Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS DAYA DUKUNG KOTA KENDARI UNTUK MENCAPAI KOTA YANG

BERKELANJUTAN

DOSEN PENGAMPU:

Dr. M. Husni Kotta, ST., M.Si.


DR. Ilham, ST., M.Si.

OLEH:

ASYURA KHAIRUNNISA FARHIA ASMAN


E1B120007

JURUSAN S1 TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
Pemahaman keberlanjutan pembangunan kota selain didekati melalui evaluasi kinerja
berbagai indikator pembangunan berkelanjutan, dapat dilakukan melalui pendekatan daya-
dukung lingkungan. Pendekatan daya-dukung pada awalnya digagas untuk mengkaji
kemampuan atau kapasitas alam menunjang kehidupan satwa. Selanjutnya pendekatan ini
dikembangkan untuk memahami kapasitas lingkungan mendukung kehidupan manusia menurut
berbagai pertimbangan. Garret Hardin (1977) memberikan pengertian daya-dukung sebagai
jumlah spesies maksimum yang dapat didukung oleh suatu habitat tertentu tanpa batas tanpa
menimbulkan degradasi lingkungan dan tanpa menurunkan daya-dukung pada masa mendatang.
Pengertian yang sama disampaikan oleh Cohen (1995) yang mengartikan daya-dukung sebagai
populasi maksimum spesies yang dapat didukung oleh suatu kawasan tertentu tanpa mengurangi
kemampuannya mendukung kehidupan spesies yang sama pada masa mendatang. Wiliiam
Catton (1986) mendefinisikan daya-dukung lingkungan secara lebih luas, yaitu sebagai kapasitas
maksimum dukungan terhadap suatu kehidupan, bukan saja terbatas pada populasi, namun
seluruh beban kehidupan manusia terhadap lingkungan. Dengan demikian daya-dukung
lingkungan juga terkait dengan aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan binaan.

Kota Kendari tak henti berbenah diri. Pemerintah daerah ibu kota sekaligus etalase
Provinsi Sulawesi Tenggara itu mulai memikirkan bahwa pembangunan Kota Kendari di tahun
mendatang mesti hasil kolaborasi seluruh unsur pendukung di wilayah.

Lantaran itulah mereka menggelar Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan


(musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPKD Kota Kendari 2018 dengan tema
Mewujudkan Pemerataan Pembangunan untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya
Saing Daerah di Kota Kendari, akhir Maret silam.

Musrenbang adalah kegiatan rutin yang acap ditetapkan pemerintah sebagai sarana
menggaet masyarakat dalam pembahasan perencanaan pembangunan di daerah. Pendekatan
konsultasi berbasis akar rumput (grassroot) ini dinilai efektif menumbuhkan partisipasi dan rasa
memiliki masyarakat demi mencapai tujuan pembangunan daerah secara berkelanjutan. Forum
multipihak dan terbuka ini dijadikan momentum penting buat mengindentifikasi langsung dan
menentukan prioritas kebijakan pembangunan. Di pertemuan itu pula proses negosiasi,
rekonsiliasi, dan harmonisasi lintas pemahaman antara pemerintah dan pemangku kepentingan
non-pemerintah dilakukan demi konsensus prioritas kegiatan pembangunan berikut
anggarannya. [Sultra]
Musrenbang yang dibuka resmi Pelaksana Tugas Wali Kota Kendari Zulkarnain K. itu
dihadiri Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I Provinsi Sultra Ila Damaya,
wakil Bank Indonesia Provinsi Sultra dan perwakilan Kejaksaan Tinggi Provinsi Sultra. Mereka
membahas satu dari tujuh isu strategis prioritas pembangunan Kota Kendari 2019: Penataan
Lingkungan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Dalam paparan terungkap, masalah utama lingkungan permukiman dan perkotaan Kota
Kendari adalah jalan lingkungan, drainase, sampah, dan banjir. Selain itu dinilai, dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah P rovinsi dan Kota/Kabupaten untuk menangani permasalah
permukiman perlu dialokasikan dan diserahkan ke masyarakat selaku pelaksana kegiatan.

