Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN

DIAGNOSA MIOMA UTERI + DIABETES MELLITUS

DI RUANG OK KANDUNGAN RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA

OLEH :
IFVADATUL DEVIANY
NIM. 2030048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Ifvadatul DeviAny


Nim : 2030048
Program Studi :Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Diagnosa Mioma Uteri + Diabetes
Mellitus Di Ruang OK Kandungan RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa
Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak.

Mahasiswa :

Ifvadatul DeviAny
NIM. 2030048

Mengetahui,

CI Institusi CI Lahan
TINJAUAN PUSTAKA

MIOMA UTERI + DM

1.1 Definisi
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leimioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang
sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
(menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi
kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017)
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik
hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua –
duanya (ADA,2017)

1.2 Etiologi
Mioma Uteri
Ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri
1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40-
50% pda wanita usia diatas 4 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarche (sebelum mendapatkan haid)
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan
miometrium normal
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri
4. Makanan
Makanan dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat) dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden menurunkan mioma uteri
5. Kehamilan
6. Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal
7. Paristas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 kali atau 2 kali
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teoi yang
berpendapat :
a. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
1. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
3. Mioma uteri biasanya mengalamiatrofi sesudah menopause
4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri
b. Teori Cellnest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat
pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen

Diabetes Mellitus

1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI)


a. Faktor Genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing
c. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β
pancreas
2. Diabets Mellitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI)
a. Usia (resisten insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
1.3 Manifestasi
Mioma Uteri
Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural, submucous)
digolongkan sebagai berikut :
1. Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya, mioma ini
terbagi menjadi tiga jenis
a. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar
tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah
(miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya
dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk
tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke ats, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi
b. Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosadan tumbuh kearah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai
atau memiliki dasar lebar. Apabila mioma tumbuh keluar dinding
uterus sehinggamenonjol kepermukaan terus diliputi oleh serosa.
Mioma serosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum
menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh
menempel pada jaringan lain,misalnya ke ligamentum atau omentum
kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering
parasitis fibroid
c. Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yng paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma geburt. Mioma
jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan
Diabetes Mellitus

Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Gejala akut penyakit DM


Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak menunjukan
gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang ditunjukan meliputi :
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel
tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun sebabnya orang
menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan
makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu
ingin makan
b. Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi.untu
mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum
dan ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan karena
membuat kadar gula semakin tinggi.
c. Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar bersama
urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula,tak terlalu
pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga
volume urin yang keluar banyak dan kencing pun sering.Jika tidak diobati
maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-
4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual
(PERKENI, 2015)

2. Gejala kronik penyekit DM


Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015) adalah :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg
1.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan lokasinya, mioma diklasifikasikan atas beberapa tipe antara lain :
a. Tipe 0 - merupakan pedunculated intracavitary myoma, tumor berada submukosa
dan sebagian dalam rongga rahim
b. Tipe 1 - merupakan tipe submukosa dengan < 50% bagian tumor berada di
intramural
c. Tipe 3 - seluruh bagian tumor berada dalam dinding uterus yang berdekatan
dengan endometrium
d. Tipe 4 - tipe tumor intramural yang lokasinya berada dalam miometrium
e. Tipe 5 - tipe serosa dengan 50% bagian tumor berada pada intramural
f. Tipe 6 - jenis subserosa yang mengenai < 50% intramural
g. Tipe 7 - tipe pedunculated subserous
h. Tipe 8 - kategori lain ditandai dengan pertumbuhan jaringan di luar miometrium
yang disebut cervicalparasitic lesion.

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus


a. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)/Diabetes Mellitus
Tergantung Insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun
b. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/Diabetes Mellitus
Tak Tergantung Insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) tau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olahraga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas
c. DM Tipe Lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindrom penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik
gangguan endokrin
d. Diabetes Kehamilan : Gestasional Diabetes Mellitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes
1.5 WOC
1.6 Gambaran Klinik
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan
apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma
uteridalam rahim
1. Faktor yang mempengaruhi timbulnyagejala klinik meliputi hal-hal
berikut
a. Besarnya mioma uteri
b. Lokalisasi mioma uteri
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri
d. Gejala klinik terjadi hanyasekitar 35%-50% dari pasien yang
terkena

2. Gejala klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai
berikut
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering
ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa
menoragia, metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat
menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini
dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya areah permukaan dari
endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim,
distorsi, dan kongesti dari pembuluh darah disekitarnya dan
ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine,
obstruksi ureter, dan hidronefrosis.
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.

3. Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh


beberapa hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir
d. Infeksi pada mioma

4. Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat


berakibat pada hal-hal berikut.
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan
submukosa. Kongesti vena terjadi karena kompresi tumor yang
menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid, nyeri, dan
dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kelahiran.
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses
saling mempengaruhi.
c. Keguguran dapat terjadi.
d. Persalinan prematuritas.
e. Gangguan proses persalinan.
f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah
kelahiran.

1.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah: leukositosis dapat disebabkan
oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar
hemoglobin dan hematokrit menunjukkan adanya kehilangan darah yang
kronik.
2. Tes kehamilan
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik
menyerupai kehamilan atau terdapat bersama-sama kehamilan.
3. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu
melihat posisi mioma.
4. Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum
histerektomi

1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. USG-transvaginal/abdominal pada Mioma Uteri :
a. Tampak uterus membesar
b. Dapat dilkukan tmambahan pemeriksa yaitu dengan CT scan untuk
dikonfirmasi lebih jelas

2. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada Diabetes Millitus adalah


a. Pemeriksaan darah
Kadar Glukosa Darah (Menurut WHO (World Health Organization) ,
2015)

No Pemeriksaan Normal

1. Glukosa darah sewaktu Glukosa darah puasa >200 mg/dl

2. Glukosa darah 2 jam setelah makan >140 mg/dl

3. >200 mg/dl

b. Pemeriksaan fungsi tiroid


Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
c. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine :
1) Warna hijau ( + )
2) Warna kuning ( ++ )
3) Warna merah ( +++ )
4) Warna merah bata ( ++++ )

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunkan fehling benedict


dan ansipatik (paper strip)

d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
e. Pemeriksaan dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
diabetes mellitus yaitu
1) Kelompok usia dewasa tua (>40 tahun)
2) Kegemukan
3) Tekanan darah tinggi
4) Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi >4000 gr
5) Riwayat keluarga diabetes mellitus
6) Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
7) Displipidemia

1.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Mioma Uteri
a. Medis
1) Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan
terapi hanya diobservasi tiap 3 – 6 bulan untuk menilai
pembesarannya.
2) Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause radioterapi ini umumnya hanya
dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk tindakan operatif
akhir-akhir ini kontrak indikasi tersebut makin berkurang.
Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada
keganasan pada uterus. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak
dapat dioperasi (bad-risk patient), tidak disertai radang pelvis atau
penekanan pada rektum, tidak dilakukan pada wanita muda, sebab
dapat menyebabkan menopause. Maksud dari radioterapi adalah
untuk menghentikan perdarahan.
3) Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu.
Pemberian GnRH dapat mengurangi besarnya ukuran mioma
4) Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila uterus melebihi
seperti kehamilan 12 – 14 minggu. Miomektomi adalah
pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Apabila
wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil
sekitar 30-50%
5) Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak mengizinkan anak lagi dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang sudah bergejala.

b. Non Medis
1) Pemberian pendidikan kesehatan mengenai penyakit: definisi,
tanda gejala penyakit, penatalaksanaan yang akan diberikan,
dampak jika tidak diberikan tindakan medis yang akan diberikan,
dan dampak dari tindakan medis yang akan diberikan
2) Pemberian motivasi untuk mengontrol kecemasan pasien

2. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


a. Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda
dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi
untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol
glikemik. Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol
glikemik maka pengobatan diganti menjadi insulin setiap harinya.
Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak
berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor
yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah
bagi penderita diabetes pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk
menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum
suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam
terapi insulin. 16 Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga
diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis
insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual.
Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang
pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk
mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah
bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap
dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya
insulin digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin
diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin
prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi
insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
b. Obat Antidiabetik Oral
1) Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD
generasi kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat,
karena adanya non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko
interaksi obat berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan
hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah.
Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan
18 metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki
sistem kerja metabolit yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif
yang lebih sesuai digunakan pada pasien diabetes geriatri. Generasi
terbaru sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan insulin dari
fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek
ekstrapankreatik
2) Golongan Biguanid Metformi
Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika
digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati
pada pasien lanjut usia karena dapat menyebabkan anorexia dan
kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus memeriksakan
kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan
karena massa otot yang rendah pada orangtua.
3) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase,
suatu enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti
sukrosa dan karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi absorb
karbohidrat dan menghasilkan penurunan peningkatan glukosa
postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan golongan obat
yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut
usia yang mengalami diabetes 19 ringan. Efek samping
gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi
mereka yang menderita sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada
dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah klinis
4) Thiazolidinediones Thiazolidinediones
Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha
reseptor. Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk pasien
lanjut usia dan tidak menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus
dihindari pada pasien dengan gagal jantung. Thiazolidinediones
adalah obat yang relatif
1.10 Komplikasi
1. Komplikasi Mioma Uteri
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi Iciomiosarkoma ditemukan ditemukan
hanya 0,32-0,6% dari seiuruh mioma, serta merupakan 50-75% dari
semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kccurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mcngalami, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi pcrlahan-lahan,
gangguan akut tidak terjadi
c. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina.
Dalam hal Ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat
nekrosis dan infeksi sekunder

2. Komplikasi Diabetes Mellitus


Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II
akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi
menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl),
disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma
keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/Ml) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI,2015).
2) Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari
gejala adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa
lapar) dan gejala neuro- glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran
menurun sampai koma) (PERKENI, 2015).
3) Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi
(600- 1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas
plasma sangat meningkat (330-380 mOs/ml),plasma keton (+/-),
anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015)

b. Komplikasi Kronis (Menahun)


Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka panjang
terdiri dari :
1) Makroangiopat : pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
2) Mikroangiopati : pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
3) Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di
mana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera
atau penyakit
4) Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi,
contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit
dan infeksi kaki. dan disfungsi ereksi
KONSEP

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1.1 Anamnesa
a. Identitas : Nama, usia, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama, dll
b. Keluhan utama : mengkaji adanya menstruasi yang tidak lancar dan adanya
perdarahan pervagina berulang
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : keluhan yang dirasakan klien sampai klien di RS
atau saat pengkajian dilakukan seperti perdarahan pervagina di luar siklus hid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : mengkaji apakah klien pernah menderita
penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan penyakit lain
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : mengidentifikasi apakah ada anggota keluarga
lain yang pernah menderita penyakit seperti ini. Dapat dikaji mengenai penyakit
keturunan dan penyakit menular dalam keluarga
f. Riwayat Pembedahan : mengkaji danya pembedahan yang pernah dilakukan
klien, jenis pembedahannya, kapan, dimana, dan oleh siapa pembedahan
dilakukan
g. Riwayat Kesehatan Reproduksi : mengkaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darahnya, baunya, warnanya, dan adanya
dismenorrhoe (waktu dan gejala)
h. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas : mengkaji keadaan dan kesehatan
anak klien mulai dari kandungan sampai saat sekarang
i. Riwayat Seksual : mengkaji aktivitas seksual klien, apakah menggunakan
kontrasepsi dan jenis kontrasepsinya serta keluhan yatng muncul dengan
pemasangan kontrasepsi
j. Riwayat Konsumsi Obat : mengkaji pemakaian obat-obatan oleh klien seperti
obat kontrasepsi oral, obat digitalis, dan obt lainnya
k. Pola aktivitas : mengkaji nutrisi, cairan, elektrolit, eliminasi, pola istirahat dan
hygiene

