Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN

PROMOSI KESEHATAN

a) Health promotion is the proces of enabing people to control over and improve their
health (WHO, 1986).
b) Promosi Kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan,
organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku
yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson, ’98).
c) Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya.
d) Promosi kesehatan di dunia dikenal sejak tahun 1980-an, tetapi di Indonesia baru
dikembangkan sejak tahun 1995, sebagai pengembangan lebih lanjut dari “pendidikan” dan
“penyuluhan” kesehatan.

Defenisi tersebut adalah yang selama ini digunakan oleh


Pusat Promosi Kesehatan, atau untuk lebih jelas dapat
di lihat pada Gambar 1 berikut ini ;

GAMBAR 1
ALUR PROMOSI KESEHATAN

pemberdayaan
proses mampu
masyarakat
memelihara
&
pembelajaran meningkatkan
kesehatan-
dari,oleh,untuk dan nya
bersama masy.

sesuai sosbud

mempengaruhi
lingkungan

1
Proses Pemberdayaan . . . . .
 Dilakukan dengan pembelajaran, yaitu upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan dalam bidang kesehatan.
 Dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Artinya proses pemberdayaan tersebut
dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen
masyarakat;
 dilakukan sesuai sosial budaya setempat, artinya sesuai dengan keadaan, permasalahan dan
potensi setempat.

! ! ! ! ! ! Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi


lingkungan, baik lingkungan pisik maupun non pisik, termasuk kebijakan dan peraturan
perundangan.

Dalam pelaksanaan kegaitan Promosi Kesehatan mencakup beberapa beberapa upaya


yang di laksanakan yaitu,

a) Pendidikan Kesehatan (Health Education)


b) Pemasaran Sosial
c) Penyuluhan (Information and Comunication)
d) Peningkatan (Promotif)
e) Advokasi
f) Pengorganisasian Masyarakat (Community Organization)

GAMBAR 2
RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Advokasi (upaya mempe-


ngaruhi ling- Upaya peningkatan
kungan,dll) (upaya promotif)

Pendidikan
Social marketing kesehatan Penyuluhan (Komunikasi,
(kampanye/ sosialisasi) (Perubahan Informasi)
Perilaku)

Pengorg,
pengger, pemberd. Upaya lain,
masyararakat (sesuai keadaan
(CD,CO,sos- /perkem-
mob) bangan)

( P4.A .P )
Pendidikan Kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan
perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan;

Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui
kampanye.

Penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

Peningkatan (promotif), yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan


kesehatan.

4dvokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain
agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau
pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang/sektor, sesuai keadaan).

2
Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat (comm
development), penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(comm empowerment), dll.

Ruang lingkup Promosi kesehatan bisa


lebih luas lagi, sesuai dengan keadaan dan
perkembangan.

 Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi, juga merupakan karunia
Tuhan, oleh karenanya perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Promosi kesehatan
sangat efektif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan tersebut.
 Faktor perilaku dan lingkungan mempunyai peranan sangat dominan dalam peningkatan
kualitas kesehatan, dan merupakan pilar-pilar utama dalam pencapaian Majalengka Sehat
2008. Hal-hal tersebut merupakan bidang garapan promosi kesehatan.
 Masalah perilaku menyangkut kebiasaan, dan masalah-masalah lain yang tidak mudah diatasi.
Untuk itu semua perlu peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat,
perlunya pengembagan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat, dan untuk itu diperlukan
peningkatan upaya promosi kesehatan.
 Sementara itu Promosi Kesehatan telah ditetapkan sebagai salah satu program unggulan,
sehingga perlu digarap secara sungguh-sungguh dengan dukungan sumber daya yang
memadai.
 Pada dasawarsa sekarang, juga pada masa-masa yang akan datang kita mengalami transisi
epidemiologi, transisi demografi, dll, di lain pihak permasalahan juga semakin kompleks
dengan berbagai krisis yang belum kunjung reda. Selain itu kita juga sedang dalam era
globalisasi dan desentralisasi. Itu semua justru semakin memperkuat perlunya peningkatan
upaya promosi kesehatan.
 Sementara itu Peraturan dan perundangan yang ada memberikan hukum yang cukup kuat
terhadap penyelenggaraan promosi kesehatan.

