Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSES KEPERAWATAN JIWA DAN SOSIOKULTURAL

DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

OLEH

ANDREAS .N.O.HERIN

171111044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan Mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa . dengan Rahmat serta
petunjuknya, penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “proses keperawatan jiwa
dan sosikultural dalam konteks asuhan perawatan jiwa” untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan jiwa

Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat
dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas ini serta semua pihak
yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga tersusunnya makalah ini
hingga akhir.

Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan penyusunan makalah ini penulis
terima dengan senang hati untuk menyempurnakan penyusunan makalah tersebut .Semoga
makalah proses keperawatan jiwa yang ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

KUPANG,Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………….

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….

1.1 Latar belakang ………………………………………………………………………………….


1.2 Rumusan masalah ..…………………………………………………………………………….
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………….

BAB II KONSEP DASAR TEORI…………………………………………………………………….

2.1 Proses Keperawatan Jiwa……………………………………………………………………….

2.1 Proses Keperawatan Jiwa………………………………………………………………………


2.1.1 Pengertian…………………………………………………………………………………..
2.1.2 Tahapan pengkajian………………………………………………………………………...
2.1.3 Analisa Data…………………………………………………………………......................

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………….


3.2 Saran …………………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam memberi asuhan
keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan.Khususnya di Indonesia, proses
keperawatan merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan. Namun pada kenyataanya banyak perawat merasakan beban dalam melaksanakan
dan mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa rumah sakit umum ditemukan bahwa
kemampuan perawat menuliskan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
rata-rata kurang dari 60 % yang memenuhi kriteria. Sementara profesi lain menganggap
penggunaan proses keperawatan akan menyita banyak waktu dan kertas sehingga sehingga tidak
efektif dan efdesien. Kondisi ini tidak mengurangi semangat para perawat untuk membuktikan
bahwa proses keperawatan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan, tanggung jawab
perawat, otonomi perawat dan kepuasan perawat.
Masalah kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di
lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik
dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional
(Nasir dan Muhith, 2011). Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan jiwa bukan
hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya (Yosep, 2010)
Menurut National institute of mental health, gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit
secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Kejadian
tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke tahun di
berbagai negara. Berdasarkan 2 hasil sensus  penduduk Amerika Serikat tahun 2004,
diperkirakan 26,2 % penduduk yang  berusia 18  – 30 tahun atau lebih mengalami gangguan
jiwa.
Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada pasien
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis dan teratur.
Perawat jiwa dituntu memiliki kejelian yang dalam saat melakukan asuuhan keperawtan . proses
keperawatan jiwa dimulai dari  pengkajian (termasuk analisa data dan pembuatan pohon
masalah), perumusan diagnosis, pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
Konteks Sosiokultural Asuhan Keperawatan Jiwa merupakan interaksi perawat psikiatrik
dengan pasien dengan menyadari luasnya dunia kehidupan pasien dan menyadari bahwa
persepsinya tentang sehat dan sakit, perilaku mencari bantuan, dan kepatuhan pada pengobatan
tergantung pada keyakinan,norma sosial, dan nilai kultural individu yang unik. Perawat yang
peka secara kultural memahami pentingnya kekuatan sosial dan kultural bagi individu, mengenal
keunikan dari askep ini, menghargai perbedaan perawat-pasien, dan menggabungkan informasi
sosiokultural kedalam asuahn keperawatan psikiatri

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui pengertian dari proses keperawatan jiwa dan sosiokultural dalam konteks
asuhan keperawatan jiwa ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetahui dari proses keperawatan jiwa dan sosiokultural dalam
konteks asuhan keperawatan jiwa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Keperawatan Jiwa

2.1.1 Pengertian

Masalah kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di


lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik
dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional
(Nasir dan Muhith, 2011)

Proses keperawatan merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu


pelayanan keperawatan. Namun pada kenyataanya banyak perawat merasakan beban dalam
melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan. Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa rumah sakit umum
ditemukan bahwa kemampuan perawat menuliskan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan rata-rata kurang dari 60 % yang memenuhi kriteria. Sementara profesi lain
menganggap penggunaan proses keperawatan akan menyita banyak waktu dan kertas sehingga
sehingga tidak efektif dan efdesien. Kondisi ini tidak mengurangi semangat para perawat untuk
membuktikan bahwa proses keperawatan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
tanggung jawab perawat, otonomi perawat dan kepuasan perawat

2.1.2 Tahapan pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan pemikiran dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap,
akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu
diagnosakeperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon
individu.
Fokus Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian
medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian keperawatan
ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari,
sehingga fokus pengkajian klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap
masalah-masalah aktifitas harian
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), irawat
secara terus-menerus (ongoing assessment),serta pengkajian ulang untuk menambah /
melengkapi data (re-assessment).dalam proses pengumpulan data ,terbagi menjadi dua tipe data,
yaitu :
a) Data Subjektif 
Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh
perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya
tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.

b) Data Objektif 
Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran.
Karakteristik Data :

1) Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien
yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji
lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai
berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja? Apakah
karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis? Bagaimana respon
klien mengapa tidak mau makan.
2) Akurat dan Nyata
  Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan
nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan
diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin
meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data
yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih
mengerti. Misalnya, pada observasi : “klien selalu diam dan sering menutup mukanya
dengan kedua tangannya
3) Relevan
 Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data
yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi
seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas.
Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data
fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus
Sumber Data :

a) Sumber data primer 


Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien
b) Sumber data sekunder 
Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri,
anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam
berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak,
atau klien dalam kondisi tidak sadar
c) Sumber data lainnya
Sumber data lainnya terdiri dari catatan medis dan anggota tim kesehatan
lainnya, riwayat penyakit, dan konsultasi
Metode Pengumpulan Data :
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan Fisik
4. Studi Dokumentasi
2.1.3 Analisa Data
a. Pengertian

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan  berpikir rasional


sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. Perawat mengumpulkan data tentang status
kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan. Dalam melakukan
analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan klien.

Asumsi : Pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam  proses keperawatan yang
bertujuan untuk menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk
merumuskan klien dan rencana tindakan
Kriteria Struktur : Metode pemgumpulan data yang digunakan dapat menjamin  pengumpulan data
yang sistematis dan lengkap, diperbaharuinya data dalam pencaatan yang ada, kemudian memperoleh data
dan terjaganya kerahasiaan. Tatanan praktik mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang
merupakan bagian integral dari sistem pencatatan pengumpulan data klien. Sistem pencatatan berdasarkan
proses keperawatan: singkat, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan sistem  pengumpulan data
keperawatan yang merupakan bagian integral dari sitem pencatatan kesehatan klien. Praktik
mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian dari sistem pencatatan kesehatan
klien. Ditatanan praktik tersedia sistem penyimpanan data yang dapat memungkinkan diperoleh
kembali bila diperlukan. Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung
Kriteria Proses : Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,  pemeriksaan fisik,
dan mempelajari data penunjang. Sumber data adalah klien, keluarga klien, tim kesehatan serta
catatan lain. Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan
difokuskan untuk mengidentifikasi : status kesehatan saat ini, status kesehatan masa lalu, status  biologis
(fisiologis), status psikologis (pola koping), status sosial kultur, status spiritual, respon terhadap
terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, respon masalah  potensial
Kriteria Hasil : Data dicatat dan dianalisa sesuai standar dan format yang ada. Data yang
dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai dengan kebutuhan klien
b. Kegiatan dalam mengumpulkan data
Perawat dalam mengumpulkan data pasien harus collect, validat, organize,
record   (Kozier, et al.,1998 dalam Ah Yusuf (2015)
1) collect
Data yang dikelompokkan menjadi: 1) subjektif data : cover data symptom
merupakan data yang tidak bisa diukur atau diobservasi bisa juga didapatkan dari
orang lain. 2) objektif data : over data/ sign data yang bisa dideteksi oleh orang lain
selain klien, biasanya didapatkan dengan cara melakukan observasi dan pemeriksaan
fisik
2) validate
Mengecek kembali data untuk klarifikasi, oleh karena; objektif data dan
subjektif data tidak sinkron, pernyataan klien berbeda pada waktu pengkajian yang
berbeda, data tampak sangat tidak normal, adanya faktor yang sangat mempengaruhi
pada waktu pengukuran
3) organize
Data yang didapat perlu diorganisasi berdasarkan kerangka kerja dengan
menggunakan model keperawatan (nursing models), contoh : Gordon’s  Functional
Health Patterns Framework, Orem’s Self Care Models, Roy’s
  Adaptation Models, Maslow’s Hierarchy Of Needs, Stuart Adaptation
  Models. Stuart adaptation model merupakan model penanganan yaitu krisis akut,
pemeliharaan, peningkatan
4) record
Data subjektif dituliskan dengan menulis kata-kata klien. Catat cues bukan
inference .Cues adalah apa yang klien ceritakan, apa yang anda lihat, apa yang anda
dengan, rasakan, bau dan ukur.   Inference adalah penilaian atau apa arti dari cues.
Hindari menggunakan kata umum (normal, adekuat).
2.2 Konteks Sosiokultural Asuhan Keperawatan
pertimbangan keputusan klinis atau bias sosiokultural
Dalam melengkapi pemeriksaan status kesehatan jiwa klinis perlu menyadarai
kemungkinan yang mereka bisa gunakan sebagai criteria penentu secara cultural ketika
mempertimbangkan keputusan tentan klien. Contoh potensi bias klinis termaksut brikut ini:
- bagaimana sikap berpakayan di nilai (apa yang tidak lasim atau pakayan yang di harapkan)
- apakah semua budaya menerima kontak mata langsung
- apa nile klinis tentang kebersihan diri,dan bagaimana nile ini memengeruhi pengkajian
- apakah perkataan dan bahasa yang di gunakan klien beragam berdasarkan kelas sosial dan
gaya hidup.
- Bagaimana bahasa tubuh dan pengunaan ruang personal yang beragam berdasarkan etnis
dan kelompok sosial
- Andaikan sejumblah besar kelompok usia dewasa di indonesa memiliki ketrampilan
pendidikan rendah, apa norma ukuran yang di gunakan terkait dengan membaca,menulis
atau tugas penyelesaiyan masalah
- Seberapa pengetahuan tentang pribahasa interpretasi apa yang benar?
BAB III

3.1 Kesimpulan

Proses keperawatan merupakan sarana kerja sama antara perawat,klien dan keluarga.
Dengan meyertakan klien dan keluarga maka pemulihan kemampuan mereka dalam
mengendalikan kehidupan mungkin tercapai & mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap
perilakunya Tahap-tahap proses keperawatan : Pengkajian , Diagnosa kep. , Perencanaan ,
Implementasi dn Evaluasi

Pengkajian sosiaokultural Pengkajian tentang faktorresiko sosiokultural dan stresor pasien


sangat mempertinggi kemampuan perawat untuk membina kerja sama terapeutik, identifikasi
masalah-masalah pasien dan menyusun rancangan kegiatan keperawatan psikiatri yang
tepat,sesuai dengan relevan secara cultural .

1.2 Saran
1. Perawat harus memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan pengkajian,karena
pengkajian data merupakan dasar utama dari pelaksanaan proses keperawatan.
2. Pengkajian keperawatan harus dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data akurat. 
3. Dalam menentukan diagnose harus disesuaikan dengan kebutuhan klien.
4. Data yang diperoleh harus akurat dan bukan kesimpulan peraat.
5. Perawat tidak boleh langsung membuat keputusan tentang kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Chase, S. (1994). Clinical Judgement by critical care nurse: An ethnographic study. In R.


M. Carroll-Johnson 7 Pacquette (Eds), Classification of nursing diagnosis: Proceedingof the
ninth conference, North American Nursing Diagnosis Association (pp. 367-368). Philadelphia:
J.B. Lippincott.

Lunney; M. (1992). Divergent productie thinking factors and accuracy of nursing


diagnoses.
Research in Nursing and Health,15(4), 303-312.

Stuart,Gail.(2016) prinsip dan praktik keperawatan kesehatan jiwa


Stuart.http://sea.manthan.ifo.diakes pada tanggal 22 april 2021 jam 14.08 WITA

Anda mungkin juga menyukai