Anda di halaman 1dari 4

Renungan

enungan
DPPSP PLN @ Februari 2021

KONSPIRASI ANGKA “ “ 2
Bulan Februari baru saja berlalu meninggalkan kita, tetapi apa yang
terjadi dan tergoreskan sepanjang waktu berlalu didalamnya telah
menjadi sesuatu yang perlu sangat kita cermati dan renungkan. Ada
2 (dua) peristiwa yang terjadi saling terkait dan tidak bisa dilepaskan juga
dari serangkaian peristiwa yang terjadi sebelum
se bulan Februari 2021
bahkan akan mempengaruhi peristiwa yang akan terjadi kedepannya.
PERISTIWA APAKAH ITU ??? Dalam untaian kata yang terangkum sebagai
sebuah kalimat, kami coba merangkainya secara random atau acak untuk
memancing kita semua membaca makna tersirat atas peristiwa yang
terjadi dan pernyataan terungkap akan prediksi yang akan terjadi kedepan
pada perusahaan tempat kita bekerja dan mencari nafkah termasuk
gambaran nasib kita insan PLN sebagai pekerja.

Peristiwa pertama, pertemuan Virtual antara Perseroan dengan SP PLN dan LASKAR PLN pada hari Kamis (25/02/2021)
sesuai surat undangan No. 5985/SDM.12.01.01/B01070200/2021 tanggal 23 Februari 2021 yang berlangsung kurang lebih
2 (dua) jam lamanya dari jam 14.00 WIB dimana apa yang selama ini selalu menjadi pertanyaan dalam benak kita, akhirnya
terjawablah sudah. Dan bila kita menggaris bawahi apa yang terucap dari para pihak yang hadir p
pada pertemuan tersebut
sedikitnya terdapat 2 (dua) buah pernyataan yang disampaikan pihak Perseroan dan patut kita garis bawahi serta waspadai
karena hal tersebut bagaikan bergayung sambut dengan yang disampaikan oleh LASKAR PLN termasuk sikap yang ditunjukkan
pihak Sudinakertrans Jakarta Selatan maupun Kemenaker RI.

Apa sajakah
kah kedua pernyataan tersebut ? Pernyataan Pertama ( disampaikan pada awal pertemuan oleh pihak Perseroan
) : “Perundingan
Perundingan PKB yang akan dilakukan adalah perundingan PKB yg baru dan bukan melanjutkan perundingan PKB
sebelumnya dan berdasarkan hasil verifikasi keanggotaan serikat pekerja dilingkungan PLN pada bulan September 2019 ".
Pernyataan Kedua ( disampaikan sebagai closing statement oleh pihak Perseroan sekaligus menjawab pertanyaan selama ini ) : “
Manajemen akan berunding g PKB dengan serikat pekerja yang mau berunding saja, siap untuk digugat oleh pihak manapun dan
akan dihadapi bersama dengan serikat pekerja yang ikut berunding PKB “. MENARIK BUKAN !!! Meskipun ada juga beberapa
pernyataan lainnya dari pihak yang mewakili perseroan pada pertemuan itu yang terkesan memaksakan SP PLN harus menerima
LASKAR PLN ikut berunding dan menanda tangani PKB jika SP PLN ingin Perundingan PKB, itupun dengan catatan sebagai
perundingan baru dan bukan melanjutkan perundingan PKB yang terheterhenti
nti dan pernah berlangsung pada bulan Juli 2015 s.d
Agustus 2016.

Bagaimana dengan pernyataan LASKAR PLN pada saat pertemuan tersebut ??? Sama dengan pernyataan pihak perseroan
maka ada 2 (dua) juga pernyataan mereka yang patut kita garis bawahi. Pernyataan Pertama ( yang juga disampaikan pada saat
menghadiri undangan dari pihak Kemenaker RI tanggal 9 Februari 20 2021 ) : “ Sampai dengan saat ini belum ada satu pihak
manapun yang bisa menyatakan bahwa kami tidak bisa ikut berunding dan menanda tangani PKB, da dan jika memang ada maka
kami patuh “. Pernyataan Kedua : “ Kami akan hak ambil hak kami untuk berunding dan menanda tangani PKB “. Pada
pernyataan pertama tersebut jelas sama persis disampaikan saat menghadiri undangan pertemuan pihak Kemenaker RI tanggal
9 Februari 2021 sesuai surat Undangan No.4/012/HI.00.00/II/2021 tanggal 3 Februari 2021. Dimana pada pertemuan tersebut
pihak Kemenaker RI juga menyampaikan 2 (dua) pernyataan yang harus digaris bawahi. Pernyataan Pertama : “ Perundingan
PKB yang akan dimulai berpijak pada hasil proses verifikasi keanggotaan serikat pekerja di lingkungan PLN pada bulan
September 2019 dan bukan melanjutkan
tkan perundingan PKB yang lalu pada bulan Juli 2015 s.d Agustus 2016 karena hal tersebut
sudah terhenti dan deadlock “. Pernyataan Kedua : “ Apa sech susahnya SP PLN menerima LASKAR PLN ikut dalam perundingan
PKB, apalagi LASKAR PLN telah menyelesaikan per permasalahan
masalahan domisilinya dan telah melaksanakan MUNASLUB pada bulan
Desember 2020 untuk merubah domisilinya di AD/ART ? ” SERUKAN !!!

Disisi lain pihak Sudinakertrans Kota Administratif Jakarta Selatan menyatakan bahwa LASKAR PLN telah mengajukan
usulan perubahan
bahan domisili namun hal tersebut dianggap tidak perlu karena masih sama
sama-sama
sama berada di wilayah Jakarta Selatan.
Bahkan ketika SP PLN meminta Audiensi untuk mengklarifikasi masalah tersebut, hingga saat ini tidak juga ditanggapi meski
SP PLN telah melayangkan kan surat permintaan audiensi sebanyak 2 (dua) kali yaitu Surat No.179/DPP/SP-PLN/XII/2020
No.179/DPP/SP tanggal
7 Desember 2020 dan No.020/DPP/SP-PLN/II/2021
PLN/II/2021 tanggal 02 Februari 2021. Bahkan ketika pihak Sudinakertrans Kota
Renungan
enungan
DPPSP PLN @ Februari 2021
Administratif Jakarta Selatan didatangi langs
langsung oleh SP PLN, mereka menyatakan bahwa belum bisa dilakukan mediasi karena
perundingan belum berlangsung dan perundingan PKB yang ada bukan melanjutkan perundingan yang dihentikan pada bulan
Juli 2015 s.d Agustus 2016 melainkan perundingan yang dimulai b baru kembali. WOW... ADA
DA APAKAH GERANGAN DENGAN
SUDIN ??? Padahal apa yang dilakukan oleh DPP SP PLN untuk meminta mediasi kepada Sudinakertrans Kota Administratif
Jakarta Selatan merupakan atas saran mereka juga setelah beberapa pengurus DPP SP PLN melakuk melakukan silaturahmi untuk
berkonsultasi dan diskusi terkait permasalahan ini. Padahal SP PLN juga telah menjelaskan kepada pihak Sudinakertrans Kota
Administratif Jakarta Selatan bahwa LASKAR PLN surat pencatatannya tidak
sesuai domisili mereka yang termasuk Kota Depo
Depok Jawa Barat, namun tetap
saja mereka tidak merasa salah dalam hal ini dan beragumentasi bahwa dulu
masuk Jakarta Selatan dan kemudian ada pemekaran wilayah sehingga
masuk kota Depok. Faktanya bahwa daerah Gandul dulunya masuk wilayah
Kabupaten Bogor, namun pada tahun 1981 seiring dengan tterbentuknya kota
Depok masuk dalam wilayah Kota Depok sebagai bagian wilayah Kecamatan
Limo. Baru pada tahun 1999 terjadi pemekaran wilayah sehingga terbentuk
Kecamatan Cinere maka daerah Gandull masuk sebagai wilayah Kecamatan
Cinere – Depok Jawa Barat. JADI SEJAK KAPAN CERITANYA GANDUL MASUK
WILAYAH JAKARTA SELATAN ???

Lebih seru lagi adalah dibangunnya Opini oleh pihak tertentu yang juga bisa kita garis bawahi ada 2 (dua) opini yaitu
Opini Pertama bahwa “ Perundingan PKB tidak bisa berlangsung karena SP PLN yang tidak mau berunding !!! “. Selain itu juga
dikembangkan opini lainnya sebagai Opini Kedua yaitu “ Bahwa saat ini di PLN tidak ada PKB yang berlaku lagi “. Sementara
faktanya adalah setelah Putusan PK MA No.
No.170/PK/PDT.SUS/2012 tanggal 6 Desember 2012 telah dilakukan Addendum Ke-I
PKB 2010-2012
2012 dimana baik pihak Perseroan maupun SP PLN sepakat bahwa PKB 2010 2010-2012
2012 berlaku s.d adanya PKB baru yang
disepakati dan ditandatangani antara Dirut PLN dengan Ketum SP PLN. Fakta lainnya adalah bahwa
hwa sepanjang berdirinya serikat
pekerja di PT PLN (Persero) yang ditandai dengan dideklarasikan berdirinya SP PLN pada tanggal 18 Agustus 1999, tercatat
antara Perseroan dengan SP PLN telah melahirkan KKB 2002
2002-2004, PKB 2006-2008
2008 dan PKB 2010-2012
2010 yang dengan sendirinya
mematahkan opini bahwa SP PLN tidak mau berunding PKB. CATAT YA … ITU FAKTA !!!

Sikap
ikap yang diambil oleh DPP SP PLN, ssejujurnya lebih pada sebagai sikap kehati-hatian
hatian agar PKB baru yang dihasilkan
bermartabat dan lebih baik daripada PKB 2010 2010-2012. Pada Pasal 1320 KUHPerdata disebutkan bahwa syarat SAH nya sebuat
perjanjian salah satunya adalah Syarat SAH Subjektif
Subjektif, dimana para pihak yang membuat perjanjian haruslah pihak yang memang
mempunyai kewenangan atau kecakapan untuk membuat sebuah perjanjian. Bisa kita bayangkan bahwa bila ada salah satu
pihak yang ikut dalam proses perundingan bahkan ikut sebagai penandatanganan di PKB ternyata CACAT HUKUM hanya karena
sikat egoisme pengurusnya yang ingin merasa gagah bisa berunding dan tanda tangan PKB baru, sehingga mereka menganggap
bahwa permasalahan pencatatannya sebagai hal yang sepele dan dengan sadar mereka memaksa ikut perundingan sehingga
berdampak tidak segera dilanjutkannya perundingan PKB. SP P PLN
LN menilai bahwa permasalahan bukti pencatatan mereka yang
tidak sesuai domisili adalah hal yang serius dan melanggar Kepmenakertrans No.16 Tahun 2001 Pasal 2 ayat 1 serta Peraturan
Gubernur Propinsi DKI Jakarta No.10 Tahun 2007 2007. SP PLN mencoba menganalisa kondisi yang ada sehingga timbulah 2 (dua)
pertanyaan kembali, yaitu pertanyaan pertama “ Apakah LASKAR PLN tidak tahu bahwa sikap egoisme egoism mereka yang
memaksakan kehendak untuk ikut berunding PKB telah mengakibatkan dikorbankannya hak-hak hak insan PLN sebagai pekerja
untuk mendapatkan peningkatan kesejahteraan yang lebih baik sebagai akibat tidak segera dilanjutkan dan ditanda tangani
PKB baru yang lebih baik dari PKB 2010-20122012 ?” . Pertanyaan kedua adalah “ Benarkah LASKAR PLN tidak memahami aturan
yang berlaku terkait tata cara pencatatan sebuah organisasi serikat pekerja atau memang mereka sudah tahu tetapi gensi untuk
mengakuinya ?” KEJUJURAN ITU MEMANG PAHIT DAN SULIT, TETAPI SANGATLAH INDAH !!!

Sementara disisi lain kita juga harus


rus ingat bahwa faktanya ada 2 (dua) serikat pekerja yang tidak bisa ikut berunding PKB
yaitu SPEG PLN dan SPPI selain mereka-mereka
mereka yang belum berafiliasi pada serikat pekerja manapun yang bila digabungkan
jumlahnya sekitar 30% dari jumlah pegawai PLN saa saat ini. Disadari atau tidak, bahwa mereka itu punya potensi sebagai pihak yang
menggugat PKB Baru nantinya. Hal tersebut bukan tidak mungkin terjadi, karena faktanya pada tahun 2012 ketika Kepengurusan
SP PLN masih ada 2 (dua) yang diistilahkan Dualisme ( LLantai 3 dan Lantai 9 ), PKB 2010-2012 2012 pernah digugat dan dibatalkan
pada putusan sidang PHI Jakarta Pusat melalui Putusan No.181/PHI/G/2011/PN.JKT.PST tanggal 13 Februari 2012 sebelum
dibatalkan oleh Mahkamah Agung melalui Putusan No.170 PK/PDT.SUS/2012 ta tanggal
nggal 6 Desember 2012. Sehingga bisa kita
bayangkan seandainya PKB baru yang dihasilkan dan ditandatangani ternyata digugat oleh mereka yang tidak puas dengan apa
yang telah disepakati dan dituangkan. Dimana SP PLN mencatat ada 2 (dua) peluang gugatan yang mungkin terjadi pada PKB
baru nantinya bila digugat. Kemungkinan pertama yaitu digugatnya para pihak yang membuat perjanjian dengan
kemungkinan putusan pengadilan nantinya adalah PKB baru dibatalkan dan untuk mengisi kekosongan maka bisa saja
Renungan
enungan
DPPSP PLN @ Februari 2021

diberlakukan UU No.11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja


Kerja. Kemungkinan kedua adalah digugatnya secara substansial pokok-
pokok materi isi PKB baru nantinya. WADUH BAHAYA INI !!!

Hal lainnya dengan kondisi yang terjadi saat ini, SP PLN terus dipojokkon dengan pernyataan,” Apa sech susahnya SP PLN
menerima LASKAR PLN ikut dalam perundingan PKB ? ” Mereka ereka para pihak tersebut seakan tak pernah mau mendengarkan apa
yang disampaikan oleh SP PLN. Menarik seandainya pertanyaan tersebut kita balikkan ke LASKAR PLN PL oleh pihak-pihak tersebut
Perseroan menjadi ,” Apa salahnya LASKAR PLN menerima Perundingan PKB dilanjutkan dulu dengan SP PLN dan baru ikut
berunding pada perundingan PKB 2 tahun berikutnya setelah masalah pencatatan mereka diselesaikan ? ”. Hal ini tentu sangat
berat diucapkan oleh pihak-pihak tertentu tersebut yang meski berbeda nama dan cara mengucapkannya tetapi satu suara dan
satu tujuan yaitu menyingkirkan SP PLN dari perundingan PKB !!! LOH.. MASALAHNYA DIMANA ??? Padahal sebagaimana fakta
diatas, kita semua tahu bahwa antara Perseroan dengan SP PLN telah menghasilkan KKB 2002-2004, 2004, PKB 2006-2008,
2006 PKB 2010-
2012 berikut Addendum I dan II yang ditandatangani antara Dirut PLN dengan Ketum SP PLN. Sementara itu LASKAR PLN
tercatat berulang-ulang kali diberbagai kesempatan selalu menyatakan,” Sampai dengan saat ini belum ada satu pihak manapun
yang bisa menyatakan bahwa kami tidak bisa ikut berunding dan menanda tangani PKB, dan jika memang ada maka kami patuh
“, maka itu artinya begitu kentalnya upaya pemaksaan kehendak untuk ikut berunding PKB meskipun bukti pencatatan mereka
tidak SAH karena tidak sesuai domisili. KENAPA SECH BEGITU ???