K e s e h a t a n adalah Hak Asasi Manusia, yang perlu dipelihara dan


ditingkatkan kualitasnya, dan Kesehatan adalah investasi, sehingga
perlu terus dipupuk dan dikembangkan ! ! !

2.2. STRATEGI, BENTUK KEGIATAN DAN PESAN UTAMA


Berdasarkan kerangka konsep khususnya strategi pokok tersebut (dimuka), kegiatan nyata
promosi kesehatan yang perlu dilakukan adalah :
1) Pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian semua komponen masyarakat untuk dapat hidup sehat.
2) Pengembangan kemitraan, yaitu upaya untuk membangun hubungan dengan para mitra
kerja yang berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling memberikan manfaat.
3) Upaya advokasi, yaitu upaya untuk mendekati, mendampingi, dan mempengaruhi para
pembuat kebijakan secara bijak, sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan
terhadap pembangunan kesehatan.
4) Pembinaan suasana, yaitu kegiatan untuk membuat suasana atau iklim yag mendukung
terwujudnya perilaku sehat, dengan mengembangkan opini publik yang positif, melalui
media massa, tokoh masyarakat, “public figure”, dll.
5) Pengembangan Sumber Daya Manusia, yaitu kegiatan pendidikan, pelatihan,
pertemuan-pertemuan, dll untuk meningkatkan wawasan, kemauan dan keterampilan,
baik petugas kesehatan maupun kelompok-kelompok potensial di masyarakat.
6) Pengembangan Iptek, yaitu kegiatan untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam bidang promosi, informasi, komunikasi, pemasaran, advokasi, dll
yang selalu tumbuh dan berkembang.

3
7) Pengembangan media dan sarana, yaitu kegiatan untuk “mempersenjatai” diri dengan
penyediaan media dan sarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan promosi
kesehatan;
8) Pengembangan infra struktur, yaitu kegiatan penunjang promosi kesehatan, seperti :
sekretariat, tim promosi, serta berbagai perangkat keras dan perangkat lunak yang
diperlukan.

Sedangkan pesan-pesan kesehatan :


 Temanya adalah : Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia, yang perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya, dan Kesehatan adalah investasi, sehingga perlu terus dipupuk
dan dikembangkan;
 Fokus pesan adalah : peningkatan ketahanan keluarga dan kepedulian terhadap
lingkungan, sedangkan
 Pesan-pesan utama adalah : Aktivitas fisik / olahraga teratur, Melaksanakan diet /
pengaturan pola makan dengan gizi seimbang, Tidak merokok atau menjaga kawasan
tanpa asap rokok, dan mempraktekkan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun
sebagai perwujudan pribadi yang sehat jasmani, rohani dan sosial).

BAB III
PENYELENGGARA KEGIATAN

Pelaksanaan dari kegiatan Promosi Kesehatan di Kabupaten Majalengka dilaksanakan oleh


masing-masing kewenangan/posisi Petugas Promosi Kesehatan tersebut berada, dengan melalui
proses : Pengkajian, Perencanaan, Penggerakkan pelaksanaan, serta Pemantauan, Penilaian dan
Pelaporan.

3.1. Phase pengkajian atau pemetaan masalah :


Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalah kesehatan, masalah perilaku,
faktor penyebab, sampai keadaan internal dan external. Output phase pengkajian ini
adalah : pemetaan masalah perilaku, penyebabnya, dll.
Informasi kualitas kehidupan, diperoleh cukup dengan melihat data sekunder
(strata keluarga), karena informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang masalah
saja. Demikian pula informasi tentang derajat kesehatan juga dapat dilihat dari data
sekunder (data penyakit di Puskesmas).
Informasi tentang perilaku sehat diperoleh dari kunjungan umah atau di Posyandu
(dengan menggunakan formulir PHBS, akan diketemukan strata tatanan : I, II, III, atau
IV).
Informasi tentang faktor penyebab (pre desposing, enabling dan reenforcing
factors) diperoleh melalui survey cepat etnografi (Rapid etnography assessment) yang
dilakukan oleh tingkat kabupaten/kota.
Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi kesehatan) dan
external (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh dari lapangan/setempat.

