Anda di halaman 1dari 10

D3 Keperawatan

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

GRAHA DPP PPNI : Jl. Lenteng Agung Raya No. 64 RT


006/RW 008 Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan 12610;

Telp: +6221 2271 0272 www.inna.ppni.or.id; dppppni@gmail.com; Badan


Hukum: AHU-93.AH.01.07 Tahun 2012 AHU-133.AH.01.08 Tahun 2015
Tentang Perubahan Pengawas dan Pengurus

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PETUNJUK

Proses pembelajaran dengan modul yang saudara pelajari ini dapat berjalan lebih
baik dan lancar apabila saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut:

5. Pahami dan dalami secara bertahap dari kegiatan belajar dalam modul ini.
6. Ulangi lagi dan resapi materi yang anda peroleh dan diskusikan dengan
teman atau orang yang kompeten di bidangnya.
7. Kerjakan Latihan soal yang terdapat dalam modul ini dan ulangi bila
nilai saudara belum memenuhi standar kelulusan supaya memudahkan
saudara dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti uji kompetensi
8. Keberhasilan dalam memahami modul ini tergantung dari kesungguhan,
semangat dan tidak mudah putus asa dalam belajar.

Selamat belajar, sukses untuk Anda


Kegiatan Belajar X

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

DESKR IPSI

Sekarang anda sudah sampai pada bahasan tentang fraktur, mari kita pelajari Topik X yang
akan menguraikan tentang bagaimana asuhan keperawatan pasien fraktur. Sistem
muskuloskeletal merupakan sistem yang memberikan dukungan dan stabilitas bagi tubuh
dan memungkinkan untuk bergerak secara terkoordinasi. Apabila sistem ini terganggu atau
ada masalah, maka akan mempengaruhi sistem gerak tubuh manusia. Dalam topik kali ini
anda kan mempelajari tentang asuhan keperawatan fraktur meliputi konsep dasar dan proses
asuhan keperawatan fraktur; pengkajian, diagnosis, intervensi dan evaluasi keperawatan.

Kompetensi/ Capaian Pembelajaran

Memahami konsep dasar asuhan keperawatan pasien yang mengalami fraktur


1. Menjelaskan konsep fraktur
2. Mengidentitikasi data subyektif dan data obyektif.
3. Menetapkan diagnosis pasien fraktur.
4. Membuat rencana keperawatan pasien fraktur.
5. Menetapkan evaluasi keperawatan fraktur
URAIAN MATERI

A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa, trauma yang menyebabkan patah, dapat berupa
trauma langsung dan tidak langsung.

B. Etiologi
1. Trauma
2. Gerakan pintir mendadak
3. Kontraksi otot ekstrem
4. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma.

C. Komplikasi Fraktur
Komplikasi awal/dini antara lain:
1. Syok hipovolemik, terjadi akibat banyak kehilangan darah,
2. Sindrom emboli lemak. , globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh
darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau
karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress klien akan
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak pada
aliran darah.
3. Sindroma kompartemen, merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Hal
ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot yang disebabkan
oleh fasia yang membungkus otot terlalu ketat, seperti penggunaan gips atau balutan
yang ketat.
4. Kerusakan pada pembuluh darah arteri ditandai dengan tidak ada nadi,
hematoma (memar) yang lebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, capillary refill time (CRT) mengalami penurunan,
perubahan posisi pada yang sakit, sianosis bagian distal, tindakan reduksi dan
pembedahan.
5. Infeksi, biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan
6. Avaskuler nekrosis, Hal ini terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang.

D. Proses Penyembuhan Fraktur


1. Tahap Hematoma (1-3 hari): Pembuluh darah sobek dan hematoma terbentuk
disekitar fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin untuk dapat melindungi tulang
yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast.
2. Tahap Proliferasi Selular (3 hari sampai 2 minggu): Tahap ini terjadi proliferasi
(fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan) dan differensiasi
sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum, endosteum dan bone
marrow yang telah mengalami trauma.
3. Tahap Pembentukan Kallus: Sel-sel yang mengalami perkembangan memiliki
potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel
akan memulai pembentukan tulang dan juga kartilago.
4. Tahap Konsolidasi (3 minggu sampai 6 bulan): Bila aktivitas osteoklast dan
osteoblast berlanjut, serabut tulang berubah menjadi lamellar.
5. Tahap Remodeling (6 bulan hingga 1 tahun): Fraktur telah dijembatani oleh suatu
manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar
ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan tulang yang terus-menerus. Dinding
yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum.
E. Pengkajian Data Subjektif dan Objektif
1. Data Subjektif :
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, adanya spasme otot yang menyertai fraktur
2. Data Obyektif:
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema pemendekan tulang, rotasi, spasme otot,
hilang fungsi,
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah, angulasi
abnormal,
c. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
d. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit, Memar (ekimosis), terjadi
e. Gangguan pergerakan
F. Penatalaksanaan Fraktur
1. Recognition (pengenalan) merupakan langkah mengkaji riwayat kecelakaan,
derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnose dan tindakan selanjutnya.
2. Reduction (manipulasi atau reposisi) adalah tindakan untuk memanipulasi
fragmen-fragmen tulang yang sehingga kembali seperti semula secara optimal.
Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi atau reduksi terbuka.
3. Retention (imobilisasi) merupakan upaya yang dilakukan untuk menahan
fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur
direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi dalam posisi kesajajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal
atau internal.
4. Rehabilitation (rehabilitasi) yaitu mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal
mungkin untuk menghindari atrofi atau kontraktur. Bila keadaan memungkinkan,
harus segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan
anggota tubuh dan mobilisasi meningkatkan peredaran darah

G. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragment tulang, kompresi saraf, cedera
neuromuscular, trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder.
2. Risiko disfungsi neurovascular perifer berhubungan dengan hiovolemi, penurunan
aliran darah cedera vascular langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, bedah
perbaikan, pemasangan traksi pen,kawat dan sekrup.
4. Risiko cedera berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri
sekunder akibat pergerakan fragmen tulang
6. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengibatan
berhubungan dengan kurang terpajannya infromasi, salah interpretasi informasi/tidak
menegal sumber informasi

H. Pelaksanaan Keperawatan
1. Nyeri akut.
a. Pertahankan imobilisasi bagian yang fraktur: gips, traksi.
b. Ajarkan teknik manajemen nyeri (napas dalam, imajinasi visual).
c. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam).
d. Kolaborasi pemberian terapi analgetik.
e. Evaluasi keluhan nyeri

2. Gangguan Mobilitas Fisik


a. Pertahankan pelaksanaan aktifitas rekreasi terapeutik sesuai keadaan.
b. Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif pada ekstremitas yang sakit sesuai
keadaan
c. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter atau tangan sesuai indikasi.
d. Bantu dan dorong perawatan diri sesuai keadaan klien.
e. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan .
f. Dorong atau pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml perhari.
g. Berikan diet TKTP. R/kalori dan protein
h. Evaluasi kemampuan mobilisasi
i. Kolaborasi penggunaan fisioterapi.

3. Risiko disfungsi neurovascular perifer


a. Kaji Kualitas nadi perifer, dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat.
b. Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan temperatu bagian distal ekstremitas yang
mengalami fraktur.
c. Kaji neurovaskuler, perhatikan adanya perubahan fungsi motoric dan sesorik.
d. Pertahankan elevasi ekstremitas yang cedera.
e. Monitor tanda-tanda vital.
f. Berikan kompres es disekitar fraktur.
g. Berikan Warfarin Natrium bila diindikasikan/hasil kolaborasi
h. Kolaborasi pemerikasaan kadar protombin, hemoglobin, dan hematocrit.

4. Gangguan integritas kulit.


a. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman.
b. Massage kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips.
c. Lindungi kuit dan gips pada area perinatal.
d. Observasi keadaan kulit, penekanan gips, insersi traksi

5. Risiko infeksi
a. Monitor TTV dan adanya peningkatan suhu
b. Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protocol.
c. Ajarkan klien mempertahanklan sterilisasi insersi pen.
d. Kolaborasi pemberian antibiotic dan toksoid tetanus

6. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


a. Kaji ulang patologi. Prognosis dan harapan yang akan datang.
b. Kaji penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan
terapis fisik bila diindikasikan.
c. Buat daftar aktivitas dimana klien dapat melakukannya secara mandiri
dan yang memerlukan bantuan.
d. Dorong klien untuk melakukan latihan aktif untuk sendi diatas dan dibawah
fraktur.
e. Klarifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat seperti tim
rehabilitasi, pelayanan perawatan dirumah.

I. Evaluasi
1. Nyeri hilang/berkurang
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer tidak menjadi aktual.
3. Integritas kulit baik.
4. Mobilitas meningkat.
5. Risiko infeksi tidak menajadi actual
6. Pengetahuan klien meningkat

SOP Pelepasan kateter urin


1. Memperkenalkan diri
2. Beritahu dan jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan dan lihat respon klien
3. Pasang sampiran, tutup jendela
4. Dekatkan alat ke klien
5. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
6. Desinfeksi daerah pemasangan kateter
7. Aspirasi balon dengan spuit sampai isi habis
8. Tarik kateter dan anjurkan klien untuk menarik napas panjang sambil melihat repon klien
9. Bereskan alat dan lepaskan handschoen
10. Cuci tangan
11. Dokumentasikan tindakan

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M., dan Hawks, Jane H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 1.diterjemahkan oleh
dr. Rizal Ashari Nampira, dkk. Jakarta: Salemba Medika

BPPSDM. 2017. Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. 2012. Rencana Keperawatan Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai