MANUSKRIP - Titin Supriatin
MANUSKRIP - Titin Supriatin
ABSTRACT
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dikenal dengan sindrom gawat napas,
merupakan ancaman utama pada bayi dan anak yang berada pada masa pemulihan dari
penyakit berat. Saat ini ARDS merupakan penyebab utama kematian bayi baru lahir.
Intervensi yang biasa digunakan untuk memperbaiki status oksigenasi pada bayi ARDS
adalah posisi prone dan lateral. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perbandingan
efektivitas posisi prone dan lateral terhadap status oksigenasi pada bayi dengan ARDS di
ruang NICU RSUD Gunung Jati Cirebon. Penelitian ini merupakan kuasi experimental
dengan desain pre and post test non equivalent control group. Penelitian ini mengunakan
tehnik random Sampling terhadap 76 responden. Analisis univariat untuk medeskripsikan
karakteristik responden. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis Mancova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi prone lebih efektif meningkatkan status
oksigenasi dibandingkan posisi lateral walaupun perbedaan sangat kecil. Disarankan agar
intervensi posisi Prone dapat dilakukan sebagai aspek developmental care di ruang NICU
dikombinasikan dengan posisi lateral pada bayi yang mengalami ARDS, dengan harapan
ada perbaikan status oksigenasi.
Kata kunci : Posisi prone, Posisi lateral, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
Status oksigenasi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) is also called respiratory syndrome, which
is a major threat to infants and children who are in recovery from severe illness. This
syndrome is characterized by respiratory distress and hypoxemia occurring within 72
hours. According to the World Health Organization (WHO) in 2011, the incidence of
ARDS in Europe is 2-3%, in the Americas as much as 1.72%, in Southeast Asia about 5-
10% ARDS is found in infants less than months and 50% in infants weighing Body 501-
1500 grams. Currently, ARDS is the main cause of newborn infant death. The purpose of
this study is to know the comparison of effectiveness of prone and lateral position on
oxygenation status in infants with Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) in
NICU RSUD Gunung Jati Cirebon. This research uses a quasi- Experimental with
experiment method, with pre-test design - post test of non equivalent control group
design, simple experimental form by taking measurements before and after intervention.
This research uses random sampling technique with 76 respondents. Univariate analysis
to describe the characteristics of respondents. Bivariate analysis and multivariate analysis
in this study used Mancova analysis. The results showed that prone positioning was more
effective in increasing oxygen saturation compared to lateral position although the
difference was very small. It is suggested that Prone position intervention can be
performed as a routine action on the NICU combined with lateral positions in respiratory
infants (ARDS) in the hope of improved oxygenation status
2
3) Aspirasi mekonium, aspirasi mekoniuim Ciri utama dari ARDS adalah peningkatan
terjadi jika janin menghirup mekonium permeabilitas membran kapiler alveolus yang
yang tercampur dengan cairan ketuban, menyebabkan edema pulmonal. Paru-paru
baik ketika bayi masih berada di dalam menjadi kaku, difusi gas mengalami
rahim maupun sesaat setelah dilahirkan. gangguan, dan akhirnya mengalami
4) Pneumonia yang dapat disebabkan oleh pembengkakan mukosa bronkhiolar dan
bakteri , virus, aspirasi apabila ada suatu ateletaksis kongestif. Sekresi surfaktan
benda asing masuk ke dalam paru paru. berkurang, dan ateletaksis serta alveoli berisi
5) Infeksi, adanya kerentanan terhadap cairan menjadi media yang sangat baik untuk
infeksi. Infeksi bisa terjadi oleh bakteri, pertumbuhan bakteri yang menyebabkan
virus, jamur. terjadinya infeksi dan sepsis berujung pada
6) Sepsis, suatu keadaan di mana tubuh tingginya angka kematian (Wong, 2009).
bereaksi hebat terhadap bakteria atau
mikroorganisme lain. Sepsis merupakan Menurut Marni (2014), bahwa gejala klinis
suatu keadaan yang mesti ditangani pada kasus ARDS adalah:
dengan baik yang berhubungan dengan 1) Takipneu, pernapasan abnormal cepat
adanya infeksi oleh bakteri. Bila tidak dan dangkal, biasanya didefinisikan
segera diatasi, dapat menyebabkan lebih dari 60 kali permenit.
kematian. 2) Takikardia, kondisi di mana detak
7) Syok atau renjatan, keadaan kesehatan jantung seseorang di atas normal dalam
yang mengancam jiwa ditandai dengan kondisi beristirahat sebagai upaya
ketidakmampuan tubuh untuk memperbaiki ventilasi.
menyediakan oksigen untuk mencukupi 3) Dispnea (Kesulitan bernafas), istilah
kebutuhan jaringan. lain untuk kondisi sesak. Pada bayi
8) DIC (Disseminated Intravaskular sehat, pernapasan adalah aktivitas
Coagulation), gangguan serius yang refleks, artinya pernapasan adalah
terjadi pada mekanisme pembekuan aktivitas tidak sadar. Tidak diperlukan
darah pada tubuh. Normalnya tubuh perintah khusus dari otak untuk
membentuk bekuan darah sebagai reaksi melakukan aktivitas bernapas.
tubuh. 4) Napas cuping hidung. Nafas cuping
9) Transfusi darah yang banyak hidung adalah bernafas dari jaringan
Acute Respiratory Distress syndrome lunak hidung yang membatasi kembang
(ARDS) atau gagal napas dapat kempis , sebagai upaya memenuhi
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: kebutuhan oksigenasi.
1) Gagal napas hipoksemia 5) Merintih (grunting ekspiratoar)
6) Penggunaan otot bantu napas
PaO2 <60 mmHg pada bayi yang 7) Diaforesis, keringat, terutama keringat
sebelumnya sehat tanpa paru berlebihan.
intrakardium. Sering disebabkan oleh 8) Sianosis, terutama bagian sebtral (lidah
ketidaksesuaian antara ventilasi dan kebiruan pada suhu ruangan), dan juga
perfusi (perfusi paru yang tidak dapat bagian perifer.
memadai) dan adanya pirau (darah yang 9) Perubahan status mental, berupa
tidak teroksigenasi memintas ventilasi penurunan tingkat kesadaran sampai
alveolus). dengan koma dan status mental menjadi
hiperaktif atau delirium. Kedua keadaan
2) Gagal napas hiberkarbia tersebut mencerminkan disfungsi
susunan saraf pusat yang disebabkan
PaCO2 >50 mmHg pada bayi yang oleh problem primer di susunan saraf
sebelumnya sehat. Terjadi akibat ventilasi pusat dan sekunder akibat keadaan-
alveolus yang tidak memadai sekunder keadaan medis lain.
karena ventilasi semenit yang rendah (volume 10) Peningkatan kedalaman napas atau
tidal x frekuendi pernapasan) atau ventilasi sebaliknya penurunan frekuensi
ruang mati meningkat (ventilasi di area yang pernapasan.
tidak mendapat perfusi). (Marcdante, 2014). Gangguan thermoregulasi, proses yang
melibatkan mekanisme homeostatik tidak
4
dapat mempertahankan suhu tubuh dalam Hal serupa diuangkapkan oleh Marni
kisaran normal. Penatalaksanaan ARDS (2014), mengenai penatalaksanaan pada
melibatkan berbagai tindakan, seperti kasus ARDS diantaranya:
pencegahan infeksi, mempertahankan tekanan 1) Intubasi dan ventilasi mekanis jika
vascular dan curah jantung, nutrisi yang kenaikan saturasi oksigen tidak
adekuat, tindakan untuk memberikan memadai, penelitian terkait dilakukan
kenyamanan, pemberian posisi untuk oleh Hartini (2014), didapatkan angka
memperbaiki kapasitas residu fungsional, dan mortalitas yang tinggi selama perawatan
dukungan psikologik. Terapi definitif 75,3%. Faktor-faktor yang
diarahkan untuk memperbaiki oksigenasi. mempengaruhi mortalitas adalah tidak
Penggunaan intubasi endotrakeal dan tekanan segera menggunakan ventilator 48 jam
ekspirasi akhir positif (PEEP) mungkin sejak terdiagnosis ARDS.
diperlukan untuk memastikan pemberian 2) Ventilasi noninvasif dengan pemberian
oksigen yang maksimal. Asuhan keperawatan continous positive airway pressure
pada ARDS melibatkan pemantauan yang (CPAP), sesuai dengan penelitian
cermat terhadap curah jantung, frekuensi Susanto (2012), bahwa ARDS
jantung, perfusi, pengisian kapiler, dan merupakan salah satu penyakit paru akut
haluaran urine, serta pengkajian status yang memerlukan perawatan di
pernapasan. Analisis gas darah dan oksimetri Neonatus Intensive Care Unit (NICU)
nadi merupakan alat evaluasi yang penting dan penggunaan ventilasi mekanik.
