PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni merawat (care), suatu
gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik,
komunikasi, dan ilmu sosial.Oleh karena itu penting sekali dikembangkan berbagai usaha
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diberbagai aspek. Salah satu aspek
yang coba dikaji disini adalah perilaku perawat terhadap pasien. Perawat sebagai ujung
tombak pelayanan di rumah sakit tentunya mempunyai kualitas kepribadian berbeda-beda
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Perbedaan kualitas
kepribadian perawat akan mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi memberikan
pelayanan, dimana akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Seorang perawat profesional harus memiliki kepribadian yang baik. berikut beberapa
kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang perawat :
1. Keadaan fisik
Sabagai seorang perawat, kita harus bisa menjaga dan merawat kesehatan tubuh kita
sendiri sebelum merawat orang lain.
3. Kejujuran
Perawat harus mengatakan apa adanya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan pasien. tidak boleh ada yang di tutup-tutupi.
4. Keriangan
Perawat harus menunjukkan sikap riang,bahagia.jangan tunjukkan sikap jutek di depan
pasien, pasien pasti akan takut melihat muka kita yang seperti itu.
5. Berjiwa sportif
Perawat harus menjalankan tugasnya dengan benar, apabila mengalami kesalahan,
perawat harus mengevaluasinya lagi dan introspeksi diri.
3
6. Rendah hati dan Murah hati
Apabila perawat bertemu dengan pasien,perawat harus menunjukkan sikap ramah dan
bantu pasien apabila ada yang memerlukan bantuan.
7. Dapat dipercaya
Perawat harus bisa menjaga privasi pasien. jangan suka mengumbar kekurangan pasien
sekalipun dengan teman sejawat.
8. Loyalitas
Sesama perawat harus bisa bekerja sama dan saling membantu.
4
2.2 Fase Perkembangan Kepribadian
Secara umum perkembangan dan proses pembentukan kepribadian setiap individu terjadi
melalui fase - fase sebagai berikut.
2) Bagian Kedua Adalah Unsur - Unsur Yang Terdiri Dari Keyakinan. Keyakinan Atau
Anggapan - Anggapan Yang Lebih Fleksibel Yang Sifatnya Mudah Berubah.
Anggapan - Anggapan Ini Diperoleh Berdasarkan Pengalaman Melalui Pergaulan
Dengan Orang Lain.Unsur Yang Pertama Juga Disebut Struktur Dasar Kepribadian
(Basic Personality Structure), Sedangkan Unsur Yang Kedua Disebut Capital
Personality.
5
B. Fase Kedua
Fase kedua ini merupakan fase perkembangan yang telah dimiliki seorang anak. Anak
mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya
termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya. Pada fase ini, anak mulai
menyadari bahwa pandangan orang lain tentang dirinya disertai dengan penilaian -
penilaian, misalnya manis, bodoh, nakal, malas, dan seterusnya.
Pendek kata penilaian ini bisa positif dan negatif. Apabila seorang anak mendapatkan
penilaian positif maka anak akan mengalami kebahagiaan atau senang. Sebaliknya
ketika seorang anak mendapat penilaian yang buruk maka dia akan frustasi. Dari titik
inilah anak berusaha untuk mempertebal kepribadian dengan memerhatikan penilaian
dari orang - orang yang ada di sekitarnya.
Proses ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya
hingga kepribadian tersebut mulai nampak dengan tipe - tipe perilaku yang khas yang
tampak dari perangai, kegemaran, IQ serta bakat - bakat yang dimiliki oleh anak
tersebut. Adapun bagian - bagian dari kepribadian secara umum terdiri dari :
Pada unsur dorongan merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan
sesuatu aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif - motif tertentu untuk
mewujudkan suatu keinginan. Dorongan ini dibedakan menjadi kehendak dan nafsu -
nafsu. Kehendak adalah dorongan - dorongan yang bersifat kultural artinya sesuai
dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Semakin tinggi
tingkat perekonomiannya dan semakin tingkat peradabannya, maka kehendak
seseorang akan semakin banyak pula jumlah dan jenisnya.
Bagian yang kedua berupa nafsu. Nafsu ini merupakan kehendak yang terdorong
oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, tidur, birahi, amarah, dan lain - lain.