Di sesi diskusi, Tim Leader Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Konsultan Manajemen
Wilayah 8 Sulawesi Tenggara Ismail menyatakan telah memiliki dokumen Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP) kawasan kumuh Kota Kendari. Menurut dia, dokumen RPLP
dapat ditangani masyarakat secara kolaborasi bersama pemda melalui satuan kerja perangkat
daerah, pihak swasta atau kelompok peduli kumuh setempat untuk target 0 % kumuh di Kendari
pada 2019, sesuai perencanaan Program Kotaku.

Senada dengan itu, Zulkarnain menegaskan bahwa komitmen Pemda Kota Kendari
sudah bulat untuk persoalan kumuh di wilayahnya. Buktinya mereka sudah menerbitkan
Peraturan Daerah Sampah No.04 Tahun 2010, dan membutuhkan dukungan penuh dari
masyarakat setempat. Sebab dia meyakini, inti persoalan sampah adalah masalah perilaku.

Gayung bersambut, Bank Indonesia Provinsi Sultra merinci penyaluran Corporate Social
Responsibility (CSR) sektor perbankan diwujudkan dalam sejumlah pilot project. Misalnya,
penanganan sampah dan program petani perkotaan melalui penanaman sayuran hidroponik di
Kecamatan Baruga dan Kecamatan Poasia, Kota Kendari.

Daya dukung Kota Kendari dalam mencapai kota yang berkelanjutan berdasarkan oleh modal
alam, modal lingkungan buatan, modal manusia, dan modal social yang dimiliki Kota Kendari saat
ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Modal Sosial
a. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di Kota Kendari berdasarkan Pasal 19 Peraturan Daerah
No 4 Tahun 2015 bahwa penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga, meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.

Pemilahan: Kegiatan pemilahan sampah dilakukan dalam bentuk


pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat
sampah. Pada proses pewadahan ini ada beberapa kendala yang sering ditemui yaitu
ketersediaan tempat penampungan sampah harian yang wajib disediakan oleh pemilik
bangunan (rumah) di pekarangan rumah. Pemerintah Daerah melalui Dinas Lingkungan
hidup dan Kehutanan Kota Kendari telah menyediakan sarana pewadahan sampah
di mana Tempat Penampungan Sampah (TPS) yang telah tersedia sebanyak 1062
unit, Kontainer 5 unit, TPS Non Permanen 188 unit, Sedangkan yang tidak memiliki
TPS sebanyak 107 unit.

Pengumpulan: Pengumpulan sampah dilakukan dalam bentuk pengambilan


dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke TPS atau Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) oleh Motor Sampah (sampah Lingkungan) ke TPS, dari
Gerobak (Sampah Lingkungan) ke TPS.

Pengangkutan: Penanganan pengangkutan sampah dilaksanakan oleh DLHK


Kota Kendari, dan pihak swasata lainnya. Per tahunnya sekitar 110.78 m3 yang
diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Kendari, dan sekitar 89
m3 diangkut oleh pihak swasta/lainnya jadi sekitar 199.781 m3 per tahun yang diangkut
ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Pelayanan Pengangkutan Sampah dilaksanakan
baik melalui Pelayanan Langsung yaitu Pengangkutan sampah dilaksanakan secara
dor to dor oleh truck Dinas Lingkungan Hidup dan langsung dibuang ke TPAS
Puuwatu, maupun Pelayanan Tidak Langsung yaitu pengangkutan dilaksanakan dari
tempat penumpukan sementara (TPS) ke tempat TPAS Puuwatu.