1.2 Pemeriksaan Fisik


Kepala
Inspeksi : Tampak bersih, pertumbuhan rambut normal, konstruksi rambut yang
mudah rontok atau rambut yang mudah dicabut menandakan kuranggizi
atau ada kelainan tertentu
Palpasi : Untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak
Wajah
Inspeksi : pada daerah muka tampak pucat atau tidak
Mata
Inspeksi : konjungtiva tampak pucat, jika sklera tampak ikterik menandakan
metastasis ke daerah hati
Palpasi : tidak teraba oedema
Hidung
Inspeksi : tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak tampak polip, tidak tampak
peradangan
Mulut
Inspeksi : tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak caries dentis, tidak
tampak stomatitis, geraham tampak lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil
Telinga
Inspeksi : tampak bersih, tidak ada pengeluaran/sekret
Leher
Inspeksi : tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
Palpasi : mengetahui keadaan dan lokasi pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tyroid
dan trakea
Dada
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan otot bntu
pernafasan
Auskultrasi : tidak ada suara nafas tambahan, bunyi jantung I menutupnya katup
mitral dan bikuspidalis dan trikuspidalis sedangkan bunyi jantung II menutupnya
katup aorta dan pulmonal
Perkusi : umumnya bersuara resonan dan dullness
Payudara
Inspeksi : areol berwarn elap/tidak, putting susu menonjolm tidak ada dimpling
Palpasi : tidak ada massa/benjolan, tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe
Abdomen
Inspeksi : adanya jaringan parut atau striae, bentuk dan kontur abdomen
Palpasi : terdapat/tidak pembesaran hepar maupun splemnomegali
Auskultasi : terdengar bising usus antara 5-35x/menit
Genetalia
Inspeksi : simetris, tidak pengeluaran sekret berlebihan, tidak ada varices
Palpasi : tidak teraba pembesaran kelenjar bartholini, vulva dan vagina tidak teraba
oedem
Ekstremitas
Inspeksi : simetris, tidak ada varises, tidak oedem
Palpasi : tidak oedema dan varices, tidak ada Human Sign, capillary refill time <2
detik
Perkusi :
- Pemeriksaan refleks Babynski : negatif
- Pemeriksaan refleks Biceps : positif
- Pemeriksaan refleks Triceps : positif
- Pemeriksaan refleks Patella : positif
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Nyeri Kronik
c. Resiko Syok Hipovolemik
d. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
e. Resiko Infeksi
f. Gangguan Eliminasi Urine
g. Konstipasi
h. Resiko Gangguan Identitas Pasien
i. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
j. Gangguan Integritas Jaringan
k. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah

3. Diagnosa Prioritas
a. Ansietas
b. Nyeri Kronik
c. Ketidakseimbangan Kadar Gula Darah
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ansietas b.d Krisis Setelah dilakukan intervensi Observasi
Situasional 1. Identifikasi saat tingkat 1. Mengetahui sejauh mana
keperawatan selama 3x24jam
ansietas berubah (mis. ansietas tersebut
SDKI D.0080 maka Tingkat Ansietas Kondisi, waktu, stresor) menganggu klien
Hal. 180 2. Identifikasi kemampuan 2. Mengungkapkan perasaan
Menurun dengan kriteria hasil :
mengambil keputusan klien dapat mengurangi
1. Verbalisasi kebinggungan 3. Monitor tanda-tanda ansietas klien
menurun ansietas (verbal dan
2. Verbalisasi khawatir nonverbal)
akibat kondisi yang
dihadapi menurun Terapeutik
3. Perilaku gelisah menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik 3. Ciptakan hubungan saling
4. Perilaku tegang menurun untuk menumbuhkan percaya
5. Konsentrasi membaik kepercayaan
6. Pola tidur membaik 2. Temani pasien untuk 4. Sarankan keluarga untuk
mengurangi kecemasan, menemani pasien
jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang 5. Mendengarkan keluhan
membuat ansietas klien secara empati maka
4. Dengarkan dengan penuh klien akan merasa
perhatian diperhatikan
5. Gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memiu
kecemasan

Edukasi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Jelaskan prosedur, termasuk 6. Berikan edukasi tentang
sensasi yang mungkin mengurangi rasa cemas
dialami
2. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan,dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan mengungkapkan 7. Memberikan pengetahuan
perasaan dan persepsi klien sehingga mengerti
5. Latih kegiatan pengalihan tentang penyakitnya
untuk mengurangi 8. Memberikan ketenangan
ketegangan sehingga ansietas
6. Latih teknik relaksasi berkurang

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

SIKI I.09314
Hal. 387
2. Nyeri Kronis b.d Infiltrasi Setelah dilakukan intervensi Observasi
Tumor 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui tingkat nyeri
keperawatan selama 3x4jam
karakteristik, durasi, yang dirasakan sehingga
SDKI D.0078 maka Tingkat Nyeri menurun frekuensi, kualitas, membantu menentukan
Hal. 174 intensitas nyeri intervensi yang tepat
dengan kriteria hasil :
2. Idenitifikasi skala nyeri 2. Posisi yang nyaman dapat
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri menghindari penekanan
2. Meringis menurun non verbal pada area luka/nyeri
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
3. Sikap protektif menurun 4. Identifikasi faktor yang 3. Pemberian obat analgetik
4. Gelisah menurun memperberat dan dapat mengurangi reseptor
5. Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri nyeri
6. Frekuensi nadi membaik 5. Monitor keberhasilan terapi 4. Ajarkan teknik relaksasi
komplementer yang sudah untuk mengurangi rasa
diberikan nyeri yang dirasakan
6. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dn tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

SIKI I.08238
Hal.201
3. Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan intervensi Observasi
Glukosa Darah b.d 1. Identifikasi kemungkinan 1. Kaji tanda-tanda
keperawatan selama 3x4jam
Resistensi Insulin penyebab hiperlikemia hiperglikemia
maka Kestabilan Kadar 2. Identifikasi situasi yang 2. Pantau kadar insulin
SDKI D.0027 menyebabkan kebutuhan
Glukosa Darah Meningkat
Hal. 71 insulin meningkat (mis.
dengan kriteria hasil : Penyakit kambuhan)
3. Monitor kadar glukosa 3. Kaji kadar glukosa darah
1. Koordinasi meningkat
darah 4. Pantau intake dan output
2. Mengantuk menurun 4. Monitor intake dan output cairan
cairan
3. Pusing menurun
4. Lelah/lesu menurun Terapeutik
1. Konsultasikan dengan 5. Pantau tanda dan gejala
5. Keluhan lapar menurun
medis jika tanda dan gejala hiperglikemia
6. Kadar glukosa dalam darah hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
membaik
Edukasi
1. Anjurkan monitor kadar 6. Monitor kadar glukosa
glukosa darah secara darah secara mandiri
mandiri 7. Kaji pengetahuan dan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
2. Anjurkan kepatuhan pemahanan terhadap diet
terhadap diet dan olahraga dan olahraga
3. Ajarkan pengelolaan 8. Ajarkan penggunaan
diabetes (mis. Penggunaan insulin
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
profesional kesehatan)

Kolaborasi 9. Kolaborasikan dengan


1. Kolaborasi pemberian dokter pemberian insulin
insulin
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV

SIKI I.03115
Hal. 180
DAFTAR PUSTAKA

PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Jakarta :PERKERNI

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI

Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed.3.


Jakarta : Salemba Medika.

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi (Budi Anna
Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nugroho, T. ( ). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Robbins. ( ). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC

RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri

Anda mungkin juga menyukai