Tiap orang kaya atau miskin mempunyai nafsu yang sama.
6
2) Naluri (Insting)
Naluri atau Insting merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan
hakikat hidup sebagai makhluk. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk
mempunyai anak, untuk mengasuh dan membesarkan anak hingga dewasa. Naluri ini akan
dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar terlebih dahulu seolah - oleh
telah menyatu dengan hakikat hidupnya sebagai makhluk hidup.
Pada dasarnya emosi atau getaran hati adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber
perasaan manusia. Emosi ini akan menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa
manusia seperti senang, sedih, indah, serasi, dan seterusnya.
4) Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang
tampak dari raut muka maupun gerak - gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu
unsur dari kepribadian yang secara riil yang dilihat dan diidentifikasi oleh orang lain.
5) Intelegensi
Intelegensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Intelegensi ini
di dalamnya termasuk IQ, memori - memori pengetahuan, serta pengalaman - pengalaman
yang telah diperoleh seseorang selama proses sosialisasi. Intelegensi merupakan dasar
kecakapan seseorang secara umum.
Bakat - Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang
karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, berdagang,
berpolitik, dan lain - lain. Bakat - bakat ini merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam
mengembangkan keterampilan - keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang
memiliki bakat - bakat yang berbeda - beda walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.
7
C. Fase Ketiga
Kepribadian manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Schultz & Schultz (dalam Dede,
2011) menjelaskan kepribadian layaknya puzzle, karena menurut mereka untuk menjelaskan
kepribadian harus menggunakan berbagai teori untuk dapat menjelaskan secara lengkap dan
tuntas. Schultz & Schultz (2005) merumuskan tujuh faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian, yaitu sebagai berikut:
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa sifat atau dimensi kepribadian
merupakan sesuatu yang diwariskan. Berikut ini adalah beberapa teori kepribadian yang
menjelaskan faktor hereditas:
b. Lima faktor model kepribadian dari Costa dan McCrae, yaitu neurotikisme, extraversi,
keterbukaan terhadap pengalaman, kepersetujuan, dan kehati-hatian.
c. Tiga tepramen dari Buss dan Plomin, yaitu: empsionalitas, aktivitas, dan sosialitas.
2. Faktor Lingkungan
Menurut Alferd Adler kepribadian dipengaruhi oleh posisi kelahiran dalam keluarga,
situasi sosial dan pengasuhan sebagai fungsi dari perluasan perbedaan usia antara saudara
kandung. Dalam pandangan Adler, perbedaan lingkungan rumah akan memberikan
pengaruh kepada perbedaan kepribadian setiap individu.
8
Sementara Karen Horney percaya bahwa kebudayaan dan periode waktu tertentu
memberikan pengaruh terhadap kepribadian. Horney pun menyorot perbedaan lingkungan
sosial antara anak laki-laki dan perempuan. Ia berpendapat bahwa perkembangan inferioritas
perempuan disebabkan oleh perlakuan tertentu pada anak perempuan dalam budaya yang
didominasi laki-laki (patriaki). Sementara perempuan yang dibesarkan dalam budaya
matriaki akan memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda dan harga diri (self
esteem) yang lebih tinggi.
Erich Fromm percaya bahwa pengaruh kekuatan dan kejadian dalam sejarah memberi
pengaruh yang lebih luas dalam membentuk kepribadian seseorang. Menurut Allport,
meskipun faktor genetik merupakan dasar kepribadian, tetapi lingkungan sosial yang
membentuk bahan dasar tersebut menjadi produk akhir. Cattel berpendapat bahwa hereditas
adalah faktor penting pembentuk kepribadian, tetapi faktor lingkungan yang pada akhirnya
memberikan pengaruh dalam perluasan kepribadian.
Menurut penjelasan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan lingkungan
dan sosial akan berpengaruh terhadap perbedaan kepribadian antara individu satu dengan
lainnya.
3. Faktor Belajar
Faktor belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap aspek perilaku. Semua
kekuatan lingkungan dan sosial yang membentuk kepribadian ditentukan oleh belajar.
setiap fase dalam kepribadian yang diwariskan dapat dimodifikasi, dikacaukan, dicegah,
ditumbuh-suburkan melalui proses belajar.
