Anda di halaman 1dari 4

Selain sifat fisik radiasi, efek biologis radiasi sangat bergantung pada faktor berikut:

1. Karena sasaran utama radiasi pengion adalah DNA, sel yang cepat membelah lebih rentan
terhadap cedera daripada sel antarmiotik. Kecuali pada dosis sangat tinggi yang
menanggung transkripsi DNA, kerusakan DNA yang terjadi masih memungkinkan sel hidup
apabila sel berada dalam fase antarmiotik. Namun, selama mitosis sel yang mengalami
kerusakan DNA yang tidak dapat diperbaiki akan mati. Karena kelainan kromosom tidak
memungkinkan pembelahan normal. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa jaringan
dengan laju pertukaran sel ( cel turnoder) yang tinggi seperti sumsum tulang, jaringan
limfoid, dan mukosa saluran cerna, sangat rentan terhadap radiasi. Jaringan dengan laju
pertukaran yang lebih lambat, seperti hati dan endotel, tidak segera terpengaruh setelah
radiasi, tetapi mengalami depopulasi secara perlahan karena pembelahan sel melambat atau
mengalami interupsi. Jaringan yang selnya tidak membelah seperti otak dan miokardium,
tidak memperlihatkan adanya efek radiasi, kecuali pada dosis yang sedemikian tinggi
sehingga transkripsi DNA atau molekul vital lain bagi fungsi sel normal terpengaruh.
2. Karena jaringan terdiri atas beragam jenis sel, efek radiasi menjadi kompleks. Sebagai
contoh, cedera vaskular dapat menyebabkan perubahan yang memengaruhi penyembuhan
jaringan sehingga sel parenkim mungkin baru memperlihatkan cedera radiasi beberapa
bulan sampai tahun kemudian. Sel endotel, yang cukup peka terhadap radiasi, mungkin
mengalami kerusakan, dan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah yang terjadi
menyebabkan gangguan penyembuhan sel parenkim atau atrofi iskemik kronis. Perubahan
pembuluh darah di sistem saraf pusat setelah radiasi dapat menyebabkan kelainan yang
muncul belakangan, walaupun sel saraf itu sendiri tidak secara langsung dipengaruhi oleh
radiasi pengion.
3. Kecepatan pemberian / penyinaran secara bermakna memodifikasi efek biologis. Walaupun
efek radiasi sinar bersifat kumulatif, pemberian dalam dosis terbagi memungkinkan sel
memperbaiki sebagian dari kerusakan pada masa jeda. Oleh karena itu, energi radiasi dalam
dosis terbagi memiliki efek kumulatif hanya sampai tahap penyembuhan tidak sempurna
selama interval. Radioterapi tumor memanfaatkan kenyataan bahwa secara umum sel
normal lebih cepat pulih daripada sel tumor sehingga tidak terlalu banyak menderita
kerusakan radiasi kumulatif.
4. Energi radiasi dapat berinteraksi dengan oksigen molekular untuk memicu terbentuknya
radikal bebas, seperti superoksida, yang kemudian dapat berinteraksi dengan atom atau
molekul yang memperparah cedera sel. Pada radioterapi neoplasma, efek oksigen
merupakan faktor yang signifikan. Bagian tengah tumor yang tumbuh pesat mungkin kurang
mendapat suplai darah dan sedikit banyak mengalami hipoksia sehingga radioterapi kurang
efektif.
5. Luas lapangan yang terpajan radiasi berpengaruh besar pada akibatnya. Tubuh dapat
menahan dosis radiasi yang relatif besar apabila diberikan dalam lapangan kecil yang
terlindung baik, sedangkan dosis yang lebih kecil namun diberikan ke lapangan yang lebih
luas mungkin bersifat letal.
6. Bahkan pada dosis yang rendah, radiasi dapat mengubah ekspresi gen ( misal, peningkatan
ekspresi protoonkogen seperti MYC atau FOS induksi sitokin seperti TNF atau pengaktifan
gen penekan tumor, menyebabkan penghentian siklus sel dan mungkin apoptosis. Secara
singkat, radiasi merentang letal bagi manusia untuk iradiasi tubuh total dimulai pada sekitar
200 rad, dan pada 700 rad kematian pasti terjadi apabila tidak dilakukan intervensi medis.
Telah teridentifikasi tiga sindrom radiasi akut yang fatal: (1) hematopoietik, (2) saluran
cerna, dan (3) otak- yang diuraikan secara singkat.
PENYAKIT GIZI
Makanan yang memadai harus menyediakan (1) energi yang cukup, dalam bentuk
karbohidrat, lemak dan protein, untuk kebutuhan metabolik sehari-hari, (2) asam amino dan
asam lemak ( esensial dan non esensial) sebagai bahan baku ( building blocks) untuk sintesis
fungsional serta struktural protein dan lemak, (3) vitamin dan mineral, yang berfungsi
sebagai koenzim atau hormon dalam jalur metabolisme vital atau, seperti halnya kalsium
dan fosfat, sebagai komponen struktural yang penting. Pada malnutrisi primer, satu atau
semua komponen tersebut tidak terdapat dalam makanan. Sebaliknya, pada malnutrisi
sekunder, atau terkondisi, pasokan nutrien memadai tetapi terjadi malnutrisi akibat
malabsorpsi nutrien, gangguan penggunaan atau penyimpanan nutrien, peningkatan
pengeluaran nutrien, atau peningkatan kebutuhan akan nutrien. Ketidaktahuan tentang
kandungan gizi dari makanan juga berperan menyebabkan malnutrisi. Defisiensi besi sering
ditemukan pada bayi yang diberi makan hanya diet susu buatan. Banyak contoh dapat di
kemukakan, tetapi cukup dikatakan bahwa malnutrisi terjadi secara luas dan mungkin parah
atau ringan . penyebab umum insuflsiensi gizi adalah
 Ketidaktahuan dan kemiskinan, kaum tuna wisma, usia lanjut, dan anak miskin sering
menderita malnutrients. Bahkan, kaum berada mungkin tidak menyadari bahwa bayi,
remaja, dan perempuan hamil memerlukan tambahan gizi.
 Alkoholisme kronis. Pecandu alkohol kadang-kadang menderita PEM, tetapi lebih sering
mengalami defisiensi gizi, gangguan penyerapn dan saluran cerna, penyimpangan
pemakaian dan penyimpanan nutrien, peningkatan kebutuhan metabolik, dan peningkatan
kecepatan pengeluaran. Tidak di sadarinya kemungkinan defisiensi tiamin pada pasien
dengan alkoholisme kronis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan otak ireversibel ( misal,
psikosis korsakoff)
 Penyakit akut dan kronis. Laju metabolik basal mengalami percepatan di banyak penyakit
( pada pasien dengan luka bakar luas, BMR dapat meningkat dua kali lipat), sehingga
kebutuhan harian akan semua nutrien meningkat. Kegagalan menyadari kenyataan ini dapat
mengganggu pemulihan.
 Pembatasan makanan secara sengaja. Anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan
makan lainnya yg tidak terlalu nyata mengenai banyak orang yg khawatir akan citra tubuh
atau mengidap ketakutan irasional terhadap penyakit kardiovaskular.
 Penyebab malnutrisi lainnya yang jarang adalah sindrom malabsorpsi, penyakit genetik,
terapi obat tertentu ( yang menghambat penyerapan atau penggunaan nutrien tertentu),
dan nutrisi parenteral total (TPN).
Bagian berikutnya hanya membahas bagian kulit gangguan gizi. Perhatian khusus ditujukan
Pada PEM, defisiensi sebagian besar vitamin dan trace mineral , obesitas, dan ulasan singkat
tentang hubungan makanan dengan aterosklerosis dan kanker. Nutrien dan masalah gizi lain
dibahas dalam konteks penyakit spesifik di bagian lain buku ini.
Malnutrisi Energi-Protein
PEM berat merupakan penyakit serius yang sering mematikan. Penyakit ini sering ditemukan
di negara dunia ketiga. Yaitu hampir 25% anak terkena, dan merupakan faktor utama dalam
tingginya angka kematian pada anak berusia kurang dari 5 tahun. PEM bermanifestasi dalam
berbagai sindrom klinis, yang semuanya ditandai dengan kurang memadainya asupan
protein dan kalori makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Dua ujung spektrum
penyakit di kenal sebagai marasmus dan kurasiakor dalam membahas kelainan ini, perlu
diingat bahwa dari sudut pandang fungsional, terdapat dua konpratemen protein dalam
tubuh : kompratemen protein somatik, yang diwakili oleh otot rangka, dan kompratemen
protein viseral, yang diwakili oleh simpanan protein di organ dalam, terutama hati. Kedua
kompratemen diatur secara berbeda, dan seperti yang akan kita lihat, kompratemen somatik
terkena lebih parah pada marasmus, dan kompratemen viseral berkurang lebih parah pada
kwasiorkor. Sebelum membahas gambaran klinis marasmus dan kwasiorkor, perlu
dikemukakan beberapa hal mengenai penilaian klinis indermutrition ( kurang gizi) dan
beberapa dari ciri khas metaboliknya.
Diagnosis PEM mudah ditegakkan pada bentuknya yang paling parah, pada bentuk ringan
sampai sedang pendekatan yang lazim adalah dengan tabel baku, parameter lain juga
bermanfaat , termasuk evaluasi simpanan lemak, massa otot, dan protein serum. Dengan
hilangnya lemak, ketebalan lipatan kulit ( yang mencakup kulit dan jaringan subkutis)
berkurang.
Di seluruh dunia, korban tersering PEM adalah anak-anak. Seorang anak yang bertanya
kurang dari 80% normal dianggap mengalami kurang gizi (mal nourished). Apabila angkanya
kurang dari 60% berat normal untuk jenis kelamin, tinggi, dan usia, anak tersebut dianggap
mengidap marasmus. Anak marasmus mengalami retardasi pertumbuhan dan kehilangan
otot. Hilangnya massa otot terjadi akibat katabolisme dan deplesi kompratemen protein
somatik. Hal ini tampaknya merupakan respons adaptasi yang berfungsi menyediakan asam
amino sebagai sumber energi bagi tubuh. Yang menarik, kompratemen protein viseral, yang
mungkin lebih berharga dan sangat penting untuk kelangsungan hidup, tidak banyak
berkurang sehingga kadar albumin serum normal atau hanya sedikit berkurang. Selain
protein otot, lemak subkutis juga dimobilisasi dan digunakan sebagai bahan bakar. Dengan
lenyapnya otot dan lemak subkutis, ekstremitas tampak kurus( emasiasi), bila dibandingkan,
kepala tampak terlalu besar bagi tubuh. Ditemukan anemia dan manifestasi defisiensi
multivitamin, dan terdapat tanda-tanda defisiensi kekebalan, terutama imunitas yang di
perantai oleh sel T. Karena itu, biasanya pasien juga menderita infeksi adeksi tersebut
menimbulkan sters tambahan pada tubuh yang telah lemah.
CEDERA LISTRIK
Cedera listrik yang dapat menimbulkan kematian, dapat disebabkan oleh arus tegangan
rendah ( misal di rumah dan ditempat kerja) atau arus tegangan tinggi dari kabel tegangan
tinggi atau petir. Terdapat dua tipe cedera (1) luka bakar dan (2) tibrilasi ventrikel
terhentinya pusat jantung dan pernafasan akibat terganggunya implus listrik normal jenis
cedera serta keparahan dan luka-luka bakar bergantung pada kuat arus dan jalur listrik di
dalam tubuh.
Arus listrik ( ampere) sama dengan tegangan voltase, volt) dibagi resistensi (ohm). Tegangan
di rumah dan tempat kerja ( 120 atau 220 v) cukup tinggi sehingga dengan resistensi yang
rendah di tempat kontak ( seperti kulit basah). Dapat mengalir arus yang cukup besar
melalui tubuh sehingga timbul cedera serius. Termasuk fibrilasi ventrikel. Apabila aliran arus
berlangsung cukup lama, dapat timbul panas yang menyebabkan luka bakar di tempat
masuk keluar arus serta di organ dalam. Ciri penting pada bolak balik yaitu jenis yang
umumnya terdapat di rumah, adalah bahwa arus ini menyebabkan spasme otot tertanik
sehingga apabila seseorang menggenggam kawat atau tombol berarus listrik maka
genggaman tersebut mungkin akan semakin kuat sehingga periode aliran arus semakin lama.
Tersambar petir adalah termasuk contoh klasik cedera akibat listrik tegangan tinggi.
Sebelum meninggalkan topik cedera listrik, ada baiknya disinggung tentang resiko kesehatan
pada pajanan medan elektromagnetik ( exposure to electromagnetik field EMF). Beberapa
penelitian mengaitkan pajanan ke EMF dengan peningkatan resiko kanker, terutama
leukemia diantara para pekerja listrik ( terutama yang bekerja pada tempat tegangan tinggi.
Analisis lebih lanjut gagal membuktikan temuan ini. Namun, EMF, serta radiasi gelombang
mikrouware), apabila cukup intens, dapat menyebabkan luka bakar, biasanya di kulit dan
jaringan ikat di bawahnya kedua bentuk radiasi ini dapat mengganggu kerja alat pacu
jantung.
CEDERA AKIBAT AKIBAT RADIASI PENGION
Radiasi pengion adalah sebuah pedang bermata dua,radiasi tersebut merupakan alat yang
sangat penting dalam diagnosis klinis dan bagi sbagian tumor, merupakan cara terapi yang
menyembuhkan,tetapi pada saat yang sama juga merupakan mutagen kuat dan perusak sel
radiasi terdapat dalam dua bentuk (1) gelombang, elektromagnetik

Anda mungkin juga menyukai