Dosen:
1. Muh.Hasan Wargakusumah, S.H.
2. Nia Kuniiad, S.H
MATERI PERKULIAHAN
Antara lain meliputi:
I. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Agraria,
II. Undang-undang Pokok Agraria (UUPA),
III. Hak-hak Penguasaan atas Tanah,
IV. Hak Ulayat,
V. Konversi,
VI. Hak Perorangan atas Tanah,
VII. Landreform,
VIII. Pendaftaran Tanah,
IX. Tata Guna Tanah,
X. Pencabutan dan Pembebasan Hak atas Tanah,
XI. Hak Tanggungan.
MATERI DISKUSI
Meliputi :
1. Kedudukan hak ulayat dalam pembangunan nasional,
2. Perbandingan pengaturan HGU, HGB, Hak Pakai (UUPA, PP No. 40 Tahun
1996),
3. Pemilikan rumah tempat tinggal oleh orang asing berdasarkan PP No. 41 Tahun
1996,
4. Rumah susun (UU No. 16 Tahun 1985),
5. Kegiatan penyelenggaraan pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997,
6. Upaya pemanfaatan tanah kosong dalam rangka optimalisasi pemanfaatan tanah,
7. Kegiatan pelaksanaan hak tanggungan menurut UU No. 4 Tahun 1996,
1
8. Kegiatan pengadaaan tanah untuk kepentingan umum,
9. Studi kasus penjarahan tanah,
10. Landreform.
2
terkandung dalam air.
e. Hukum penguasaan atas unsur-unsur ruang angkasa yang bukan space law.
Landasan
Landasan Hukum Agraria nasional antara lain:
1. Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 1945,
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 (UUPA tentang peraturan mengenai
permukaan bumi (tanah) saja,
3. Peraturan Pemerintah (PP),
4. Keppres,
5. Permenag (Peraturan Menteri Agraria) /Kepmenag (Keputusan Menteri Agraria).
Dasar-dasar Hukum Agraria, diantaranya:
1. Dasar Kenasionalan:
Pasal 1 ayat 1 juncto pasal 23,
Pasal 4 Juncto pasal 20,
Pasal 4 Juncto pasal 16.
2 Tidak ada asas domein: dasar penguasaan tanah.
3 Pengakuan hak ulayat (pasal 3).
4 Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (pasal 6).
5 Hanya WNI yang dapat mempunyai hak milik atas tanah (pasal 21 ayat (1)).
Hak milik kepada orang asing dilarang (pasal 26 ayat(2)).
6 Persamaan hak antara pria dan wanita (pasal 9 ayat (2)).
Perlindungan terhadap WNI yang lemah. Pasal 26 ayat (1), pasal 11 ayat (1),
pasal 12 ayat (1), Pasal 13 ayat (2) dan (3).
7 Tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh pemilik
sendiri, pasal 50.
3
Hukum Agraria Hukum Tanah
Arti luas
4
ruang angkasa.
Boedi Harsono membedakan pengertian agraria dalam bahasa
umum, di lingkungan Administrasi Pemerintahan dan dalam UUPA, sebagai berikut:
1. Dalam bahasa umum, sebutan agraria tidak selalu dipakai dalam arti yang sama.
2. Di lingkungan Administrasi Pemerintah dipakai dalam arti tanah, baik tanah
pertanian maupun non pertanian.
3. Dalam UUPA, digunakan pengertian dalam arti luas, dimana agraria merupakan
kelompok berbagai bidang hukum (Hukum Tanah, Hukum Air, Hukum
Pertambangan, Hukum Perikanan, Hukum Penguasaan atas Tenaga dan Unsur-
unsur Dalam Ruang Angkasa yang bukan Space Law).
4. Dalam Pendidikan tingkat hukum di Indonesia, Hukum Agraria disajikan sebagai
mata kuliah yang mempelajari Hukum Tanah, baik yang meliputi aspek publik
maupun perdata.
Kesimpulan:
- UUPA ini mengatur tentang mengenai bumi, air dan ruang angkasa termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, tetapi tidak seluruhnya.
- Atas penggalian kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi, air, dan ruang
angkasa, hanya diamanatkan untuk diatur. (pasal 8 UUPA).