(Wong, 2009). 3) Memastikan volume cairan yang
Menurut Marcdante (2014), tatalaksana adequat
pasien Acute Respiratory Distress Syndrome 4) Memberikan dukungan nutrisi yang
(ARDS) sesuai dengan tahapan ABC, adekuat
meliputi: 5) Pemberian fisiotherapi dada
1) Menilai keutuhan/kebersihan jalan 6) Monitor saturasi aksigen, HR, dan RR
napas (air way) dengan monitor atau oksimetri
2) Penilain fungsi pernapasan (Breathing): Fungsi sistem jantung ialah
Respiratory rate, termasuk auskultasi mengantarkan oksigen, nutrien
dan pulse oximetry dan substansi lain ke jaringan
3) Status sirkulasi (Circulation) dinilai dan membuang sisa metabolisme
dengan palpasi nadi sentral maupun selular melalui pompa jantung,
perifer sistem vaskuler dan berintegrasi
4) Therapi supportitf seperti: Ventilasi dengan sistem lainnya, seperti
kantong-sungkup, Therapi oksigen yang sistem pernapasan, pencernaan
tepat dan ginjal (Perry&Potter, 2010)
5) Memberikan surfaktan melalui selang
endotrakheal (ET).
Hasi
Skal
Definisi Alat Cara l
Variabel a
Operasional ukur ukur uku
ukur
r
Variabel independent (Bebas)
1. Posisi Posisi bayi lutut Lem Obser Posi Nom
prone fleksi di bawah bar vasi si inal
abdomen dan obs pron
posisi badan erva e
telungkup kepala si
dimiringkan, (Ch
selama 20 menit eck
minimal 3 hari list)
pada tiap shift
(Oozyrex, 2012).
2. Posisi Posisi klien Lem Obser Posi Nom
Latreral berbaring pada bar vasi si inal
salah sa obs later
tu sisi bagian erva al
tubuh dengan si
kepala menoleh (Ch
ke samping, eck
selama 20 menit list)
minimal 3 hari
pada tiap shift
(Oozyrex, 2012).
7
satuan minggu
Variabel Kelompok
Posisi Prone Posisi Lateral
Usia Getasi (Minggu)
Mean 34,63 34,52
Median 36 36
SD Deviasi 2,99 2,91
Min-Max 28-38 28-38
HB
Mean 13,14 13,07
Median 13,2 13,10
SD Deviasi 1,17 1,37
Min-Max 10,40-15,50 10,50-15,70
Suhu
Mean 37,16 37,12
Median 37,2 37,02
SD Deviasi 0,62 0,48
Min-Max 36,10-39 36,40-38,20
Berdasarkan tabel 5.1 diatas pada kelompok intervensi posisi
diketahui bahwa karakteristik bayi lateral: 13.07 mg/dl. Suhu tubuh
dengan ARDS di ruang NICU bayi pada kelompok intervensi posisi
RSUD Gunung Jati Cirebon prone rata-rata 37.16 oC, sedangkan
berdasarkan usia getasi (minggu) pada kelompok intervensi posisi
pada kelompok intervensi posisi lateral adalah 37.12 oC.
prone rata-rata berusia 34,63
minggu, sedangkan pada kelompok 1. Analisa perbedaan rata-rata
intervensi posisi lateral berusia status oksigenasi (HR, RR, SPO2)
34,52 minggu. Nilai Hb pada sebelum dan sesudah intervensi
kelompok intervensi posisi prone prone
rata-rata 13.14 mg/dl, sedangkan
Tabel 5.7
Perbedaan Rata-Rata Status Oksigenasi (HR, RR, SPO2)
Sebelum dan Sesudah Kelompok Prone
Status Perla Rata-rata
95% P
Oksigenas kuan Mean Kenaikan
CI value
i
HR Sebel 141,34 8,23
um (5,82%) 6,47- 0,000
Sesud 149,57 9,98
ah
RR Sebel 36,13 2,03
um (9,61%) 1,73- 0.000
Sesud 25,15 2,32
ah
SPO2 Sebel 94,65 1,52
um (1.61%) 1,25- 0.000
Sesud 96,17 1,79
ah
Berdasarkan tabel 5.7 di atas,
terdapat kenaikan rata-rata HR
10
(0,05), artinya
antara usia gestasi dengan SPO2
mempunyai hubungan dengan
ber pola( +), de nga nkekuat a nse da ng
dimana ada dalam rentang 0.300 s.d
0.599.
Analisis nil ai Hb dengan status
oksigenasi yaitu HR, Pvalue <
RR 7.689 .007
SPO2 11.588 .001
Usia HR 6.527 .013
gestasi RR 12.817 .001
SPO2 3.711 .050
Hb HR 8.847 .004
RR 4.558 .036
SPO2 10.576 .002
Berdasarkan tabel 5.12 di atas, Pvalue < Galiatsoe E,Kostanti E, Svarna E, et al.
0.05, maka dapat disimpulkan: Prone position augments
1. Intervensi posisi Prone dan lateral recruitment and prevents alveolar
secara bermakna mempengaruhi nilai overinflation in acute lung injury.
HR, RR dan SPO2 setelah dikontrol Am J Respir Crit Care Med 2006:
variable confounding (usia getasi dan 174:187-97.
Hb) dengan nilai Pvalue < 0.05. Gattinoni L, Taccone P, Carlesso E, et al.
2. Usia gestasi secara bermakna Prone position in acute respiratory
mempengaruhi nilai HR, RR dan SPO2 distress syndrome: Rationale,
setelah dikontrol variable intervensi indications, and limits; Am J Respir
posisi prone dan lateral serta Hb, Crit Care Med 2013:Vol 188: Iss
dengan nilai Pvalue < 0.05. 11: pp 1286-1293.
3. HB secara bermakna mempengaruhi Gattinoni L, Tognoni G, Pesenti A, et al.
HR, RR dan SPO2 setelah dikontrol Effect of prone positioning on the
variable intervensi posisi prone dan survival of patients with acute
lateral serta usia gestasi dengan nilai respiratory failure. N Eng J Med
Pvalue < 0.05. 2001;345:568-73.
Guerin C, Reigner J, Richard JC, et al.
Daftar Pustaka Prone positioning in severe acute
respiratory distress syndrome. N
Albert RK, Hubmayr RD. The prone Eng J Med 2013;368:2159-68.
position eliminates compression of Hartini K, dkk (2014) Faktor-faktor yang
the lungs by the heart. Am J Respir mempengaruhi mortalitas pasien
Crit Care Med 2000: 161:1660-5. ARDS di RSCM Jakarta. Ina J
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2010). Chest Crit and Emerg Med. Vol. 1,
Nursing theories and their work, 7th No. 1.
edition. St. Louis: Mosby. Idemmiaty,(2011). Efektifitas Posisi Pronasi
Anggrek. K. Runtunuwu. A.L. Wahani. A. Terhadap Saturasi Oksigen,
Margaretha. L. Faktor Resiko Frekuensi Nadi dan Frekuensi
Kejadian Distress Pernapasan pada Nafas Pada Bayi Yang
Anak dengan Pneumonia. Sari Menggunakan Ventilator Di Ruang
Pediatri 2008. Vol. 9. No. 6: 391- NICU RSUP. Dr. M. Djamil Padang
397. Tahun 2011. Thesis. Fakultas
Bhat YR, Hannam S, et al. Effect of prone Keperawatan. Padang : Universitas
and supine position on sleep, Andalas.
apneas, and asausalnin pratem Jacquelyn L. Banasik, Roberta J (2009)
infants. Paediatrics 2006;118:101. Effect of lateral positions on tissue
Betz L.C, Sowden A.L (2009). Keperawatan oxygenation in the critically ill. The
Paediatrik. Edisi 5. EGC: Jakarta.
14