Anda di halaman 1dari 3

Balqis Mar’atus Sholehah

110110160073 / KELAS A
HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL
Prof. Huala Adolf, S.H., LL.M., Phd., FCB. Arb
Prita Amalia, S.H., M.H.

1. Bagaimana Hukum Ekonomi Internasional secara tidak langsung mengatur hubungan


atau kepentingan ekonomi antara individu dengan negaranya?

Pada dasarnya setiap kegiatan atau aktifitas manusia perlu diatur oleh suatu instrument
yang disebut hukum. Relevansi hukum ekonomi semakin mononjol sejak lintas niaga masuk
dalam dunia tanpa batas atau globalisasi ekonomi. Hukum ekonomi internasional merupakan
hukum antar negara yang terbentuk atas kebutuhan berbagai subjeknya untuk memperluas
kegiatan ekonominya. Karena negara yang satu tidak dapat memiliki wewenang atas negara lain,
maka peraturan yang dibuat merupakan peraturan yang lebih bersifat kesepakatan yang disetujui
pihak-pihak yang terlibat.

Pada dasarnya sumber-sumber hukum formil internasional sebagaimana terdapat dalam


pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional juga sumber hukum ekonomi internasional.
Pasal 2 Konvensi Wina 1969. Masyarakat internasional umumnya menempuh cara pembentukan
perjanjian untuk menciptakan hak dan kewajiban dalam hubungan ekonomi internasional.
Perjanjian adalah suatu kesepakatan internasional dalam bentuk tertulis yang diadakan oleh
negara-negara dan diatur oleh hukum internasional. Dari kesepakatan ini lahir kewajiban
internasional dari negara yang telah sepakat untuk melaksanakannya. Maka, hukum ekonomi
internasional ini secara tidak langsung mengatur hubungan ekonomi antara individu dengan
negaranya karena sifat perjanjian ini semata-mata sifatnya komersial dan hukum yang mangatur
perjanjian tersebut hukum nasional atau hukum kontrak.

Sesuai dengan sifat perjanjian ekonomi internasional yaitu:

1. Berpengaruh, tidak saja pada hubungan negara-negara tetapi juga sistem hukum dan
politik negara-negara yang menjadi pihak atau peserta pada perjanjian tersebut.
2. Karena umumnya perjanjian itu memuat hal-hal yang mempengaruhi kewenangan-
kewenangan negara-negara peserta dalam mengatur kebijakan ekonomi dan kepentingan
ekonominya, maka efektivitas dari perjanjian itu pada analisa akhirnya bergantung pada
kesepakatan dari para peserta negara perjanjian/ Pacta Sunt Servanda.;
3. Untuk dapat berlaku suatu perjanjian haruslah ada terapan di dalam hukum nasional dari
negara pesertanya.

Sebagai contoh Indonesia termasuk salah satu negara MEA diawali dari perjanjian
bersama pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang menghasilkan satu visi bersama negara-
negara Asia Tenggara. Tujuannya menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang
makmur dengan pembangunan serta pengembangan ekonomi yang merata di tiap-tiap negara
yang menjadi anggotanya. Untung bagi masyarakat Indonesia bahwa MEA akan menjadikan
ASEAN sebagai pasar atau produsen dari beragam produk negara-negara anggota dan peluang
Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas. Dengan adanya MEA, itu berarti
membuka kesempatan antarnegara ASEAN untuk melakukan perdagangan bebas. Hal ini
seharusnya bisa meningkatkan jumlah ekspor Indonesia ke negara lain. Namun, kita juga perlu
waspada dengan adanya kompetisi dengan produk dan jasa dari negara lain. Maka dari itu, secara
tidak langsung pelaksanaan MEA di Indonesia akan mempengaruhi hubungan negara Indonesia
dan individunya agar mampu bersaing dengan negara lain. Bagi negara dalam Ekspor dan impor
juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah. Tenaga kerja dari negara-negara lain di
ASEAN bisa bebas bekerja di Indonesia. Sebaliknya, tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa
bebas bekerja di negara-negara lain di ASEAN. Juga investor Indonesia dapat memperluas ruang
investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN.

Perjanjian perdagangan internasional mengikat berdasarkan kesepakatan para pihak yang
membuatnya. Karena itu, perjanjian perdagangan internasional hanya akan mengikat suatu
negara apabila negara tersebut sepakat untuk meratifikasinya. ketika suatu negara telah
meratifikasi, maka negara tersebut wajib untuk mengundangkannya ke dalam aturan hukum
nasionalnya. Dalam hal ini pasti akan mempengaruhi hubungan ekonomi antara individu dengan
negaranya. Dan perjanjian internasional yang telah diratifikasi tersebut kemudian menjadi
bagian dari hukum nasional negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Cetakan Ke 5, Bandung : Keni Media, 2011.
2. Sri Wahyuningsih, “Hukum Ekonomi Internasional dalam Perdagangan”,
https://media.neliti.com/media/publications/168509-ID-hukum-ekonomi-internasional-
dalam-perdag.pdf, diakses pada 24 Maret 2018, 09:20 WIB.
3. G.T.Suroso, “Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA dan Perekonomian Indonesia”,
https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20545-
masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia, diakses pada 26 Maret
2019, 10:37 WIB.

Anda mungkin juga menyukai