Anda di halaman 1dari 12

PERAN VIENSBOYS DALAM PENINGKATAN BRAND AWARENESS

VIENS SELAT DI MASA PANDEMI COVID-19 PERSPEKTIF IMC


(INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION)

OUTLINE SKRIPSI

Oleh :

Alvino Agatillano

NIM. 171211019

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandemi Covid-19 memberikan dampak negatif signifikan
terhadap berbagai lini kehidupan. Dampak negatif imbas pandemi terjadi
salah satunya di aspek ekonomi. Roda perekonomian tersendat dilihat dari
signifikannya kerugian nasional (pertumbuhan ekonomi nasional – 2,07
%) salah satunya akibat dari kebijakan pembatasan (Hadiwardoyo, 2020).
Tak terkecuali usaha-usaha kuliner yang sekiranya mengalami penurunan
omset selama pandemi. Berdasarkan survei Paper.id berkolaborasi
dengan Smesco dan OK OCE bisnis kuliner mengalami penurunan omset
sekitar 43,09 % selama pandemi 2020 (Pramuditia, 2020). Hal tersebut
menjadi konsekuensi logis dari hadirnya kebijakan pembatasan-
pembatasan demi menekan laju penularan covid-19.
Sebagai contoh konkret yakni penurunan omset di Selat Viens Solo
selama wabah terjadi. Uniknya penurunan omset di Selat Viens Solo tidak
securam binis kuliner yang lain. Bahkan di hari-hari tertentu terjadi
antrean panjang di outlet Selat Viens Solo. Hal ini terjadi dimungkinkan
karena kemampuan komunikasi pemasaran Selat Viens Solo dalam
merespons dampak krisis pandemi covid-19. Salah satu poin penting
komunikasi pemasaran Viens Solo adalah kehadiran Viens Boys sebagai
fokus branding Viens Selat Solo. (Serra Argo Rianda, wawancara
personal, 7 Maret 2021 )
Salah satu strategi komunikasi pemasaran efektif di masa krisis
seperti pandemi covid-19 adalah IMC (Integrated Marketing
Communication). Sebagaimana penelitian khasanah dkk terkait strategi
komunikasi pemasaran produk sampoerna di masa pandemi didapati
pemahaman bahwa penyesuaian strategi IMC dengan kondisi pandemi
dapat memberi pengaruh positif terhadap stabilitas penjualan (Khasanah et
al., 2020). Penelitian (Krypton, 2018), (Wahid & Puspita, 2017),
(Damarjati et al., 2016) mendapati kesimpulan bahwa semakin tinggi
implementasi komunikasi pemasaran terpadu semakin tinggi pula tingkat
kesadaran terhadap merk. Namun, dari ketiga penelitian menjadikan
perusahaan (pihak pertama) sebagai fokus penelitian terkait implementasi
IMC. Belum ada penelitian yang menjadikan pihak kedua (dalam kasus ini
Viens Selat sebagai pihak pertama, Viens Boys sebagai pihak kedua)
sebagai subjek penelitian. Dari hal tersebut peneliti ingin mendalami peran
Viens Boys dalam peningkatan brand awareness Selat Viens
menggunakan prespektif IMC (Integrated Marketing Communication)
sebagai ikhtiar pencarian formula efektif komunikasi pemasaran di masa
pandemi.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana peran Viens Boys dalam peningkatan brand awareness
Selat Viens
b. dalam prespektif Integrated Marketing Communication (IMC) di masa
Pandemi Covid-19?

C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui peran Viens Boys dalam peningkatan brand
awareness Selat Viens Solo menggunakan Integrated Marketing
Communication (IMC) di masa Pandemi Covid-19.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk penelitian selanjutnya
terkait dengan penerapan Integrated Marketing Communication (IMC)
oleh pihak kedua perusahaan sebagai pihak eksekutor komunikasi
pemasaran produk kuliner di masa krisis.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat dan pihak terkait dalam penelitian ini terfokus
pada implementasi komunikasi pemasaran terpadu.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan perusahaan kuliner
dalam mengimplementasikan strategi komunikasi pemasaran di
masa krisis.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI
1. BRAND AWARENESS
Berkaitan Brand Awareness, David Aaker memberikan pemaparan
dalam bahwa “Brand Awareness is the ability of a potential buyer to
recognize or recall that a brand is a member of a certain product
category”. Brand Awareness merupakan kemampuan pelanggan
potensial dalam mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek
merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Terdapat 4 tingkatan
Brand Awareness menurut Aaker (1991) secara berurutan dari yang
terendah sampa tertinggi yakni unaware of a brand (tidak menyadari
merek), brand recognition (pengenalan merek) atau disebut juga
sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan, brand recall
(pengingatan kembali merek) atau tingkatan pengingatan kembali
merek tanpa bantuan karena konsumen tidak perlu dibantu untuk
mengingat merek, merek yang disebut pertama kali pada saat
pengenalan merek tanpa bantuan yaitu top of minds (kesadaran puncak
pikiran). Top of mind adalah Brand Awareness tertinggi dari berbagai
merek yang ada dalam pikiran konsumen.

