Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tri Paula Anastasia Waruwu

Nim : 200205360
Kelas : Ekstensi B S1 FARMASI
Mata Kuliah : Patofisiologi

ANGINA PECTORIS

Angina Pectoris
Angina pectoris adalah ketidaknyamanan dada yang terjadi ketika ada suplai oksigen darah yang
berkurang pada area dari otot jantung. Pada kebanyakan kasus-kasus, kekurangan suplai darah
disebabkan oleh penyempitan dari arteri-arteri koroner sebagai akibat dari arteriosklerosis.
Angina biasanya terjadi waktu olahraga, stres emosi yang parah, atau setelah makan yang berat.

Etiologi Angina Pectoris


 Ateriosklerosis
 Spasme arteri coroner
 Anemia berat
 Arthritis
 Aorta Insufisiensi

Tanda-Tanda Gejala Angina Pectoris


 Sakit dada
 Sulit bernapas (terutama saat berbaring)
 Batuk
 Pingsan
 Palpitasi (sensasi jantung yang berdetak)
 Pembengkakan pada kaki atau perut
 Mudah lelah apalagi saat Anda melakukan aktivitas.
 Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter
skapula atau lengan kiri.
 Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang
hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
 Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih dari 30 menit. Nyeri hilang
(berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.

Patofisiologi Angina Pectoris


Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak ada kuatan suplay oksigen ke sel
sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri coroner
(ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas
bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Sel-
sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan
nyeri.

Penyebab Angina Pectoris


Jantung adalah organ utama dalam tubuh, di mana peredaran darah dan oksigen harus selalu
lancar agar organ tubuh lainnya dapat bekerja dengan baik. Darah dialirkan menuju jantung
melalui dua pembuluh darah besar yang dinamakan arteri koroner. Dalam jangka waktu tertentu,
arteri berisiko diendapi plak seperti lemak, kolestrol, kalsium dan zat lainnya yang
mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tersumbat (aterosklerosis). Kondisi ini
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih, khususnya pada saat melakukan aktivitas berat, yang
pada akhirnya berpotensi mengakibatkan gejala angina pektoris, atau yang lebih parah adalah
penyakit jantung koroner (PJK).

Komplikasi Angina Pectoris


Komplikasi paling berbahaya yang mungkin terjadi pada angina adalah serangan jantung.
Kondisi ini membutuhkan penanganan segera di rumah sakit.
Gejala yang yang dapat muncul pada serangan jantung, meliputi:
 Nyeri dada seperti ditekan untuk waktu yang lama dan berulang-ulang.
 Nyeri menyebar ke anggota tubuh lainnya seperti punggung, bahu, lengan, rahang, gigi,
dan perut.
 Nyeri perut berkepanjangan.
 Mengalami serangan panik.
 Mual.
 Muntah.
 Napas pendek.
 Keringat dingin.
 Pingsan.
 Mengalami kesulitan berbicara dan bergerak.

Pengobatan Angina Pectoris


1. Perubahan gaya hidup, Penderita umumnya disarankan untuk berhenti merokok atau
menjauhi asap rokok.
2. Obat-obatan, Saat angina menyerang, obat glyceryl trinitrate bisa dikonsumsi untuk
meredakan gejala dalam waktu singkat
3. Operasi, Jika gelaja angina pektoris tidak mereda dengan pengobatan, tindakan operasi
dapat disarankan.

Pencegahan Angina Pectoris


 Berhenti merokok.
 Mengurangi konsumsi alkohol.
 Mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, seperti nasi merah, roti, pasta,
sayur-sayuran, dan buah-buahan.
 Mengurangi makanan tinggi lemak jenuh dan tidak jenuh seperti sosis, daging berlemak,
pai daging, mentega, keju, lemak babi, ikan goreng, alpukat, kue, biskuit, serta makanan-
makanan yang mengandung minyak kelapa murni, kelapa sawit, atau minyak zaitun.
 Mengurangi konsumsi garam.
 Menjaga berat badan.
 Melakukan olahraga ringan seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda secara rutin atau
sesuai saran dokter. Hindari olahraga yang menguras tenaga, seperti tenis atau sepak
bola.
 Memonitor kadar glukosa, kolestrol, dan tekanan darah secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai