Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

MODEL & SIMULASI

DOSEN PEMBIMBING :

ARIP, S.T, M.Kom


DISUSUN OLEH :

NAMA` : YEPI PEBRIAN


NIM : 18060030

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI YBS INTERNASIONAL


TASIKMALAYA

TEKNIK INFORMATIKA
2020/2021

A. Pengertian Validasi & Verifikasi Model


1. Pengertian Validasi Model
Validasi adalah proses penting untuk membangun kepercayaan dalam model.
Berdasarkan tinjauan kritis, tes berlaku untuk pemodelan sistem dinamik. Beberapa
tes yang harus dilalui model sistem dinamik sebagai berikut (Qudrat-Ullah dan
Seong, 2010) :
a. Uji 1 - Test batas: apakah model tersebut berisi semua variabel yang penting
untuk masalah penelitian?
b. Test 2 - Verifikasi struktur: apakah struktur model konsisten dengan pengetahuan
deskriptif relevan dengan sistem yang dimodelkan?
c. Test 3 - Konsistensi dimensi: model harus valid dimensi/satuannya, yaitu dimensi
(unit pengukuran) dari variabel di sisi kanan tiap persamaan harus dapat
dikonversi menjadi dimensi dari variabel di sisi kiri dari persamaan.
d. Test 4 - Kondisi ekstrim: apakah model tersebut menunjukkan perilaku yang
tepat ketika mengalami kondisi ekstrim?
Tes diatas bukan merupakan tes yang lengkap tetapi telah mencakup inti tes
untuk model sistem dinamik. Oleh karena itu, tes ini diterapkan pada model
sistem dinamik yang dikembangkan dalam penelitian ini untuk meningkatkan
ketahanan dan kehandalan model. Validasi model juga dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil simulasi dengan keadaan riil. Apabila hasil simulasi
menunjukkan trend sesuai dengan keadaan eksisting maka model dapat dianggap
sesuai, sebaliknya apabila tidak maka perlu dilakukan perbaikan dari model
simulasi (Sasongko, 2008).
2. Verifikasi dan Validasi Model
Verifikasi dan validasi model bertujuan untuk mengetahui model dapat
dirunning atau masih terdapat error. Selain itu, verifikasi dan validasi model
dilakukan untuk membandingkan perilaku struktur model dengan perilaku sistem
pada keadaan sebenarnya. Model yang telah terverifikasi dan tervalidasi merupakan
model yang mampu mewakili sistem nyata.
3. Validasi Model
Validasi dilakukan dengan mengevaluasi proses model simulasi untuk
menentukan apakah hasil simulasi dapat diterima dan mewakili sistem nyata atau
tidak, data historis selama horison waktu simulasi perlu dirumuskan terlebih dahulu
(Barlas, 1996).
Validasi model dilakukan untuk meyakinkan bahwa model telah memenuhi
tujuan pembuatan model secara menyeluruh dan dapat merepresentasikan sistem
nyata. Proses validasi dalam model ini dilakukan dengan menggunakan dua metode,
yaitu metode white box dan black box. Metode white box dilakukan dengan
memasukkan semua variabel serta keterkaitan antar variabel di dalam model yang
didapatkan dari literatur dan pendapat ahli (expert) dalam penelitian ini. Sedangkan
validasi dengan metode black box dilakukan dengan membandingkan rata-rata nilai
data aktual dengan nilai data hasil simulasi.
a. Uji Struktur Model (Model Structure Test)
Tujuan dari uji struktur model adalah untuk melihat apakah struktur model
sudah sesuai dengan sistem nyata. Setiap faktor penting dalam sistem nyata harus
dapat direpresentasikan dalam model. Pengujian struktur model pada penelitian
ini dilakukan dengan studi literatur untuk memahami konsep maupun kondisi
aktual dari sistem pengelolaan sampah secara umum. Pembuat model melakukan
penelitian langsung ke lapangan untuk membandingkan kondisi lapangan dengan
sistem ideal. Model sistem pengelolaan sampah yang telah dibuat dan formulasi
dan unit sudah diterima oleh evaluator, maka model sudah VALID secara
kualitatif.
b. Uji Parameter Model (Model Parameter Test)
Uji parameter model dilakukan dengan melihat dua variabel yang saling
berhubungan, serta membandingkan hasil logika aktual dengan hasil simulasi.
Pada model ini, digunakan variabel jumlah penduduk dan timbulan sampah yang
memiliki hubungan causal loops positif. Logika ini kemudian dibandingkan
dengan hasil simulasi model. Hasil uji parameter menunjukkan pola grafik yang
identik yaitu semakin naik dari tahun ke tahun. Hal ini berarti jumlah sampah
akan meningkat jika jumlah penduduk meningkat. Berdasarkan hasil uji,
parameter simulasi model sudah berjalan sesuai dengan logika aktual, yaitu ketika
jumlah penduduk naik, maka jumlah timbulan sampah juga semakin naik, dan
berlaku sebaliknya. Apabila simulasi model sudah berjalan sesuai dengan logika
aktual maka model dikatakan VALID. Error dari pola grafik dari parameter yang
dibandingkan tidak boleh lebih dari 10% dan diuji pada uji replikasi.

c. Uji Kecukupan Batasan (Boundary Adequancy Test)


Batasan model harus sesuai dengan tujuan model yang dirancang. Langkah
pembatasan model sudah dilakukan saat model dibuat, yaitu dengan menguji
variabel-variabel yang dimasukan dalam model. Dalam hal ini, jika suatu variabel
ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan model, maka
variabel tersebut tidak perlu dimasukan dalam model dinamik. Jika uji kecukupan
batas ini sudah dilakukan dan menghasilkan variabel yang berpengaruh terhadap
model maka model dapat dikatakan VALID.
d. Uji Kondisi Ekstrim (Extreme Conditions Test)
Uji kondisi ekstrim bertujuan untuk menguji kemampuan model pada kondisi
ekstrim ketika nilai variabel berubah signifikan sehingga memberikan kontribusi
sebagai alat evaluasi kebijakan. Pengujian ini dapat dilakukan dengan
memasukkan nilai ekstrim terbesar dan terkecil. Pengujian ini digunakan variabel
dengan nilai normal, nilai ekstrim besar, dan nilai ekstrim kecil. Model yang
mampu menghasilkan pola hasil yang konsisten dalam berbagai kondisi dan
sesuai dengan logika sistem maka model dianggap valid. Pola perilaku konsisten
ditunjukkan dari pola grafik yang identik sehingga model dapat dikatakan
VALID.
e. Uji Perilaku Model/Replikasi
Secara kuantitatif, validasi model dilakukan dengan metode black box (Barlas,
1996). Metode black box dilakukan dengan membandingkan rata-rata nilai pada
data aktual dengan data hasil simulasi untuk menemukan rata-rata error yang
terjadi dengan menggunakan persamaan berikut :
E = |(S – A )/ A|
Dimana: A = Data actual; S = Data hasil simulasi; E = Variansi error antara data
aktual dan data simulasi, dimana jika E < 0,1, maka model valid.
Apabila perhitungan error model, Nilai error tersebut lebih kecil dari 0,1 jadi
model dikatakan VALID secara kuantitatif.

Dari serangkaian uji yang telah dilakukan, model dinyatakan valid. Model
tetap representatif dengan kondisi sistem eksisting yang sama. Apabila kondisi
sistem berubah, model dapat diperbaiki agar tetap representatif untuk kondisi
sistem eksisting saat itu. Tidak ada batas waktu model represtatif/tidak tetapi
bergantuk dari kondisi sistem yang dimodelkan. Model akan semakin baik jika
tingkat representasi tidak lebih dari 10% dan memenuhi standar pengujian yang
dilakukan. Model juga akan semakin baik jika model dapat mensimulasikan
sesuai dengan logika aktual.
B. Desain Ekspermen

Anda mungkin juga menyukai