Anda di halaman 1dari 74

Proses Perkembangan Kepribadian Mulai dari Fase Konsepsi

sampai Lansia melalui rentang Kehidupan

Tahapan Perkembangan Kepribadian

Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya


sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi,
terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.

Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005 mengemukakan bahwa,

Tahapan Perkembangan Kepribadian yaitu:

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi periode/fase


perkembangan manusia yang paling luas digunakan:

1. Periode prakelahiran (prenatal period), ialah saat dari pembuahan hingga


kelahiran. Periodeini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel
tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan
perilaku, yang dihasilkan kira-kira dalam periode 9 bulan.

2. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku


bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang
dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang
bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja
tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing,
tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi
situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.

1
3. Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan
autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah
bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol
sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia ga telah mulai
memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta
pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.

4. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative


– guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan
kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi
karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.

5. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–


inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa
ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan
untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di
pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya
kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.

6. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity –


Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh
kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk
membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja
sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan
toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh
terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.

7. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan


intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang
kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim
hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul
dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu,
dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

2
8. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity –
stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah
mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya
cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat
pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak
mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap
pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal –
hal tertentu ia mengalami hambatan.

9. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity –


despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi,
semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi
yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir.
Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya
tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi
masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.

3
TATA NILAI PERAWAT (NORM AND VALUE OF NURSES)

SEPERTI CARE, EMPATY, ALTURISM

ketika bekerja di institusi kesehatan, peran seorang perawat adalah melakukan


asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan kepada klien. Perawat juga harus
melihat klien sebagai manusia yang utuh dan unik dan menjadikan klien sebagai
sentral dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam melakukan hal tersebut,
perawat harus memiliki sikap dan tata nilai perawat yang dapat mendukung dalam
pemberian asuhan dan pelayanan kesehatan pada pasien. Tata nilai tersebut
meliputi care, emphaty, dan altruism.

TATA NILAI
Tata nilai adalah seperangkat nilai yang harus dijunjung tinggi oleh seseorang
dalam menjalankan tugas dan fungsi-nya masing-masing. Tata nilai merupakan
modal yang sangat besar pengaruhnya bagi upaya mewujudkan suatu visi dan
misi. Pernyataan visi, misi dan tujuan juga perlu didukung oleh penerapan tata
nilai yang memberi arah dalam bersikap dan berperilaku ketika menjalankan
tugas dan fungsinya. Tata nilai tersebut juga akan menyatukan hati dan pikiran
dalam usaha mewujudkan seluruh program yang telah direncanakan.

TATA NILAI PERAWAT


Tata nilai perawat adalah aturan-aturan yang membatasi peran, perilaku, dan etika
seorang perawat. Sebagai perawat, kita telah menetapkan nilai dan harus
mengembangkan kesadaran tentang bagaimana sistem nilai itu sendiri akan
mempengaruhi asupan keperawatan pasien. Pemahaman tentang tata nilai akan
membantu seorang perawat dalam bertindak secara profesional. Pada praktiknya,

4
perawat harus memprioritaskan nilai keperawatan ketika mengambil keputusan
dalam pelayanan kesehatan.

Tata Nilai yang harus dimiliki oleh seorang perawat yaitu:

1. Care

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berpikir,


merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring merupakan bentuk
dasar dari praktik keperawatan di mana perawat membantu klien pulih dari
sakitnya, memberikan penjelasan tentang penyakit klien, dan mengelola atau
membangun kembali hubungan. Caring membantu perawat mengenali intervensi
yang baik, dan kemudian menjadi perhatian dan petunjuk untuk memberikan
caring kepada klien nantinya.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


berdedikasi bagi orang, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang
lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Secara teoritis, pengertian caring adalah
tindakan yang menunjukan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan
tenang kepada klien (Florence Nightingale, 1860).

Menurut Watson, ada tujuh asumsi tentang konsep caring yaitu :


1. Caring hanya akan efektif bila dipraktikkan secara interpersonal.
2. Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhi kebutuhan klien.
3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.
4. Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat
itu saja namun juga memengaruhi akan seperti apakah orang tersebut
nantinya.
5. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan memengaruhi seseorang dalam memilih
tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

5
6. Caring lebih kompleks daripadsa curing. Praktik caring memadukan
antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku
manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan
membantu klien yang sakit.
7. Caring merupakan inti dari keperawatan

Aspek utama caring meliputi (mayeroff, 1972):


1. pengetahuan
2. kesabaran
3. kejujuran
4. rasa percaya
5. penggantian irama
6. kerendahan hati
7. harapan
8. keberanian

2. Empaty

Empati merupakan salah satu sikap dalam hubungan therapeutic yang merupakan
unsur yang sangat penting dalam proses yang berlangsung secara interpersonal.
Dengan empati akan membantu dalam mempererat hubungan antara perawat dan
pasien sehingga menjadikan pasien merasa diperhatikan dan pada akhirnya akan
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi
yang dapat membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi,
dan bersikap di lingkungan masyarakat.

Hal yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu:


1. Pikiran yang optimis
2. Tingkat pendidikan
3. Keadaan psikis
4. Pengalaman
5. Usia

6
6. Jenis kelamin
7. Latar belakang sosial budaya
8. Status sosial
9. Beban hidup

Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri
seorang perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan empati,yaitu:

1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi


dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki
kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog,
maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan
kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih
mengasah kemampuan empatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik
dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi
pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih
tangguh dan hebat.

Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar


dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik
namun juga kondisi psikis pasien karena pada dasarnya pasien yang datang untuk
berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang
sakit, padahal apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit,
maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil
emosinya.

Tenaga kesehatan khususnya seorang perawat harus peka dengan keadaan pasien,
perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya
juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh
lebih cepat. Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan
untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat
dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga kondisi
kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.

Kemampuan empati seorang perawat harus disertai juga dengan keramahan


kepada keluarga atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi
kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena dengan meningkatnya kualitas
tenaga kesehatan terutama perawat di Indonesia diharapkan akan meningkatkan
pula kesehatan dan kesejahteraan pasien.

7
3. Alturism

Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa


memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam
banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering
digambarkan sebagai aturan emas etika.
Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme
memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan
untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban
memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan,
raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti
patriotisme, dsb).

Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang


lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau
keuntungan. Suatu tindakan altruistik adalah tindakan kasih yang dalam bahasa
Yunani disebut agape. Agape adalah tindakan mengasihi atau memperlakukan
sesama dengan baik semata-mata untuk tujuan kebaikan orang itu dan tanpa
dirasuki oleh kepentingan orang yang mengasihi.

SIFAT-SIFAT ALTRUISTIK
1. Konstruktif
2. Membangun
3. Memperkembangkan
4. Menumbuhkan kehidupan sesama.

Ciri utama moralitas altruistik adalah pengorbanan. Seorang perawat harus


mementingkan pasien terlebih dahulu daripada dirinya sendiri. inilah yang harus
dimiliki seorang perawat demi tercapainya kesejahteraan pasien atau klien
maupun keluarga klien.
Jadi, inilah tiga tata nilai perawat, yaitu care, emphaty, dan altruism , yang
mendukung asuhan keperawatan dan mendukung perawat dalam menjalankan
tugasnya.

8
APLIKASI PENGEMBANGAN DIRI (SELF DEVELOPMENT)
MELALUI

1. Berpikir Positif (Positif Thinking)


2. Management Waktu (Time Management)
3. Kecerdasan Sosial (Social Inttelligence)
4. Kesiapan menghadapi tantangan (Adversity Quotient)
5. Kecerdasan Emosi (Emotional Intteligence)
6. Kecerdasan Spritual (Spritual Intelligence)

A. BERFIKIR POSITIF (POSITIF THINKING)

Setiap saat apa yang ada pada diri manusia selalu berubah secara alami,
tubuh kita selalu berubah seiring perkembangan kita, mata kita pun selalu
berubah, demikian juga dengan jantung kita yang selalu berdenyut mengubah
posisi darah kita yang mengalir kesepanjang aliran darah tubuh kita. Tetapi pikiran
kita, kita sendirilah yang harus mengubahnya, dan setiap perubahan tentunya akan
semakin baik jika mengarah ke hal yang baik, termasuk dalam cara berpikir kita,
selalulah berpikir positif, dengan berpikir positif maka Anda telah memiliki bekal
yang berharga untuk memulai perubahan ke arah yang lebih baik.

Cara berpikir positif adalah cara berpikir dengan melihat segala sesuatu dari
sudut pandang optimis. Suatu kejadian atau masalah yang menimpa Anda apapun
itu, mungkin merupakan suatu kenyataan yang harus diterima. Tetapi bagaimana
cara Anda memandang masalah tersebut dan bagaimana cara Anda bereaksi
terhadapnya, itulah yang harus Anda perhatikan. Cara berpikir seseorang pada
akhirnya menentukan reaksinya terhadap masalah-masalah, bagaimana
tindakanya, dan pada akhirnya cara berpikir tersebut akan mewarnai dan
mempengaruhi seluruh hidup orang tersebut.

Kita semakin menyadari sekarang jika berpikir positif dan berhenti berpikir
negative segala sesuatu adalah sesuatu yang penting kita lakukan dalam meraih
suatu keberhasilan, baik untuk menjadi pemimpin atau saat kita memimpin. Oleh
karena itulah, latihlah diri anda untuk terus berpikir positif.
Berikut ini adalah beberapa tips untuk mengembangkan diri dengan cara berpikir
positif.

1. Selalu gunakan kata-kata yang positif saat Anda berpikir dan berbicara.
2. Biarkan pikiran Anda dipenuhi dengan kebahagiaan, kekuatan, dan
keberhasilan. Apa pun situasi yang Anda hadapi, carilah dan isilah pikiran
Anda dengan sisi positif dari situasi tersebut. Dalam segala sesuatu, positif
dan negatif selalu ada. Seburuk apapun situasi yang Anda alami, pasti ada
sisi positif yang terkandung dalam situasi itu. Mungkin sulit untuk melihat
sisi positif dari apa yang Anda alami. Tapi cobalah lihat lebih dalam sisi
positif itu pasti ada.

9
3. Cobalah untuk menghilangkan pikiran negatif dan mengabaikan pikiran
yang negatif. Gantikan pkiran yang negatif dengan pikiran-pikiran yang
membangun.
4. Sebelum melakukan sesuatu, jangan bayangkan sebuah kegagalan, tapi
bayangkanlah kerberhasilan yang Anda akan dapatkan setelah melakukan
hal tersebut. Jika Anda membayangkannya dengan sungguh-sungguh penuh
iman, anda akan terheran-heran akan apa yang terjadi nantinya.
5. Cobalah untuk tidak memikirkan sesuatu secara berlebihan. Sering kali kita
terjebak untuk terlalu banyak berpikir dan menghabiskan banyak waktu
untuk menimbang-nimbang atau memikirkan apa yang mungkin orang lain
pikirkan tentang diri kita. Hal itu akan membuat kita tidak bisa
mengeluarkan kemampuan terbaik anda.
6. Penuhi pikiran anda dengan talenta-talenta anugerah Tuhan yang anda
miliki. Jangan biarkan pikiran anda dipenuhi dengan kelemahan-kelemahan
yang mungkin anda miliki. Dengan memikirkan setiap talenta yang anda
miliki, nantinya anda semakin mengenal kemampuan anda yang
membedakan anda dengan orang lain. Jadikan cara berpikir anda sebagi topi.
Jangan memakai topi “Pikiran Negatif”.
7. Bergaulah dengan orang-orang yang berpikir positif. Pikiran positif itu
seperti penyakit menular. Jika anda berada di dekat orang-orang yang
pikiranya dipenuhi kebahagiaan dan keoptimisan, anda secara otomatis akan
dipengaruhi oleh cara berpikir mereka yang positif.
8. Bacalah buku-buku yang membangkitkan inspirasi - setidaknya satu
halaman setiap harinya. Buku meningkatkan daya berpikir positif anda.
9. Biasakan selalu duduk dan berjalan dengan punggung tegak. Kebiasaan
seperti itu akan membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kekuatan
yang ada dalam diri anda.
10. Berjalan, berenang, atau berolahragalah . Hal-hal tersebut akan membantu
anda untuk mengembangkan pikiran dan sikap yang lebih positif.
11. Cobalah datang ke ahli psikologis atau ikul=tilah program pelatihan
pengembangan diri yang diadakan oleh lembaga-lembag yang memberikan
program pengembangan diri.
12. Putuskan untuk berpikir positif mulai sekarang dan tinggalkan pikiran-
pikiran yang negatif. Tidak ada kata terlambat untuk mulai berpikir positif
dan anda akan segera mengalami hal-hal yang lebih baik daripada
sebelumnya.

10
Cara Berpikir Positif

Untuk mengetahui cara berpikir positif Anda harus memahami terlebih dahulu
pengertian berpikir positif. Jika Anda sudah membaca artikel tersebut, maka
silahkan lanjutkan membaca artikel ini untuk mengetahui lebih jauh tentang cara
berpikir positif.

Saya yakin, Anda sudah mengetahui manfaatnya. Oleh karena itu, pertanyaan
selanjutnya ialah bagaimananya? OK akan saya jelaskan caranya disini:

Inilah Cara Berpikir Positif

Cara berpikir positif bisa dilakukan dengan dua cara, yang pertama
menggunakan pikiran sadar dan yang kedua dengan pikiran bawah sadar. Mana
yang terbaik? Keduanya baik, tetapi akan lebih jika Anda mengubah pikiran
bawah sadar Anda karena nanti Anda akan berpikir positif secara otomatis. Alasan
kedua, pikiran bawah sadar sebenarnya memiliki peranan jauh lebih besar dalam
mengendalikan hidup kita.

Cara berpikir positif menggunakan pikiran sadar

Cara berpikir positif menggunakan pikiran sadar ialah berpikir dengan


menggunakan rasio atau akal. Tahukah Anda, banyak orang yang masih
mengabaikan rasio atau akal dalam memikirkan sesuatu. Cobalah Anda tengok
dijalan, banyak yang tidak masuk akal. Apakah mempertaruhkan nyawa di jalan
hanya demi emosi atau lebih cepat sedikit itu masuk akal?

Tentu masih banyak contoh-contoh lain, hal-hal yang sebenarnya di luar logika.
Kalau dibahas disini tentu akan banyak sekali. Saya akan ambil satu contoh, ini
berkaitan dengan kepercayaan diri. Misalnya Anda pernah berbicara di depan
umum, kemudian Anda melakukan kesalahan. Apakah ini berarti Anda tidak bisa
berbicara di depan umum? Jika kita menggunakan rasio dengan benar, seharusnya
kita mengatakan belum tentu. Bisa saja itu hanya kesalahan dan tidak
menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.

11
Hanya saja, banyak orang yang terbawa emosi (bukan rasio) dengan langsung
menganggap dirinya “tidak becus” berbicara di depan umum. Padahal ini hanya
anggapan atau optini. Faktanya Anda memang melakukan kesalahan. Tetapi, tidak
ada satu kaidah logika apa pun yang mengatakan bahwa Anda “tidak bisa” (atau
“tidak akan pernah bisa”) berbicara di depan umum. Ini hanya opini.

Cara berpikir positif menggunakan pikiran bawah sadar

Bagaimana bisa, akan tidak sadar? Iya… memang terjadi secara tidak sadar,
namanya juga bawah sadar. Lalu bagaimana cara berpikir positif secara tidak
sadar? Caranya ialah dengan membentuk pola pikir positif dalam pikiran bawah
sadar kita. Pikiran bawah sadar bekerja secara otomatis, mirip mesin. Oleh karena
itu, kita harus memberikan cetakan atau pola dalam pikiran bawah sadar kita.

Pola pikir tersebut sering kita kenal dengan mindset atau paradigma berpikir. Yaitu
sesuatu yang akan menjadi landasan atau cetakan kita berpikir. Jika pikiran bawah
sadar kita sudah memiliki pola pikir positif (ada juga yang menyebut pola pikir
sukses) maka semua pikiran kita akan menjadi positif.

Jika Anda melihat setiap orang memiliki karakter tersendiri, karena mereka
memiliki pola pikir yang berbeda. Ucapan dan tindakan seseorang sangat
dipengaruhi oleh pikirannya.

OK, mungkin sekarang pertanyaanya ialah, bagaimana cara membentuk pola pikir
positif? Tentu kita belajar dari metode Qurani. Dalam al Quran kita sering
menemukan perumpamaan, visualisasi (penggambaran syurga dan neraka), cerita
atau kisah, dan pengulangan. Itulah mengapa dalam website ini saya sering
membuat kisah perumpamaan, tujuan tiada lain untuk membentuk pola pikir kita.
Jadi, sering-seringlah baca website ini..

Untuk pengulangan dan visualisasi, Anda bisa lakukan latihan sendiri. Dalam
ebook dan Audio Beautiful Mind Power, Anda akan dipandang bagaimana cara
melakukan kedua teknik cara berpikir positif ini.

Tugas :

Anda cari dan baca artikel-artikel berpikir positif dibawah ini:

 Adakah Usaha yang Dijamin Sukses? Temukan Jawabannya Disini


 Inilah Salah Satu Alasan Kenapa Sulit Mengatasi Masalah
 2 Alasan Mengapa Kenapa Anda Sulit Berubah?
 7 Kepercayaan yang Memberdayakan Dalam Meraih Sukses
 Membumikan Shabar Untuk Meraih Sukses Dunia Akhirat
 Mission Impossible: Meraih Pencapaian Luar Biasa
 Cara Membangkitkan Motivasi Diri Dengan Mengelola Perasaan
 Gimana Cara Berpikir Positif? Dan 10 Manfaat Dahsyat!

12
 Membuka Mental Block: Saya Tidak Berbakat
 Membuka Mental Block: Ketakutan
 7 Kalimat Yang Menghambat Kemajuan Diri
 9 Alasan Mengapa Anda Mandeg Dan Cara Mengatasinya
 Harapan Baru Bukan Karena Tahun Baru
 Bukalah Mata, Hati, dan Pikiran Anda – Harapan Itu Masih Ada
 Cara Berubah Itu Mulai Dari Diri Sendiri
 Man Yazra’ Yahshud – Siapa Menanam Dia Memetik
 Menyingkap Tabir Motivasi, Sukses, dan Pengembangan Diri
 Malas Yang Menyamar Optimisme dan Syukur
 Rahasia Meningkatkan Pencapaian Dengan Berpikir Positif
 Mengalir Seperti Air – Cara Benar dan Cara Salah
 Kekuatan Kata TAPI – The Power of TAPI
 Menjadi Pribadi Tangguh Menghadapi Perubahan Hidup
 Saya Sudah Berusaha!
 Empat Kesalahan Yang Menutup Pikiran Anda
 Mencari Alasan atau Mencari Motivasi?
 Akal adalah Panglima dan Wahyu adalah Petunjuk
 Berpikir dan Berjiwa Besar Dalam Praktek
 Program Terapi Pikiran Positif
 Tugas Selalu dengan Bekalnya
 Bahagia Atau Sukses?
 Penyebab Kegagalan
 Harapan Itu Tidak Pernah Sirna – Selama Iman Ada di Dada
 Dari Tidak Mungkin Menjadi Mungkin
 Sebelum Mengatakan Tidak Mungkin
 Cara Berpikir Kritis
 Ciri Orang Yang Berpikir Positif
 Cara Berpikir Positif
 Bingung Mencari yang Hilang
 Anda Boleh Berkata Negatif
 Gempa di Bulan Ramadhan: Momentum untuk Bertobat dan
Meningkatkan Amal Baik
 Tidak Menggantungkan Pada Tindakan
 Meraih Keberuntungan
 Bisakah Memakan Sepeda?
 Kekuatan Pikiran Bawah Sadar
 Fakta Atau Asumsi?
 Tindakan Atau Berpikir Positif?
 Solusi Mengatasi Semua Hambatan
 Cara Mendapatkan Beras
 Tidak Ada Yang Salah dengan Anda
 Antara Law of AttrACTION dan ACTION
 Mau Kaya? Berdo’alah
 Menyembuhkan Masa Lalu
 Rumus Law of Attraction: Be Do Have

13
 Berpikir Seperti Superman
 Buku: Berpikir Positif Islami
 Pengertian Berpikir Positif
 Donald Trump Tidak Tahu Segalanya
 2 Hal Mengejutkan Tentang Kritik Yang Bisa Menghancurkan Anda
 Apakah Kritik itu Membangun?
 Jangan Mengubur Harapan
 Hati-hati Hipnotis!
 Kapan Uang Bernilai
 Sejauh Mana Peran Uang
 Mewaspadai Pikiran Anda
 Penggerak Tindakan
 Komandan Pikiran
 Anda Bisa Benar
 Tumaninah Dalam Shalat
 Kekuatan Dzikir
 Masih Ada Sejuta Kesempatan Lain
 Petinju dan Peninju
 Maafkanlah
 Tidak Ada Kepastian
 Membatasi Diri
 Citra Diri Anak Bebek
 Hukum Daya Tarik
 Hati-hati Di Jalan!
 Antara Kelemahan dan Kemuliaan
 Mintalah Pertolongan Allah
 Be Do Have – Bukti Niat Mulia
 Orang Lain Bisa, Saya Pun Bisa

14
B. PENGEMBANGAN DIRI MELALUI MANAJEMEN WAKTU

Setiap Individu mungkin memiliki cara tersendiri dalam Mengatur Waktu untuk
Bekerja, Keluarga dan Waktu Pribadi. Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan
untuk mengelola waktu agar efektif dan efisien, demi memaksimalkan
Pengembangan Diri atau Karir. Inti dari Manajemen Waktu yang baik adalah
Konsistensi dan Komitmen Anda dengan Rencana yang akan dilaksanakan.

1. Tetapkan Tujuan Pribadi


Tidak terlalu sulit tentunya Anda menentukan mana tujuan yang akan dicapai
dalam waktu dekat, baik seminggu kemudian atau sebulan lagi. Anda pun dapat
membuat Tujuan Pribadi pada Tahun Mendatang atau Lima Tahun Kemudian.
Tujuan Pribadi dapat menjadi alat ukur keberhasilan Anda mencapai Progress
yang dilakukan. Anda dapat makin percaya diri dengan setiap tahapan yang telah
dilalui untuk meraih Impian dan Cita-cita.

2. Tentukan Prioritas
Tidak semua hal dapat Anda raih secara bersamaan, walau bukan sesuatu yang
mustahil mendapatkan banyak hal dalam hidup Anda. Namun setiap Langkah
Kerja yang Anda lakukan memerlukan Pengelolaan yang baik dan benar atau
efektif dan efisien. Sedemikian Anda perlu mempersiapkan Prioritas Utama dan
Prioritas Kedua dan seterusnya dalam segala Aktivitas. Jadikan setiap kegiatan
Anda memiliki Dampak Besar dalam Pengembangan Diri atau Karir Profesional.

