Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalam proses belajar
mengajar, sebagai tempat belajar atau sebagai sumber belajar, laboratorium harus
mempunyai sifat yang nyaman dan aman. Laboratorium yang bersifat nyaman artinya
selalu kebutuhan atau keperluan untuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat yang
semestinya atau mudah di akses bila digunakan. Sedangkan laboratorium yang bersifat
aman artinya segala penyimpanan material berbahaya dan kegiatan berbahaya telah
dipersiapkan keamanannya.
Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa
faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium
yang canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan
baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena
itu manajemenlaboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan laboratorium sehari-hari.
Bahan kimi merupakan materi belajar yang harus ada dalam laboratorium kimia.
Pada dasaranya semua bahan kimia beracun, namun apabila dikelola dengan baik dan
benar maka tingkat bahaya sebagai bahan beracun dapat ditanggulangi atau dikurangi,
sehingga dubutuhkan suatu pengelolaan dan penyimpanan zat kimia yang benar dan
tepat.
Pengelolaan laboratorium akan berjalan dengan lebih efektif bilamana dalam
struktur organisasi laboratorium didukung oleh Board of Management yang berfungsi
sebagai pengarah dan penasehat. Board of Management terdiri atas para senior/profesor
yang mempunyai kompetensi dengan kegiatan laboratorium yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penataan alat dan bahan di laboratotium kimia?
2. Bagaimana cara penyimpanan alat di laboratorium?
3. Bagaimana penyimpanan zat di laboratorium kimia?
4. Bagaimana cara penyimpanan untuk zat kimia yang sudah expayer?
5. Apa yang dilakukan jika ada zat di laboratorium yang tidak mempunyai label?
C. Tujuan
1. Mengetahui penataan alat dan bahan di laboratorium kimia

1
2. Untuk mengetahui cara penyimpanan alat di laboratorium kimia
3. Untuk mengetahui cara penyimpanan zat di laboratorium kimia
4. Untuk mengetahui cara penyimpanan zat yang sudah expayer
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan zat yang tidak mempunyai label di
laboratorium kimia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penataan Alat dan Bahan Di Laboratorium Kimia


Penataan alat dan bahan praktikum sangat bergantung kepada fasilitas yang ada di
laboratorium kimia, dan kepentingan pemakai laboratorium. Fasilitas yang dimaksud
dalam hal ini adalah adanya ruang penyimpanan khusus (gudang), ruang persiapan, dan
tempattempat penyimpanan seperti lemari, kabinet, dan rak-rak.
Peralatan laboratorium yang selanjutnya disebut peralatan adalah mesin, perkakas,
perlengkapan, dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk pengujian,
kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas.
Peralatan Laboratorium dibagi 3 kategori:
1. Peralatan kategori 3 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya sulit,
risiko penggunaan tinggi, akurasi/kecermatan pengukurannya tinggi, serta system
kerja rumit yang pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu
danbersertifikat.
2. Peralatan kategori 2 adalah peralatan yangcara pengoperasian dan perawatannya
sedang, risiko penggunaan sedang, akurasi/kecermatan pengukurannya sedang, serta
sistem kerja yang tidak begitu rumit yang pengoperasiannya memerlukan pelatihan
khusus/tertentu.
3. Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi/kecermatan pengukurannya rendah, serta
sistem kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan menggunakan panduan,
(Permenpan RB No. 03, 2010).
Setiap alat yang akan dioprasikan harus dalam kondisi yang baik yaitu dengan
syarat:
a. Siap untuk dipakai (ready for use)
b. Bersih
c. Berfungsi dengan baik
d. Terkalibrasi
Peralatan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan pendidikan, penelitian,
pelayanan masyarakat atau studi tertentu. Karenanya alat-alat ini harus selalu siap pakai,
agar sewaktu-waktu dapat digunakan.

3
Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan penggunaanya.
Perawatan alat secara rutin dapat dilakukan dengan:
a. Sebelum alat digunakan hendaknyadiperiksa dulu kelengkapannya.
b. Harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
c. Setelah selesai dipergunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan jangan
disimpan dalam keadaan kotor.
d. Kelengkapan alat tersebut harus dicek terlebih dahulu sebelum disimpan.
e. Setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau keterangan
penggunaan. Maka sebelum alat digunakan hendaknya kita membaca terlebih dahulu
petunjuk penggunaan alat danpetunjuk pemeliharaan atau perawatannya.
f. Setiap alat baru terlebih dahulu diperiksa atau dibaca buku petunjuk sebelum
digunakan.
Dalam penyimpanan dan penataan alat yang perlu diperhatikan:
1. Jenis bahan dasar penyusun alat tersebut. Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu
alat kita dapat menentukan cara penyimpanannya.
2. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari
gelas atau porselen.
3. Dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan.
4. Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah
diambil dan disimpan kembali.
Bahan laboratorium kimia yang selanjutnya disebut bahan adalah segala sesuatu
yang diolah/digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala
terbatas, yang dibagi menjadi dua kategori yaitu:
a. Bahan khusus adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan
persyaratan khusus.
b. Bahan umum adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukanperlakuan dan
persyaratan khusus (Permenpan RB No. 03, 2010).
Dalam laboratorium kimia, penyimpanan zat dan bahan kimia merupakan strategi
rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk
mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium (Griffin 2005).
Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka, hal-hal
harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia meliputi aspek
pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling),
fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment),
4
bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko
bahaya (hazard information). Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan
dilaboratorium:
1. Aman: bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
2. Mudah dicari: Untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu
dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau
laci).
3. Mudah diambil: Penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan
perlengkapan, (Lindawati, 2010).
Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akantepat jika dikelompokkan menurut sifat
fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara
khusus dalam wadah sekunder yang terisofasi: Hal ini untuk mencegah pencampuran
dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia.
Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan informasi
antara lain:
a. Nama kimia dan rumusnya
b. Konsentrasi
c. Tanggal penerimaan
d. Tanggal pembuatan
e. Nama orang yang membuat reagen
f. Tingkat bahaya
g. Klasifikasi lokasi penyimpanan
h. Nama dan alamat pabrik
B. Penyimpanan Alat Dilaboratorium Kimia
Penyimpanan alat hendaknya dibedakan antara alat-alat yang sering digunakan, alat-
alat yang boleh diambil sendiri oleh mahasiswa, dan alat-alat yang mahal harganya.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat di laboratorium adalah:
a. Aman
Alat yang mudah dibawa dan mahal harganya di samping itu juga peka dan
mudah rusak, hendaknya disimpan tersendiri dalam laci atau lemari yang terkunci
supaya aman dari pencuri dan kerusakan. Aman juga berarti tidak menimbulkan
rusaknya alat sehingga fungsinya berkurang.