Pada dasarnya sesuatu yang dipelajari sejak kelahiran dan masa kanak-kanak, melalui
kontrol dapat merubah kehidupan di kemudian hari. Cara pengasuhan tertentu dapat
mendorong perasaan anak-anak untuk berada dalam kontrol. Dengan demikian gagasan
9
mengenai kontrol adalah dimensi yang dipelajari dari kepribadian melalui perilaku
pengasuhan.
Freud menekankan faktor pengasuhan sebagai faktor yang sangat berpengaruh kepada
pembentukan kepribadian anak, sedangkan Adler memfokuskan kepada konsekuensi dari
anak yang merasa tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuanya. Penolakan orang tua
akan memyebabkan perasaan tidak aman, hidup penuh kemarahan terhadap orang lain,
dan kurang memiliki penghargaan terhadap diri.
Allport dan Cattel juga mengakui faktor orang tua dalam pembentukan kepribadian.
Menurutnya, perasaan aman merupakan kondisi yang sangat penting bagi perkembangan
kepribadian. Cattel melihat bahwa masa bayi merupakan periode penting dalam
pembentukan kepribadian, dan perilaku orang tua dan saudara kandung akan membentuk
karakter anak. Erikson berpendapat bahwa hubungan antara ibu dan anak pada tahun
pertama kehidupan sangat penting, terutama dalam membangun kepercayaan terhadap
orang lain. Menurut Maslow peran orang tua sangat penting dalam memenuhi kebutuhan
fisiologis dan rasa aman pada dua tahun pertama kehidupan.
Herderlong dan Lopper menyatakan bahwa beberapa penelitian yang berkaitan dengan
pengasuhan menunjukkan bahwa orang tua dapat meningkatkan perasaan otonomi anak,
harapan dan standar yang realistis, kompetensi dan efikasi diri, serta dapat meningkatkan
motivasi instrinsik. Pola pengasuhan yang positif memiliki efek positif terhadap anak,
sementara pola pengasuhan yang negatif akan memberikan pengaruh yang merusak.
5. Faktor Perkembangan
Freud percaya bahwa kepribadian dibentuk dan menetap pada usia 5 tahun dan akan sulit
berubah sesudah usia tersebut. Beberapa ahli teori kepribadian seperti Cattel, Allport,
Erikson, dan Murray memandang pentingnya kehidupan masa kanak-kanak meskipun
mereka juga setuju bahwa kepribadian dapat dimodifikasi pada usia selanjutnya.
Helson, Jones & Kwan (2002) melakukan penelitian selama 40 tahun terhadap ribuan
orang yang memiliki skor dominan dan independen. Mereka menemukan bahwa
10
kepribadian terus berubah dan berkembang setelah usia 20 tahun, dan puncaknya dicapai
pada usia setengah baya.
Apa yang penting dari perubahan kepribadian pada usia dewasa? Jawabannya terletak
pada pengaruh lingkungan dan sosial, dan dalam adaptasi terhadapnya. Kondisi-kondisi
yang terjadi, seperti perubahan dalam kondisi ekonomi, lulus kuliah, perkawinan dan
menjadi orang tua, perceraian, pindah pekerjaan atau kenaikan pangkat, dan krisis masa
setengah baya akan menyebabkan masalah yang setiap orang dewasa harus menyesuaikan
dirinya.
6. Faktor Kesadaran
Hampir semua teori kepribadian, secara implisit dan eksplisit, menjelaskan proses
kesadaran. Allport percaya bahwa orang yang bukan neurotic, kesadarannya akan
berfungsi dengan cara yang rasional, peduli, dan mampu mengontrol kekuatan yang
memotivasinya. Rogers berpikir bahwa orang pada dasarnya rasional, dikuasai oleh
kesadaran persepsi dari dalam dirinya dan pengalaman dunianya. Maslow juga mengakui
peran kesadaran, ia mengemukakan kebutuhan kognitif untuk mengetahui dan
memahami.
11
7. Faktor Ketidaksadaran
Sigmund Freud memperkenalkan kepada kita mengenai dunia tidak sadar; gudang
kesuraman dari ketakutan paling gelap, konflik-konflik, kekuatan yang berpengaruh pada
pemikiran sadar. Ketidaksadaran rasional (rational unconscious) sering kali merujuk
kepada non conscious untuk membedakan dengan unsconcius dari Freud yang sering kali
disebut dengan kawah gelap dari keinginan dan hasrat yang ditekan.
Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008), ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian yaitu :
Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat yang kritis dalam perkembangan
kepribadian, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi
juga sebagai masa pembentukan kemapuankemampuan yang menentukan jenis
penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran.
2. Faktor Lingkungan
1) Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak.
Alasannya adalah kelurga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi
pusat identifikasi anak, anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan
keluarga dan keluarga merupakan orang yang penting bagi pembentukan
kepribadian anak. Disamping itu keluarga juga dipandang dapat memenuhi
kebutuhan manusiawi, terutama bagi pengembangan kepribadiannya dan
pengembangan ras manusia. Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya maka anak cenderung berkembang menjadi pribadi yang sehat. Suasana
keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang
12
dibesarkan dalam lingkungan keluarga harmonis dan agamais maka
perkembangan anaktersebut cenderung positif.
2) Kebudayaan
Kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap warganya,
baik yang menyangkut cara berpikir, cara bersikap atau cara berprilaku. Pengaruh
kebudayaan terhadap keperibadian dapat dilihat dari perbedaan masyarakat
modern yang budayanya maju dengan masyarakat primitive yang budayanya
masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya seperti dalam cara
makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian, dan cara
berpikir. Linton (1945, cit. Yusuf dan Nurihsan, 2008) mengemukakan ada tiga
prinsip tipe dasar kepribadian yaitu pengalaman awal kehidupan dalam keluarga,
pola asuh orangtua terhadap anak dan pengalaman awal kehidupan anak dalam
masyarakat.
3) Sekolah
Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak
diantaranya sebagai berikut :
a. Iklim emosional kelas Ruang kelas dengan guru yang bersikap ramah dan
respek terhadap siswa memberikan dampak yang positif bagi perkembangan
psikis anak, seperti merasa nyaman, bahagia, mau bekerjasama, termotivasi
untuk belajar, dan mau menaati peraturan. Sedangkan ruang kelas dengan
guru yang bersikap otoriter dan tidak menghargai siswa berdampak kurang
baik bagi anak, seperti merasa tegang, sangat kritis, mudah marah, malas
untuk belajar dan berprilaku yang menggangu ketertiban.
b. Disiplin Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat pribadi
siswa yang tegang, cemas dan antagonistik. Disiplin yang permisif,
cenderung membentuk sifat siswa yang kurang bertanggungjawab, kurang
menghargai otoritas dan egosentris. Sementara displin yang demokratis,
cenderung mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan
tenang dan sikap bekerjasama.
13
c. Prestasi belajar Perolehan prestasi belajar atau peringkat kelas dapat
mempengaruhi peningkatan harga diri dan sikap percaya diri siswa.
d. Penerimaan teman sebaya Siswa yang diterima oleh teman-temannya, dia
akan mengembangkan sikap positif terhadap dirinya dan juga orang lain. Dia
merasa menjadi orang yang berharga.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan dan proses pembentukan kepribadian setiap individu terjadi melalui fase – fase.
Pada fase pertama seorang Anak Mulai Mempunyai Pandangan Tentang Dirinya Sebagai Suatu
Individu Yang Tersendiri Yang Secara Psikologis Mulai Memiliki Rasa Ego Dan Super Ego.
Fase Kedua ini merupakan fase dimana anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe
pergaulan yang ada di lingkungannya termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Dan fase ketiga adalah fase dimana tingkat perkembangannya kepribadian seseorang mengalami
suatu perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku - perilaku yang khas
sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak.
Faktor perkembangan manusia meliputi Faktor Genetik atau Hereditas, faktor lingkungan, faktor
belajar, faktor pengasuhan orangtua, faktor perkembangan, faktor kesadaran, dan faktor tidak
sadar. Ada pula faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia meliputi faktor
generik(bawaan) dan faktor lingkungan (keluarga,kebudayaan, dan sekolah)
15
DAFTAR PUSTAKA
http://pastime-net.blogspot.com/2014/01/bagaimana-kepribadian-perawat-yang.html
https://www.academia.edu/32661455/PROSES_PERKEMBANGAN_KEPRIBADIAN_MANU
SIA
16