Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN

DINAS KESEHATAN
UPTD UNIT PUSKESMAS MIRIT
Alamat: Jl. Daendels, Ds. Tlogodepok, Kec. Mirit, Kab. Kebumen,
Telp.(0287) 6651014 e-mail: puskesmasmirit.pm@gmail.com Kode Pos 54395

KERANGKA ACUAN
PEMBERIAN OBAT CACING
DI UPTD UNIT PUSKESMAS MIRIT

A. PENDAHULUAN
Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok
umur terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen
itu, 21 persen di antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata
kandungan cacing per orang enam ekor. Data tersebut diperoleh melalui
survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi pada tahun
2006. Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi
menunjukkan prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar
220 juta penduduk Indonesia cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500
miliar atau setara dengan 20 juta liter darah per tahun. Penderita tersebar
di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun perkotaan. Karena itu,
cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di
usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di
usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur
cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar.
Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-
telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada
butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada
makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah
dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia,
cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis
sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk
membangun otak.

1
Penyakit yang sering terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang
anak. Sehingga sangat penting untuk mengenali dan mencegah penyakit
cacing pada anak sejak dini. Gagguan yan ditimbulkan mulai dari yang
ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam
jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anmeia dapat terjadi pada
penderita. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan
kecerdasan pada anak.
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya
pencegahan dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam
memutus siklus penyebaran infeksinya. Pemberian obat anti cacing secara
berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga kebersihan diri (Ian
lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari
usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing.
Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat, terutama pada anak-anak usia
sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk
menanamkan dan memperkenal¬kan kebiasaan-kebiasaan baru.
Kebiasaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
merupakan salah satu contohnya. Dalam upaya pencegahan dan
pengobatan kecacingan pada anak balita untuk itu disusun kerangka
acuan sebagai pedoman pengelolaan pemberian obat cacing di UPT Dinas
Kesehatan Unit Puskesmas Mirit.
B. LATAR BELAKANG
Upaya penanggulangan kecacingan dengan meningkatkan informasi
dan edukasi (KIE) dengan cara memasyarakatkan cara hidup bersih dan
sehat. Ini merupakan upaya yang paling aman dan langgeng. Namun
disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata.
Oleh sebab itu penanggulangan kecacingan saat ini masih dengan upaya
kuratif dengan pemberian obat cacing pada sasaran secara berkala..
C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
1. TUJUAN UMUM
Semua anak balita , anak pra sekolah dan anak sekolah dasar
mendapat obat cacing setahun sekalidi Sekolah Dasar, posyandu, atau
fasilitas kesehatan lainnya, atau TK, atau PAUD/kelompok
bermain/tempat penitipan anak.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku anak atau keluarga
tentang kecacingan
b. Memberian obat cacing pada seluruh sasaran.

2
c. Masing-masing petugas kesehatan mengetahui tugas masing-
masing dalam kegiatan distribusiobat cacing, dan melaksanakan
tugas tersebut dengan baik.
d. Seluruh sektor terkait mengetahui mengetahui peranan masing-
masing dalam kegiatan pemberian obat cacing dan melaksanakan
peran tersebut dengan baik.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
1. Kegiatan Pokok
a. Merencanakan kebutuhan obat cacing setiap tahun.
b. Memantau kegiatan pemberian obat cacing di wilayah kerja
Puskesmas
c. Menyusun laporan pelaksanaan
2. Rincian Kegiatan
a. Kebutuhan obat cacing berdasarkan data sasaran balita umur 12
s/d 59 bulandan data siswa sekolah dasar.
b. Membuat pesanan (bon) disampaikan kepada petugas obat untuk
mendapat persetujuan dinas kesehatan kemudian mengambil obat
cacing digudang obat.
c. Mendistribusikan obat cacing berdasarkan data sasaran
d. Memantau kegiatan pemberian obat cacing
e. Menyusun laporan pelaksanaan dan dilaporkan kepada kepala
puskesmas untuk ditindaklanjuti ke dinas kesehatan.
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Sosialisasi pemberian obat cacing pada lintas program dan lintas sektor
terkait
2. Obat diberikan oleh petugas puskesmas atau kader yg telah mendapat
petunjuk
3. Petugas kesehatan, Guru atau Kader posyandu menanyakan pada
orang tua apakah anak sudah makan sebelumnya. Anak harus makan
pagi sebelum minum obat
4. Anak minum obat cacing di depan petugas kesehatan/guru/kader
5. Anak usia 12 -24 bulan mendapatkan 1/2 tablet albendazole 400 mg
6. Anak usia 24 – 59 bulan mendapatkan 1 tablet albendazole 400 mg
7. Anak Pra sekolah mendapatkan 1 tablet albendazole 400 mg
8. Anak sekolah dasar mendapatkan 1 tablet albendazole 400 mg
9. Ditunda pemberiannya kepada sasaran, jika :Demam atau sakit ,
Sudah minum obat cacing kurang 6 bulan terakhir
10. Sasaran yang ditunda pemberian obat harus dicatat dan dilaporkan

3
11. Perlu dikonsultasikan lebih lanjut:Penderita epilepsi dalam serangan,
gizi buruk yg disertai gejala klinis, gangguan fungsi hati dan ginjal.

F. SASARAN
1. Balita Umur 12 – 24 bulan mendapatkan obat cacing 100%
2. Balita umur 25 - 59 tahun mendapatkan obat cacing 100%
3. Anak Pra Sekolah mendapatkan obat cacing 100%
4. Anak Sekolah Dasar mendapatkan obat cacing 100%

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


No Kegiatan BULAN 2016
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penentuan Sasaran X X
2 Pelaksanaan X
Pemberian obat cacing
balita
3 Pelaksanaan pemberian X
obat cacing anak
sekolah dasar
4 Laporan Pelaksanaan X

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evalusi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah selesai
pelaksanaan kegiatan pemberian obat cacing sebagai bahan monitoring
dan evaluasi terhadap kegiatan pemberian obat cacing. Pelaporan
kegiatan pemberian obat cacing di lakukan pada awal bulan .

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang mulai dari
tingkat sekolah dasar, taman kanak-kanak, posyandu/tempat lain yang
sudah disepakati. Jika cakupan pemberian pada balita kurang maka
perlu dilakukan sweeping terhadap balita yang tidak datang ke
posyandu.
2. Hasil pencatatan dan pelaporan di Sekolah Dasar, TK dan posyandu
dilaporkan di tingkat desa untuk direkap dan dilaporkan ke puskesmas.
3. Petugas Gizi dan Penanggung Jawab Program UKS mencatat dan
melaporkan hasil cakupan tiap-tiap desa kemudian direkapitulasi.
4. Dilakukan pelaporan hasil dari kegiatan pemberian obat cacing oleh
penanggungjawab program kepada Kepala Puskesmas
5. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan menganalisa hasil cakupan
pemberian obat cacing.

4
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Mirit PJ Upaya Gizi

YAMOTO, SKM, MSi YUNI LISTYORINI, SST


NIP.196907111992031004 NIP. 19830614 200604 2 015

Anda mungkin juga menyukai