5
b. Mudah dicari
Penyimpanan alat memerlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti
lemari, rak, dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Untuk memudahkan mencari letak masing- masing alat, maka alat tersebut perlu
diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat
(lemari, rak, atau laci).
c. Mudah dicapai/diambil
Alat yang sering digunakan hendaknya disimpan sedemikian sehingga mudah
diambil dan dikembalikan. Alat-alat seperti: rak tabung reaksi, kaki tiga, kasa asbes
dan penjepit tabung reaksi dapat disimpan dalam laci atau lemari pada meja
demonstrasi yang menghadap ke mahasiswa. Mahasiswa dapat mengambil dan
mengembalikan sendiri alat-alat tersebut setelahmendapat petunjuk dari koordinator
praktikum . Jika lemari meja tidak ada, dapat digunakan lemari pada dinding
laboratorium.
Penyimpanan peralatan laboratorium dapat juga berdasarkan prinsip-prinsip:
1. Alat disimpan berdasarkan kelompok alat, misalnya berdasarkan jenis bahannya,
seperti kelompok peralatan gelas, logam, kayu, karet, dan porselen.
2. Alat-alat disimpan berdasarkan frekuensi penggunaannya (sering digunakan dan
jarang digunakan).
3. Alat yang intensitas penggunaannya tinggi dipisahkan agar mudah dalam persiapan.
4. Alat-alat khusus disimpan dalam lemari/tempat khusus karena sifat alat yang rentan
terhadap faktor luar/sensitive dan mahal harganya.
Penyimpanan dan pemeliharaan alat juga harus memperhitungkan sumber kerusakan
alat. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan meliputi hal-hal berikut:
a. Kelembaban udara
b. Air dan asam-basa
c. Suhu/perubahan temperatur
d. Mekanis
e. Cahaya
f.Api
g. Debu atau kotoran
h. Cara penyimpanan alat-alat kimia
i.Faktor usia alat (life time)
j.Desain alat dan bahan dasar alat itu sendiri.
6
Pemeliharaan dan penyimpanan peralatan laboratorium kimia merupakan suatu
proses kegiatan dalam rangka mengantisipasi terjadinya kerusakan sedini mungkin
sehingga dapat meningkatkan efisiensi masa kerja peralatan yang digunakan.
Tujuan dari pemeliharaan dan penyimpanan peralatan laboratorium kimia:
a. Menjaga kondisi alat dalam keadaan baik
b. Memperpanjang umur pemakaian alat
c. Menjamin keamanan,keselamatan dan kenyamanan pengguna
d. Mengetahui gejala kerusakan alat sejak dini
e. Menghindari kerusakan alat
f.Memudahkan dalam menemukannya.
Alat-alat banyak menggunakan baterai kering atau basah. Alat-alat yang
menggunakan baterai basah, ataupun alat yang menggunakan arus listrik, bila sudah
selesai dipergunakan hendaknya segera diputuskan arusnya atau disimpan dalam keadaan
sleep. Alat-alat yang menggunakan baterai kering bila selesai digunakan baterai harus
dikeluarkan, dan waktu menyimpan baterai harus dikeluarkan dari alat dan alat harus
disimpan dalam keadaan sleep. Misalnya: pH-meter, comparator lingkungan, osiloscope.
Di laboratorium bentuk alat juga beraneka ragam. Banyak alat yang bentuknya
bundar, alat ini harus disimpan sebaik mungkin, jangan sampai terguling. Ada alat yang
harus disimpan dalam keadaan berdiri, misalnya hygrometer. Cara menyimpan alat ini
sebaiknya dalam keadaan tergantung. Beberapa jenis thermometer mempunyai tempat
khusus (tabung). Setelah selesai dipergunakan dibiasakan menyimpan atau segera
dimasukkan dalam tabungnya.
Perawatan alat secara rutin dapat dilakukan. Sebelum alat digunakan hendaknya
diperiksa dulu kelengkapannya dan harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah selesai
dipergunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan jangan disimpan dalam keadaan
kotor. Demikian juga kelengkapan alat tersebut harus dicek terlebih dahulu sebelum
disimpan. Lemari untuk menyimpan alat seringkali terkena rayap, untuk mencegah rayap
yang dapat merusak berbagai jenis alat, maka secara periodik perlu disemprot dengan
anti hama atau sejenisnya atau dengan memasukkan kapur barus pada lemari
penyimpanan.
Setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau keterangan
penggunaan. Maka sebelum alat digunakan hendaknya kita membaca terlebih dahulu
petunjuk penggunaan alat dan petunjuk pemeliharaan atau perawatannya. Kita ketahui
bahwa nama alat sama dan fungsi sama kemungkinan bisa berbeda cara penggunaannya,
7
karena pabrik yang mengeluarkan berbeda dan tahun pembuatannya juga berbeda. Untuk
itu dianjurkan agar setiap ada alat baru harus terlebih dahulu diperiksa atau dibaca buku
petunjuk sebelum digunakan.
C. Penyimpanan Bahan/Zat Dilaboratorium Kimia
Setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Maka, hal-hal ini
harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia meliputi aspek
pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling),
fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment),
bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko
bahaya (hazard information). Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan
di laboratorium:
1. Aman, bahan disimpan supaya aman dari pencuri.
2. Mudah dicari, untuk memudahkan mencari letak bahan, perlu diberi tanda yaitu
dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan (lemari, rak atau
laci)
3. Mudah diambil, penyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan
Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akantepat jika dikelompokkan menurut sifat
fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara
khusus dalam wadah sekunder yang terisofasim, hal ini untuk mencegah pencampuran
dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia.
Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label yang mencantumkan informasi
antara lain:
a. Nama kimia dan rumusnya
b. Konsentrasi
c. Tanggal penerimaan
d. Tanggal pembuatan
e. Nama orang yang membuat reagen
f. Tingkat bahaya
g. Klasifikasi lokasi penyimpanan
