Anda di halaman 1dari 6

Materi Pertemuan IV, Teori Kuantitas Uang, Dan Standar Moneter

A. TEORI KUANTITAS UANG, JUB DAN STANDAR MONETER

1. Teori Kuantitas Uang


Teori kuantitas uang merupakan teori yang mengemukakan adanya hubungan langsung antara
perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga barang. Dari hubungan
tersebut dapat dikemukakan bahwa harga barang berbanding lurus dengan jumlah uang yang
beredar.
Teori kuantitas ini disebut juga sebagai teori kuantitas sederhana yang dikemukakan oleh
Davanzati, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

M = PT

Keterangan:
M = money in circulation (jumlah uang yang beredar)
P = price (tingkat harga barang)
T = trade (jumlah barang yang diperdagangkan)

Teori kuantitas tersebut belum seluruhnya tepat, karena belum memperhitungkan


kecepatan peredaran uang, padahal kecepatan peredarannya akan berpengaruh besar
terhadap harga barang. Teori kuantitas ini kemudian dilengkapi oleh Irving Fisher
(persamaan pertukaran) dengan rumus sebagai berikut.

M = PT Dan M1 V1 + M2 V2 = P

Dimana
M = money in circulation (jumlah uang yang beredar)
M1 = Jumlah uang kartal yang beredar
M2 = Jumlah uang Giral yang beredar
V = velocity of circulation (kecepatan peredaran uang)
P = price (tingkat harga rata-rata barang)
T = trade (jumlah barang yang diperdagangkan)

2. Nilai Uang
Nilai uang atau daya beli uang merupakan kemampuan uang untuk ditukarkan dengan barang
atau jasa, maupun ditukarkan dengan uang yang lain. Nilai uang dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu berdasarkan asalnya dan ukurannya.
a. Dilihat dari Asalnya
Berdasarkan asalnya, nilai uang terdiri atas nilai nominal dan nilai intrinsik.
1) Nilai nominal, yaitu nilai yang berdasarkan tulisan yang tertera pada uang.
2) Nilai intrinsik, yaitu nilai yang berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang.
b . Dilihat dari Ukurannya
Berdasarkan ukurannya, nilai uang terdiri atas nilai internal dan nilai eksternal.
1) Nilai internal, nilai yang diukur oleh kemampuan uang untuk tersebut ditukarkan dengan
sejumlah barang dan jasa.
2) Nilai eksternal, yaitu nilai yang diukur oleh kemampuan uang tersebut untuk ditukarkan
dengan sejumlah mata uang luar negeri atau uang asing.

3. Uang yang Beredar dalam Masyarakat dan Uang Inti


a. Uang yang Beredar
Dalam arti sempit, uang yang beredar adalah mata uang dalam peredaran atau jumlah mata uang
yang telah diedarkan oleh bank sentral ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh
perorangan, perusahaan, dan badan pemerintah (M1).
Sementara itu, dalam arti luas uang yang beredar (M2) meliputi bagian-bagian berikut
ini.
1) Mata uang dalam peredaran/uang kartal (uang kertas dan uang logam).
2) Uang giral (cek dan giro).
3) Uang kuasi (near money/hampir uang), yang terdiri atas deposito berjangka, tabungan
dan rekening, serta valuta asing milik swasta domestik.
Sedangkan untuk menghitung jumlah uang yang beredar (JUB) dengan rumus :

Jumlah uang yang beredar =

b . Uang Inti (Reserve Money)


Uang inti merupakan inti dari proses penciptaan uang, baik bagi penciptaan uang kartal maupun
uang giral. Tanpa ada uang inti, tidak akan ada uang kartal maupun uang giral.

4. Sistem Standar Moneter


a. Pengertian Standar Moneter
Standar moneter adalah sistem moneter yang didasarkan atas standar nilai uang, termasuk di
dalamnya peraturan tentang ciri- ciri/sifat-sifat dari uang, pengaturan tentang jumlah uang yang
beredar (baik logam maupun kertas), ekspor-impor logam mulia serta fasilitas bank dalam
hubungannya dengan demand deposit (simpanan yang setiap saat dapat diambil)
Standar uang dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1) Standar kertas, adalah sistem keuangan di mana uang kertas berlaku sebagai alat tukar/alat
pembayaran yang sah dan tak terbatas, akan tetapi tidak ditukarkan dengan emas dan
perak pada bank sirkulasi.
2) Standar logam (metalisme) yang dibedakan menjadi dua, yaitu monometalisme dan
bimetalisme.
a) Monometalisme (standar tunggal) merupakan sistem standar moneter yang
menggunakan standar uangnya berupa satu buah logam mulia, bisa emas maupun
perak.
b) Bimetalisme merupakan sistem standar moneter yang didasarkan pada dua logam.
Jika suatu negara menggunakan standar kembar atau bimetalisme, maka dalam negara
tersebut akan berlaku Hukum Gresham, yang berbunyi “Bad money always drives out
good money from circulation” artinya uang yang nilai bahannya lebih rendah akan
mendesak uang yang nilai bahannya lebih tinggi dari peredaran.
Syarat berlakunya Hukum Gresham adalah sebagai berikut.
(1) Negara menggunakan standar kembar.
(2) Bank Sentral memperjualbelikan logam mulia, baik berupa emas maupun perak.
(3) Masyarakat diberikan kebebasan untuk menempa ataupun melebur uang emas
maupun perak.
(4) Perbandingan emas dan perak menurut pemerintah dan pasar berbeda.

