Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POPM KECACINGAN

BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)

PUSKESMAS WAYAMLI

A. LATAR BELAKANG
Kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai belahan
dunia termasuk indonesia. Kecacingan masalah kesehatan masyarakat khususnya di
daerah tropis di mana kondisi sanitasi masih belum memadai. Ada tiga jenis cacing
umumnya menginfeksi anak –anak, khususnya usia prasekolah dan memberikan
dampak yaitu : Ascaris lumbicoides ( cacing gelang ), Ancylostoma Duodenale ( cacing
tambang ) Dan Trichiura (cacing cambuk ). Cacingan secara umun mengakibatkan
kerugian langsung oleh karna adanya gangguan pada intake makanan, pencarnaan,
penyarapan, serta metabolismenya. Secara kumulatif, infeksi cacing atau cacingan
dapat menimbulakan kerugian gizi berupa kekurangan kalori dan protein serta
kehilangan darah. Hal ini mengakibatkan hambatan perkembangan fisik , Kecerdasan
dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena
penyakit lainnya. Kecacingan terbukti memberikan dampak sangat nyata bagi kesehatan
anak. Infeksi cacing berhubungan erat dengan kehilangan mikronutrien , Malabsorbsi
vitsmin A pada anak prasekolah yang mengakibatkan malnutrisi, anemi dan retardasi
pertumbuhan (Stunting).
Seabagai salah satu upaya intervansi spesifik pemerintah menetapkan target
program penanggulangan cacinga berupa reduksi cacingan pada tahun 2019 yaitu
berupa penurunan prevalensi cacingan sampai dengan dibawah 10 % di setiap daerah
kabupaten kota, dengan demikia diperlukan upaya sistematis dan terpadu untuk
mencapai reduksi sesuai target yang telah ditetapkan. Prevalensi cacingan di indonesia
umumnya masih tinggi, terutama pada golongan penduduk dengan ekonomi rendah,
sanitasi buruk akses air bersih yang rendah dan prilaku hidup yang tidak sehat. Hal –hal
tersebut menjadi faktor pendukung timbulnya angka kecacingan yang tinggi karna
memudahkan parasite cacing untuk berkembang biak dengan pesat dan menjakit ke
masyarakat. Secara nasional, prevalensi cacingan per kabupaten kota sangat variasi
dari 2,5 % -62 % dengan kisaran pervalensi nasional do indonesia adalah 28,1 %
Berdasarkan data pervalensi tersebut, dilaksanakan upaya pengobata untuk
pencegahan melalui Pemberian Obat Pencegahan Masal ( POPM ) Cacingan. POPM
perlu diberikan pada penduduk sasaran di seluruh kabupaten kota di indonesia. POPM
cacingan dapat dilaksanakan secara intergrasi dengan program POPM filariasia,
penjaringan anak sekolah , UKS, pemberian vitamin A di posyandu, serta program
kesehatan lainnya. Kegiatan POPM cacingan harus di ikuti dengan kegiatan penyuluhan
tentang hidup bersih dan memperbaiki sanitasi lingkungan di wilayah tersebut.
Mengingat penularan cacing dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor maka di perlukan
upaya dan peran seluruh pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lintas
program, lintas sektor dalam penanggulangan sesuai tugas dan fungsi masing –masing
dalam mendukung tercapainya target penurunan prevalensi cacingan. Upaya –upaya
tersebut dapat di wujudkan yaitu dengan meningkatkan koordinasi lintas program, lintas
sektor, dan peran serta masyarakat, mendorong program penanggulangan cacingan
masuk dalam rencana perbaikan kualitas air, berkoordinasi dengan kementerian yang
bertanggung jawab dalam penyediaan sarana air bersih; melakukan sosialisasi perilaku
hidup bersih dan sehat di pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar atau madrasah
ibtidaiyah serta kegiatan – kegiatan lainnya sebagaimana terlampir pada peraturan
menteri kesehatan Nomor 15 Tahun 2017 (hal,34 – 38).
Cacingan umumnya terdapat di daerah tropis dan sub tropis di Negara
berkembang termasuk Indonesia. Akibat yang ditimbulkan cacingan antara lain
gangguan perkembangan fisik, intelektual, perkembangan kongnitif dan malnutrisi.WHO
memperkirakan 42 % sasaran beresiko cacingan di dunia berada di regional Asia
tenggara (Data 2009).
Gambaran Epidemiologi cacingan di Indonesia menunjukan penularan masih
terjadi di pedesaan maupun perkotaan. Untuk mengakselerasi pengendalian kecacingan
WHO dalam roadmapnya menetapkan target cakupan pemberian obat cacing minimal
75% pada populasi beresiko. Kementerian RI telah menetapkan tujuan program
pengendalian kecacingan pada anak usia sekolah dan anak balita sehingga
menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi masalah. Kesehatan di masyarakat.
sampai saat ini pemberian obat cacing di indonesia belum mencapai target yang di
tetapkan WHO yaitu75 % dari sasaran
Oleh karna itu adanya program kecacingan yang terintegrasi dengan kegiatan
vitamin A dan UKS melalui penjaringan anak SD/MI. Saat ini kementrian RI
menggunakan Albendazol 400 mg sebagai obat program pengendalian penyakit
kecacingan, karena obat in relative aman , pemberian dosis tunggal, tidak mahal, dan
mudah dalam pendistribusian.
B. PENERIMA MANFAAT
Manfaat dari kegiatan adalah setiap anak usia balita, prasekolah dan usia sekolah
terbebas dari kecacingan
C. JENIS KEGIATAN
1. Penemuan kasus aktif melalui pemeriksaan penyakit tropis terabaikan
( kusta/frambusia/cacingan) pada anak sekolah dasar/Mid an masyarakat desa.
2. Pemberian obat pencegahan masal (POPM ) cacingan
D. STRATEGI PENCAPAIAN
1. Metode pelaksanaan kegiatan POPM kecacingan adalah penyuluhan dan
pemberian / pendistribusian obat cacing
2. Tahapan dan waktu pelaksanaan
√√

No Nama Kegiatan Januari Februari Juli Agustus


1 Penemuan kasus aktif √ √
melalui pemeriksaan penyakit
tropis terabaikan
( kusta/frambusia/cacingan)
pada anak sekolah dasar/Mid
an masyarakat desa.

2 Pemberian obat pencegahan √ √


masal (POPM ) cacingan

E. PELAKSANAAN KEGIATAN
Membuat jadwal kegitan dan mengirim surat Ke Posyandu, TK, SD/MI
F. PELAKSANAAN PEMBERIAN OBAT CACING
G. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
H. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUSI
Setiap kegiatan pemberian obat cacing penanggung jawab program melakukan
hasil analisi kegiatan pemberian obat cacing tiap selesai jadwal kegiatan dan
menyerahkan hasil kepada kepala puskesmas dan di distribusikan kepada unit –unit
terkait untuk ditindak lanjuti.

Anda mungkin juga menyukai