Pada bab sebelumnya kita melihat cara meragang rangka lanjar. Bila semua batang rusuk dibuang, tinggallah bingkai sutuh dan telapak. Keduanya dapat dianggap sebagai dua lapisan, yakni lapisan sutuh dan lapisan telapak (gambar 319). Di antara kedua lapisan itu dapat disisipkan sejumlah lapisan lain sehingga terbentuk raut yang sama seperti rangka lanjar asal. Misalnya, bila rangka semula beraut kubus, keempat batang rusuknya dapat diganti dengan lapisan bingkai bujur sangkar yang sama raut dan ukurannya dengan bingkai sutuh dan telapak. Hasilnya berupa raut lambung yang pejal, sedangkan sisi sutuh dan telapaknya bolong (gambar 320).Bila dikehendaki, kedudukan lapisan itu dapat digeser untuk membuat prisma miring (gambar 321). Setiap lapisan itu dapat juga diputar dengan berangsur (gambar 332).
Keragaman dan berbagai kemungkinannya
Untuk memudahkan proses berpikir, kita menggunakan batang kayu sebagai lapisan untuk melihat keragaman dan berbagai kemungkinan yang dapat diperoleh.Pertama-tama, kedua ujung batang kayu dapat diraut sesuka hati (gambar 323). Untuk menambah jumlah lapisan, kita dapat menggunakan batang yang panjangnya sama atau berbeda (gambar 324). Kita dapat menumpangkan batang yang satu tepat di atas yang lain, tapi dapat juga menyusunnya dengan kedudukan atau arah yang roncet (gambar 325). Tubuh batang dapat diolah secara khusus (gambar 326). Roncetan raut pada ragang lapisan Kemungkinan untuk membangun sebuah roncetan raut dapat dijajaki dengan menggunakan lebih dari satu batang kayu pada setiap lapisan. Sebagai contoh, kita menggunakan dua batang pada tiap lapisan, yang panjangnya dapat sama atau berbeda (gambar 327). Pangkal keduanya dapat dipertemukan sehingga terbentuk raut 'V', atau disilangkan sehingga terbentuk raut 'X'. Sudut pada persambungan atau persilangan dapat berbeda pada setiap lapisan (gambar 328). Kedua batang itu dapat pula direkat sesamanya pada ujungnya atau pada sisinya (gambar 329). Mari kita perhatikan contoh ragang lapisan berikut. Lapisan sutuhnya beraut 'V' dengan sudutnya menghadap ke kiri. Mulai dari lapisan di bawahnya kedua batang itu bertindihan dengan berangsur pada persambungan paruh- tindih dan membentuk raut 'X'. Lapisan tengah beraut 'X' dengan titik potongnya tepat di tengah. Pada lapisan di bawahnya titik potong persilangan bergerak secara berangsur ke kanan, dan akhirnya membentuk raut 'V' dengan sudutnya menghadap ke kanan. Ini adalah lapisan telapak (gambar 330). Dengan menggunakan batang yang lebih banyak pada tiap lapisan, dan dengan kedudukan dan arah yang beragam, hasil yang lebih rumpil dapat diperoleh dengan mudah. Contoh Karya :