- Atas persediaan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa, hanya
diamanatkan untuk dibuatkan rencana umum (pasal 14 UUPA).
- Adapun yang paling banyak diaturnya adalah materi tentang bumi yaitu tentang
tanah sebagai permukaan bumi, terutama tanah pertanian dan hak-hak atas
tanahnya. Tentang hutan, hanya disebut tentang Hak Membuka Tanah dan Hak
Memungut Hasil Hulan. Tentang air, hanya diatur mengenai Hak Guna Air dan
Hak Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan (pasal 16 ayat (2) huruf (a) dan (b)
UUPA). Tentang ruang angkasa, hanya diatur tentang Hak Guna Ruang Angkasa
dan Tenaga dan Unsur-unsur dalam Ruang Angkasa (pasal 16 ayat (2) huruf (c)
dan pasal 48 UUPA).
5
Perbedaan Hukum Agraria Nasional dengan Hukum
Agraria Kolonial:
1. Hukum Agraria nasional : unifikasi hukum,
2. Hukum Agraria kolonial: terjadi dualisme hukum, terjadi diskriminasi;
a. Hukum Tanah Barat,
Menunjuk pada pokok-pokok ketentuan dalam Buku II KUHPdt tentang
Benda (berlaku bagi golongan Eropa dan Timur Asing).
b. Hukum Tanah Adat,
Bersumber pada adat yang tidak tertulis (berlaku bagi orang-orang Indonesia
asli).
Hukum Tanah Adat merupakan tanah hak ciptaan Pemerintah Hindia Belanda
(Hak Agrarische Eigendom, Landrijen, Tanah partikelir = Publik Rechter =
penguasa mempunyai kewenangan, misal untuk memungut pajak, mendirikan
pasar, dll.). Tanah Grant : tanah hak ciptaan pemerintah swapraja di Sumatera
Timur di daerah Kesultanan Deli. Swapraja : pemerintahan sendiri yang diberikan
kewenangan untuk mengatur.
o Hak Eigendom : hak milik menurut BW, bersifat mutlak = hak milik,
o Hak Erfpacht : Hak guna usaha, biasanya luas,
o Opstal : Hak guna bangunan, terbatas karena untuk bangunan,
o Acte van eigendom: tidak bersifat mutlak.
Agrarische Wet 1870 S: 1870: SS;
1. Gubenur Jenderal tidak boleh menjual tanah.
2. Tidak termasuk tanah-tanah yang tidak luas yang diperuntukkan perluasan desa,
dll.
3. Gubernur Jenderal boleh menyewakan dengan waktu 15 tahun, tanaman keras
puluhan tahun.
4. Memberikan hak erfpacht dalam waktu 75 tahun.
5. Gubernur Jenderal menjaga hak agraria eigendom diberikan kewenangan dalam
Agrarische Wet pasal 7 dengan pembatasan-pembatasan seperlunya.
Koninklijke Besluit 7 Agrarische Besluit Stb. 1870-118.
Pasal 1 Pernyataan Domein;
6
Semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai hak eigendomnya
adalah domein negara.
Tujuan Asas Domein:
1. Landasan hukum bagi pemerintah Hindia Belanda untuk memberikan tanah-tanah
dengan hak barat yang diatur di dalam KUHPdt.
2. Untuk pembuktian bahwa yang memberikan hak-hak tersebut adalah benar-benar
eigenaar (pemilik).
7
4. Sistematika UU:
a. Konsideran menimbang (huruf a s/d d),
b. Konsideran berpendapat (huruf a s/d e),
c. Konsideran memperhatikan,
d. Konsideran mengingat (huruf a s/d d),
e. Diktum;
Pertama
Bab I : Dasar-dasar dan Ketentuan-ketcntuan Tanah Pokok (15 pasal).
Bab II : Hak-hak atas Tanah, Air dan Ruang Angkasa serta Pendaftaran
Tanah (12 bagian dari pasal 16 s/d 51).
Bab III : Ketentuan-ketentuan Pidana (1 pasal dengan 3 ayat).
Bab IV : Ketentuan-ketentuan Peralihan (6 pasal).
Kedua
Ketentuan-ketentuan Konversi (pasal 1 s/d IX).
Ketiga
Keempat
Kelima
f. Penjelasan;
1. Penjelasan Umum;
a. Tujuan UUPA,
b. Dasar-dasar dari Hukum Agraria Nasional (angka 1 s/d 8),
c. Dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan hukum,
d. Dasar-dasar untuk mengadakan kepastian hukum.
2. Penjelasan pasal demi pasal.
8
Ad l): Hak Bangsa Indonesia atas tanah
Pasal 1 UUPA:
1. Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh wilayah
Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2. Seluruh bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dalam wilayah RI sebagai karunia Tuhan YME adalah bumi, air dan
ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
Hak Bangsa merupakan hak penguasaan atas tanah
yang tertinggi, hak ulayat dan hak-hak perorangan atas tanah, bersumber pada hak
bangsa.
Hak bangsa meliputi semua tanah: tidak ada
sejengkal tanah pun yang merupakan res nullius.
Hak Bangsa bersifat abadi, hubungan abadi artinya
bahwa selama rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia masih ada,
dan selama bumi, air, ruang angkasa Indonesia masih ada, tidak ada sesuatu
kekuasaan yang dapat memutuskan hubungan tersebut.
9
1. Pemda,
2. Masyarakat Hukum Adat,
3. Badan-badan otorita,
4. Perusahaan Negara, dan
5. Perusahaan Daerah (dengan hak pengelolaan).
Penjelasan UUPA:
Dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan di atas, negara dapat memberikan
tanah yang demikian kepada seseorang atau badan-badan dengan sesuatu hak
menurut peruntukkan dan keperluannya, misalnya : dengan hak milik, hak guna usaha
(HGU), hak guna bangunan (HGB) dan hak pakai, atau memberikannya dalam
pengelolaan kepada sesuatu badan penguasa (Departemen, Jawatan atau Daerah
Swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing.
10
seperti suku dan kaum.
Skema :
Tentang hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam hukum tanah abnormal :
HAK ULAYAT
Kedudukan Hak Ulayat Setelah UUPA
Kedudukan hak ulayat setelah berlakunya UUPA, pasal 3 UUPA
menentukan bahwa hak ulayat itu diakui apabila mewujud, pada kenyataannya masih
ada.
Menurut Boedi Harsono, pengakuan hak ulayat disertai 2 syarat:
1. Mengenai eksistensinya yaitu apabila menurut kenyataannya masih ada; dimana
hak itu tidak ada lagi/memang tidak ada lagi/ tidak pemah ada, tidak akan
dihidupkan lagi bahkan tidak akan dilahirkan hak ulayat baru.
2. Syarat kedua: hal 191 Hukum Agraria di Indonesia (Boedi Harsono)
11
Skema:
Tentang aspek perdata dan publik hak ulayat
Aspek perdata Aspek publik
Skema :
Tentang hubungan hak ulayat dengan hak perseorangan
Hak ulayat
Bentuknya :
- Berupa peran serta masyarakat, dsb,
12
- Fasilitas-fasilitas.
KONVERSI
Artinya perubahan, yaitu perubahan atas hak tanah barat dan hak
atas tanah adat menjadi hak-hak atas tanah dalam UUPA.
Macam-macam konversi:
1. Demi hukum,
Konversi terjadi dengan sendinnya tanpa suatu tindakan, misalnya; hak erfpacht
untuk perusahaan kebun besar sejak tanggal 24 September 1960 menjadi HGU,
jangka waktunya sudah ditentukan yaitu selama sisa waktu hak erfpacht tetapi
selama-lamanya 20 tahun.
2. Deklaratoir,
Konversi karena hukum tetapi konversi disertai syarat-syarat, diperlukan tindakan
penegasan yang bersifat deklaratoir, misalnya; konversi hak eigendom menjadi
hak milik disertai syarat bahwa yang mempunyainya pada tanggal 24 September
1960 berkewarganegaraan Indonesia.
3. Konstitutif,
Konversi tidak terjadi karena hukum, melainkan memerlukan tindakan khusus
yang bersifat konstitutif, misalnya; kemungkinan untuk mengubah hak konsesi
dan sewa untuk perusahaan kebun besar menjadi HGU. Pemegang hak konsesi
dan sewa harus mengajukan permohonan kepada Menteri Agraria. HGU akan
diperoleh dengan suatu ketetapan yang bersifat konstitutif.
13
Konversi Hak atas Tanah Barat
Antara lain :
1. Terhadap hak eigendom,
Hak eigendom menjadi hak milik jika pemiliknya pada tanggal 24 September
1960 berkewarganegaraan Indonesia tunggal. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi
maka konversinya menjadi HGB dengan Jangka waktu 20 tahun.
Hak eigendom kepunyaan pemerintah negara asing yang dipergunakan untuk
keperluan rumah kediaman kepala perwakilan dan gedung kedutaan dikonversi
menjadi hak pakai selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tersebut.
Hak eigendom yang diperuntukkan bagi keperluan lain misalnya untuk tempat
peristirahatan dikonversi menjadi HGB.
2. Terhadap hak erfpacht,
Hak erfpacht untuk perkebunan besar dikonversi menjadi HGU yang berlangsung
selama sisa waktunya, tetapi selama-lamanya 20 tahun. Hak erfpacht untuk
perumahan dikonversi menjadi HGB yang berlangsung selama sisa waktunya,
tetapi selama-lamanya 20 tahun.
3. Terhadap hak opstal
Hak opstal dikonversi menjadi HGB yang berlangsung selama sisa waktunya,
tetapi selama-Iamanya 20 tahun.
14
yang tidak tetap dikonversi menjadi hak pakai.
15
c. Diterlantarkan,
d. Ketentuan pasal 21 ayat (3):
Orang Asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak
milik karena pewarisan tanpa waktu atau percampuran harta karena
perkawinan, demikian pula WNI yang setelah berlakunya Undang-undang
ini kehilangan kewarganegaraan, wajib melepaskan hak itu didalam jangka
waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilang kewarga-
negaraan itu. Jika sesudah jangka waktu yang tersebut lampau hak milik itu
tidak dilepaskan, maka hak tersebut lepas karena hukum dan tanahnya jatuh
pada negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebani-
nya tetap berlangsung.
Ketentuan pasal 26 ayat (2):
Setiap jual beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat dan
perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung atau tidak
langsung memindahkan hak milik kepada orang asing, kepada seorang warga
negara yang disamping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarga-
negaraan asing atau kepada suatu badan hukum, kecuali yang ditetapkan
oleh Pemerintah termaksud dalam pasal 21 ayat (2), adalah batal karena
hukum dan tanahnya jatuh kepada negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak
pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung serta semua pembayaran
yang telah diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut kembali.
2. Tanahnya musnah (pasal 27 UUPA).
16
Jangka waktu berlaku HGU:
HGU diberikan untuk waktu paling lama 25 tahun (pasal 29 ayat (1)), untuk
perusahaan yang memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan HGU untuk
waktu paling lama 35 tahun (pasal 29 ayat (2)), dan setelah itu dapat diperpanjang
dengan waktu paling lama 25 tahun (pasal 29 ayat (3)).
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 :
Pasal 8 :
Hak guna usaha dapat diberikan untuk jangka waktu 35 tahun dan dapat diperpanjang
untuk waktu paling lama 25 tahun, dan dapat diperbaharui kembali.
Pasal 11 :
Untuk kepentingan penanaman modal, permintaan perpanjangan atau pembaharuan
hak guna usaha dapat dilakukan sekaligus dengan membayar uang pemasukan.
Hapusnya HGU, karena:
1. Jangka waktunya berakhir,
2. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak
dipenuhi,
3. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir,
4. Dicabut untuk kepentingan umum,
5. Diterlantarkan,
6. Tanahnya musnah,
7. Ketentuan dalam pasal 30 ayat 2 (pasal 34 UUPA).
17
Terjadinya HGB :
1. Tanah negara : penetapan pemerintah,
2. Tanah milik : perjanjian.
Jangka waktu berlakunya HGB:
diberikan dengan jangka waktu paling lama 30 tahun, dan dapat diperpanjang paling
lama 20 tahun.
PP No. 40 Tahun 1996: hak guna
bangunan diberikan untuk waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang 20
tahun, dan dapat diperbaharui untuk 30 tahun.
Pasal 28 :
Sebagaimana pasal II Peraturan Pemerintah menyebutkan bahwa untuk kepentingan
penanaman modal, maka permintaan perpanjangan dan pembaharuan hak dapat
dilakukan sekaligus dengan membayar uang pemasukan.
Pasal 29 :
HGB yang berasal dari hak milik, diberikan untuk jangka waktu paling lama 30
tahun. Hak ini tidak dapat diperpanjang, tetapi dapat diperbaharui.
Hapusnya HGB, karena :
1. Jangka waktunya berakhir,
2. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak
dipenuhi,
3. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir,
4. Dicabut untuk kepentingan umum,
5. Diterlantarkan,
6. Tanahnya musnah,
7. Ketentuan dalam pasal 36 ayat (2) (pasal 40 UUPA).
Hak Pakai
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut
hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya
oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
18
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-
undang ini (pasal 41 ayat (1) UUPA).
Hal : pakai dapat diberikan :
1. Selama jangka waktu tertentu atau selama tanahnya dipergunakan untuk
keperluan yang tertentu.
2. Dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun
(pasal 41 ayat (2) UUPA).
Subjek hak pakai :
Menurut UUPA :
1. WNI,
2. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia,
3. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia,
4. Badan hukum asing, yang mempunyai perwakilan di Indonesia (pasal 42 UUPA).
Menurut PP No. 40 Tahun 1996 :
1. WNI,
2. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia,
3. Departemen, lembaga pemerintah non departemen, dan Pemerintah Daerah,
4. Badan-badan keagamaan dan sosial,
5. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia,
6. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional,
7. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia.
Jangka waktu berlakunya hak pakai :
UUPA tidak mengatur jangka waktu hak pakai, selama ini jangka waktu hak pakai
adalah 10 tahun sesuai dengan ketentuan Permendagri No.6 Tahun l972.
Pasal 45 PP 40 Tahun 1996 : Jangka waktu hak pakai adalah 25 tahun dan dapat
diperpanjang 20 tahun dan dapat diperbaharui, sedangkan hak pakai dari hak milik
tidak dapat diperpanjang, berlaku untuk 25 tahun dan dapat diperbaharui.
19
Hak-hak atas Tanah yang Sifatnya Sementara
Sementara artinya pada suatu waktu hak-hak tersebut tidak akan
ada lagi, yaitu:
1. Hak gadai
2. Hak usaha bagi hasil
3. Hak menumpang
4. Hak sewa
Diatur dalam pasal 10 UUPA.
Pengaturan kembali gadai tanah pertanian diatur dalam UU No. 56
Prp Tahun 1960.
Gadai adalah hubungan antara seseorang dengan tanah kepunyaan
orang lain yang telah menerima uang gadai daripadanya. Selama uang gadai belum
dikembalikan, tanah dikuasai pemegang gadai. Selama itu hasil tanah seluruhnya
menjadi hak pemegang gadai. Pengembalian uang gadai/penebusan tergantung pada
kemauan dan kemampuan pemilik tanah.
Menurut ketentuan Hukum Adat : Gadai mengandung unsur
eksploitasi/ mengandung unsur/ sifat pemerasan.
Pasal 7 UU No. 56 Prp Tahun 1960, memuat ketentuan mengenai
pengembalian dan penebusan tanah pertanian yang digadaikan : tanah-tanah yang
sudah digadaikan selama 7 tahun harus dikembalikan kepada yang mempunyainya
tanpa kewajiban membayar uang tebusan.
Gadai berlangsung sebelum 7 tahun, uang tebusannya adalah sebagai berikut :
20
persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pemegang hak tersebut, yang
meliputi segi-segi peruntukkan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya;
dengan ketentuan bahwa pemberian tanah kepada pihak ketiga yang bersangkutan
dilakukan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Subjek HPL :
1. Departemen,
2. Pemda,
3. Lembaga pemerintah yang bergerak di bidang industri real estate,
4. Daerah pelabuhan,
5. Badan hukum (milik) pemerintah: Perumnas,
6. Seluruh areal tanah yang terletak di pulau Batam diserahkan dengan HPL kepada
Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.
Jangka Waktu Berlakunya HPL: selama tanah dimaksud diberikan untuk
kepentingan penerima hak (jangka waktu tidak terbatas).
Skema:
Tentang HPL
21
Sejak UUPA No. 5 Tahun 1960
LANDREFORM
Definisi
Dalam arti luas; meliputi 5 program dalam bidang agraria
(agrarian reform). Dalam arti sempit; program ke-4 dari agrarian reform.
Landreform adalah perombakan pemilikan dan penguasaan tanah
serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan pengusahaan tanah
dalam mewujudkan pemerataan kemakmuran dan keadilan.
Tujuan
Tujuan landreform Indonesia adalah:
1. Mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang
berupa tanah,
2. Melaksanakan prinsip tanah untuk tani, agar tidak terjadi lagi tanah sebagai objek
spekulasi dan objek pemerasan,
3. Memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap WNI, baik laki-laki
maupun perempuan,
4. Mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dan penguasaan
22
tanah secara besar-besaran dengan hak terbatas,
5. Mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya pertanian yang
intensif secara gotong royong.
Ruang lingkup
Program landreform meliputi kegiatan:
1. Pembatasan luas maksimum penguasaan tanah,
2. Larangan pemilikan tanah absentee/ tanah guntai.
3. Redistribusi tanah yang selebihnya dari tanah absentee, tanah bekas swapraja dan
tanah selebihnya dari batas maksimum,
4. Pengaturan soal pengembalian dan penebusan tanah-tanah pertanian yang
digadaikan,
5. Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah pertanian,
6. Penetapan luas minimum pemilikan tanah pertanian dan larangan fragmentasi.
Larangan menguasai tanah secara melampaui batas (pasal 7 jo. pasal 17 UUPA),
bertujuan :
Pasal 7 ; mengakhiri dan mencegah tertumpuknya di tangan golongan orang-orang
tertentu saja.
Pasal 17 : perlu diatur luas maksimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak
oleh satu keluarga atau badan hukum.
Pasal 10 UUPA; asas tanah untuk tani.
Tanah absentee atau gutai adalah tanah yang letaknya di luar kecamatan dimana
pemiliknya bertempat tinggal.
Redistribusi tanah diatur dalam PP No. 24 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan
Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.
Redistribusi tanah meliputi:
Tanah yang sclebihnya dari batas maksimum,
Tanah absentee,
Tanah swapraja dan bekas swapraja,
Tanah-tanah lain yang dikuasai langsung oleh negara.
Syarat penerimaan redistribusi tanah:
23
Petani penggarap atau buruh tani tetap
WNI,
Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak tanah yang
bersangkutan,
Kuat kerja dalam pertanian.
Hak milik diberikan dengan syarat sebagai berikut :
1. Membayar uang pemasukan,
2. Tanah harus diberi tanda batas,
3. Haknya harus didaftarkan di Kantor Pertanahan,
4. Wajib mengerjakan/mengusahakan tanahnya secara aktif,
5. Setelah 2 tahun sejak tanggal ditetapkannya SK pemberian hak wajib dicapai
kenaikan hasil tanaman setiap tahunnya yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian
daerah,
6. Penerima hak wajib menjadi anggota koperasi pertanian di daerah tempat letak
tanah,
7. Selama uang pemasukan belum dibayar lunas, hak milik yang diberikan dilarang
untuk dialihkan kepada pihak lain,
8. Kelalaian dalam memenuhi kewajiban atau pelanggaran terhadap larangan dapat
dijadikan alasan untuk mencabut hak milik.
Uang pemasukan ditetapkan berdasarkan harga tanah yang
besarnya sama dengan rata-rata jumlah ganti kerugian tiap hektar yang diberikan
kepada bekas pemilik di daerah tingkat II yang bersangkutan, menurut klasifikasi
tanah + 6 % biaya administrasi. Boleh diangsur 15 tahun sejak SK pemberian hak
milik + bayar bunga 3 % / tahun.