3. Mengelola Gangguan

Gangguan yang paling sering muncul adalah Motivasi Diri Sendiri dengan begitu
banyaknya Kegiatan dan Sedikitnya Waktu. Pada akhirnya Anda akan terjebak
dengan Rutinitas dan Tekanan Berlebih dalam Pekerjaan. Bagaimana Anda dapat
meminimalkan gangguan kerja menjadi salah satu keberhasilan dalam Manajemen
Waktu yang baik. Carilah Waktu, Tempat atau Suasana yang mendukung seluruh
Aktivitas Kerja Anda.

15
4. Jangan Pernah Menunda

Semakin Anda sering menunda pekerjaan yang ada didepan mata, maka dapat
dipastikan Tekanan Kerja makin tinggi menjelang akhir bulan atau batas waktu.
Kebiasaan menunda merupakan Sikap Buruk dari Konsistensi dan Komitmen
Anda untuk Sukses. Menunda pekerjaan atau Jadwal kegiatan dapat dipastikan
menambah Beban dan mengganggu Ritme Anda dalam Pekerjaan. Dampak
pastinya adalah Kualitas Kerja akan menurun seiring waktu yang terbatas akibat
dari Penundaan tersebut.

5. Membuat Jadwal Kegiatan

Selain menentukan Skala Prioritas dalam Pekerjaan dan Kegiatan Anda, Anda
perlu juga membuat Timeline atau Jadwal Kerja yang Jelas. Jadwal ini membuat
Anda untuk selalu Disiplin dan Komitmen dengan semua aktivitas. Konsistensi
dan Komitmen Kerja Anda tergantung sejauh mana Jadwal Kegiatan dilakukan
dengan Efektif dan Efisien. Buatlah Jadwal Kegiatan yang Sederhana namun
sesuai dengan Tujuan Akhir Pribadi Anda.

Manajemen Waktu merupakan Ciri Keberhasilan Anda sebagai Pribadi atau


Pemimpin Kelak. Manajemen Waktu merupakan Pembelajaran Anda akan
Pengambilan Keputusan, Komitmen, Konsisten dan Kebijaksanaan dalam
Pengelolaan Waktu, bagi Diri Sendiri maupun terhadap Orang Lain.

16
C. KECERDASAN SOSIAL (SOCIAL INTELLIGENCE)

Definisi Kecerdasan
Kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ (bahasa inggris: intelligence
quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan,
menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki oleh individu.

KECERDASAN SOSIAL
Harus diakui pengajaran di sekolah saat ini lebih menekankan pada
pemikiran kritis yang hanya mengarah pada kecerdasan intektual melaui
pengetahuan, kemampuan analisis, kemampuan sintetis namun kurang
memberikan perhatian pada kecerdasan emosional dan spiritual yang sangat
dibutuhkan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan.

Karena itu, tidaklah cukup apabila orang tua mendambakan anak-anaknya


menjadi anak yang cerdas, sehat, bermoral,berbudi luhur, ceria, mandiri, dan
kreatif hanya menyerahkan kepada sekolah saja. Anak membutuhkan kesempatan
lebih luas, seperti bersosialisasi dengan orang lain dan mendapatkan kegiatan
untuk mengungkapkan potensi serta kreatifitas salah satunya dengan peningkatan
kecerdasan social pada anak.

Kecerdasan sosial adalah kemampuan dalam mencapai kematangan pada


kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran manusia sebagai
makhluk sosial dalam menjalin hubungan dengan lingkungan atau kelompok

17
masyarakat. Jenis kecerdasan ini sangatlah penting dalam menunjang kehidupan
bermasyarakat, karena sukses tidaklah identik dengan kemampuan Intelektual
Quetiont (IQ), namun ada peran kecerdasan sosial juga.

Kecerdasan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi


dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat
memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman
interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Hal ini juga yang
mendasari kecerdasan sosial, dimana kecerdasan sosial merupakan suatu
keterampilan individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemudian Thorndike
(dalam Goleman, 1995) menambahkan pengertian kecerdasan sosial adalah
kemampuan untuk memahami dan mengatur orang untuk bertindak bijaksana
dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

DEFINISI KECERDASAN SOSIAL MENURUT PARA AHLI

Kecerdasan sosial erat kaitannya dengan kata “sosialisasi.” Suean


Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang
membimbing seseorang ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. (Syamsu Yusuf,
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hal.123).

Stephen Jay Could, On Intelligence, Monash University:


1994, menjelaskan bahwa kecerdasan sosial merupakan suatu kemampuan untuk
memahami dan mengelola hubungan manusia Kecerdasan ini adalah kecerdasan
yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki
kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa
adanya ini.

Menurut Buzan, kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri


seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial
dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya.

Anderson, (dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep kecerdasan


sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam
menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya
sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan.

Pengembangan kecerdasan sosial mengandalkan keunggulan pribadi, minimal


mencakup emapat bidang :
1.) Membaca mitos dan diversi sosial di masyarakat
2.) Memahami pentingnya pembinaan diri seumur hidup
3.) Mengenal aksi sosial, tuntutan situasi sosial, dan merancang reformasi sosial
4.) Mengembangkan belas kasih dan memerhatikan sesama

18
Komponen dan Indikator Social Intelligence
a. SI (Social Intelligence) internal
· Keinginan untuk bersosial dari dalam diri
· Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain
· Mengorbankan kepentingan diri demi orang lain
b. SI (Social Intelligence) eksternal
· Adanya pengaruh untuk bersosialisasi
· Menyelesaikan permasalahan dalam berinteraksi Sosial
Bersosial karena adanya faktor yang lain (supaya mendapat sanjungan dan
pujian dari orang lain)

Model Kecerdasan Sosial Menurut Para Ahli


Pada tahun 2005, Karl Albrecht mengusulkan sebuah model social
intelligence yang terdiri dari lima elemen kunci yang bisa mengasah kecerdasan
sosial kita dalam bukunya : Ilmu Baru Sukses, yaitu “SPACE”.

1. Kesadaran situasional (situational awareness). Makna dari kesadaran ini


adalah sebuah kehendak untuk bisa memahami dan peka terhadap
kebutuhan serta hak orang lain. Salah satu contohnya adalah orang yang
tanpa dosa mengeluarkan gas di lift yang penuh sesak. Selain itu contoh
lainnya adalah orang yang merokok di ruang ber-AC atau merokok dalam
kendaraan umum dan menghembuskan asap secara serampangan pada
semua orang disekitarnya. Melihat dari contoh-contoh tersebut pastilah
orang tersebut bukanlah tipe pribadi yang paham akan makna kesadaran
situasional.

2. Kehadiran/kemampuan membawa diri (presence). Bagaimana etika


penampilan Anda, tutur kata dan sapa yang Anda bentangkan, gerak tubuh
ketika bicara dan mendengarkan adalah sejumlah aspek yang tercakup
dalam elemen ini. Setiap orang pasti akan meninggalkan impresi yang
berlainan tentang mutu presense yang dihadirkannya. Anda mungkin bisa
mengingat siapa rekan atau atasan Anda yang memiliki kualitas presense
yang baik dan mana yang buruk.

3. Keaslian (authenticity). Sinyal dari perilaku kita yang akan membuat


orang lain menilai kita sebagai orang yang layak dipercaya (trusted), jujur,
terbuka, dan mampu menghadirkan sejumput ketulusan. Elemen ini amat
penting sebab hanya dengan aspek inilah kita bisa membentangkan
berjejak relasi yang mulia dan bermartabat.

4. Kejelasan (clarity). Aspek ini menjelaskan sejauh mana kita dibekali


kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan ide kita secara renyah nan
persuasif sehingga orang lain bisa menerimanya dengan tangan terbuka.
Seringkali kita memiliki gagasan yang baik, namun gagal

19
mengkomunikasikannya secara baik sehingga atasan atau rekan kerja kita
tidak berhasil diyakinkan. Kecerdasan sosial yang produktif barangkali
memang hanya akan bisa dibangun dengan indah manakala kita mampu
mengartikulasikan segenap pemikiran kita dengan penuh kejernihan dan
kebeningan.

5. Empati (empathy). Aspek ini merujuk pada sejauh mana kita bisa
berempati pada pandangan dan gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana
kita memiliki keterampilan untuk bisa mendengarkan dan memahami
maksud pemikiran orang lain. Kita barangkali akan bisa merajut sebuah
jalinan relasi yang baik kalau saja kita semua selalu dibekali dengan rasa
empati yang kuat terhadap sesama rekan kita.

Pengaruh Kecerdasan Sosial terhadap Kesuksesan

Sosial IQ adalah ukuran kecerdasan sosial. Sosial IQ didasarkan pada 100


titik skala, dimana 100 adalah skor rata-rata dan 140 (di atas 140) dianggap
sangat tinggi. Sosial IQ di ukur dengan teknik tanya jawab. Orang dengan sosial
IQ yang rendah akan dianggap anak-anak dan belum dewasa, bahkan jika orang
tersebut pun telah berumur dewasa. Cara yang baik untuk mengukur sosial IQ
adalah dengan menggunakan sistem IQ dasar, disesuaikan dengan keterampilan
sosial. Kebanyakan orang memiliki IQ sosial 85-115.

Orang dengan sosial IQ di bawah 80 mungkin memiliki gangguan


spektrum autisme, seperti sindrom Asperger dan skizofrenia. Orang-orang ini
mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan memerlukan pelatihan
keterampilan sosial atau dukungan tambahan dari spesialis jiwa.

Orang-orang ini sulit mendapatkan pekerjaan karena mereka tidak


memiliki komunikasi interpersonal yang diperlukan dan keterampilan sosial untuk
sukses dalam angkatan kerja. Orang-orang ini dapat bekerja dengan baik dalam
pekerjaan meja kantor, pekerjaan rumah atau pekerjaan yang tidak memerlukan
banyak interaksi, seperti konstruksi.

Orang dengan sosial IQ di atas 120 dianggap sangat terampil dan


menyesuaikan diri dengan baik, dan bisa bekerja dengan baik dengan pekerjaan
yang melibatkan kontak langsung dan komunikasi dengan orang-orang.

20
Perhatikan tabel di bawah ini :

Tingkat Sosial Intelligence Umur

120 (diatas rata-rata – sosial dewasa untuk usia) 20.4

110 18.7

100 (rata-rata) 17

90 15,3

80 13,6

70 (dibawah rata-rata) 11,9

60 10,2

50 8,5

40 6,8

30 5,1

Penulis sains populer Daniel Goleman (2007) menyatakan adanya 2


komponen utama dalam membangun kecerdasan sosial yang baik yaitu :

1. Kesadaran sosial. Kesadaran sosial merujuk pada spektrum yang


merentang secara instan merasakan keadaan batiniah orang lain sampai
memahami perasaan dan pikirannya, untuk "mendapatkan" situasi sosial
yang baik meliputi :

a. Empati dasar : Suatu kemampuan untuk merasakan isyarat-isyarat


nonverbal dengan orang lain dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dan kemampuan merasakan emosi orang lain berupa sebuah
kemampuan jalan-rendah yang berlangsung spontan dan cepat atau

21
muncul dan gagal dengan cepat dan otomatis.

b. Penyelarasan : Perhatian yang melampaui empati sesaat ke kahadiran


yang bertahan untuk melancarkan hubungan yang baik, yaitu dengan
menawarkan perhatian total kepada seseorang dan mendengarkan
sepenuhnya, berusaha memahami orang lain lebih daripada
menyampaikan maksud tertentu. Mendengarkan secara mendalam
seperti itu kelihatannya merupakan kemampuan alamiah. Meskipun
begitu, seperti halnya dengan dimensi-dimensi kecerdasan sosial
lainnya orang bisa memperbaiki keterampilan penyelarasannya yang
baik.

c. Ketepatan empatik : Ketepatan empatik dibangun di atas empati dasar


namun menambahkan suatu pengertian lagi yaitu adanya suatu
kemampuan untuk memahami pikiran, perasaan dan maksud orang
lain dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga tercipta interaksi
yang baik dan harmonis.

d. Pengertian sosial : Pengertian sosial merupakan aspek keempat dari


kesadaran sosial yang merupakan pengetahuan tentang bagaimana
dunia sosial itu sebenarnya bekerja. Orang yang memiliki kemahiran
dalam proses mental ini akan banyak mengetahui apa yang
diharapkan dalam kebanyakan situasi sosial. Kemahiran sosial ini
dapat dilihat pada diri mereka yang secara tepat membaca arus-arus
politik dalam sebuah organisasi.