3.2. Phase Perencanaan


Output phase ini adalah rumusan rencana, dan yang terpenting adalah rumusan
tujuan (yaitu rumusan peningkatan perilaku yang diinginkan, setelah mengkaji fakta
perilaku, faktor penyebab dan faktor-faktor internal dan external), dan rumusan kegiatan
untuk melakukan intervensi terhadap faktor penyebab, yang diinventarisir dan disusun
dalam kegiatan yang berurutan.

Phase Penggerakkan Pelaksanaan : Outputnya adalah siapnya kegiatan (pra pelaksanaan, yaitu
tenaga, sarana, dll), dan pelaksanaan kegiatan sesuai rencana.
Phase Pemantauan : Fokusnya pada pemantauan pra pelaksanaan dan pada pelaksanaan :
apabila ada penyimpangan segera dilakukan perbaikan (koreksi).
Phase Penilaian : Fokusnya pada perbaikan rencana y.a.d. : perlu dilihat keseluruhan
komponen : rumusan tujuan, jenis kegiatan intervensi, dll.
Phase Pelaporan : adalah pelaporan keseluruhan proses dan komponen, termasuk tujuan yang
dicapai, kegiatan yang dilakukan, sumber daya yang dipergunakan, dll.

4
SENTRALISASI vs DESENTRALISASI

SENTRALISASI DESENTRALISASI

 Keputusan dibuat di Pusat  Keputusan dibuat di tempat


 Hubungan Pusat-Daerah spt”  Hubungan : kemitraan /
atasan-bawahan” kerjasama (win-win)
 Dukungan Pusat : hampir  Dukungan Pusat : nara sumber
semua bidang tehnis
 Sumber daya sebagian besar  Sumber daya sebagian besar
dari Pusat dari daerah
 Bahan dibuat oleh Pusat utk  Bahan dibuat daerah, dengan
daerah prototype dari Pusat
 Juklak-Jaknis dari Pusat  Kreatif mengembangkan
diturunkan ke daerah sendiri dgn masukan Pusat
 Daerahnya Pusat, dan  Tetap Daerahnya Pusat, dan
Pusatnya Daerah (NKRI) Pusatnya Daerah (NKRI)

PERAN SEKTOR KESEHATAN DAN LINTAS SEKTOR DALAM PROMOSI KESEHATAN


 Penggerak : leading sektor bdg kesehatan
Kesehatan  Perumus kebijakan/standar bdg keehatan
 Mengembangkan kebijakan sektor masing-masing yang
Sektor di luar
berwawasan sehat
Kesehatan
 Pengembangan Lingkungan & Perilaku sehat
Organisasi  Masukan/gagasan/umpan balik
Profesi/Keagamaan/Ke  Dukungan Sumberdaya
masyarakatan/LSM,  Peran aktif dalam berbagai kegitan Promkes
Swasta
 Masukan/gagasan/umpan balik
Media massa
 Penyebar luasan informasi

PERAN PUSAT, PROVINSI, KABUPATEN/KOTA


PERAN SPM
 Kebijakan/panduan perencanaan promkes nas.
Penggerak  Standar nasional, Indikator Nasional
DEPK (fasilitatator, legislator,  Bim. Teknis & pembinaan SDM
ES inisiator) Tk. Nasional  Advokasi & penyel. Kegiatan promkes Tk. Nasional
 Kemitraan Tk. Nasional + Internasional
 Mengemb. Panduan & standar Tk. Provinsi
PROVI Penggerak tingkat  Bindalwas dan pembinaan SDM Prov.
NSI provinsi  Advokasi & penyel. Kegiatan di Tk. Provinsi
 Pengembang Kemitraan Provinsi
 Pengelolaan kegiatan promkes kab/kota
Sebagai penyelenggara
KAB. /  Bindalwas kegiatan promkes kab/kota
di tingkat
KOTA  Mengembangkan kemitraan di kab/kota
kabupaten/kota
 Pemberdayaan potensi masyarakat

