Proses pembelajaran dengan modul yang saudara pelajari ini dapat berjalan lebih
baik dan lancar apabila saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut:
5. Pahami dan dalami secara bertahap dari kegiatan belajar dalam modul ini.
6. Ulangi lagi dan resapi materi yang anda peroleh dan diskusikan dengan
teman atau orang yang kompeten di bidangnya.
7. Kerjakan Latihan soal yang terdapat dalam modul ini dan ulangi bila
nilai saudara belum memenuhi standar kelulusan supaya memudahkan
saudara dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti uji kompetensi
8. Keberhasilan dalam memahami modul ini tergantung dari kesungguhan,
semangat dan tidak mudah putus asa dalam belajar.
DESKR IPSI
Sekarang anda sudah sampai pada bahasan tentang fraktur, mari kita pelajari Topik X yang
akan menguraikan tentang bagaimana asuhan keperawatan pasien fraktur. Sistem
muskuloskeletal merupakan sistem yang memberikan dukungan dan stabilitas bagi tubuh
dan memungkinkan untuk bergerak secara terkoordinasi. Apabila sistem ini terganggu atau
ada masalah, maka akan mempengaruhi sistem gerak tubuh manusia. Dalam topik kali ini
anda kan mempelajari tentang asuhan keperawatan fraktur meliputi konsep dasar dan proses
asuhan keperawatan fraktur; pengkajian, diagnosis, intervensi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa, trauma yang menyebabkan patah, dapat berupa
trauma langsung dan tidak langsung.
B. Etiologi
1. Trauma
2. Gerakan pintir mendadak
3. Kontraksi otot ekstrem
4. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma.
C. Komplikasi Fraktur
Komplikasi awal/dini antara lain:
1. Syok hipovolemik, terjadi akibat banyak kehilangan darah,
2. Sindrom emboli lemak. , globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh
darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau
karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress klien akan
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak pada
aliran darah.
3. Sindroma kompartemen, merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Hal
ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot yang disebabkan
oleh fasia yang membungkus otot terlalu ketat, seperti penggunaan gips atau balutan
yang ketat.
4. Kerusakan pada pembuluh darah arteri ditandai dengan tidak ada nadi,
hematoma (memar) yang lebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, capillary refill time (CRT) mengalami penurunan,
perubahan posisi pada yang sakit, sianosis bagian distal, tindakan reduksi dan
pembedahan.
5. Infeksi, biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan
6. Avaskuler nekrosis, Hal ini terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang.
G. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragment tulang, kompresi saraf, cedera
neuromuscular, trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder.
2. Risiko disfungsi neurovascular perifer berhubungan dengan hiovolemi, penurunan
aliran darah cedera vascular langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, bedah
perbaikan, pemasangan traksi pen,kawat dan sekrup.
4. Risiko cedera berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri
sekunder akibat pergerakan fragmen tulang
6. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengibatan
berhubungan dengan kurang terpajannya infromasi, salah interpretasi informasi/tidak
menegal sumber informasi
H. Pelaksanaan Keperawatan
1. Nyeri akut.
a. Pertahankan imobilisasi bagian yang fraktur: gips, traksi.
b. Ajarkan teknik manajemen nyeri (napas dalam, imajinasi visual).
c. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam).
d. Kolaborasi pemberian terapi analgetik.
e. Evaluasi keluhan nyeri
5. Risiko infeksi
a. Monitor TTV dan adanya peningkatan suhu
b. Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protocol.
c. Ajarkan klien mempertahanklan sterilisasi insersi pen.
d. Kolaborasi pemberian antibiotic dan toksoid tetanus
I. Evaluasi
1. Nyeri hilang/berkurang
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer tidak menjadi aktual.
3. Integritas kulit baik.
4. Mobilitas meningkat.
5. Risiko infeksi tidak menajadi actual
6. Pengetahuan klien meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M., dan Hawks, Jane H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 1.diterjemahkan oleh
dr. Rizal Ashari Nampira, dkk. Jakarta: Salemba Medika
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. 2012. Rencana Keperawatan Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI