Anda di halaman 1dari 23

Judicial Review

di Mahkamah
Konstitusi
Dasar Hukum Pengujian Undang-
Undang Di Makhakamah
Konstitusi

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


tahun 1945 Pasal 24, Pasal 24C ayat (1)
 Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Pasal 29 ayat (1) huruf a)
 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Pasal 10 ayat (1) huruf a)
 Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
(PMK) No. 06/PMK /2005 tentang Pedoman
Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang.
Judicial review
pengujian peraturan perundang-
undangan tertentu oleh hakim
(yudikatif). Hal ini berarti hak atau
kewenangan menguji (toetsingsrecht)
dimiliki oleh hakim. Pengujian tersebut
dilakukan atas suatu ketentuan
peraturan perundang-undangan terhadap
peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi atau terhadap konstitusi
sebagai hukum tertinggi
Toetsingsrecht Constitutional review

pengujian suatu ketentuan perundang-


undangan terhadap konstitusi.
hak uji. Istilah ini Parameter pengujian dalam hal ini
digunakan pada saat adalah konstitusi sebagai hukum
membicarakan hak atau tertinggi. Hal ini berbeda dengan
kewenangan untuk menguji judicial review yang dari lingkup
peraturan perundang- materinya lebih luas karena menguji
undangan. suatu peraturan perundang-undangan
terhadap peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, jadi tidak
terbatas pada konstitusi sebagai
parameter pengujian
Pendapat Para Ahli

Bintan R. Saragih
hak dari Mahkamah Agung
untuk menilai atau menguji secara
material apakah suatu undang-undang
bertentangan dengan atau tidak berlaku
undang-undang yang dinyatakan
bertentangan atau tidak sesuai
tersebut.
Sri Sumantri
Mauro Capelletti

Hak menguji materiil


adalah suatu wewenang untuk
menyelidiki dan kemudian
Secara substantif menilai, apakah suatu
peraturan perundang-undangan
mengartikan judicial review isinya sesuai atau bertentangan
sebagai sebuah proses dengan peraturan yang lebih
tinggi derajatnya, serta apakah
penerjemahan nilai-nilai suatu kekuasaan tertentu
yang ditentukan oleh (verordenende acht) berhak
konstitusi melalui sebuah mengeluarkan suatu peraturan
tertentu. Jadi hak menguji
metode tertentu untuk materiil ini berkenaan dengan
menjadi suatu keputusan isi dari suatu peraturan dalam
tertentu. hubungannya dengan peraturan
yang lebih tinggi derajatnya.
Pengujian Undang-Undang Di
Indonesia dibagi dua:
1. Hak Menguji Formal (formele
toetsingsrecht)

wewenang untuk menilai suatu produk


legislatif seperti undang-undang, misalnya
terjelma melalui prosedur sebagaiman telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau tidak. Pengujian formal
biasanya terkait dengan soal-soal prosedural
dan berkenaan dengan legalitas kompetensi
institusi yang membuatnya (Fatmawati 2005:5).
2. Hak Menguji Material (materiele
toetsingsrecht)

suatu wewenang untuk menyelidiki


dan menilai isi apakah suatu peraturan
perundang-undangan itu sesuai atau
bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi derajatnya, serta apakah suatu
kekuasaan tertentu berhak mengeluarkan
suatu peraturan tertentu. Pengujian material
berkaitan dengan kemungkinan pertentangan
materi suatu peraturan dengan peraturan lain
yang lebih tinggi ataupun menyangkut
kekhususan-kekhususan yang dimiliki suatu
aturan dibandingkan dengan norma-norma yang
berlaku umum
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG
(PUU)
Hal-hal Terkait
Dengan PUU

 Undang-undang yang dapat dimohonkan pengujian,


yaitu undang-undang yang diundangkan setelah
perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Pasal 50 UU Nomor
24 Tahun 2003)
 Pihak yang dapat bertindak dalam permohonan
pengujian undang-undang (Pasal 51 ayat (1) UU Nomor
24 Tahun 2003)
 Bentuk pengujian undang-undang;
Kewajiban MK menyampaikan
salinan permohonan kepada
institusi/lembaga negara tertentu
(terutama lembaga negara pembentuk
undang-undang);
Hak MK meminta keterangan
terhadap lembaga negara terkait dengan
permohonan;
Materi putusan;
Akibat putusan pengujian undang-undang
dan kewajiban MK setelah putusan.
Perorangan WNI