2. Fasilitas sosial, meliputi :

a. Sinkroni : Berinteraksi secara mulus pada tingkat nonverbal. Sebagai


landasan fasilitas sosial, sinkroni adalah batu fondasi yang menjadi
landasan di bangunnya aspek-aspek lain. Kegagalan dalam sinkroni
merusak kompetensi sosial, membuat interaksi menjadi tidak selaras.
Sinkroni memungkinkan kita bergerak dengan anggun melalui tarian
nonverbal bersama orang lain dengan tanda-tanda sinkroni mencakup
rentang interaksi yang terkonsentrasi secara harmonis, dari senyuman
atau mengangguk pada waktu yang tepat untuk semata-mata
mengarahkan tubuh kita pada orang lain.

b. Presentasi : Suatu kemampuan untuk menampilkan diri sendiri secara


efektif untuk menghasilkan kesan yang di kehendaki. Salah satu hal
yang di pandang penting dalam presentasi diri yaitu adanya kemampuan
untuk "mengendalikan dan menutupi". Orang yang mahir dalam
pengendalian itu merasa percaya diri dalam segala situasi sosial,

22
memiliki kemampuan untuk bertindak yang sesuai pada tempatnya.
Dengan begitu mereka dengan mudah bisa tampil tenang dan penuh
kendali diri.

c. Pengaruh : Adanya suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain


agar dapat membentuk hasil interaksi sosial yang baik. Dengan
menggunakan kemampuan bicara yang hati-hati dan adanya kendali diri
dan mendekati orang lain dengan perilaku profesional, tenang, dan
penuh perhatian.

d. Kepedulian : Merupakan kemampuan seseorang untuk berbelas kasihan,


peduli akan kebutuhan orang lain dan melakukan tindakan yang sesuai
dengan hal itu. Kepedulian mendorong kita untuk mengambil
tanggungjawab apa yang perlu dilakukan dengan baik dan akan
menimbulkan orang-orang yang prihatin, yaitu seseorang yang paling
bersedia mengambil waktu dan berusaha untuk membantu seorang
koleganya.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa untuk membangun


kecerdasan sosial yang baik kedua komponen di atas sangat diperlukan dan
saling berhubungan.
Meningkatkan Kecerdasan Sosial

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan


sosial, diantaranya :
1. Tubuh dapat berbicara lebih banyak dari kata-kata.
2. Tubuh dirancang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
3. 55% makna yang akan disampaikan dalam aktivitas tercermin pada
sikap fisik.

23
4. Tanpa kata-kata tubuh dapat mengkomunikasikan apakah seseorang
sedang sedih, senang, marah, kecewa, bahagia, malu, takut, khawatir,
gugup, antusias, percaya diri, dan lain-lain.

24
25
5. Mendengarkan aktif.
Salah satu hal terpenting dalam kecerdasan sosial adalah selalu mau
secara ikhlas untuk memahami semua tantangan komunikasi sosial
sebelum mengeluarkan pendapat atau ide untuk kepentingan kehidupan
sosial. Kecerdasan sosial akan menuntun diri untuk menjadi orang bijak
yang cerdas memahami orang lain, serta selalu hidup dengan persepsi
positif terhadap semua warna kehidupan di sekitarnya.

26
D. KESIAPAN MENGHADAPI TANTANGAN (ADVERSITY QUOTIENT)

Pengembangan diri adalah keberanian untuk berubah dan menghadapi


tantangan. Seperti diketahui bersama, perjalanan hidup yang kita lalui tidak akan
pernah lepas dari kesulitan dan tantangan baik itu pada orang sukses ataupun
orang gagal hanya perbedaannya terletak pada kecerdasan menghadapi dan
merespons kesulitan hidup yang dijalani oleh masing-masing individu. Menurut
Stoltz (2000:8),

Suksesnya pekerjaan dan hidup terutama ditentukan oleh Adversity


Quotient (AQ). Adversity adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi,
masuk, dan mengatasi berbagai tantangan hidup. Dikatakan juga bahwa AQ
berakar pada bagaimana kita merasakan dan menghubungkan dengan tantangan-
tantangan.

Orang yang memiliki AQ tinggi tidak akan pernah takut dalam


menghadapi berbagai tantangan dalam proses kehidupannya. Bahkan dia akan
mampu untuk mengubah tantangan yang dihadapinya dan menjadikannya sebuah
peluang. AQ itu sendiri mempunyai tiga bentuk, yakni;

(1) suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan
meningkatkan semua segi kesuksesan;

(2) suatu ukuran untuk mengetahui respons terhadap kesulitan; dan

(3) serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons
terhadap kesulitan.

Berbicara tentang perbedaan respons setiap individu dalam menghadapi kesulitan


hidup atau tantangan, Stoltz mengelompokkan individu menjadi tiga : quitter,
camper, dan climber.

27
1. QUITTER

Tipe seperti ini adalah tipe manusia yang selalu menyerah dengan keadaan
dan yang tak ingin menghadapi masalah atau bisa dikatakan setiap ada masalah
yang datang ia selalu ketakutan, sering orang menyebutnya sebagai manusia
pengecut.

Ia selalu berpikir “Aku takut jika harus melaluinya! Masalah ini terlalu
berat bagiku!” dsb.. dsb.. Seorang quiter yang parah bahkan akan sering melihat
sebuah masalah lebih besar daripada yang seharusnya ia lihat.

Manusia quitter adalah manusia yang sulit dan tidak senang melakukan
perubahan. Quitter menolak untuk mendaki lebih tinggi lagi, kemampuannya kecil
atau bahkan tidak ada sama sekali; mereka tidak memiliki visi dan keyakinan akan
masa depan. Bisa dipastikan kehidupan seorang quitter adalah kehidupan yang
tidak menyenangkan dan datar – datar saja.

2. CAMPER

28
Camper adalah orang yang berhenti dan tinggal di tengah pendakian. Tipe
camper masih bisa dikatakan berani menghadapi tantangan dibandingkan dengan
quitter namun sayangnya hanya hingga waktu atau batas tertentu saja.

Umumnya camper terlalu sering kehilangan fokus tujuannya karena


setelah mencapai tingkat tertentu dari pendakiannya maka ia kemudian berpaling
untuk menikmati kenyamanan dari hasil pendakiannya diumpamakan sebagai
orang yang sedang berkemah, ketika melihat tanah yang datar dan pemandangan
yang indah disekelilingnya maka sesegera mungkin ia mengakhiri pendakiannya
bahkan menikmati waktu tersebut untuk bersuka-ria, bersantai dan tidak berupaya
untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi (tidak mau meninggalkan zona
nyaman yang telah dicapainya).

Camper cenderung selalu merasa cepat puas dengan apa yang dicapainya.
Lambat laun tantangan pun semakin berat dan persaingan pun semakin ketat,
akhirnya camper dapat berubah menjadui quitter karena hilangnya semangat
dalam berjuang.

3. CLIMBER

Pantang menyerah itulah gambaran dari tipe climber. Climber adalah


orang yang berhasil mencapai puncak pendakian.

Mereka tak kenal lelah dan senantiasa terfokus pada usaha pendakian
tanpa menghiraukan apapun keadaan yang dialaminya, tak peduli panas ataupun
hujan. Selalu memikirkan berbagai macam kemungkinan, jika ia menemukan ada
hambatan batu di atas gunung sana, ia mencari jalan lain.

Tipe climber selalu menyambut baik setiap perubahan, bahkan ikut


mendorong setiap perubahan tersebut ke arah yang positif. Terkadang memang
mereka mundur dan merasa lelah, tetapi itu adalah hal yang alamiah dari suatu
pendakian dan mereka senantiasa mempertimbangkan dan mengevaluasi hasil
pendakiannya untuk kemudian bergerak lagi maju hingga puncak pendakian
tercapai.

29
Hidupnya “lengkap” karena telah melewati dan mengalami semua tahapan
sebelumnya. Mereka menyadari bahwa akan banyak imbalan yang diperoleh
dalam jangka panjang melalui “langkah-langkah kecil” yang sedang dilewatinya.

Hanya seorang climberlah yang sanggup menikmati kepuasan yang


seutuhnya dan menjadi inpirasi sukses bagi banyak orang.

Jadi, tipe manusia yang manakah Anda ?

Perlu kita ketahui bersama bahwa kesuksesan yang diraih oleh tipe climber
bukanlah hal yang mudah. Kesuksesan menuntut kerja keras dan kerja cerdas.
Artinya, seperti climber, seseorang perlu melewati proses yang (seringkali)
panjang dan berliku untuk mencapai sukses.

Kadang angin godaan bertiup sangat kencang dan terpaan hujan hambatan
mengucur begitu deras. Namun, kita pelu memahami beberapa hal yang dapat
membuat kita mampu bertahan dan mencapai tujuan, yaitu :

1. kesuksesan besar dibangun dari fondasi – fondasi kesuksesan kecil


2. dalam menngejar kesuksesan, tidak ada yang disebut dengan kegagalan,
yang ada hanya berhenti terlalu cepat
3. dalam mengejar kesuksesan kita harus menyelesaikan apa yang telah kita
mulai.

30
E. KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL INTELLIGENCE)

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi.

Tentang Emosi, kadang kita cenderung menganggap nya sebagai reaksi berlebihan
atas ada nya prilaku kurang berkenan yang kita terima, karena banyak juga yang
selalu mengaitkan kata emosi hanya dengan perasaan marah atau kecewa…
sebenernya siy gak sebatas itu aja lho… yuuk kita bahas lebih luas tentang ini.

Yang aku dapetin ketika aku tanya Om Google tentang pengertian emosi ternyata
banyak banget .. diantara nya adalah yang dikeluarkan oleh Daniel Goleman,
emosi adalah suatu perasaan dan fikiran yang khas, keadaan psikologis dan
biologis yang merupakan dorongan untuk bereaksi atau bertindak karena adanya

31
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar individu, dimana hal tersebut bisa
berupa; marah, sedih, bahagia, takut, jengkel, malu, terkejut, cinta, benci, puas..
yang secara keseluruhan merupakan respon atas stimulus yang di terima.

Dengan melihat lebih luas, bisa di katakan bahwa emosi adalah bukan sesuatu
yang buruk, dan aku setuju banget dengan pernyataan itu, karena sebagaimana di
nyatakan oleh Aristoteles dalam The Nichomacea Ethics adalah bukan
emosionalitas yang menjadi masalah, tetapi lebih ke bagaimana kita bisa
mengekspresikan dan mengendalikan semua jenis emosi dan menguasai nya
dengan kecerdasan, bahkan Nafsu jika di latih dengan baik akan menghasilkan
kebijaksanaan..hhmmm…. bener juga yah….
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain
Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci),
Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan).
Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),
Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan
beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas,
yaitu:

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati


b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,
tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu
mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap
stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara
filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah
menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih
dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai,
dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak
terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya
bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi
dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).

32
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas
dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam
dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi
setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih
bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu
perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku
terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

KECERDASAN EMOSI

Kecerdasan Emosi atau dalam bahasa londo nya Emotional Intelligent pertama
kali di sosialisasikan oleh seorang psikolog Peter Salovey, dari Havard University
dan John Mayer dari University of New Hampshire yaitu himpunan bagian dari
kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semua nya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing fikiran dan tindakan

Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan


mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.

Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang


membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang
lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan
tersebut.

Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-
perasaan, tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti
orang lain melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang
dirasakan orang itu kita rasakan juga.

33
Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan Emosi dapat
ditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan baik
oleh diri sendiri maupun orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan emosi
yang tinggi akan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup.

Setidaknya ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi, yaitu:


1. Memahami emosi-emosi sendiri
2. Mampu mengelola emosi-emosi sendiri
3. Memotivasi diri sendiri
4. Memahami emosi-emosi orang lain
5. Mampu membina hubungan sosial

Sejauh mana kecerdasan emosi anda? Untuk mengetahuinya, kelima unsur diatas
dapat dijadikan barometer untuk mengukur apakah anda termasuk orang yang
cerdas secara emosi. Berikut ini adalah hal-hal spesifik yang perlu dipahami dan
dimiliki oleh orang-orang yang cerdas secara emosi:

Mengatasi Stress

Stress merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup. Stress dapat dialami
oleh siapa saja. Toleransi terhadap stress merupakan kemampuan untuk bertahan
terhadap peristiwa-peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan tanpa menjadi
hancur. Ini berarti mengelola stress dengan positif dan merubahnya menjadi
pengaruh yang baik.

Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup dengan
kepala tegak, tegar dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat. Cenderung
menghadapi semua hal, bukannya lari dan menghindar. Dapat mengelakkan
pukulan sehingga tidak hancur dan tetap terkendali. Mungkin sesekali terjatuh
namun tidak terpuruk sehingga dapat berdiri tegak kembali.

Mengendalikan Dorongan Hati

Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat untuk


mendapatkan hasil yang lebih baik. Hal ini sering juga disebut “menahan diri”.
Orang yang cerdas secara emosi tidak memakai prinsip “harus memiliki segalanya
saat itu juga”. Mengendalikan dorongan hati merupakan salah satu seni bersabar
dan menukar rasa sakit atau kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih
besar dimasa yang akan datang. Kecerdasan emosi penuh dengan perhitungan.

Mengelola Suasana Hati

Merupakan kemampuan emosionil yang meliputi kecakapan untuk tetap tenang


dalam suasana apapun, menghilangkan gelisahan yang timbul, mengatasi
kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang menjengkelkan.

34
Orang yang cerdas secara emosi tidak berada dibawah kekuasaan emosi. Mereka
akan cepat kembali bersemangat apapun situasi yang menghadang dan tahu cara
menenangkan diri.

Mengelola suasana hati bukan berarti menekan perasaan. Salah satu ekspresi
emosi yang bisa timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut Aristoteles,
Marah itu mudah. Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat,
waktu, tujuan dan dengan cara yang tepat, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang
yang cerdas secara emosi.

Ketiga hal tersebut diatas, merupakan kemampuan untuk memahami dan


mengelola emosi-emosi diri sendiri yang harus dimiliki oleh orang-orang yang
dikatakan cerdas secara emosi.

Memotivasi Diri
Orang dengan keterampilan ini cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal
apapun yang mereka hadapi. Ada banyak cara untuk memotivasi diri sendiri antra
lain dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel positif, “selftalk”, tetap
fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan sebagainya.

Memahami Orang lain

Menyadari dan menghargai perasaan-perasaan orang lain adalah hal terpenting


dalam kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa disebut dengan empati.
Empati bisa juga berarti melihat dunia dari mata orang lain. Ini berarti juga dapat
membaca dan memahami emosi-emosi orang lain.
Memahami perasaan orang lain tidak harus mendikte tindakan kita. Menjadi
pendengar yang baik tidak berarti harus setuju dengan apapun yang kita dengar.
Keuntungan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang
cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan menjalin
hubungan baik dengan orang lain.

Kemampuan Sosial

Memiliki perhatian mendasar terhadap orang lain. Orang yang mempunyai


kemampuan sosial dapat bergaul dengan siapa saja, menyenangkan dan tenggang
rasa terhadap orang lain ynag berbeda dengan dirinya.

Tingkah laku seperti itu memerlukan harga diri yang tinggi, yaitu: menerima diri
sendiri apa adanya, tidak perlu membuktikan apapun (baik pada diri sendiri
maupun orang lain), bahagia dan puas pada diri sendiri apapun keadaannya.

Kemampuan sosial erat hubungannya dengan keterampilan menjalin hubungan


dengan orang lain. Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan
sosial dengan siapa saja. Orang-orang senang berada disekitar mereka dan merasa
bahwa hubungan ini berharga dan menyenangkan. Ini berarti kedua belah pihak

35
dapat menjadi diri mereka sendiri.
Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang lain
merasa tentram dan nyaman berada didekatnya. Mereka menebar kehangatan dan
keterbukaan atau transparansi dengan cara yang tepat.

Apakah Anda Termasuk Orang yang Cerdas secara Emosi?


Anda dan orang-orang disekitar Anda-lah yang tahu.

Atau Anda ingin menjadi Orang yang Cerdas secara Emosi?


Sepertinya tidak terlalu sulit bukan?
Selamat mencoba, Semoga Berhasil.

Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional


menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan
orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif
energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting
kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri);
kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial
(kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

36
ARTI PENTING KECERDASAN EMOSI

Salah satu komponen penting untuk bisa hidup di tengah-tengah masyarakat


adalah kemampuan untuk mengarahkan emosi secara baik. Penelitian yang
dilakukan oleh Goleman (Ubaydillah, 2004:1) menunjukkan bahwa kontribusi IQ
bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% sisanya 80% ditentukan oleh
serumpun faktor yang disebut kecerdasan emosional. Dalam kenyataannya
sekarang ini dapat dilihat bahwa orang yang ber-IQ tinggi belum tentu sukses dan
belum tentu hidup bahagia.

Orang yang ber-IQ tinggi tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah
seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan persoalan hidup karena
tidak dapat berkonsentrasi. Emosinya yang tidak berkembang, tidak terkuasai,
sering membuatnya berubah-ubah dalam menghadapi persoalan dan bersikap
terhadap orang lain sehingga banyak menimbulkan konflik. Emosi yang kurang
terolah juga dengan mudah menyebabkan orang lain itu kadang sangat
bersemangat menyetujui sesuatu, tetapi dalam waktu singkat berubah
menolaknya, sehingga mengacaukan kerja sama yang disepakati bersama orang
lain. Maka, orang itu mengalami kegagalan.

Di lain pihak beberapa orang yang IQ-nya tidak tinggi, karena ketekunan dan
emosinya yang seimbang, sukses dalam belajar dan bekerja. Orang yang memiliki
kecerdasan emosi tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan diri dan
lingkungannya, mengusahakan kebahagiaan dari dalam dirinya sendiri, dapat
mengubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik, serta mampu bekerja sama
dengan orang lain yang mempunyai latar belakang yang beragam. Ini berarti
orang yang cerdas secara emosi akan dapat menampilkan kemampuan sosialnya,
dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang terlihat dari tingkah laku yang
ditunjukkannya.

Asumsi ini diperkuat oleh pendapat Suparno (2004:21) yang menjelaskan jika
kecerdasan seseorang tidak hanya bersifat teoritik saja, akan tetapi harus
dibuktikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan emosi
merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sangat berguna

37
untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah kondisi kehidupan yang
tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.

Masih menurut Goleman, biasanya pada orang-orang yang murni hanya memiliki
kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila
didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang
seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila
seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah
frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi
lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,
dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi.

CARA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI

kecerdasan emosi dapat kita tinggkatkan. Ada beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan sebagai langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi.

Dua ahli EQ (Emotional Quotient), Salovey & Mayer (1990) – pengembang


konsep EQ, jauh sebelum Goleman – merangkumnya menjadi lima aspek berikut
ini :

38
a. kesadaran diri (self awareness)
b. mengelola emosi (managing emotions)
c. memotivasi diri sendiri (motivating oneself)
d. empati (emphaty) dan
e. menjaga relasi (handling relationship)

Seperti halnya Peter dan Salovey, pada mulanya Daniel Goleman pun menyebut 5
dimensi guna mengembangkan kecerdasan emosi yaitu :
a. Penyadaran Diri
b. Mengelola Emosi
c. Motivasi Diri
d. Empati dan
e. Ketrampilan Sosial

Dalam buku terbarunya yang membahas kompetensi EQ, “The emotionally


Intelligent Workplace” Goleman menjelaskan bahwa perilaku EQ tidak bisa hanya
dilihat dari sisi setiap kompetensi EQ melainkan harus dari satu dimensi atau
setiap cluster-nya. Kemampuan penyadaran social (social awareness) misalnya
tidak hanya tergantung pada kompetensi empati semata melainkan juga pada
kemampuan untuk berorientasi pelayanan dan kesadaran akan organisasi.
Dikatakannya pula ada kaitan antara dimensi EQ yang satu dengan lainnya. Jadi
tidaklah mungkin memiliki ketrampilan sosial tanpa memiliki kesadaran diri,
pengaturan diri maupun kesadaran sosial.

Beberapa cara yang dipaparkan di atas, ada beberapa yang juga dapat dilakukan
untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang terdapat dalam artikelnya
Mocendink, yaitu:

A. Mengenali emosi diri

39
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang
sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam
pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut
adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi,
kecewa, rasa bersalah, kesepian

B. Melepaskan emosi negatif

Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak


dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk
memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda
mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan
bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda
dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi
terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik
pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di
sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.

40
C. Mengelola emosi diri sendiri

Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk.
Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi
penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari
kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola
emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam
mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai emosi dan
menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui pesan yang
disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi
ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk
menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian
diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang
mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.

D. Memotivasi diri sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan
keberhasilan dalam berbagai bidang. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan
terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki

41
ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang
mereka kerjakan.

E. Mengenali emosi orang lain

Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang
dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi
empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini
merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.

F. Mengelola emosi orang lain

Jika ketrempilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam


berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain
merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah

42
makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi
yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan mengelola emosi orang
lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya.
Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan
berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi
sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan
individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.

G. Memotivasi orang lain.

Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali


dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari
kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya
dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.

43
F. KECERDASAN SPRITUAL (SPRITUAL INTELLIGENCE)

Pengertian Kecerdasan Spiritual

Ilustrasi Kecerdasan Spiritial

Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient disingkat SQ) adalah kecerdasan untuk


memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibanding dengan yang lain (Zohar, 2001).

SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan Intellegent Quotient


(IQ) dan Emotional Quotient (EQ) secara efektif. Bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi kita, karena SQ merupakan landasan dan sumber dari
kecerdasan yang lain.

Kecerdasan spiritual adalah potensi dari dimensi non-material atau roh manusia
(Khavari, 2000). Potensi tersebut seperti intan yang yang belum ter-asah yang
dimiliki oleh semua orang. Selanjutnya, tugas setiap oranglah untuk mengenali

44
potensi masing-masing sekaligus menggosoknya hingga berkilau dengan tekad
yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi.

Spiritualitas, dalam pengertian yang luas, merupakan hal yang berhubungan


dengan spirit. Sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran abadi yang berhubungan
dengan tujuan hidup manusia, sering dibandingkan dengan sesuatu yang yang
bersifat duniawi dan sementara (Hasan, 2006:289).

Mengukur Kecerdasan Spiritual

Individu yang cerdas secara spiritual melihat kehidupan ini lebih agung dan
sakral, menjalaninya sebagai sebuah panggilan (vocation) untuk melakukan
sesuatu yang unik, menemukan ekstase-ekstase kehidupannya dari pelayanan
kepada gagasan-gagasan yang bukan pemuasan diri sendiri, melainkan kepada
tujuan luhur dan agung, yang bahkan sering keluar dari dunia ini, bersifat abadi
dan eksatologis. Kehidupan menjadi lebih sebagai instrument ketimbang tujuan
akhir.

Secara lebih khusus, Zohar (2001) mengidentifikasikan sepuluh kriteria mengukur


kecerdasan Spiritual seseorang, yaitu:
1. Kesadaran Diri
2. Spontanitas, termotivasi secara internal
3. Melihat kehidupan dari visi dan berdasrkan nilai-nilai fundamental
4. Holistik, melihat sistem dan universalitas
5. Kasih sayang (rasa berkomunitas, rasa mengikuti aliran kehidupan)
6. Menghargai keragaman
7. Mandiri, teguh melawan mayoritas
8. Mempertanyakan secara mendasar
9. Menata kembali dalam gambaran besar
10. Teguh dalam kesulitan

Ciri-ciri dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dalam diri seseorang
adalah sebagai berikut (Zohar, 2001):
1. Kemampuan bersifat fleksibel
2. Tingkat kesadaran diri yang tinggi
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
4. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
8. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana” jika
untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
9. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri, yaitu
memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual

45
Menurut (Khavari, 2010), ada beberapa aspek yang menjadi dasar kecerdasan
spiritual, yaitu:
1. Sudut pandang spiritual-keagamaan, artinya semakin harmonis relasi
spiritual-keagamaan kita kehadirat Tuhan, semakin tinggi pula tingkat
dan kualitas kecerdasan spiritual kita.
2. Sudut pandang relasi sosial-keagamaan, artinya kecerdasan spiritual
harus direfleksikan pada sikap-sikap sosial yang menekankan segi
kebersamaan dan kesejahteraan sosial.
3. Sudut pandang etika sosial. Semakin beradab etika sosial manusia
semakin berkualitas kecerdasan spiritualnya.

46
1. MEMAHAMI KONSEP DIRI

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi)


konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-
orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu,
dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang
diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian
tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.
Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu
tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial,
emosional, aspirasi dan prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan
Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan
adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat
diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan
bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita
harapkan.
Jenis-Jenis Konsep Diri

Menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam


menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif.
Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan
ada yang mempunyai konsep diri yang negatif.

1. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :


1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai
rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi
masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong,
mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.

47
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima
pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat.
Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan
orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk
mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan
mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di
lingkungannya.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah
kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan.
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai
konsep diri yang positif.

2. Tanda-Tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah :


1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya
dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang
mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan
emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang
seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan
harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri
negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras
mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.
2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura
menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada
waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-
embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian.
Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis
terhadap orang lain.
3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau
meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak
diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh,
sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan,
berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang
tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang
melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang
merugikan dirinya. Pernyataan lain menyebutkan bahwa individu yang

48
memiliki konsep diri negatif maupun positif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : (Rini, 2002:http://www.e-psikologi./com/dewasa/1670502.htp).

Memahami Tentang Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif


Konsep diri merupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal ini
disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin
disesuaikan dengan konsep diri.
Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih
mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta
mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah
laku yang dapat diterima oleh lingkungan.
Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan
nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu.
Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang
dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau
buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan
tersebut.
Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya
yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri
positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
(a) Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan
subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
(b) Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak
dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan
didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman
tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang
lain.
(c) Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau
penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa
yang telah dikerjakan sebelumnya.
(d) Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses
refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.

Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan


karakteristik sebagai berikut :
(a) Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari
orang lain sebagai proses refleksi diri.
(b) Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap
tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu
mendapat penghargaan.
(c) Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap
orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
(d) Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan
terhadap orang lain.

49
(e) Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa
kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.

Komponen Konsep Diri


Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal),
Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas(self idencity).
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik
disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang
mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan
persepsi dan pengalaman-pengalaman baru.
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai
sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan
keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa
jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh
dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry,
2005).

b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan
tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang
diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu
individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh
orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan
tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan
tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri
akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada
usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya
kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.

b. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan
dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil
dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative,
relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak
diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian.
Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan

50
sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami
perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sendiri.

c. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam
kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan
dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang
tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebuAllah/Tuhan dan cocok
dengan ideal diri.

d. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh
individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya
berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri
yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada
duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan
berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan
percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan
menerima diri.

51
2. Tata Nilai Perawat Care, Empathy, Altruism

Nilai memberikan hidup dan identitas kepada individu, profesi dan masyarakat.
Nilai dibentuk dan dipertahankan oleh individu pelakunya dan juga oleh
sekelompok orang. Pada praktiknya, perawat memprioritaskan nilai keperawatan
ketika mengambil keputusan dalam pelayanan kesehatan.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan pelayanan yang paling sentral


dan perlu mendapat perhatian, perawat berinteraksi dengan pasien dan keluarga
selama 24 jam, disinilah perawat akan memberikan pelayanannya secara
komprehensif, baik itu dari pelayanan fisik, psikologi, spiritual, sosial dan
pendidikan kepada pasien. Maka dengan demikian pelayanan keperawatan akan
dapat dirasakan lebih sempurna oleh pasien, jadi tidak hanya secara fisik saja
mendapatkan perhatian perawat. Perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku
dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati, kepedulian,
menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman perawat tentang nilai,
klien, dan profesional akan sangat membantu dalam proses pelayanan kesehatan
atau yang lainnya. Persepsi perawat dan klien pada nilai keperawatan akan
membantu untuk mengetahui apakah nilai profesional sesuai dengan nilai
masyarakat.

Nilai adalah keyakinan yang mendasari seseorang melakukan tindakan dan


tindakan itu kemudian menjadi suatu standar atas tindakan yang selanjutnya,
pengembangan dan mempertahankan sikap terhadap objek-objek yang terkait,
penilaian moral pada diri sendiridan orang lain serta pembandingan diri dengan
orang lain.

Empathy

Perilaku empati merupakan salah satu sikap dalam hubungan therapeutic yang
merupakan unsur yang sangat penting dalam proses yang berlangsung secara
interpersonal. Dengan empati akan membantu dalam mempererat hubungan antara
perawat dan pasien sehingga menjadikan pasien merasa diperhatikan dan pada
akhirnya akan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang
dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi
yang dapat membantu seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi,
dan bersikap di lingkungan masyarakat.

Florence Nightiangel, tokoh dunia yang mengubah persepsi dunia bahwa perawat
itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat. Sebagai perawat
dibutuhkan kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu
kemampuan empati. Perawat yang memiliki empati diharapkan memiliki

52
kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk melakukan aksi komunikasi secara
sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan merasakan suasana hati pasien
tersebut. Perilaku yang muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda,
hal ini terkait dengan kemampuan empati perawat itu sendiri.

Hal yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu:


1. pikiran yang optimis, 2. tingkat pendidikan, 3. keadaan psikis, 4. Pengalaman,
5. Usia, 6. jenis kelamin, 7. latar belakang sosial budaya, 8. status social, 9.
beban hidup
Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri
seorang perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan empati,yaitu:
1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi
dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki
kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog,
maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan
kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih
mengasahkemampuanempatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan
melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman
dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih tangguh dan
hebat.

Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar


dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik
namun juga kondisi psikis pasien karena pada dasarnya pasien yang datang untuk
berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang
sakit, padahal apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit,
maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil
emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan
seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi
psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat
sembuh lebih cepat.

Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk


menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat dipengaruhi
oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga kondisi kesehatan fisik
dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.

Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus mampu


bersosialisasi. Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert (terbuka), maka akan
lebih mudah dalam menangani pasien, karena pasien merasa nyaman dengan
keberadaannya.

53
Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga
atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap
pengunjung rumah sakit, karena sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh
sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga kesehatan terutama perawat sebagai
ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya kualitas tenaga
kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan
pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga.

Contoh:
“Pagi pak atau bu’ bagaimana kabarnya, masih demam pak, bagaimana tidurnya
semalam, mudah-mudahan lebih baik”, komentar ini akan muncul di keseharian
seorang perawat entah dia berada di pelosok desa atau rumah sakit besar.
Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi multivitamin
dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras akan
menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang menderita
penyakit sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga
tidak harus dengan percobaan yang mahal, ada yang timbul dari hati yaitu
keikhlasan untuk menolong sesama.

Caring/care
Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berpikir,
merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring sebagai bentuk dasar
dari praktik keperawatan di mana perawat membantu klien pulih dari sakitnya,
memberikan penjelasan tentang penyakit klien, dan mengelola atau membangun
kembali hubungan. Caring membantu perawat mengenali intervensi yang baik,
dan kemudian menjadi perhatian dan petunjuk untuk memberikan caring nantinya.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi. Secara teoritis, pengertian caring adalah tindakan
yang menunjukan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan
tenang kepada klien (Florence Nightingale, 1860).

Caring atau care tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna
dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian, bertanggung
jawab dan ikhlas (Delores Gaut, 1984). Dalam keperawatan, caring merupakan
bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Rubenfeld (1999),
mendefinisikan “Caring” : memberikan asuhan , dukungan emosional pada klien,
keluarga dan kerabatnya secara verbal maupun non verbal. Jean Watson (1985),
“Caring” merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan dan
meningkatkan martabat manusia.

Caring merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental


dari fokus sentral serta unik dari keperawatan (Barnum, 1994). Meskipun
perkataan caring telah digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat definisi dan

54
konseptualisasi yang universal mengenai caring itu sendiri (Swanson, 1991, dalam
Leddy, 1998). Setidaknya terdapat lima perspektif atau kategori mengenai caring,
yaitu:
1.caring sabagai sifat manusia (Benner & Wrubel,Leinenger)
2.caring sebagai intervensi terapeutik (Orem),
3.caring sebagai bentuk kasih sayang (Morse et al., 1990, dalam Leddy, 1998).

Marriner dan Tomey (1994)


menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik
keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan
klien

(Carruth et all, 1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan
niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja
bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang
lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan.

(Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat
dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan
asuhan dengan menggunakan spirit caring.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Caring merupakan “heart”


profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dari fokus sentral serta unik
dari keperawatan.

Altruisme

Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa


memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam
banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering
digambarkan sebagai aturan emas etika.

Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme


memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan
untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban
memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan,
raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti
patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban,
sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan
ganjaran atau keuntungan.

55
Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan
akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi (terutama psikologi evolusioner),
sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan altruisme dari satu bidang dapat
memberikan dampak bagi bidang lain, tapi metoda dan pusat perhatian dari
bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-perspektif berbeda terhadap altruisme.

Nilai altruisme dalam keperawatan


• Pengertian : Peduli dengan kesejahteraan orang lain
• Sikap dan Kualitas Pribadi :
Perhatian, komitmen, kasihan, kemurahan hati, ketekunan
• Perilaku Profesional :
1. Berikan perhatian yang penuh pada klien ketika memberikan perawatan
2. Bantu rekan perawat lainnya dalam memberikan perawatan ketika mereka tidak
dapat melakukannya
3. Tunjukkan perhatian pada kecenderungan dan masalah sosial yang memiliki
implikasi perawatan kesehatan.