Pengolahan: Proses pengolahan tidak hanya dilakukan di TPA namun juga


dilakukan di TPST. Program pengolahan di TPST seperti pembuatan kompos dan daur
ulang namun pelaksanaan pengolahan di TPST belum sepenuhnya terlaksana dengan
baik disebabkan komitmen pengelola dan kemampuan modal serta skill SDM yang
terbatas. Terdapat beberapa TPST di Kota Kendari yang terus beroperasi seperti di
TPST Lahundape yang menghasilkan kompos, dan sampah daur ulang. Juga TPST
Alfaisin yang mendaur ulang sampah menjadi kreasi (bunga, baju, dll) yang bernilai
ekonomis.

Pemrosesan Akhir: Pemrosesan akhir sampah dilakukan dalam bentuk


pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media
lingkungan secara aman. Pemrosesan akhir sampah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dengan menggunakan metode lahan urug terkendali metode lahan urug saniter dan
teknologi ramah lingkungan. TPAS terletak di wilayah administrasi Kelurahan Puuwatu,
Kota kendari dan memiliki luas 17,46 Ha yang pengadaan lahannya bertambah
secara bertahap yakni tahun 2002 sebanyak 12,46 Ha dan pada tahun 2013 bertambah
sebanyak 5 Ha yang dibiayai oleh Anggaran Pemerintah Daerah Kota Kendari dan
diperkirakan dapat beroperasi minimal 20 tahun. TPAS ini mulai beroperasi pada tahun
2002 secara Open Dumping sampai 2007 dan terus dikembangkan pada tahun 2008
operasional TPAS berubah menjadi Control Landfill, di mana sampah yang datang setiap
hari diratakan dan dipadatkan dengan alat berat. Sampah dipadatkan menjadi sebuah
sel, kemudian sampah yang sudah dipadatkan tersebut dilapisi dengan tanah setiap
lima atau seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bau, mengurangi
perkembangbiakan lalat, dan mengurangi keluarnya gas metan. Selain itu, dibuat juga
saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan, saluran pengumpul air lindi
(leachate) dan instalasi pengolahannya, pos pengendalian operasional, dan fasilitas
pengendalian gas metan.

Pembangunan berkelanjutan mempertimbangkan perspektif ekonomi, social, dan


lingkungan. Dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dari perspektif ekonomi, maka
dipertimbangkan cara untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa
mengabiskan modal alam. Kebijakan pengelolaan sampah di Kota Kendari pun
memperhatikan aspek ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan.

Keberadaan Bank Sampah di Kota Kendari tidak hanya sebagai upaya


mengurangi jumlah timbunan sampah yang dimuat di TPA. Namun, keberadaan Bank
Sampah juga membantu perekonomian masyarakat di mana hasil penjualan sampah
kemudian ditimbang dan dihitung nilai ekonominya, nilai tersebut menjadi saldo di bank.
Kegiatan tersebut diinisiasi dalam kerjasama antara pemerintah Kota Kendari dan
program CSR pegadaian (Persero) di bawah program The Gade Clean and Gold
(memilah sampah menabung emas).

Pada aspek social pemahaman lembaga-lembaga yang bertanggung jawab dalam


kebijakan pengelolaan sampah juga baik, selain itu kesadaran dan partisipasi masyarakat
dalam kebijakan pengeolaan sampah dalam hal pemeliharaan kebersihan lingkungan dan
penyediaan penampungan sampah harian yang dihasilkan juga cukup baik. Hasil riset
dari BAPPEDA Kota Kendari pada tahun 2018 terkait tingkat pemeliharaan kebersihan
lingkungan oleh masyarakat Kota Kendari diketahui bahwa 85% masyarakat Kota Kendari
peduli dengan kebersihan lingkungan.