Dan bila dianalogikan sebagai seorang pekerja, maka SP PLN dapat diumpamakan
sebagai pekerja yang telah berpuluh-puluh tahun bekerja disuatu perusahaan serta
memberikan kontribusi, sehingga ketika ijazahnya hilang maka tidaklah membatalkan
dia sebagai pekerja di perusahaan tersebut melainkan cukup mengurus salinan sesuai
asli atas ijazah yang hilang kepihak yang berwenang. Namun analogi untuk LASKAR PLN
diibaratkan sebagai seseorang yang kuliah di salah satu kampus yang ada di Bandung,
kemudian ingin melamar pekerjaan di sebuah perusahaan namun melegalisir ijazahnya
disalah satu kampus yang ada di Jakarta. Tentu saja secara logika orang awam dan
bodoh, harusnya ditolak dan harus melegalisir ulang ijazahnya kembali dikampus
tempat dia kuliah. Hal itupun dengan catatan bahwa yang bersangkutan harus melamar ulang pekerjaan di perusahaan tersebut
bila ada lowongan kembali di kemudian hari dan bukan diterima dengan alasan sudah lulus ujian susulan. NAH LOE !!! ADA APA
DENGANMU ???

Tetapi sudahlah… SP PLN sebagai pihak yang paling waras dan istiqomah dalam menyikapi kondisi ini, telah memutuskan
menempuh langkah-langkah
langkah hukum untuk melawan pihak-pihak yang telah melakukan konspirasi dalam memaksakan
kehendaknya guna mengamankan kepentingan mereka. Jika mereka memang menginginkan sebuah institusi yang berwenang
menyatakan bahwa LASKAR PLN adalah sebuah organisasi yang tidak SAH dengan satu konsekuensinya nanti bahwa segala
bantuan Perseroan kepada mereka bisa dikategorikan
dikategorikansebagai TIPIKOR. Dan salah satu upaya yang saat ini ditempuh adalah
melalui Lembaga Ombudsman dan Disnakertrans Propinsi DKI Jakarta serta tidak menutup kemungkinan lainnya menempuh
jalur lembaga peradilan. Menindak hal tersebut kke pihak Ombudsman RI, SP PLN telah melayangkan surat No.034/DPP/SP-
No.034/DPP/SP
PLN/II/2021 tanggal 11 Februari 2021. Sementara kepada pihak Disnakertrans Propi
Propinsi
nsi DKI Jakarta juga telah dilayangkan surat
No.035/DPP/SP-PLN/II/2021
PLN/II/2021 tanggal 11 Februari 2021 perihal permohonan Audiensi yang telah dijadwalkan pada hari Jumat
tanggal 5 Maret 2021 sebagaimana surat mereka No.2284/
No.2284/-1.835.3 tanggal 1 Maret 2021. INSYA ALLAH,
AL KESABARAN AKAN
MEMBUAHKAN KEBAIKAN !!!

Dan bilamana Perseroan tetap ingin berunding PKB dengan serikat pekerja yang mau saja, maka layaknya adat
ketimuran yang mengedepankan adab dan tata karma sebagaimana layaknya kaum intelektual terpelajar kecuali mereka
memang kaum barbar, maka hendaknya hal tersebut disampaikan secara tertulis keseluruh serikat pekerja yang ada di
lingkungan PT PLN (Persero). Tetapi mereka harus ingat juga bahwa Perundingan PKB baru yang berlangsung pada bulan Juli
2015 s.d Agustus 2016 dihentikan sementara secara resmi dan tertulis tertulis oleh pihak perseroan dengan alasan dualisme
kepengurusan SP PLN dan baru akan dilanjutkan kembali bilamana permasalahan dualismee kepengurusan SP PLN telah
diselesaikan. Namun faktanya setelah SP PL PLN bersatu sejak bulan Februari 2019, hingga saat ini perundingan PKB belum
dilanjutkan kembali. Bilamana perseroaan ingin memulai perundingan PKB baru dari awal lagi terhitung sejak proses verifikasi
bulan September 2019 maka Perseroan juga harus membuat surat resmi secara tertulis kepada SP PLN yang menyatakan
bahwa perundingan PKB tersebut tidak bisa dilanjutkan kembali karena telah deadlock dan anggota Tim Perunding PKB dari
pihak perseroan telah berganti termasuk jajaran Direksi PLN saat ini !!! ANEH JUGA YA SEBENARNYA PERSEROAN ITU INSTITUSI
ATAU BUKAN ???
Renungan
enungan
DPPSP PLN @ Februari 2021
Pertanyaan selanjutnya terkait bahwa Manajemen akan melakukan perundingan PKB dengan serikat pekerja yang mau
saja adalah BERANIKAH MEREKA MELAKUKAN HAL ITU SEMUA ??? Pernyataan yang tegas telah dilontarkan pada pertemuan
virtual tersebut bahkan juga tekah terekam
erekam dan terdokumentasi sebagai bukti ke depan bila permasalahan ini harus digelar
didepan majelis hakim sidang pengadilan. Faktanya, usai pertemuan tersebut diatas, telah beredar di Whatsapp
Whatsap Group 2 (dua)
buah release dari pihak yang berbeda namun kontensnya sama, hanya perlu digaris bawahi adalah hilangnya pernyataan yang
menyatakan bahwa Perseroan akan berunding PKB dengan serikat pekerja yang mau saja. LOH KOK, RAGU ATAU TAKUT YA ???
Diakhir
hir artikel ini, mari kita renungkan bersama situasi kondisi yang terjadi saat ini untuk bisa memahami benang merahnya.
Faktanya
aktanya sejak dilingkungan PT PLN (Persero) banyak berdirinya serikat pekerja pada tahun 2015, ternyata permasalahan
hubungan industrial rial menjadi semakin komplek dan sulit untuk dapat segera terselesaikan mulai dari negosiasi, LKS Bipartit,
Investigasi dan Perundingan PKB. Dimana dahulu
semuanya bisa lebih mudah terselesaikan karena cukup
dikomunikasi antara Perseroan dengan SP PLN saja atau
bilamana ada hal yang bersifat prinsip maka mudah
diselesaikan dengan mempertemukan kedua principle
yang dalam hal ini diwakili oleh Dirut PLN dan Ketum SP
PLN. Dan bukan bermaksud memprovokasi atau
mengekang hak berserikat, hanya saja melalui artike
artikel ini
kami coba mengajukan sebuah pertanyaan penutup
yaitu SAMPAI AI KAPANKAH KEPENTINGAN ORANG
BANYAK TERUS DIKORBANKAN UNTUK KEPENTINGAN
SESEORANG ATAU KELOMPOK TERTENTU ???
sementara kita semua tahu bahwa kedepannya
tantangan yang dihadapi semakin berat seiring dengan
program Transformasi PLN yang bisa saja berdampak
kepada hak-hakhak kita sebagai pekerja bahkan bila kita
tidak mengawalnya bisa berujung dengan kemungkina
kemungkinan terjadinya penurunan kesejahteraan maupun PHK yang diawali dengan
penawaran tugas karya dari holding ke anak atau cucu perusahaan. Silahkan kita renungkan masalah ini, faktanya SP PLN sejak
didirikan pada tanggal 18 Agustus 1999 telah banyak melakukan hal dalam perjuangannya mengawal kedaulatan energi dan
kepentingan perusahaan dan meningkatkan kesej kesejahteraan insan PLN. DPP SP PLN @ Maret, 2021

SP PLN …………….. YES, KUAT, BERSATU !!!


PLN …………………. JAYA, TERBAIK !!!
UNBUNDLING …. NO !!!
INDONESIA ……… BANGKIT, BERDAULAT, MERDEKA, MERDEKA, MERDEKA !!!

Anda mungkin juga menyukai