56
3. PENAMPILAN PERAWAT SECARA FISIK

Profesi perawat memiliki peranan penting dalam mewujudkan masyarakat


sehat baik secara fisik dan psikologis. Perawat bertanggung jawab dalam
merawat, melindungi, memulihkan orang yang luka ataupun memiliki suatu
penyakit, penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa, pemeliharaan
kesehatan orang sehat, serta memberikan kenyamanan terhadap pasien.
Memberikan pelayanan keperawatan kepada setiap individu yang membutuhkan
sehingga individu dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah tugas
utama seorang perawat.
Seiring berjalannya waktu, tuntutan dari masyarakat semakin banyak saja.
Perawat profesional harus bisa memenuhi kebuAllah/Tuhan dan tuntutan dari
masyarakat. Karena memang profesi perawat erat kaitannya dengan masyarakat
atau pasien.
Apa saja tuntutan dari masyarakat kepada seorang perawat? Penampilan
fisik, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan lain sebagainya. Disini saya akan
membahas mengenai penampilan fisik seorang perawat yang menjadi hal penting
yang perlu diperhatikan oleh perawat-perawat saat ini.

Penampilan fisik seseorang merupakan salah satu hal pertama yang


diperhatikan selama komunikasi dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84%

57
dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990
dalam Potter dan Perry, 1993). Penampilan fisik memang harus diperhatikan,
terutama oleh seorang perawat yang sering sekali berinteraksi setiap harinya
dengan orang-orang baru yang tidak dikenal sebelumnya. Setidaknya penampilan
fisik yang baik bisa memberikan kesan pertama yang positif dari pasien.
Penampilan fisik yang baik itu seperti apa? Haruskah perawat itu cantik
dan tampan seperti artis dan model di televisi? Tidak. Penampilan fisik disini
bukan hanya sekedar cantik dan tampan saja. Karena cantik dan tampan itu relatif.
Lalu seperti apa penampilan fisik yang harus dimiliki oleh seorang perawat?
1. Perawat itu harus bersih. Ini adalah hal yang paling penting karena
kebersihan itu sebagian dari iman, selain itu karena perawat berada dalam
lingkungan kesehatan dimana kebersihan itu menjadi prioritas. Kebersihan
fisik seorang perawat harus sangat diperhatikan, karena tidak ada pasien
yang menginginkan dirawat oleh perawat yang jorok.
2. Perawat itu harus rapi dalam berpakaian. Gunakanlah pakaian yang rapi
karena jika perawat berpenampilan kurang menarik dengan pakaian yang
kurang rapi tentunya akan menimbulkan ketidakpercayaan pasien terhadap
perawat.
3. Berhiaslah supaya lebih cantik dan tampan sehingga menjadi menarik.
Berhiaslah sewajarnya jangan berlebihan. Berhias disini dilakukan sebagai
upaya perawat memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, meskipun
sudah jaga malam ataupun jaga dari pagi hari setidaknya bisa terlihat fresh
dengan cara berhias.
4. Gunakanlah wewangian yang membuat nyaman pasien. Karena
kebanyakan orang memang suka mencium wangi-wangian. Gunakanlah
wangi-wangian sewajarnya.
5. Selalu tersenyum. Karena dengan tersenyum pasien akan merasa nyaman
dan merasa senang berada di dekat kita.

Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, dan


konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan
citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi
presepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap
klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat.

58
Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.

CARA PENAMPILAN/ BERDANDAN PERAWAT


Penampilan seorang perawat harus di perhatikan dengan baik,tentang cara
berpakaian yang sopan dan tidak berlebihan dalam berpenampilan, agar dapat
mencitrakan seorang perawat yang profesional dalam berpenampilan.

Tujuan Untuk menciptakan seorang perawat yang profesional dalam


berpenampilan agar citra perawat terjaga di masyarakat.

1. Cara Berpenampilan Yang Baik


Adapun tips dalam berpenampilan secara umum yaitu :
1. Penuhi 3 syarat mutlak yaitu: sederhana serasi dan sopan Dalam
berpenampilan, tidak perlu terlalu berlebihan, sehingga timbul kesan glamour
yang memancing komentar positif dan negatif dari berbagai pihak.
2. Berpakaian bersih rapih dan tidak berbau Penampilan yang bersih dan wangi
akan membuat orang lain menjadi nyaman untuk berinteraksi dengan kita,
namun sebaliknya jika penampilan kita kotor dan bau akan membuat orang
merasa tidak nyaman.
3. Sesuaikan dengan kepribadian anda Dalam berpenampilan kita harus
menyesuaikan dengan kepribadian kita misalnya saja, kita mempunyai
kepribadian yang santai, bukan berarti kita menghadiri forum formal dengan
menggunakan pakaian yang bersifat santai.
4. Sesuaikan dengan situasi dan kondisi Penampilan seseorang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi, misalnya saja seperti kita sedang pengajian di
masjid maka harus memakai pakaian yang menutup aurat, jangan
menggunakan pakaian yang ketat dan minim.
5. Kenali kekurangan dan kelebihan Jika tubuh anda agak gemuk sebaiknya
menggunakan pakaian yang berwarna agak gelap agar terlihat sedikit ramping,
untuk yang bertubuh agak kurus sebaiknya menggunakan pakaian yang
berwarna agak cerah.
6. Menunjukan ekspresi wajah yang simpatik Untuk menjaga penampilan kita
dan mengambil simpati orang lain sebaiknya, kita harus mengekspresikan raut
wajah kita dengan sebaik mungkin, yaitu dengan cara jika kita berkontak mata
dengan orang lain maka kita harus memberi senyuman.
7. Menjaga sikap tubuh yang seimbang Dalam berpenampilan kita harus menjaga
sikap tubuh kita, misalnya saja saat kita sedang menghadiri acara formal maka
usahakan posisi tubuh kita tetap tegak.

2. Cara Berpakaian Yang Baik


Sesuaikan dengan situasi dan kondisi, misalnya dikantor, acara makan
malam, dan acara formal lainnya.
 Hindari memakai wewangian yang terlalu menyengat
 Usahakan penggunaan make up yang tidak berlebihan

59
 Dalam acara kantor atau formal sebaiknya gunakan pakaian yang tertutup
 Jangan berlebihan dalam penggunaan perhiasan

3. Cara Penampilan Berpakaian Seorang Perawat


1. Memakai pakaian yang bersih dan rapih
2. Pakaian tidak terlalu ketat
3. Tidak menggunakan aksesoris atau perhiasan dan make up yang berlebihan
4. Jika rambut panjang sebaiknya diikat dan jika menggunakan jilbab
gunakanlah jilbab yang standar
5. Tidak memakai sepatu yang berhak tinggi dan lancip
6. Selalu memberikan senyum sapa kepada klien

4. Cara Berpakaian Dan Berpenampilan Saat Wawancara Kerja


Kesan pertama adalah segalanya. Terutama jika anda sedang mencari
kerja. Jika penampilan anda terkesan tidak “serius”, si pewawancara bisa
mendapat kesan, anda tak serius dengan tawaran pekerjaan yang diberikan.
Adapun cara berpenampilan dan berpakaian saat wawancara adalah sebagai
berikut :
1. Tidak memakai parfum, make up, dan aksesoris yang berlebihan.
2. Pakailah dasi dengan corak warna tua dan klasik sehingga anda terlihat
matang dan berwawasan luas.
3. Jika lamaran pekerjaan bukan yang bergerak di bidang kesenian, artis, atau
perusahaan informal, hindari gaya rambut yang berlebihan.
4. Jangan memakai pakaian yang ketat, atau kemeja ketat dan berkilau bagi
kaum pria. Fokuskan kepada kualifikasi dan jawaban anda. Untuk dapat
berpenampilan dan berbusana yang baik, maka perlu ditanamkannya
kesadaran diri pada tiap-tiap individu itu sendiri, agar dapat melaksanakan
etiket dalam penampilan berbusana yang baik sesuai dengan tempat, situasi
dan kondisi

PENUTUP
1. SIMPULAN Dalam penampilan berbusana sebaiknya kita memperhatikan
situasi, kondisi, tempat dan keserasian.
2. SARAN Sebaiknya kita sebagai perawat harus prefesional dalam
berpenampilan berbusana.

60
b. Menjaga aroma tubuh

1. Mandi dengan bersih. Mandi bukan sekadar mandi. Mandi bukan hanya
membasahi tubuh dengan air dan menggosoknya dengan sabun. Namun, saat
mandi kamu juga perlu melakukan perawatan kulit. Membuatnya senantiasa
bersih, lembab, dan harum. Maka dari itu, pilih produk yang tepat untuk kulit
tubuhmu untuk mendapatkan wangi sepanjang hari.

Mandi dengan tepat. (Via: oogeewoogee.com)


2. Perhatikan apa yang kamu makan. Ingat dengan pepatah you are what you
eat? Hal tersebut benar adanya. Makanan yang kamu konsumsi memiliki
pengaruh terhadap bau badanmu, termasuk pada saat kamu diet. Kamu perlu
mengetahui bahwa untuk mendapatkan wangi tubuh sepanjang hari, kamu perlu
menghindari bawang-bawangan dan rempah-rempah. Perbanyak minum, dan
makan makanan segar adalah cara terbaik untuk segar sepanjang hari.

Perhatikan apa yang kamu makan. (Via: hourwaist.com)

61
3. Semprot parfum sebelum pakai baju. Selama ini, mungkin kamu kerap
memakai parfum setelah pakai baju. Padahal cara tersebut bisa merusak pakaian
dan perhiasan yang kamu kenakan. Semprotkan pada bagian-bagian tubuh yang
hangat, seperti leher, perut Anda, pergelangan tangan Anda, di belakang telinga,
belakang lutut, antara paha, pergelangan kaki, dan punggung Anda. Wah banyak
banget, ya? Eits! Nggak semua harus kamu semprot, pilih 2 atau 3 tempat saja.
Oiya, biar tahan lama, kamu bisa mengoleskan petroleum jelly di titik-titik yang
ingin kamu semprot parfum.

Pakai parfum sebelum pakai baju. (Via: radioone.fm)

4. Jangan lupa pakai deodoran. Ketiak adalah salah satu bagian tersembunyi,
terlipat, dan rentan keringat. Oleh karena itu, oleskan deodoran setelah mandi.
Cara ini bisa meredakan keringat yang keluar dari pori-pori kulit. Tak lupa pakai
body lotion. Pilih wangi deodoran dan body lotion yang setema dengan wangi
parfum agar tubuhmu memiliki wangi yang tepat dan nggak 'bertabrakan' di
hidung orang-orang yang mencium.

62
Jangan lupa pakai deodoran. (Via: dusanarazpotju.weebly com)

5. Perhatikan rambut, pakaian, juga nafasmu. Wangi tubuh yang tepat nggak
selalu didapat dari area ketiak, leher, atau punggung saja. Namun, bagian-bagian
lain dari tubuh juga perlu diperhatikan. Seperti rambut yang bersih, pakaian yang
bersih, dan nafas yang segar juga akan mendukung wangi tubuhmu. So, jangan
sepelekan tiga hal tersebut, ya! :

Perhatikan rambut, pakaian, juga nafasmu. (Via: beefb.com)

6. Human relations

63
Human relations pengertiannya dibagi dua yaitu secara luas dan sempit. Human
relations dalam arti luas adalah interaksi antar manusia dalam semua situasi
atau semua bidang kehidupan, untuk mencapai kepuasan. Dengan demikian
human relations dalam arti luas dapat terjadi dimana saja, seperti dirumah, di
jalanan, dalam kendaraan, dan lain-lain dimana setiap dapat melakukkannya
dengan komunikasi yang baik, sehingga saling memuaskan indiidu yang
terlibat di dalammnya.