PERAN SEKTOR KESEHATAN DAN LINTAS SEKTOR DALAM PROMOSI KESEHATAN


 Perumus kebijakan teknis promosi kesehatan di wilayahnya.
 Penyediaan tenaga profesional (jabatan fungsional PKM) sesuai standar
 Penyediaan sarana promosi kesehatan sesuai standar.
 Mengupayakan dana yang memadai untuk promosi kesehatan.
 Mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak.
 Mengupayakan pemberdayaan kelompok potensial di masyarakat di bidang kesehatan.
 Memantau dan mengawasi jalannya kegiatan promosi kesehatan di wilayahnya.

5
 Melakukan hal-hal lain sesuai keadaan, masalah dan potensi daerah.

INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator Input :
1) Adanya organisasi/lembaga khusus promosi kesehatan PKM.
2) Pemenuhan standar tenaga profesional (jafung PKM) di kabupaten/kota.
3) Pemenuhan standar sarana promosi kesehatan di kabupaten/kota.

Indikator proses :
1) Adanya kebijakan sektor yang mendukung pengembangan perilaku dan lingkungan sehat
(minimal 3 per sektor).
2) Frekuensi informasi melalui media massa (TV : 5/mg; Radio : 1/hr; koran : 2/mgg).
3) Jumlah kelompok potensial yang bergerak bidang kesehatan di kabupaten/kota (5 per
kecamatan).

Indikator output :
1) Perorangan : perbaikan prosentase faktor perilaku beresiko (aktivitas fisik, diet/gizi baik dan
tidak merokok) : 80 %.
2) Prosentase tatanan keluarga sehat : 65 %
3) Ratio Desa/Posyandu = 1 : 5

ADVOKASI KESEHATAN
APAKAH ADVOKASI KESEHATAN ITU ?
 Advokasi (advocacy, advocate), menurut Webster Encyclopedia Canbridge Dictionary of
English Language adalah : act of pleading for supporting or recommending active espousal
(tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi : dukungan aktif).
 Advokasi menurut para ahli retorika (Fross & Foss et.al. 1980, toulmin, 1981) adalah :
upaya persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan
rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu.
 Menurut WHO, “advocay is a combination on individual and social action design to gain
political commitment, policy support, social acceptance and systems support for particular
health goal or programme” (1989).
 Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam
bentuk komunikasi persuasif. (Johns Hopkins School for Public Health).
 Secara ringkas advokasi adalah : upaya atau proses untuk memperoleh komitmen, yang
dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
 Dalam hal ini, kata-kata kunci dalam advokasi adalah : “valid information (untuk input), “free
choice” atau “persuasive approach” (untuk proses), dan “komitmen” (untuk output).
 Advokasi Kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau
dukungan dalam bidang kesehatan, sperti : kebijakan atau peraturan yang memperhatikan
dampaknya dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat.

DASAR PEMIKIRAN / LATAR BELAKANG


 Kesehatan adalah hak asasi manusia dan modal/investasi bangsa, serta merupakan salah satu
dari 3 komponen utama yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu
kesehatan perlu dipelihara, ditingkatkan dan diupayakan oleh setiap orang.
 Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, oleh karena itu
diperlukan kepedulian semua pihak terhadap kesehatan.
 Banyak orang dan banyak pihak yang belum menyadari pentingnya kesehatan dalam
hidupnya. Masalah kesehatan seringkali kalah prioritas dibanding dengan masalah ekonomi
dan kebutuhan fisik lainnya. Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan.
 Tingkat kesehatan dan kualitas SDM kita pada umumnya sangat rendah (urutan ke-109 di
dunia) sehingga perlu upaya khusus untuk meningkatkan kesadaran semua pihak terhadap
kesehatan ini.

6
 Dengan dicanangkannya paradigma sehat dan ditetapkannya visi Indonesia Sehat 2010, upaya
mengenalkan kesehatan kepada berbagai pihak ini perlu dipacu, agar memperoleh dukungan
dalam pelaksanaannya.
 Untuk itu perlu dilakukan pendekatan persuasif, cara-cara yang komunikatif dan inovatif
yang memperhatikan setiap segmen sasaran.
 Sehubungan dengan itu semua, perlu dilakukan advokasi kesehatan kepada berbagai pihak,
terutama para penentu kebijakan dari berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakyat
baik di Pusat maupun daerah.

TUJUAN ADVOKASI KESEHATAN


 Tujuan Umum : Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa
kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan, maupun berbagai
bentuk lainnya sesuai keadaan dan suasana.
 Tujuan Khusus :
1) Adanya pemahaman / pengenalan / kesadaran
2) Adanya ketertarikan / peminatan / tindak penolakan
3) Adanya kemauan / kepedulian / kesanggupan (untuk membantu/menerima).
4) Adanya tindakan / perbuatan / kegiatan nyata (yang diperlukan)
5) Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan).
 Hasil yang diharapkan : Adanya pengertian, kepedulian dan dukungan terhadap upaya,
program dan kegiatan di bidang kesehatan.

SASARAN DAN PELAKU ADVOKASI KESEHATAN


 Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang diharapkan memberikan dukungan
terhadap upaya kesehatan, khususnya : para pengambilo keputusan dan penentu kebijakan di
pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, para mitra di kalangan pengusaha / swasta, badan
penyandang dana, kalangan media massa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok-kelompok
potensial lainnya di masyarakat.
 Mereka itu bukan hanya yang potensial pendukung, tetapi juga yang menentang atau yang
upayanya berlawanan atau merugikan kesehatan ( misalnya : industri rokok ).
 Pelaku advokasi diharapkan siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
 Mereka itu diharapkan : memahami permasalahan kesehatan, mempunyai kemampuan
advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya (credible), dan sedapat
mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya di depan kelompok sasaran.
 Mereka ini juga dapat berasal dari kalangan pemerintahan, swasta, Perguruan
Tinggi,Organisasi profesi, Organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, tokoh berpengaruh,
dll.

PROSES / KEGIATAN ADVOKASI


 Kata kunci dalam proses / kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasif, secara
dewasa, dan bijak, sesuai keadaan, yang memungkinkan tukar pikiran secara baik (free
choice).
 Strategi advokasi dapat dilakukan melalui : pembentukan koalisi, pengembangan jaringan
kerja, pembangunan institusi, pembuatan forum, kerja sama bilateral, dll.

 Langkah-langkah pokok :
(1) Identifikasi dan analisa masalah / issu yang memerlukan advokasi (contoh : Paradigma
Sehat, Indonesia Sehat 2010, anggaran kesehatan, dll).
(2) Identifikasi dan analisis kelompok sasaran : siapa saja, mengapa perlu diadvokasi, apa
kecenderungannya, apa harapan kita kepadanya, dll.
(3) Menyiapkan dan mengemas bahan informasi : rumusan masalah, data pendukung,
rumusan pesan, usulan alternatif, usulan tindak lanjut, dll.

7
(4) Merencanakan strategi/cara/kegiatan operasional : konsultasi, lobi, negoisasi,
pertemuan khusus, debat publik, petisi, pembuatan opini, dll.
(5) Melaksanakan kegiatan, memantau dan mengevaluasinya, serta melakukan kegiatan
tindak lanjut.

MENYIAPKAN BAHAN ADVOKASI


 Kata kunci untuk bahan informasi ini adalah : informasi yang akurat, tepat dan menarik.
 Bahan informasi minimal memuat tentang rumusan masalah yang dibahas, latar belakang
masalahnya, alternatif mengatasinya, usulan peran/tindakan yang diharapkan, an tindak lanjut
penyelesaiannya.
 Atau, bahan informasi tersebut minimal memuat tentang 5 W dan 1 H (what, why, who,
where, when dan how) tentang permasalahan yang diangkat.
 Bahan informasi hendaknya dikemas menarik, dalam bahasa yang baik dan benar, penyajian
secara ringkas, mudah dan jelas, enak dibaca dan mengesankan.
 Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi apabila disertai data pendukung, ilustrasi
contoh, ada gambar, bagan, dst.
 Kapan, dan dimana penyampaian bahan informasi tersebut juga perlu dipertimbangkan :
apakah sebelum, disaat, atau sesudah pertemuan, dll.

PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DALAM ADVOKASI


 Perumusan masalah/issu :
Merumuskan masalah atau hal-hal apa yang perlu dilakukan advokasi;
 Penetapan arah/kebijakan/strategi :
Menetapkan tujuan, sasaran pencapaian, dan strategi pelaksanaan advokasi;
 Penentuan sasaran :
Menentukan siapa yang perlu diberikan advokasi;
 Pemilihan pelaku :
Memilih siapa yangakan melakukan advokasi;
 Penyusunan bahan advokasi :
Menugasi tim penyusun bahan advokasi dan menetapkannya;
 Pengembangan kemitraan :
Membangun dan mengembangkan kemitraan untukl advokasi;
 Pengelolaan kegiatan advokasi :
Merencanakan, menggerakkan pelaksanaan, memantau, mengawasi, dan menilai kegiatan
advokasi.

INDIKATOR KEBERHASILAN
 Indikator output :
Adanya kepedulian, keterlibatan dan dukungan, serta kesinambungan upaya kesehatan : baik
berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keterlibatan dalam kegiatan/gerakan, dll.
 Indikator proses :
Adanya rencana kegiatan dan pelaksanaan kegiatan advokasi. Juga berupa : adanya forum,
jaringan, kerjasama, dll.
 Indikator input :
Adanya sasaran yang jelas, bahan informasi / advokasi, serta siapnya pelaku advokasi.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

APAKAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN ITU ?


 Pemberdayaan masyarakat (di bidang kesehatan) adalah upaya untuk memampukan
masyarakat sehingga mereka mempunyai daya atau kekuatan untuk hidup mandiri (di bidang
kesehatan).
 Upaya pemberdayaan tersebut dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat, disertai dengan pengembangan iklum yang mendukung.
 Upaya tersebut dilakukan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat sesuai dengan keadaan,
masalah dan potensi setempat.

8
 Dengan demikian pemberdayaan masyarakat adalah proses, sedangkan outputnya adalah
kemandirian masyarakat (di bidang kesehatan).
 Kemandirian masyarakat di bidang kesehatan tersebut adalah dalam arti : dapat mengenali
tingkat kesehatan dan masalah kesehatannya sendiri, merencanakan dan mengatasinya,
memelihara, meningkatkan dan melindunginya.

DASAR PEMIKIRAN / LATAR BELAKANG


 Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi, sehingga perlu dijaga,
dilindungi dan ditingkatkan kualitasnya. Kesehatan adalah faktor penting untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, secara sosial dan ekonomi.
 Untuk itu setiap orang, disamping mempunyai hak, juga mempunyai kewajiban untuk
memelihara dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya.
 Namun demikian, banyak orang dan masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya
kesehatan dalam kehidupannya. Kesehatan masih dipandang dengan prioritas rendah dalam
kesehariannya. Padahal apabila mereka tidak sehat, membuat mereka tidak produktif, bahkan
menjadi konsumtif, dan menjadi beban bagi orang lain.
 Agar dapat hidup sehat sebenarnya relatif mudah, yaitu terutama dengan membiasakan hidup
dengan perilaku bersih dan sehat (PHBS), serta menjaga lingkungannya.
 Hal itu dapat dilakukan oleh setiap orang dan warga masyarakat apabila mereka menyadari
pentingnya hidup sehat, dan mau mempraktekannya. Untuk itu masyarakat perlu dibantu
dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan mereka untuk hidup sehat.
 Apabila masyarakat dapat membudayakan dirinya dengan hidup sehat dan bersih serta dapat
menjaga lingkungan yang bersih dan sehat pula, maka mereka dapat dikatakan telah
mempunyai daya atau potensi untuk hidup secara mandiri dalam bidang kesehatan. Hal itu
karena faktor perilaku dan lingkungan mempunyai sumbangan dan pengaruh sangat besar
dalam peningkatan derajat kehidupan seseorang.
 Sehubungan dengan itu maka pemberdayaan masyarakat dalam arti menumbuhkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat terse but sangat diperlukan agar masyarakat
mampu mandiri untuk hidup sehat.

TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN


 Tujuan Umum :
Masyarakat mampu mengenali, memlihara, melindungi dan meningkatkan kualitas
kesehatannya, termasuk apabila sakit, dapat memperoleh pelayanan kesehatan tanpa
mengalami kesulitan dalam pembiayaannya.
 Tujuan Khusus :
(1) memahami dan menyadari pentingnya kesehatan;
(2) memiliki keterampilan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya;
(3) memiliki kemudahan untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungannya;
(4) berupaya bersama (bergotong royong) menjaga dan meningkatkan kesehatan
lingkungannya.

 Hasil yang diharapkan :


Kemandirian masyarakat dalam hidup sehat (dalam arti masyarakat mampu memlihara dan
meningkatkan kesehatannya sendiri).

SASARAN DAN PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


 Pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Oleh
karena itu batas antara sasaran dan pelaku pemberdayaan masyarakat sangat tipis.
 Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sasaran pemberdayaan adalah sekaligus juga pelaku
pemberdayaan masyarakat.
 Sasaran sebenarnya pemberdayaan masayrakat adalah : perorangan, keluarga, dan masyarakat
umum.
 Pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat,
seperti : organisasi berbasis masyarakat/agama, organisasi wanita/pemuda, oragnisasi ptofesi,
lembaga swdaya masyarakat, kelompok media massa dan potensi lainnya di masyarakat.

9
 Mereka itulah yang merupakan pelau pemberdayaan masyarakat selain dari unsur masyarakat
dan siapa saja yang peduli terhadap kesehatan masyarakat.

PRINSIP. MODEL/BENTUK, DAN LANGKAH KEGIATAN DALAM PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
 Prinsip pemberdayaan masyarakat :
(1) Menumbuh kembangkan potensi masyarakat; (2) Menumbuhkan kontribusi masyarakat
dalam upaya kesehatan; (3) Mengembangkan kegiatan kegotong-royongan di masyarakat; (4)
Bekerja bersama masyarakat; (5) Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak
mungkin menggunakan dan memanfaatkan potensi setempat; (6) Upaya dilakukan secara
kemitraan dengan berbagai pihak; (7) Desentralisasi : sesuai dengan keadaan dan budaya
setempat.
 Berbagai modal/bentuk pemberdayaan masyarakat :
(1) Pemberdayaan pimpinan masyarakat misalnya melalui sarasehan (community leaders); (2)
Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, dll
(Community organization); (3) Pemberdayaan pendanaan masyarakat, misalnya dana sehat,
JPKM (Community fund); (4) Pemberdayaan sarana masyarakat, misalnya membangun
sumur, jamban, dll di masyarakat (com. Material); (5) Peningkatan pengetahuan masyarakat,
misalnya lomba asah terampil, lomba lukis anak-anak, dll (Community knowledge); (6)
Pengembangan teknologi tepat guna, misalnya : penyederhanaan deteksi dini kanker, ISPA,
dll (Comm. Technology); (7) Peningkatan manajemen / proses pengambilan keputusan,
misalnya : pendekatan edukatif, manajemen ARIF, dll (Comm. Decision making).

 Langkah kegiatan di tingkat operasional :


(1) Pendekatan pada pimpinan masyarakat (advokasi); (2) Survey Mawas Diri, atau
pengkajian masalah di masyarakat (community diagnosis); (3) Perumusan masalah dan
kesepakatan bersama dalam Musyawarah Masyarakat Desa (Community prescription); (4)
Pemecahan masalah bersama (Community treatment); (5) Pembinaan dan pengembangan
(Development).

PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DALAM


PEMEBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN
 Pengkajian : pemahaman terhadap permasalahan/issu pembangunan kesehatan dan
permasalahan lain di wilayahnya.
 Pemberi arah (conceptual guidance) : memberikan arahan tentang tujuan, sasaran,
kebijakan, dll.
 Bimbingan teknis (technical guidance) : memberikan bantuan dan bimbingan teknis sesuai
keperluan, memberikan semangat, dukungan moral, dll.
 Dukungan sumber daya (material support) : memberikan peluang, kemudahan, bantuan
sarana/fasilitas, dan apabila perlu juga memberikan “pancingan” (insentive) sumber daya
sesuai keadaan dan masalah setempat.
 Membangun kemitraan (building partnership) : mengajak berbagai pihak untuk berperan
dalam pemberdayaan masyarakat, membangun jaringan, serta mengembangkan mekanisme
umpan balik, baik berupa masukan, tanggapan, maupun kritikan dari berbagai pihak.
 Pemantauan dan pengawasan : Memantau dan mengawasi perkembangan.

INDIKATOR KEBERHASILAN
 Indikator input :
(1) SDM (pimpinan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader) yang berperan; (2)
Jumlah dan sumber dana yang digunakan; (3) Barang, alat, obat dan sarana lain yang
digunakan.
 Indikator proses :
Jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan, khususnya; (1) Jumlah pelatihan toma/toga/kader;
(2) Jumlah kegiatan penyuluhan yang dilakukan; (3) Jumlah pertemuan dalam rangka
pengambilan keputusan yang diselenggarakan.

10
 Indikator output :
(1) Peningkatan jumlah pimpinan/tokoh organisasi/kelompok masyarakat yang berperan aktif;
(2) jumlah orang/keluarga yang meningkat pengetahuan/kesadaran/kemampuannya di bidang
kesehatan; (3) Peningkatan jumlah rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan; (4) Jumlah
Posyandu, Polindes, dll, pemanfaatan, serta tingkat perkembangannya.

PENGEMBANGAN KEMITRAAN

APAKAH KEMITRAAN ITU ?


 Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
 Unsur kemitraan adalah : (1) adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih; (2)
adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut; (3) Adanya keterbukaan atau kepercayaan
(trust relationship) antara pihak-pihak tersebut; (4) adanya hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan atau memberi manfaat.
 Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

DASAR PEMIKIRAN / LATAR BELAKANG


 Kesehatan adalah hak asasi manusia, merupakan investasi dan sekaligus juga merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
 Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti
masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
 Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan
semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan
swasta.
 Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatkan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
 Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan yang ke-4 di Jakarta pada tahun 1997.
 Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan dan keterbukaan atau rasa saling percaya.
 Dalam rangka itulah perlu dikembangkan kerjasama secara kemitraan.

TUJUAN KEMITRAAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN


 Tujuan umum : meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan
upaya pembangunan pada umumnya.
 Tujuan khusus :
(1) meningkatkan saling pengertian;
(2) meningkatkan saling percaya;
(3) meningkatkan saling memerlukan;
(4) meningkatkan rasa kedekatan;
(5) membuka peluang untuk saling membantu;
(6) meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
(7) meningkatkan rasa saling menghargai.

 Hasil yang diharapkan : Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya
termasuk kesehatan.

PELAKU KEMITRAAN
Pelaku kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, lembaga perwakilan
rakyat, Perguruan Tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya kalangan
swasta.

11
PRINSIP, LANDASAN DAN LANGKAH DALAM PENGEMBAGAN KEMITRAAN
 3 Prinsip, yaitu kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi sama
tingkatnya (horizontal);
 7 saling, yaitu saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur), saling
memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling menghubungi
secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara
pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu
dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling
menghargai kenyataan masing-masing (reward).
 6 langkah : yaitu penjajakan/persiapan, penyamaan persepsi, penagturan peran, komunikasi
intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PENGEMBANGAN KEMITRAAN DI BIDANG


KESEHATAN
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan sesuai keadaan, masalah dan potensi
setempat adalah :
 Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
Sehat;
 Motor / dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama,
dll.
 Fasilitator : memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
lancar.
 Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang kreatif.
 Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
 Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
 Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan
potensi yang ada.

INDIKATOR KEBERHASILAN
 Indikator input :
Jumlah mitra yang menjadi anggota
 Indikator proses :
Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan, jumlah
dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan, kemitraan yang dijalankan.
 Indikator output :
Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi
upaya yang diselenggarakan.

12

Anda mungkin juga menyukai