Larangan pemilikan tanah secara absentee dikecualikan bagi:
1. Mereka yang scdang menjalankan tugas negara (pegawai negeri, pejabat-pejabat
militer),
2. Yang sedang menunaikan kewajiban agama/mempunyai alasan khusus.
Penetapan luas minimum pemilikan tanah pertanian (UU No. 56 Prp
Tahun 1960):
Pasal 8; diusahakan agar setiap petani sekeluarga memiliki tanah pertanian minimum
24
2 hektar.
Pasal 9; larangan yang bertujuan mencegah pemilikan tanah pertanian menjadi
bagian-bagian kecil (kurang dari 2 hektar) dengan mengadakan pembatasan terhadap
pemindahan hak milik atas tanah-tanah pertanian.
Program landreform dicantumkan dalam GBHN Tahun 1993 Bab IV: Pembangunan
Lima Tahun Ke-6 bagian f Kebijakan Pelita Ke-6 bidang ekonomi, sektor 2.
Pertanian huruf (j) jo. sektor 12.
Tindak lanjut landreform :
- Kegiatan pencetakan sawah; Keppres No. 54 Tahun 1980, kegiatan mengubah
fungsi areal tanah bukan sawah menjadi sawah beririgrasi.
- Konsolidasi tanah-tanah objek landreform. Dibiayai dengan dana APBN, APBD,
secara swadaya.
PENDAFTARAN TANAH
Dasar Hukum
Yaitu PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah menggantikan PP No.10
Tahun 1961.
UUPA : Pasal 19 ayat (1) “Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah
diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah RI menurut ketentuan yang diatur
dengan PP.”
Pasal 19 ayat (2) :
Pendaftaran tanah meliputi :
1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah,
2. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut,
3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat.
Pasal 23: Hak Milik. Pasal 32: HGU. Pasal 38: HGB.
Tujuan
Antara lain :
- Memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
25
atas tanah suatu bidang tanah, satuan rumah susun, hak tanggungan dan hak-hak
lain yang didaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan.
- Menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk
pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan. Untuk
terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Dengan demikian maka secara umum tujuan pendaftaran
tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah (rechts
kadaster).
Pengertian
Adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
secara terus-menerus berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis
dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti hak.
Fungsi
Yaitu untuk memperoleh alat pembuktian yang kuat tentang
sahnya perbuatan hukum mengenai tanah.
Kegiatan pendaftaran tanah, meliputi :
a. Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah yang menghasilkan
peta-peta pendaftaran dan surat-surat ukur. Merupakan asas specialiteit.
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut. Dalam
kegiatan ini meliputi pencatatan mengenai: Status tanah, Subjek pemegang hak,
Beban-beban yang membebani hak atas tanah tersebut. Merupakan asas
openbaarheid.
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.
26
Meliputi :
1. Sistem positif,
Apa yang tercantum dalam buku tanah merupakan alat pembuktian yang mutlak.
Pihak ketiga yang bertindak atas dasar bukti tersebut mendapat perlindungan
mutlak meskipun kemudian ternyata keterangan yang tercantum di dalamnya
tidak benar.
2. Sistem negatif,
Surat tanda bukti berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Berarti keterangan
yang tercantum didalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima oleh
hakim sebagai keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada alat
pembukti lain yang membuktikan sebaliknya.
Sistem mana yang dianut oleh UUPA?
- Lihat pasal 19 ayat 2 butir c.
- Para petugas pendaftaran tanah diwajibkan mengadakan penelitian seperlunya
untuk mencegah kekeliruan.
- Batas-batas tanah ditetapkan dengan menggunakan sistem contradictoire
delimitatie; berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan sebelum
tanah dan haknya dibukukan, terlebih dahulu diadakan pengumuman,
perselisihan diajukan ke pengadilan kalau tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
yang berkepentingan.
Pelaksanaan Pendaftaran
Menurut PP No. 24 Tahun 1997 :
1. Pendaftaran tanah secara sistematik,
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara sepihak
yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah/
bagian wilayah suatu desa.
2. Pendaftaran tanah secara sporadik,
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa
objek pendaftaran tanah dalam wilayah/ bagian wilayah suatu desa secara
individual atau massal.