Human relations dalam arti sempit adalah interaksi dalam situasi kerja di
suatu organisasi, yang bertujuan untuk membangkitkan seseorang agar dapat
bekerjasama, produktif, dan memiliki keputusan.

Kunci aktivitas human relations


Jadi sebuah komunikasi yang terjadi baru bisa dikatakan sebagai sebuah Human
Relation apabila dalam komunikasi tersebut kedua belah pihak saling
berinteraksi, berkomunikasi, dan memberikan kepuasan batin serta
kebahagiaan bagi kedua belah pihak tersebut.

7. Tender Hearted
terdiri dari :
1. Mesra : tindakan yang lebih di tujukan untuk internal. Misal
mengingatkan makan siang, jangan terlambat, sudah minum obat
waktu sakit dst,.....
Pengaruhnya : membuat pasien lebih merasa di perhatikan dan di
sayang serta di prioritaskan.
2. Ramah : baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan
sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dl pergaulan: memang
menyenangkan bergaul dengam orang, banyak tawa dan banyak bicara;
3. Simpatik itu rasa kasihan yang hanya menyentuh hati dan hanya terucap
Beda dengan empati, empati itu yang sampe misalkan orang nangis, dia juga
ikutan nangis.
Kalo simpati, kalo ada orang nangis, dia cuma bisa nyoba nenangin dan bilang iya
sabarya”.
4. Lemah Lembut : adalah menahan diri untuk tidak membalas dendam atas
perlakuan buruk orang lain yang menyakitkan hati dengan balasan yang sama.
Sedangkan sabar adalah menerima dengan lapang dada keadaan yang tidak
menyenangkan, seperti kehilangan orang yang dicintai, sakit parah, tertimpa
musibah atau kehilangan harta. Jadi lemah lembut berkaitan dengan hal-hal yang
manusia masih mampu melakukan aksi balas dendam. Manakala sabar berkaitan
dengan hal-hal yang berada di luar kemampuan manusia.
5. Halus : baik (budi bahasa, tutur katanya); sopan; beradab; tidak kasar tentang
perbuatan dan sebagainya.

8. Pencitraan Diri Profesi Perawat : Dalam ilmu keperawatan jiwa, citra diri
merupakan sebuah cerminan utuh diri sendiri yang menimbulkan perasaan atau
perasangka dan berdampak kepada perkiraan penilaian orang lain terhadap diri.

64
Jika dikaitkan dengan citra sebuah profesi, maka citra merupakan penilaian
sebuah yang muncul akibat penilaian dari dalam yang dipengaruhi faktor dalam
dan luar profesi tersebut. Perawat merupakan sebuah profesi yang tak akan
mungkin luput dari pencitraan masyarakat melalui media massa yang ada.

65
66
MENJAGA HUBUNGAN BAIK SESAMA MANUSIA

Manusia merupakan makhluk sosial, Tentunya selain menjaga hubungan kepada


Sang Pencipta yakni Allah/Tuhan, maka ada baiknya pula menjaga hubungan baik
antar sesama manusia. Bagaimana kita seharusnya melakukan hubungan yang
baik antar sesama manusia? Berikut pemaparannya.

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua


Tak ada seorangpun didunia ini yang kasih sayangnya setulus Ibu dan
Bapak kita sebagai orang tua. Betapa besar cinta yang mereka berikan kepada kita
hingga kita tak dapat mengukur dan menghitungnya.
Sebagai tanda syukur kita kepada Allah/Tuhan atas anugerah cinta Nya
yang diberikan melalui kasih sayang dan cinta dari kedua orang tua kita,
hendaknya kita kita sebagai hambanya dapat mewujudkan rasa syukur kita kepada
Allah/Tuhan dengan berbakti kepada kedua orang tua kita.
1. Hormat dan taat kepada kedua orang tua kita, selama perintah dari Ibu dan
Bapak kita tidak bertentangan dengan ajaran agama dan undang-undang.
2. Menjaga jangan sampai menyakiti hati kedua orang tua kita, baik dengan
sikap, ucapan, dan perilaku.
3. Membantu kedua orang tua kita, menurut kemampuan kita terutama
merawat keduanya ketika usianya telah lanjut.
4. Mendoakan kedua orang tua kita agar senantiasa memperoleh ampunan
serta rahmat dari Allah/Tuhan.

Hormat Kepada Guru


Untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan pendidikan, kedua
orang kita tidak mendapatkan kesempatan yang luas untuk menguasai di berbagai
macam bidang pengetahuan yang ada, hanya bidang tertentu saja. Itulah sebabnya
kita dititipkan oleh kedua orang tua kita di sekolah agar memperoleh pelajaran
dan pendidikan sesuai dengan kebuAllah/Tuhan yang kita inginkan.
Sosok guru sebagai pendidik sekaligus pengganti orang tua kita ketika
berada di sekolahan jasanya juga tidak bisa kita lupakan begitu saja. Kita sebagai
murid hendaknya menghargai jasa guru kita jangan sampai kita melupakannya
meskipun nantinya kita menjadi orang yang sukses lebih dari guru kita.

67
Berbuat Baik Terhadap Saudara dan Famili
Selain Bapak dan Ibu kita, terhadap orang terdekat kita seperti saudara kita
(kakak, adik) maupun famili kita (sepupu, keponkan, paman, bibi, kakek, nenek,
dst. kita wajib pula berbuat baik kepada mereka. Menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda dari kita.

Kita dapat menjaga tali persaudaraan dengan jalan:


1. Mencintai saudara dan famili kita
2. Membantu saudara dan famili kita yang memerlukan bantuan
3. Menjenguk jika sakit
4. Mengantarkan ke kubur jika ada yang meninggal
5. Menemani saudar dan famili kita baik dalam keadaan sempit maupun
lapang
6. Menampakkan wajah yang berseri-seri jika bertemu dengan saudara dan
famili kita
7. Menolong ketika mengalami kesulitan
8. Tolong-menolong dalam hal kebaikan

Berbuat Baik Terhadap Tetangga


Tetangga, orang yang paling dekat tempat tinggalnya dengan kita dan
sering berinteraksi dengan kita. Jika sedang mengalami kesulitan ataupun
membutuhkan bantuan, tetanggalah yang diharapkan segera memberikan bantuan.
Oleh karena itu hubungan baik dengan tetangga harus kita jaga.

Penghormatan Kepada Tamu


Bertamu dapat mempererat tali persaudaraan. menerima tamu serta
menghormatinya merupkan ciri khas kepribadian yang seharusnya dimiliki
Sebagai tamu, hendaknya kita juga memilih waktu yang baik, misalnya pada
pukul 17.00 sore setelah tuan rumah beristirahat dan mandi, atau pukul 20.00
setelah jam makan malam. Sebaliknya usahakan jangan bertamu pada sembarang
waktu, misalnya waktu makan, waktu makan, waktu bekerja, waktu beristirahat
atau diwaktu tuan rumah baru saja datang dari berpergian jauh.

68
69
PUSTAKA

- http://bangka.tribunnews.com/2012/urgensi-kecerdasan-sosial
- http://siraitrina.wordpress.com/2010/modul-3-kecerdasan-sosial/

- http://www.dakwatuna.com/2011/kecerdasan-sosial/

Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, Psikologi Kepribadian : Tahapan


Perkembangan Kepribadian, 2005.

evinoviyani. tata-nilai-perawat, 2012.

http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepribadian/

http://psychology.about.com/od/historyofpsychology/a/psychodynamic.htm

https://emotional Intelligence.wordpress.com/, 2010.


https://personalityevinoviyani.wordpress.com/tata-nilai-perawat/Translate this
page
ikhtisar. Pengembangan Diri, 2013.

Iyus Yosep (2014), Pengantar Psikologi Dasar & Kepribadian

Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC

komputersmancis.berfikir-positif. Translate this page, 2014.

Lidya, 2010 personality adversity-quotient

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Salam, Burhanuddin. 2005. Etika Sosial. Bandung : Rineka Cipta

Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC

Sunaryo, Monica Ester(Ed.,). 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Cetakan I.


Jakarta : EGC

Yusidesriyani, 2014. Penampilan Perawat Secara Fisik. Jakarta : EGC.

70
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

1. Proses Perkembangan Kepribadian Mulai dari Fase Konsepsi


sampai Lansia melalui Rentang Kehidupan
...........................................................................................................
...........................................................................................................
1
- Tahapan Perkembangan Kepribadian
.................................................................................................................
.................................................................................................................
1

2. Tata Nilai Perawat (Norm and Value Of Nurses)........................... 4


- Care ..........................................................................................5
- Empathy ..........................................................................................6
- Altruism ..........................................................................................8

3.Aplikasi Pengembangan Diri (Self Development) ......................... 9


- Berpikir Positif (Positif Thinking)...................................................... 9
- Cara Berpikir Positif ......................................................................... 11
- Pengembangan Diri Melalui Manajemen Waktu............................... 15
- Kecerdasan Sosial (Social Intelligence)............................................. 17
- Kesiapan Menghadapi Tantangan (Adversity Quotient).................... 27
- Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence)..................................... 31
- Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi............................................. 38
 Mengenali Emosi ........................................................................ 39
 Melepaskan Emosi Negatif ......................................................... 40
 Mengelola Emosi Diri Sendiri..................................................... 41
 Memotivasi Diri Sendiri ............................................................. 41
 Mengenali Emosi Orang Lain ..................................................... 42
 Mengelola Emosi Orang Lain ..................................................... 42
 Memotivasi Orang Lain............................................................... 43
- Kecerdasan Spritual .......................................................................... 44
 Mengukur Kecerdasan Spritual.................................................... 45
 Aspek-aspek Kecerdasan Spritual ............................................... 46

4. Memahami Konsep Diri ................................................................... 47


1. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif...... 47
2. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang negative... 48

71
Komponen Konsep Diri......................................................................... 50

5. Tata Nilai Perawat.............................................................................. 52


- Empathy ................................................................................................ 52
- Caring/Care............................................................................................ 54
Altruism................................................................................................... 55
6. Penampilan Perawat ......................................................................... 57
1. Cara penampilan berdandan ................................................................ 59
2. Cara berpakaian yang baik................................................................... 59
i
3. Cara penampilan berpakaian seorang perawat..................................... 60
4. Menjaga aroma tubuh.......................................................................... 61

7. Human Relations.................................................................................. 63

8. Tender Hearted..................................................................................... 64

9. Pencitraan diri profesi perawat............................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA

72
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga
Buku Diktat Mata Kuliah Psikologi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kepmenkes Medan Tahun 2016 telah dapat diselesaikan. Buku Diktat ini
merupakan panduan belajar Mahasiswa Mata Kuliah Psikologi, sebagai pedoman
bagi mahasiswa Program D-III Keperawatan dalam penulisan buku Diktat serta
memberikan petunjuk praktis agar mahasiswa mendapatkan gambaran secara jelas
dalam mempelajari psikologi manusia.

Terima kasih kepada Ibu Direktur selaku Pimpinan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Medan yang telah memberi kesempatan dan persetujuan dalam
pembuatan buku diktat ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku Diktat ini untuk itu kritik
dan saran terhadap penyempurnaan buku Diktat ini sangat diharapkan.

Semoga buku Diktat ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa Keperawatan
khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 26 September 2016

Penulis,

Dra. Indrawati, S.Kep, Ns, M.Psi

i73
MODUL
MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Untuk Kalangan Sendiri

OLEH :
Dra. Indarawati, S.Kep, Ns, M.Psi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


MEDAN
2016

74

Anda mungkin juga menyukai