b. Macam-Macam Standar Moneter


Standar moneter pada hakikatnya dikategorikan menjadi dua golongan, yaitu standar barang
dan standar kepercayaan.
1) Standar barang (commodity standard)
Standar barang adalah sistem moneter di mana nilai uang dijamin sama dengan berat
tertentu barang (emas atau perak). Setiap nilai uang yang beredar dijamin dengan barang
tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Standar barang ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a) standar emas (the gold standard),
b) standar perak (the silver standard),
c) standar kembar (emas dan perak).

2) Standar kepercayaan (faith standard) atau standar kertas


Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat kamu simak penjelasan masing-masing sistem
moneter beserta kebaikan dan keburukannya.
a) Standar Emas
b) Standar Perak
c) Standar Kembar
d) Standar Kepercayaan/Standar Kertas

1. Unsur Pengaman Uang Rupiah


1. Keaslian uang Rupiah dapat dikenali melalui berikut:
1) bahan yang digunakan;
2) disain dan ukuran;
3) teknik cetak.
2. Unsur pengaman (Security Features) uang Rupiah dibuat pada bahan uang dan teknik cetak
uang. Dijelaskan sebagai berikut.
1) Bahan Uang
Bahan uang bisa dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a) Warna uang terlihat terang dan jelas.
b) Terdapat Benang Pengaman, yang ditanam pada kertas uang dan tampak sebagai suatu
garis melintang atau berbentuk anyaman yang dapat berubah warna bila dilihat dari sudut
pandang tertentu.
c) Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000 dan Rp 10.000 (Desain Lama), di
sudut kanan bawah terdapat Optically Variable Ink (OVI), yaitu berupa logo BI dalam
bidang tertentu yang dicetak dengan tinta khusus yang akan berubah warna apabila
dilihat dari sudut pandang tertentu.
d) Pada uang pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000 dan Rp 10.000 (Desain Baru)
terdapat Cetak Pelangi (Rainbow Printing), yaitu cetak pelangi dalam bidang tertentu
yang akan berubah warna apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
e) Pada setiap uang terdapat Tanda Air (Watermark), yaitu suatu gambar tertentu yang
akan terlihat bila diterawangkan ke arah cahaya, umumnya berupa Gambar Pahlawan.
f) Pada setiap uang kertas terdapat Gambar Saling Isi (RECTOVERSO), yaitu Logo BI yang
akan terlihat secara utuh apabila diterawangkan ke arah cahaya

2) Teknik Cetak Uang


a) Tehnik Cetak Khusus, yakti Pada angka nominal, huruf terbilang, gambar utama dan
Lambang Negara Burung Garuda pada bagian ini akan terasa kasar bila diraba.
b) Kode Tunanetra, yakni Kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan bagi tunanetra. Pada
uang kertas Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000 dan Rp 2.000 terletak pada
bagian muka uang di atas tulisan Bank Indonesia.

3. Tingkatan Security Features (Unsur Pengaman)


1) Level 1 (Overt) yakni Diperuntukkan bagi orang awam dan dapat diidentifikasi secara
langsung dengan Panca Indera (Peraba dan Pengelihatan)
2) Level 2 (Overt dan Covert) yakni Diperuntukkan bagi profesional dan dapat diidentifikasi
secara langsung dengan bantuan peralatan (loupe dan sinar ultra violet).
3) Level 3 (Covert) yakni Diperuntukkan bagi Bank Sentral dan hanya dapat diidentifikasi
dengan menggunakan peralatan khusus.