h. Nama dan alamat pabrik
Tempat Penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh dari sumber panas atau
sinar matahari langsung dan dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke
luar ruangan.
8
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa syarat penyimpanan
bahan secara singkat adalah sebagai berikut:
a. Bahan beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai
di laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl 2), persenyawaan sianida, arsen,
gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
Syarat penyimpanan:
1) ruangan dingin dan berventilasi
2) jauh dari bahaya kebakaran
3) dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
4) kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
5) disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
b. Bahan korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini
dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan:
1) ruangan dingin dan berventilasi
2) wadah tertutup dan beretiket
3) dipisahkan dari zat-zat beracun.
c. Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara,
kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P)
putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan terbakar sendiri jika kena
udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2).
Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas.
Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1) Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfida (CS 2),
eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3).
2) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4 oC – 21oC, misalnya etanol
(C2H5OH), methanol (CH3OH).
3) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin
(minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker.
Syarat penyimpanan:
9
1) temperatur dingin dan berventilasi
2) jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
3) tersedia alat pemadam kebakaran
d. Bahan mudah meledak
Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin,
TNT.Syarat penyimpanan:
1) ruangan dingin dan berventilasi
2) jauhkan dari panas dan api
3) hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang
dapat meledak dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung
pada komposisi dan bentuk dari campurannya.
Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan
percobaan misalnya:
1) Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
2) Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
3) Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
4) Nitrat dengan eter
5) Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
6) Klorat dengan asam sulfat
7) Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
8) Halogen dengan amoniak
9) Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S), Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO 3),
suatu nitrat atau klorat
e. Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organik
Syarat penyimpanan:
1) temperatur ruangan dingin dan berventilasi
2) jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
3) jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor
f. Bahan reaktif terhadap air
Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.
Syarat penyimpanan:
1) temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
10
2) jauh dari sumber nyala api atau panas
3) bangunan kedap air
4) disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)
g. Bahan reaktif terhadap asam
Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar
atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.
Syarat penyimpanan:
1) ruangan dingin dan berventilasi
2) jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
3) ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-
kantong hidrogen
4) disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
h. Gas bertekanan
Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder.
Syarat penyimpanan:
1) disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
2) ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
3) jauh dari api dan panas
4) jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah lamanya
waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk
peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin
besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat
yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat
sejenis ete tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang
telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, dkk. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI.

Anonim. 2011. Panduan Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Kimia Sekolah


Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bartholomew, Rolland B and Crawlwey, Frak E. 1980. Science Laboratory Technique a


Handbook for Teachers and Students, Menlo Park. California: Addison-Wesley
Publishing Company.

Budimarwanti C., M.Si, Pengelolaan Alat dan Bahan Laboratorium Kimia, UNY

Djupri Padmawinata, Habiburrahman, Rangke L. Tobing, arosa Purwadi, S. Dirjosoemarto,


Iswojo PIA. 1983. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, DIKTI.

Indrawati dkk. 1998/1999. Perawatan Preventif Sarana dan Prasarana Sekolah. Jakarta:
Dikmenum.

Indrawati dan Mamat Supriatna. 2007. Pemeliharaan Alat dan Bahan. Bandung: PPPPTK
IPA.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) NO 24 Tahun 2007

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) NO 26 Tahun 2009

Soemanto Imamkhasani. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta: PT.
Gramedia

Suryanta. 2010. Manajemen Operasional Laboratorium. Yogjakarta: Universitas Negeri


Yogjakarta.

Unit Keselamatan Kerja. 2011. Panduan Keselamatan Kerja Laboratorium Bandung: ITB

12
13

Anda mungkin juga menyukai