Kesatuan Badan
Masyarak PEMOHON DALAM Hukum
PERKARA PUU Publik
at Hukum
Adat atau
Privat

Lembaga Negara
KEWAJIBAN MK TERKAIT
PERMOHONAN PUU

 Pemberitahuan dan permintaan untuk


penghentian pengujian peraturan dibawah UU
kepada Mahkamah Agung RI
 Penyampaian Salinan Permohonan kepada
Presiden RI
 Penyampaian Salinan Permohonan kepada DPR
RI
HAL-HAL TERKAIT DENGAN
PUTUSAN PUU

1. Putusan yang mengabulkan permohonan


pengujian undang-undang harus dimuat
dalam Berita Negara RI dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tigapuluh) hari
kerja terhitung sejak putusan diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum
(Ps. 57 ayat (3))

2. Putusan Mahkamah Konstitusi berlaku ke


depan (prospektif)
3. Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai
pengujian undang-undang disampaikan kepada
DPR, DPD, Presiden dan MA (Ps.59)

4. Terhadap materi muatan ayat, pasal dan/atau


bagian dari undang-undang yang dimohonkan
pengujian dan ditolak oleh Mahkamah Konstitusi
tidak dapat dimohonkan pengujian kembali
(Ps.60)

5. Pengkecualian bila permohonan didasarkan pada


alasan konstitusional berbeda (Ps. 42 PMK
tentang PUU)
Tahapan pengajuan dan
pemeriksaan
permohonan uji materil

1. Pengajuan permohonan Pasal 4, 5 PMK No.


06/PMK/2005)

Tertulis Tanda
Pengajuan Tangan
permohonan Pemohon
( Bahasa
Indonesia )
2. Pemeriksaan kelengkapan permohonan
oleh panitera Mahkamah Konstitusi
(Pasal 6 PMK No. 06/PMK/2005)

Memberi tahu jika


Panitera
syarat kurang lengkap
MK

Memerikjsa
kelengkapan
administrasi
3. Pencatatan permohonan dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK) (Pasal 7
PMK No. 06/PMK/2005)
Panitera melakukan
pencatatan permohonan
DPR
yang sudah lengkap ke &
dalam Buku Registrasi salinan PRESIDEN
Perkara Konstitusi (BRPK).

MK

MA
4. Pembentukan Panel Hakim

Berkas Susunan
PANITERA perkara Panel
Hakim
5. Penjadwalan Sidang (Pasal 8 PMK No.
06/PMK/2005)
Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah
permohonan dicatat dalam BRPK,
Mahkamah Konstitusi menetapkan hari sidang pertama
untuk sidang pemeriksaan
permohonan

Pemanggilan sidang harus sudah diterima


oleh pemohon atau kuasanya dalam jangka waktu
paling lambat tiga hari sebelum hari persidangan.
6. Sidang Pemeriksaan Pendahuluan (Pasal 10,
11 PMK No. 06/PMK/2005)

Hakim memberi
PANEL nasihat Kepada
Pemeriksaan Pendahuluan pemohon untuk
HAKIM Melengkapi dan
atau
memperbaiki
permohonannya
7. Sidang pemeriksaan pokok perkara dan
bukti-bukti; (Pasal 12, 13, 14, 15, 16, 17
PMK No. 06/PMK/2005)

Sidang Pleno &


Terbuka untuk 9 Hakim
umum

Para pihak yang


berperkara
8. Putusan (Pasal 31-43 PMK No.
06/PMK/2005)

Musyawarah RPH
Putusan Ketua
Rapat Permusyawaratan
MK Sidang
Hakim

PUTUSAN
Putusan Mahkamah Konstitusi berkaitan dengan
pengajuan permohonan pengujian undang-undang
dapat berupa: (Pasal 43 PMK No.
06/PMK/2005)

Dikabulkan Ditolak Tidak diterima


Apabila materi Apabila dalam
muatan yang persidangan terbukti Apabila syarat-syarat
terdapat dalam bahwa ternyata yang telah ditentukan
undang-undang undang-undang yang dalam undang-undang
melanggar UUD oleh pemohon diajukan tidak dipenuhi
dan apabila uji materil baik
pembentukan pembentukan maupun
undang-undang materinya tidak
tidak memenuhi bertentangan dengan
ketentuan UUD;
pembentukan
undang-undang
berdasarkan UUD;

Anda mungkin juga menyukai