Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

DINAS KESEHATAN MAJALENGKA


UPTD PUSKESMAS ARGAPURA
Jl. Situresmi No. 24 Desa Sukasari Kidul Kec. Argapura Kode Pos 45462
Telp. (0233) 8291530, Email : puskesmasargapura@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POPM CACINGAN


Nomor :

A. Pendahuluan
Kecacingan atau yang biasa disebut cacingan, masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Secara global
diperkirakan sebanyak 230 juta anak umur 0 – 4 tahun terinfeksi cacing.
Di Indonesia, prevalensi kecacingan sebesar 28 %. Namun angka ini tidak
merata di semua kabupaten atau kota. Menurut hasil survai tahun 2009 – 2010 di
Propinsi Sulawesi Selatan didapatkan angka rata-rata sebesar 27,28 %. Di Jawa Timur
didapat angka rata-rata kecacingan sebesar 7,95 % pada tahun 2008-2010. Untuk tahun
2011 data yang terkumpul dari survei di beberapa kabupaten menunjukkan angka yang
bervariasi. Di daerah Lebak dan Pandeglang menunjukkan angka prevalensi yang cukup
tinggi yaitu 62 % dan 43,78 %. Di Sleman DIY prevalensinya 21,78% sedangkan di
Kabupaten Karangasem, Bali 51,27%. Di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram
menunjukkan prevalensi berturut-turut 29,47% dan 24,53%, sedangkan Kabupaten
Sumba Barat menunjukkan prevalensi 29,56%.
Kecacingan menggambarkan masalah kesehatan masyarakat khususnya di
daerah tropis di mana kondisi sanitasi masih belum memadai. Ada tiga jenis cacing
yang umum menginfeksi anak-anak, khususnya usia prasekolah dan memberikan
dampak yang serius yaitu: Ascaris lumbricoides (Cacing gelang), Ancylostoma
duodenale (cacing tambang) dan Trichiuris trichiura (cacing cambuk).
Kecacingan secara umum mengakibatkan kerugian langsung yang diakibatkan
adanya gangguan pada intake makanan, pencernaan, penyerapan serta metabolismenya.
Secara kumulatif, infeksi cacing atau kecacingan dapat menimbulkan kerugian gizi
berupa kalori dan protein serta kehilangan darah. Sehingga berakibat pada hambatan
perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan
tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.
Cacingan terbukti memberikan dampak yang sangat nyata bagi kesehatan
anak. Infeksi cacing berhubungan erat dengan kehilangan micronutrien, malabsorbsi
vitamin A pada anak prasekolah yang mengakibatkan malnutrisi, anemi dan retardasi
pertumbuhan. Cacingan juga berpengaruh pada kebugaran anak dan nafsu makan
sehingga akan mengakibatkan prestasi sekolah yang menurun. Di samping itu infeksi
cacing yang berkepanjangan akan berakibat menurunnya daya tahan tubuh terhadap
berbagai infeksi yang lain.

B. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian kecacingan, Subdit Filariasis dan
Kecacingan Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang menitikberatkan
sasarannya pada anak sekolah dasar (SD/MI). Hal ini didasarkan karena infeksi cacing
pada anak sekolah adalah yang tertinggi dibandingkan golongan umur lainnya.
Prevalensi cacingan dapat menurun bila infeksi cacing pada anak sekolah dasar dapat
dikendalikan.
Namun demikian, cacingan dapat mengenai siapa saja mulai dari bayi, balita,
anak, remaja bahkan orang dewasa sehingga Subdit Filariasis dan Kecacingan perlu
untuk berkoordinasi dan berintegrasi dengan unit kerja atau instansi lain yang
melakukan pengendalian cacingan sehingga pelayanan pengendalian cacingan dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, Subdit Filariasis dan Kecacingan
berkoordinasi dengan Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Ibu,
Direktorat Bina Gizi, Direktorat Kesehatan Lingkungan dan berintegrasi dengan
Program UKS di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya pengendalian
cacingan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka Program Pengendalian
Kecacingan di Indonesia menetapkan sasaran selain anak sekolah dasar/MI juga anak-
anak usia 1—4 tahun mengingat dampak yang ditimbulkan akibat cacingan pada anak
usia dini akan menimbulkan kekurangan gizi yang menetap (persistent malnourish),
yang di kemudian hari akan menimbulkan dampak pendek menurut umur (stunting).
Sehingga program pengendalian kecacingan perlu diintegrasikan dengan berbagai
program yang memiliki sasaran yang sama, antara lain Program Pengendalian Filariasis,
Program UKS untuk anak2 SD/MI. Sedang untuk lebih menjangkau anak usia 1 – 4
tahun maka bisa berintegrasi dengan Program Pemberian vitamin A di Posyandu.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam agenda rapat tentang
Kegiatan Padat Karya dan Penanganan Stunting yang diselenggarakan pada pertengahan
Desember 2018, memutuskan bahwa di 10 Kabupaten/Kota dengan 100 desa prioritas
penanganan stanting, akan memasukkan kegiatan POPM (Pemberian Obat Pencegahan
Masal) Cacingan sebagai salah satu exit action-nya. POPM Cacingan di 10
kabupaten/kota prioritas ini akan dilaksanakan selama lima tahun berturut-turut (2019—
2023) sebanyak 2 periode di setiap tahunnya. Untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan
ini, membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, sehingga perlu disiapkan anggaran
maupun logistik serta sarana dan prasarananya.

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan POPM Cacingan adalah memberikan obat
cacing pada anak usia 1—12 tahun dalam rangka mencegah dan mengobati
cacingan.
2. Tujuan Khusus
a. Setiap anak usia 1—12 tahun mendapat obat cacing 2 kali setahun
b. Mencegah dan mengobati anak usia 1—12 tahun dari cacingan.
b. Mencegah anak usia 1—12 tahun dari stunting
c. Memutus penularan kasus-kasus cacingan di usia 1—12 tahun.

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Kegiatan Pokok
Kegiatan pokok pada POPM cacingan adalah pemberian obat cacing, jenis
albendazole (tablet maupun syrup) kepada anak usia 1—12 tahun. Pelaksanaannya
disesuaikan keberadaan anak-anak usia ini. Yakni, di Posyandu, PAUD/TK dan
SD/MI.

2. Rincian Kegiatan
a. Persiapan alat dan bahan
- Menyiapkan data sasaran yang akan mendapatkan obat cacing;
- Mengirim permintaan obat cacing ke dinas kesehatan sesuai dengan
sasaran (1 dosis untuk 2—12 tahun dan ½ dosis untuk < 2 tahun),
ditambah 10% dari jumlah sasaran yang ada;
- Memastikan obat cacing sudah ada di Puskesmas sebelum pelaksanaan
kegiatan;
- Menyusun jadwal kegiatan POPM cacingan;
- Mengirimkan surat ke Sekolah dan Posyandu tentang rencana
pelaksanaan POPM Cacingan;
- Menyiapkan berkas rekapan hasil POPM Cacingan
b. Pelaksanaan POPM Cacingan
- Tim yang melakukan POPM Cacingan menyiapkan obat dan
kelengkapan lain yang dibutuhkan;
- Berkoordinasi dengan petugas di tempat pemberian sekaligus
menyiapkan sasaran kegiatan POPM Cacingan
- Penjelasan mengenai kegiatan POPM Cacingan
- Memberikan obat cacing kepada sasaran dan diminum di hadapan
petugas;
- Petugas mencatat hasil pemberian obat cacing pada formulir yang
disediakan;
- Melakukan sweeping di lokasi yang belum semua sasarannya
mendapatkan obat cacing;
- Petugas melaporkan semua hasil kegiatan pada koordinator program
POPM cacingan Puskesmas;
- Merekap seluruh hasil kegiatan POPM Kecacingan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas;
- Melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Puskesmas dan mengisi di
Google Drive RR POPM Cacingan Kabupaten.

E. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Kegiatan POPM Cacingan dilaksanakan dua kali setahun
2. Sebelum pelaksanaan dilakukan pendataan sasaran sesuai jenis sasarannya.
3. POPM Cacingan dilaksanakan di Posyandu mengikuti jadwal rutin Posyandu, di
PAUD/TK dan SD/MI sesuai jadwal yang sudah disepakati.
4. Sebelum pelaksanaan kegiatan, sebaiknya sasaran mendapatkan penjelasan
mengenai manfaat, tujuan dan teknis kegiatan POPM Cacingan. Hal ini untuk
menghindari kesalahpahaman mengenai kegiatan POPM Cacingan.
5. Sebelum mendapatkan obat cacing, dilakukan penapisan (screening) terhadap
sasaran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
6. Sasaran yang tidak lolos screening sebaiknya pemberian obat cacingnya ditunda
atau tidak diberikan sama sekali, sesuai petunjuk tenaga medis.
7. Sebelum minum obat cacing, sasaran diinstruksikan untuk sarapan terlebih
dahulu.
8. Sasaran diarahkan untuk minum obat cacing di depan petugas. Jika sama sekali
tidak bisa, boleh diminum di bawah pengawasan orang dewasa.
9. Sasaran yang sudah mendapatkan obat cacing, dipantau selama 14 hari, untuk
mencegah terjadinya kejadian ikutan paska pemberian obat (KIPPO).
10. Dilakukan kunjungan rumah untuk sasaraan yang belum mendapatkan obat cacing
pada saat pelaksanaan (sweeping), kecuali sasaran yang tidak lolos screening akan
mengikuti arahan tenaga medis.
11. Hasil pelaksanaan kegiatan POPM Cacingan dilaporkan secara bertingkat kepada
pengelola program, kemudian kepala Puskesmas. Selanjutnya hasil ini harus
diinput dalam Google Drive POPM Cacingan Kabupaten.
12. Pengelola Program membuat laporan pelaksanaan POPM Cacingan sebagai
laporan sekaligus evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan.

F. Sasaran
Sasaran kegiatan POPM Cacingan adalah semua anak usia 1—12 tahun yang
memenuhi syarat untuk diberikan obat cacing.

G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan POPM Cacingan dilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 periode di
Bulan April—Mei dan Oktober—November.

H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Evaluasi pelaksanaan kegiatan POPM dilakukan setiap periode pelaksanaan.
Sedangkan pelaporan dilaksanakan secara internal Puskesmas dan bertingkat di level
eksternal sesuai instansi yang terkait.

I. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Pencatatan
Pencatatan hasil kegiatan POPM Cacingan dilakukan melalui format
yang disediakan di Puskesmas. Selanjutnya, direkap di internal Puskesmas.
2. Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan POPM Cacingan dilakukan melalui Google
Drive yang disediakan oleh Dinas Kesehatan.
3. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan kegiatan POPM dilakukan setiap periode
pelaksanaan yaitu dua kali setahun. Untuk memantau keberhasilan kegiatan,
menemukan tantangan atau hambatan sekaligus mencari solusi penyelesaian.

J. Penutup
Kerangka acuan kegiatan POPM Cacingan ini dibuat sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan sekaligus untuk menilai sejauh mana keberhasilanya.

Anda mungkin juga menyukai