4. Unsur Pengaman Lain Pada Bagian Muka


1) Terasa kasar bila diraba (Lambang Negara Ri), yaitu Gambar Burung Garuda, dicetak timbul
dan terasa kasar apabila diraba.
2) Gambar tersembunyi (latent image), yaitu tulisan BI dalam bingkai persegi panjang
berbentuk ornamen yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.
3) Miniteks, yaitu Tulisan Bank Indonesia yang berbentuk garis melengkung dengan ukuran
teks dan warna berbeda yang dapat dibaca tanpa bantuan kaca pembesar.
4) Gambar Saling Isi (Rectoverso), yaitu gambar logo BI yang akan terlihat utuh apabila
diterawangkan ke arah cahaya.
5) Kode Tunanetra (Blind Code), yaitu Kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan bagi
tunanetra berbentuk dua lingkaran
6) Mikroteks, yaitu Tulisan BI berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan bantuan
kaca pembesar.
7) Tinta Berubah Warna–Optical Variable Ink (OVI), yaitu tinta OVI Logo BI akan berubah dari
warna kuning keemasan menjadi hijau apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
8) Tanda Air (Watermark), yaitu Tanda air gambar Pahlawan Nasional W.R. Supratman akan
terlihat dari kedua belah bagian uang apabila diterawangkan ke arah cahaya.
9) Pigmen Berubah Warna (Irisafe), yaitu Jenis pigmen tertentu berbentuk dua garis tanpa
celah akan berubah warna dari merah tembaga menjadi hijau, dan warna biru berubah
menjadi kuning keemasan apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.
10) Cetak Pelangi (Rainbow Printing), yaitu bidang dengan bentuk tertentu yang akan berubah
warna apabila dilihat dari sudut pandang tertentu.

5. Unsur Pengaman Lain Pada Bagian Belakang


1) Nomor Seri–(Serial Number), yaitu terdiri atas tiga huruf dan enam angka berukuran tidak
simetris yang akan memendar di bawah sinar ultra-violet dari warna hitam menjadi warna
hijau dan dari warna merah menjadi warna oranye.
2) Tinta Tampak (Visible Ink), yaitu tinta gambar kepulauan Indonesia dan beberapa bagian di
sekitarnya akan memendar di bawah sinar ultra violet.
3) Miniteks, yaitu tulisan berukuran kecil yang dapat dibaca dengan kasat mata maupun
menggunakan kaca pembesar.
4) Inta Tidak Tampak-Invisible Ink, yaitu gambar siluet Gedung MPR/DPR yang akan memendar
kemerah merahan di bawah sinar ultra violet dan pada uang dengan Angka nominal 100000
yang akan memendar Hijau Kekuningan di bawah sinar ultra violet.

2. Pengelolaan Uang Rupiah oleh BI


Berdasarkan UU Nomor Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang Pasal 1 disebutkan bahwa
Pengelolaan Rupiah adalah suatu kegiatan yang mencakup Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran,
Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan, serta Pemusnahan Rupiah yang dilakukan secara
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

Berkaitan dengan pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia, penggunaan uang rupiah
dalam kegiatan perekonomian diatur pada Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 2011, yaitu sebagai
berikut.
a. Rupiah wajib digunakan dalam:
1) setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
2) penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
3) transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Kewajiban tersebut tidak berlaku bagi:
1) transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara;
2) penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
3) transaksi perdagangan internasional;
4) simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau
5) transaksi pembiayaan internasional.
3. Beberapa Istilah Tentang Uang
Berikut istilah yang berkaitan dengan uang.
a. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami kenaikan secara
terus menerus atau terjadi penurunan nilai uang dalam negeri.
b. Deflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat peristiwa penurunan harga barang umum
secara terus menerus atau terjadi peningkatan nilai uang.
c. Devaluasi adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menurunkan nilai
mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
jumlah ekspor ke luar negeri dan membatasi jumlah impor serta menambah devisa negara.
d. Revaluasi adalah kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai
mata uang di dalam negeri terhadap mata uang asing.
e. Apresiasi adalah suatu proses peningkatan nilai mata uang dalam negeri yang disebabkan
oleh adanya mekanisme perdagangan.
f. Depresiasi adalah suatu proses penurunan nilai mata uang dalam negeri yang disebabkan
adanya mekanisme pedagangan.
g. Sanering adalah kebijaksanaan pemerintan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat dengan cara memotong uang (nilai mata uang). Cara ini dilakukan bila
berbagai cara untuk menjaga kestabilan nilai mata iang tidak membawa hasil.

4. ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI


1. Pengertian Alat Pembayaran Nontunai
Pembayaran nontunai adalah pembayaran yang dilakukan tanpa menggunakan uang tunai
yang beredar melainkan menggunakan cek atau bilyet giro (BG) dan alat pembayaran
menggunakan kartu (ATM, kartu kredit, kertu debit, prabayar). Hal ini terlihat pada ketersediaan
jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank. Transaksi
pebayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indnesia melalui sistem BI-RTGS
(Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring.

2. Jenis-Jenis Alat Pembayaran Nontunai


a. Paper Based (Cek/BG)
b. APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu)
1) Kartu ATM (Authomatic Teller Mechine)
2) Kartu Debet
3) Uang Elektronik

Anda mungkin juga menyukai