Pada aspek lingkungan, keberlanjutan ekologis/lingkungan menjadi dasar bagi


implementasi keijakan pengelolaan sampah di Kota Kendari. Pemanfaatan Gas Metan di
TPAS yang dimanfaatkan sebagai flaring, dapur dan operasional energy listrik TPAS
sehari-hari dengan daya 5000 Watt. Dan pada tahun 2013 pengembangan pemanfaatan
gas metan di pasar PKL sebayak 21 tungku dengan daya listrik yang dihasilkan sebesar
7000 Watt.

b. Adat dan Budaya sebagai Modal Sosial

Bagian Administrasi Pemeberdayaan Masyarakat Sekretariat Daerah Kota


Kendari menggelar kegiatan Forum Komunikasi Lembaga Adat (FORKOMLA) Kota
Kendari, Sabtu (24/8). Adat istiadat dan nilai-nilai budaya menjadi bagian dari modal sosial
Pemkot Kendari dalam pelaksanaan pembangunan.

Forum Komunikasi Lembaga Adat yang dibentuk berdasarkan amanat Perda Kota
Kendari Nomor 7 tahun 2011 tentang Lembaga Kemasyarakatan tersebut merupakan
wadah komunikasi, konsultasi, dan musyawarah tokoh adat pimpinan dan pemangku
adat, serta paguyuban-paguyuban dari seluruh suku/etnis yang ada di Kota Kendari.

“Adat istiadat dan nilai-nilai budaya yang ada sebagai modal sosial dalam rangka
pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakat, dan yang
paling penting dalah untuk menjaga keharmonisan antar suku yang ada di Kota Kendari,”
kata Asisten III Pemkot Kendari, Agus Salim, saat membuka kegiatan tersebut.
Selain untuk memahami perbedaan budaya, forum ini juga bertujuan untuk dapat
membuka diri dan memperluas pergaulan antar suku/etnis. Termasuk upaya
meningkatkan kesadaran diri, etika sosial, mendorong perdamaian, dan meredam konflik
dalam menghadapi era globalisasi dan teknologi komunikasi di Kota Kendari.

2. Modal Lingkungan Buatan

a. Kebun Raya Kendari

Dengan fasilitas yang disediakan cukup mumpuni, Kebun Raya Kendari


memiliki fungsi konservasi tumbuhan, penelitian dan layak menjadi tujuan wisata
edukasi. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan, peran Kementerian
PUPR dalam membangun RTH tidak hanya memberikan dampak positif dari sisi
keindahan/beautifikasi, namun juga memberikan kontribusi terhadap konservasi
air, tanah, dan perbaikan kualitas udara.
Keberadaannya di bekas lahan penambangan pasir dan batu serta
penebangan kayu menjadikan Kebun Raya Kendari memiliki fungsi konservasi
dan jasa lingkungan yang tinggi. Semenjak berdirinya Kebun Raya Kendari,
penambangan serta penebangan secara ilegal menjadi berkurang. Dengan
kehadiran Kebun Raya Kendari, kondisi lahan yang berupa batuan Ultra Basic dan
rusak akibat kegiatan penambangan dan penebangan ilegal perlahan bisa
dipulihkan.

b. Sarana dan Prasarana Transportasi Laut dan Udara

Pembangunan daerah Kota Kendari didukung oleh pembangunan


prasarana dan sarana yang dilaksanakan, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Penyediaan prasarana
pelabuhan laut dan prasarana transportasi udara di Kendari yaitu Bandar Udara
Wolter Monginsidi yang menurpakan Bandar udara utama yang pada saat ini
dapat didarati oleh pesawat jenis F-28.

3. Modal Alam
a. Mangrove

Obyek ekowisata tracking mangrove Bungkutoko yang terletak di Kecamatan


Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara ini diresmikan pada awal tahun 2016 ini
memiliki luasan kurang lebih 2 ha dilengkapi fasilitas tracking sepanjang 500 meter
mengelilingi kawasan mangrove. Kawasan ini berjarak Internal Eksternal kurang lebih 16
km dari pusat Kota Kendari. Berdasarkan hasil penilaian kondisi saat ini, pelaksanaan dan
pengelolaan ekowisata tracking mangrove Bungkutoko dapat dikatakan belum optimal
(Skoring=100) khususnya dilihat dari ketiga aspek penting ekowisata (pendidikan,
konservasi, dan pelibatan masyarakat) meskipun beberapa fasilitas penunjang telah ada.
Hal ini mengindikasikan bahwa Obyek Ekowisata Tracking Mangrove yang berada di
Bungkutoko masih perlu banyak dibenahi untuk memenuhi ketiga aspek tersebut.
Sebagai contoh di aspek pendidikan, minimnya fasilitas edukasi dasar dalam kegiatan
ekowisata di kawasan tersebut menjadikan tujuan dari kegiatan ini tidak tercapai.
Ditambah lagi tidak adanya rencana zonasi dan pengelolaan kawasan mangrove yang
bertujuan untuk melindungi kawasan ini telah membuat skor pada aspek konservasi juga
menjadi rendah (skoring=50). Pada kriteria keberadaan program pemerintah, pemerintah
belum menetapkan aturan perihal batasan wilayah, perencanaan pengelolaan
selanjutnya, dan penyuluhan kepada pengelola dan masyarakat berkaitan dengan
konservasi. Demikian halnya dengan pelibatan masyarakat yang diarahkan dapat
mencapai kesejahteraannya dengan keberadaan ekowisata tracking mangrove
Bungkutoko ini dimana belum ada keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan
dan evaluasi kegiatan ekowisata serta dalam peningkatan kapasitas. Keterlibatan pun
hanya sebatas pada tingkatan yang sangat rendah.

Meskipun sebenarnya jika dilihat dari potensi, Bungkutoko memiliki potensi


pengembangan yang cukup baik dari segi flora dan fauna, pesona fisik kawasan, serta
potensi sosial budaya yang ada ditambah lagi keberadaan fasilitas yang cukup standar.
Sebagai perbandingan, kawasan Bungkutoko memiliki jumlah jenis mangrove yang cukup
tinggi (10 jenis) sementara di daerah lain bahkan lebih sedikit tersebut dapat dikatakan
rendah yang disebabkan letak kawasan yang berdekatan dengan galangan kapal dengan
aktivitas manusia yang tinggi, namun dari aspek fisik dan sosbud masih dimungkinkan
pengembangan kegiatan ekowisata yang bervariasi.
4. Modal Manusia

Daya dukung kota berdasarkan modal manusia salah satunya yaitu Aparatur Sipil.
Penempatan kerja aparatur sipil negara pada dimensi pendidikan dalam kategori baik
dalam artian tingkat kesesuaian antara pendidikan formal dan informal yang berupa
pengalaman kerja yang dimiliki oleh pegawai; Dimensi pengetahuan kerja dalam kategori
cukup mampu tugas dan tanggung jawab dapat dilihat profesionalisme Aparat dengan
nyata; Dimensi keterampilan kerja dalam kategori cukup terampil penyelesaian pekerjaan
yang dilaksanakan oleh Aparat; dan Dimensi pengalaman kerja dalam kategori cukup
berpengalaman menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan kerja aparatur sipil negara meliputi


prestasi akademik dalam kategori cukup baik Pegawai memiliki pengetahuan akademis
yang baik terhadap prosedur pelayan dan pengetahuan tentang teknis pelayanan yang
meliputi retorika yang baik, sopan santun, dan kemampuan memecahkan masalah;
Dimensi kesehatan fisik dan mental kategori baik Pegawai melalui tes fisik dan mental
dapat dilakukan pada saat awal atau akhir tergantung pada apa yang diharapkan pada
kantor kami dari program seleksi secara keseluruhan sehingga menentukan standar tolak
ukur yang akan digunakan dalam mengukur kualifikasi seleksi secara objektif; dan
dimensi faktor usia kategori produktif Pegawai usia aparatur sipil negara badan
kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia produktif.
KESIMPULAN

Dalam paparan terungkap, masalah utama lingkungan permukiman dan perkotaan Kota Kendari
adalah jalan lingkungan, drainase, sampah, dan banjir. Pada aspek social pemahaman lembaga-
lembaga yang bertanggung jawab dalam kebijakan pengelolaan sampah juga baik, selain itu
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam kebijakan pengeolaan sampah dalam hal
pemeliharaan kebersihan lingkungan dan penyediaan penampungan sampah harian yang
dihasilkan juga cukup baik. Adat istiadat dan nilai-nilai budaya yang ada sebagai modal sosial
dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakat, dan
yang paling penting dalah untuk menjaga keharmonisan antar suku yang ada di Kota Kendari.
Keberadaan Kebun Raya Kendari di bekas lahan penambangan pasir dan batu serta penebangan
kayu menjadikan Kebun Raya Kendari memiliki fungsi konservasi dan jasa lingkungan yang
tinggi. Penyediaan prasarana pelabuhan laut dan prasarana transportasi udara di Kendari yaitu
Bandar Udara Wolter Monginsidi yang menurpakan Bandar udara utama yang pada saat ini dapat
didarati oleh pesawat jenis F-28. Jika dilihat dari potensi, Bungkutoko memiliki potensi
pengembangan yang cukup baik dari segi flora dan fauna, pesona fisik kawasan, serta potensi
sosial budaya yang ada ditambah lagi keberadaan fasilitas yang cukup standar. Sebagai
perbandingan, kawasan Bungkutoko memiliki jumlah jenis mangrove yang cukup tinggi (10 jenis)
sementara di daerah lain bahkan lebih sedikit tersebut dapat dikatakan rendah yang disebabkan
letak kawasan yang berdekatan dengan galangan kapal dengan aktivitas manusia yang tinggi,
namun dari aspek fisik dan sosbud masih dimungkinkan pengembangan kegiatan ekowisata yang
bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan kerja aparatur sipil negara meliputi
prestasi akademik, dimensi kesehatan fisik dan mental kategori baik yang diharapkan pada kantor
kami dari program seleksi secara keseluruhan sehingga menentukan standar tolak ukur yang
akan digunakan dalam mengukur kualifikasi seleksi secara objektif; dan dimensi faktor usia
kategori produktif Pegawai usia aparatur sipil negara badan kepegawaian dan pengembangan
sumber daya manusia produktif.
DAFTAR PUSTAKA

Khoiri dkk., 2014; Nugraha, 2015; Basyuni, 2016). Meskipun jumlah jenis fauna di
kawasan Jurnal Hutan dan Masyarakat. Vol. 12(1): 24-38, Juli 2020 Diserahkan: 2020-01-27;
Diterima : 2020-05-14 ISSN: 1907-5316 ISSN ONLINE: 2613-9979 34.

Sudirman, Faturachman Alputra. 2019. Tinjauan Implementasi Pembangunan


Berkelanjutan: Pengelolaan Sampah Kota Kendari. Sospol: Jurnal Sosial Politik Vol 5 No 2
(2019), Hlm 291-305. Desember. Kendari.

Tahir, M. Arzal. 2019. IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA


PERMUKIMAN PADA PERUMAHAN SEDERHANA DI PERKOTAAN (Studi Kasus: Perumahan
Perumnas Poasia Kota Kendari). Jurnal Malige Arsitektur Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 9-18.
Kendari.

Unknown. (2019, 24 Agustus). Adat dan Budaya sebagai Modal Sosial. Tegas.co.
Tersedia: https://tegas.co/2019/08/24/adat-dan-budaya-sebagai-modal-sosial/. [26 Januari 2021]

Al Damary, Syarief Rachman. 2018. ANALISIS PENEMPATAN KERJA APARATUR SIPIL


NEGARA PADABADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA
KOTA KENDARI. UHO, Kendari.

Anda mungkin juga menyukai