Kak Filariasi
Kak Filariasi
A. Pendahuluan
Penyakit Filariasis (Kaki Gajah) ramai diberitakan sejak akhir tahun
2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Penyakit Filariasis
(penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi kronis menular, disebabkan oleh
cacing filaria dan ditularkanmelalui nyamuk sebagai vektor. Terdapat tiga
spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wucheria bancrofti, Brugia Malayi,
dan Brugia Timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun
lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia Malayi.
Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga
menyebabkan kerusakan pada system limfatikyang dapat menimbulkan
gejala akut dan kronis. Filariasis tersebar hampir seluruh Kabupaten/kota di
Indonesia. Penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan menetap yang dapat
menimbulkan stigma social, hambatan psikologis, kerugian ekonomi dan
menurunkan kualitas Sumber Daya penderita Filariasis.
Cacingan umumnya terdapat di daerah tropis dan sub tropis di Negara
berkembang termasuk Indonesia. Akibat yang dirimbulakn cacingan antara
lain gangguan perkembangan fisik, intelektual, perkembangan kognitif dan
malnutrisi. WHO memperkirakan 42 % sasaran beresiko cacingan di dunia
berada di regional Asia Tenggara (Data 2009). Gangguan Epidemiologi
cacingan di Indonesia menunjukkan penularan masih terjadi di pedesaan
maupun perkotaan. Untuk mengakselerasi pengendalian kecacingan WHO
dalam roadmapnya menetapkan target cakupan pemberian obat cacing
minimal 75 % pada populasi beresiko. Kemnetrian RI telah menetapkan
tujuan program pengendalian kecacingan pada anak usia sekolah dan balita
sehingga menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi masalah
kesehatan di masyarakat. Sampai saat ini pemberian obat cacing di Indonesia
belum mencapai target yang ditetapkan WHO yaitu 75 % dari sasaran. Oleh
karena itu perlu adanya program kecacingan yang berintegrasi dengan
kegiatan pemberian vitamin A dan UKS dalam penjaringan anak SD/MI. Saat
ini kementrian RI menggunakan Albendazole 400 mg sebagai obat program
pengendalian kecacingan, krena obat ini relatif aman, pemberian dosis
tunggal, tidak mahal, dan mudah dalam pendistribusian.
B. Latar Belakang
Di Indonesia upaya pemberantasan filariasi telah dilaksanakan tahun 1975
terutama di daerah endemis tinggi filariasis. Sampai dengan tahun 2014
terdapat lebih dari 14 ribu orang menderita klinis kronis Filariasis yang
tersebar di semua provinsi. Kabupaten konawe selatan merupakan salah
satu daerah endemis filariasis. Di kabupaten konawe selatan terdapat 9
penderita kronis