Gambar 1. Tingkatan Brand Awareness (Aakeer, 1991)


Selanjutnya, peneliti menggunakan tingkatan Brand Awareness,
untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran consumer kuliner
selat terhadap Selat Viens Solo dalam piramida Brand Awareness
tersebut.
2. INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION (IMC)
Integrated Marketing Communication (IMC) (komunikasi
pemasaran terpadu) terdiri dari iklan, promosi penjualan, penjualan
personal, hubungan masyarakat dan pemasaran langsung adalah proses
komunikasi yang berisi perencanaan, pembuatan, penyatuan dan
implementasi dari banyak bentuk komunikasi pemasaran (iklan,
promosi penjualan, publisitas, event, dan lainnya) yang dilakukan terus
menerus pada konsumen yang dituju dan konsumen potensial lainnya
(Shimp & Andrews, 2012).

Gambar 2. IMC (Integrated Marketing Communication) /


Marketing Communication Mix
Menurut Duncan komunikasi pemasaran terpadu adalah sebuah
proses lintas-fungsional untuk menciptakan dan memberikan hubungan
yang saling menguntungkan dengan pelanggan dan pemangku
kepentingan lain dengan mengendalikan secara strategis atau
mempengaruhi semua pesan yang dikirim kepada kelompok dan
mendorong berbasis data, menciptakan dialog dengan customer dan
stakeholder (Ducan, 2002). Tokoh pertama yang mencetuskan istilah
IMC adalah Levitt pada 1962, kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh Shultz pada 1993, menurutnya IMC telah menjadi salah satu topik
penting dalam bidang pemasaran. Secara garis besar, IMC dapat
dideskripsikan sebagai berikut: (1) IMC dimulai dan bertolak dari
persepsi dan aktivitas pelanggan pada produk; (2) IMC adalah
terintegrasi antara bisnis dengan kebutuhan pelanggan; (3) IMC harus
terorganisasi pada semua komunikasi bisnis dalam IMC mix; (4) IMC
berupaya menciptakan dialog dengan pelanggan; (5) IMC akan
berupaya mencapai perilaku pelanggan ke arah kebutuhan individu.
IMC tidak hanya sebagai promosi kepada konsumen, namun, juga
berfungsi untuk mengajak dan berkomunikasi dengan konsumennya,
sehingga terdapat beberapa elemen komunikasi pemasaran terpadu
terdiri antara lain: 1. Iklan; 2. Promosi penjualan; 3. Penjualan
personal; 4. Hubungan masyarakat/public relations; dan 5. Pemasaran
langsung (Ducan, 2002).

B. PENELITIAN TERDAHULU
1. Rotumiar Pasaribu (Universitas Katolik Soegijapranata) dalam
Optimalisasi Media Online Sebagai Solusi Promosi Pemasaran
UMKM di Semarang Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Komunikasi dan Media, Vol. 01 No.01, November 2020 : 33-44
2. Khasanah, Wihara, Batu dalam Implementasi Strategi Promosi
Penjualan dalam Perspektif Integrated Marketing Communication
(IMC) pada Produk Sampoerna di Masa Pandemi Covid-19 (Studi
Kasus pada Sampoerna Retail Community (SRC) Hikmah Mart Rayon
Ngancar Kediri). Jurnal Cahaya Aktiva, Vol 10, No 2 (2020).
3. Wahid & Puspita dalam Upaya Peningkatan Brand Awareness PT. Go-
Jek Indonesia Melalui Aktivitas Marketing Public Relations. Jurnal
Komunikasi, Vol 9, No 1 (2017).
4. Krypton dalam Strategi Peningkatan Brand Awareness Mobile
Ticketing Apps Melalui Metode Integrated Marketing Communication.
Jurnal Sosial Humaniora Terapan, Vol 1, No.1 (2018).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Selat Viens Solo (Pusat) Jl. Hasanudin No.99 D/E, Punggawan, Kec.
Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57139

B. Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu


memberikan gambaran secara cermat dan faktual. Metode penelitian
kualitatif (qualitative research) merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan individu
dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2011). Menurut Sugiyono
penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang didasari oleh
filsafat postpositivisme dan biasanya diimplementasikan pada kondisi
alamiah objektif dimana peneliti menjadi instrumen kunci (Sugiyono,
2008). Peneliti menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian
berdasarkan fakta yang ada mengenai penerapan Integrated Marketing
Communication (IMC) oleh Viens Selat Solo melalui Viens Boys dalam
upaya peningkatan Brand Awareness di masa krisis pandemi. Metode
pendekatan deskriptif lebih spesifik digunakan pada penelitian ini.
Penelitian ini memberikan gambaran atau penjabaran suatu objek penelitian
berdasarkan karakteristik yang dimiliki, dengan terjun langsung ke
lapangan.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Viens Boys dan pengelola Viens Selat
Solo serta beberapa pelanggan.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi (pengamatan)
Observasi (pengamatan) adalah salah satu alat penting untuk
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Mengamati berarti
memperhatikan fenomena di lapangan melalui kelima indra peneliti,
seringkali dengan instrumen atau perangkat, dan merekamnya untuk
tujuan ilmiah.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden.
Dalam berwawancara terdapat proses berinteraksi antar
pewawancara dengan responden. Pewawancara merupakan orang
yang memegang kunci keberhasilan wawancara. Peneliti melakukan
wawancara dengan berbagai narasumber yang dapat menjawab data-
data yang dibutuhkan untuk penelitian, dengan menggunakan pedoman
wawancara (interview guide). Dalam hal ini peneliti akan melakukan
wawancara secara mendalam yang dilakukan dengan berbagai informan
yaitu pengelola Selat Viens Solo dan beberapa pelanggan.
3. Dokumentasi

Proses merekam informasi atau memasukkan data. Proses ini


melibatkan perekaman informasi, penulisan wawancara, pemetaan,
sensus, pemotretan, perekaman suara, dan dokumen. Disini penulis
melakukan dokumentasi untuk memperoleh data, baik untuk data
primer maupun sekunder dengan melakukan merekam suara selama
wawancara berlangsung,memotret aktivitas yang sedang berlangsung di
lokasi penelitian untuk menunjang data.
E. Teknik Analisis Data

Adapun salah satu metode dari keabsahan konstruk ini adalah


metode triangulasi, dengan uraian sebagai berikut:

Triangulasi data, dalam teknik pengumpulan data, triangulasi


diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi data dilakukan
dengan menggunakan berbagai sumber, mulai dari dokumen, arsip, hasil
wawancara dan observasi, dari berbagai satu subjek dengan sudut pandang
yang berbeda. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat dipercaya
dan diakui kebenarannya.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis alir yaitu


metode dengan beberapa tahap yaitu reduksi data, display data, gambaran
kesimpulan dan verifikasi data. Penerapan teknik analisa data tersebut
dalam penelitian ini adalah:
1. Display data, yaitu menyajikan data-data yang diperoleh dari lapangan
dan disusun secara sistematis sehingga tersusun gambaran yang jelas
dan sistematis tentang data yang dihasilkan dari penelitian yang
dilakukan.
2. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok
difokuskan padahal-hal yang penting dan disusun secara sistematis
sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang hasil penelitian.
Reduksi dapat dilakukan dengan merangkum kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh pengelola kosti solo taxi dalam melakukan perencanaan
kegiatan yang dinilai dapat menjaga citra perusahaan.
3. Penarikan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut miles and
huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
DAFTAR PUSTAKA

Damarjati, I. H., Kusumawati, A., & Mawardi, M. K. (2016). The Influence Of


Integrated Marketing Communication (IMC) On Brand Equity And Purchase
Decision. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 34(1), 29–37.
Ducan, T. (2002). IMC: Using Advertising and Promotions to Build Brands.
McGraw Hill.
Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19.
Baskara Journal of Business and Entrepreneurship, 2(2), 83–91.
Khasanah, M. A., Wihara, D. S., & Batu, A. P. (2020). Implementasi Strategi
Promosi Penjualan Dalam Perspektif Integrated Marketing Communication
(IMC) Pada Produk Sampoerna di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus
Pada Sampoerna Retail Community (SRC) Hikmah Mart Rayon Ngancar
Kediri). Cahaya Aktiva Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 2(10),
182–196.
Krypton, A. (2018). Strategi Peningkatan Brand Awareness Mobile Ticketing
Apps Melalui Metode Integrated Marketing Communication. Jurnal Sosial
Humaniora Terapan, 1(1), 41–50.
Moleong, L. . (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT. Remaja
Rosdakarya.
Pramuditia, B. A. (2020). Pandemi Luluh Lantakan Bisnis Kuliner, Omzetnya
Terjun Bebas. Www.Wartaekonomi.Co.Id.
https://www.wartaekonomi.co.id/read313702/pandemi-luluh-lantakan-bisnis-
kuliner-omzetnya-terjun-bebas
Shimp, T. A., & Andrews, J. C. (2012). Integrated Marketing Communication
(Ninth Edit). Cengage Learning.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
ALFABETA.
Wahid, U., & Puspita, A. E. (2017). Upaya Peningkatan Brand Awareness PT.
Go-Jek Indonesia Melalui Aktivitas Marketing Public Relations. Jurnal
Komunikasi, 9(1), 31–43.

Anda mungkin juga menyukai