasi Go-Jek semakin meningkat. Terutama dibulan November
puncaknya. Pengunduh aplikasi ini mencapai hingga 8 juta unduhan, ini membuktikan bahwa
strategi komunikasi pemasaran jasa yang dimiliki marketing PT Go-Jek Indonesia cabang Bali
sangat berperan penting dalam peningkatan kesadaran konsumen terhadap Brand/merek yang
dimiliki Go-Jek.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian yang disampaikan dalam hasil penelitian, maka dapat ditarik
simpulan umum sebagai berikut:
1. Adapun strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh marketing Go-jek dalam
meningkatkan brand awareness adalah melalui teori bauran pemasaran yang dikemukakan oleh
Kotler & Keller (174: 2009) yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales
promotion), pemasaran langsung (direct marketing) dan publisitas. Marketing Go-Jek
menggunakan keempat bauran pemasaran tersebut menjadi strategi komunikasi pemasaran
yang sangat efektif dalam meningkatkan brand awareness di PT Go-Jek Indonesia cabang Bali.
Keempat strategi tersebut penulis ketahui dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
selama melakukan penelitian yaitu melalui strategi periklanan yang memanfaatkan media iklan
berupa brosur, roll banner, merchandise dan billboard. Dengan strategi promosi penjualan para
marketing memberikan kode promosi (promotion code) berupa saldo atau credit secara gratis,
yang biasanya diberikan kepada pengguna atau konsumen yang baru menggunakan aplikasi
GoJek dan memberikan transportasi gratis, biasanya diberikan saat mengikuti event-event yang
terkadang lokasi event jauh dari venue. Adapun staregi program pemasaran langsung yang
dilakukan para marketing Go-Jek yaitu menggunakan social media, karena social media
sebagai salah satu sarana pemasaran yang berperan penting dalam membranding perusahaan
Go-Jek dan jasa yang dimilikinya. Social media yang dimiliki PT Go-Jek Indonesia adalah
instagram, fanpage, facebook, twitter, website, dan google ads. Dan untuk startegi publisitas,
para marketing Go-Jek melakukan kerjasama dengan hotel-hotel yang ada dibali dengan
memberikan special discount bagi Go-Jek user yang menginap di hotel tersebut.
2. Adapun beberapa kendala yang dihadapi dan kiat yang dilakukan para marketing dalam
penerapan strategi komunikasi pemasaran sebagai berikut :
(1) Masyarakat di Bali masih belum menemukan kebutuhan untuk menggunakan Go-Jek,
karena masyarakat di Bali pada umumnya sudah memiliki kendaraan pribadi. Maka dari itu,
para marketing Go-Jek membuat materi promosi yang menggambarkan situasi sehari-hari,
dimana masyarakat dapat menjadikan Go-Jek sebagai alternative transportasi.
(2) Terjadi penolakan dibeberapa wilayah di Bali dengan keberadaan Go-Jek seperti daerah
Canggu dan Legian dikarenakan didaerah tersebut sudah memiliki organisasi transportasi
independent. Untuk mengatasi hal tersebut, para marketing melakukan pendekatan langsung
ke area yang menolak Go-Jek dan mengajak para ojek pangkalan untuk bergabung dengan Go-
Jek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang diterapkan para
marketing Go-Jek cabang sangat efektif dalam meningkatkan brand awareness yang dimiliki
PT Go-Jek Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari meningkatnya jumlah pengunduh aplikasi Go-
Jek pada bulan januari hingga November 2015 yang mencapai hingga 8 Juta unduhan, bisa
dipastikan bahwa Brand/ merek yang dimiliki oleh PT Go-Jek Indonesia semakin dikenal oleh
masyarakat.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan simpulan yang telah diambil, penulis
memberikan saran yang mungkin dapat dipakai sebagai pertimbangan pada pihak perusahaan
dalam menentukan langkah-langkah lebih lanjut di bidang pemasaran, khususnya komunikasi
pemasaran adalah sebagai berikut :
(1) Untuk para marketing agar dapat meningkatkan semangat kerja dan lebih kreatif terutama
dalam menerapkan strategi pemasaran.
(2) Untuk setiap strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan hendaknya di evaluasi kembali
untuk mengetahui seberapa efektifnya strategi yang digunakan.
(3) Untuk menghadapi persaingan dibutuhkan intelegent marketing yang handal, sehingga bisa
exist di pasar, agar dapat mempertahankan kualitas dan memberikan pelayanan yang baik.
(4) Untuk manager agar lebih meningkatkan kerjasama yang baik dengan team.
(5) Untuk driver Ojek agar lebih aktif saat mengantarkan customer dengan mempromosikan
jasa/service yang dimiliki PT Go-Jek Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta : Spektrum
Burhan , H.M.Bungin 2007. Pengertian kualitatif. Jakarta : Kencana.
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Cangara, Hafield. 2013. Perencanaan Strategi komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Fakultas Ilmu Komunikasi. Tim Penyusun, 2014. Buku Panduan Penulisan Skripsi Universitas
Dwijendra
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller., 2007, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jilid
2, dialihbahasa oleh Benjamin Jakarta : PT Indeks.
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 2 Jakarta : Erlangga.
Kruti Shah, Alan D’Souza, 2009. Google Books “Advertising and Promotion : an IMC
Perspective”.
Kertamukti, Rama, 2015 Strategi Kreatif dalam Periklanan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Mursid, M. 2014. Manajemen Pemasaran, Edisi1, Jakarta : Bumi Aksara.
Poewardamita, 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Djambatan.
Rangkuti, Freddy. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia
Pustaka.
Rangkuti, Freddy 2002. Measuring Customer Satisfaction Teknik Mengukur dan Strategi
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiono, 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung : CV. Alfabeta. www.go-jek.com