27
3. Pendaftaran tanah secara ajudikasi,
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk
pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan
data yuridis mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk
keperluan pendaftaran.
Data fisik: Keterangan mengenai letak, batas, luas, bidang tanah dan satuan
rumah susun yang didaftar.
Data yuridis: keterangan mcngenai status hukum bidang tanah, subjek pemegang
hak dan hak pihak lain.
Lembaga rechtverwerking: bagi pemegang sertifikat, kalau lewat waktu 5 tahun tidak
ada gugatan atau keberatan, maka ia terbebas dari gangguan pihak lain yang merasa
sebagai pemegang hak tersebut.
Penyelenggara dan pelaksana pendaftaran tanah adalah:
- BPN,
- Dibantu PPAT.
Pengertian-pengertian
Peta pendaftaran tanah; menggambarkan bidang tanah untuk
keperluan pembuktian tanah.
Daftar tanah; dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran.
Surat ukur; dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah
dalam bentuk peta dan uraian.
Buku tanah; dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data
yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
Sertifikat; surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam
pasal 19 (2) butir c UUPA.
28
HGB, hak pakai,
b. Tanah hak pengelolaan,
c. Tanah wakaf,
d. Hak milik atas satuan rumah susun,
e. Hak tanggungan,
f. Tanah negara.
Pembuktian Hak
Pembuktian hak baru:
- Penetapan pemberian hak dari pejabat
yang berwenang memberikan hak,
- Asli akta PPAT yang memuat pemberian
hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan
mengenai HGB dan hak pakai atas tanah hak milik,
- Hak pengelolaan dibuktikan dengan
penetapan pemberian hak pengelolaan oleh pejabat yang berwenang,
- Tanah wakaf: akta ikrar wakaf,
- Hak milik atas rumah susun; akta
pemisahan,
- Hak tanggungan: akta pemberian hak
tanggungan.
Pembuktian hak lama:
Hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat bukti
mengenai adanya hak tersebut berupa;
- alat-alat bukti tertulis,
- keterangan saksi,
- pernyataan yang bersangkutan yang dianggap cukup dapat dipercaya kebenaran-
nya oleh panitia ajudikasi
Panitia ajudikasi, antara lain:
1. Ketua panitia : BPN,
2. Anggota:
29
- Pegawai BPN; pakar di bidang
pertanahan dan hak atas tanah,
- Kades,
- Satuan tugas pengukuran dan pemetaan,
- Satuan tugas pengumpulan data yuridis,
- Satuan tugas administrasi
- Tetua adat.
Sebagai pelaksana pendafaran tanah secara sistematik adalah
Kepala Kantor Pertanahan.
30
Sertifikat Cacat Hukum
Yaitu sertifikat yang terdapat kekeliruan-kekeliruan saat
menerbitkannya.
Bentuk-bentuk kekeliruan tersebut adalah:
1. Pemalsuan sertifikat,
Yaitu berupa pemalsuan blangko sertifikat tanah, stempel BPN dan pemalsuan
data pertanahannya.
2. Pembuatan sertifikat aspal,
Secara formal, sertiflkat aspal ini tidak berbeda dengan sertifikat sebenarnya
(asli), namun secara materiil, penerbitan sertifikat aspal ini tidak didasarkan pada
alas hak yang benar, seperti penerbitan sertifikat yang didasarkan pada surat
keterangan pemilikan yang dipalsukan.
3. Pembuatan sertifikat ganda,
Yaitu sebidang tanah mempunyai lebih dari satu sertifikat.
31
Tata guna tanah dikaitkan secara langsung dengan peletakan
proyek-proyek pembangunan.
Rencana penggunaan tanah harus memperhatikan Daftar Skala
Prioritas (DSP) dari proyek pembangunan. DSP biasanya ditetapkan setiap tahun
bersamaan dengan ditetapkannya APBN.
Proyek-proyek pembangunan yang termasuk dalam DSP
merupakan proyek yang termasuk kategori untuk kepentingan umum.
Tujuan
Adalah untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
maka tindakan yang dilakukan adalah:
a. Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan tanah yang salah tempat,
Maksudnya: setiap ada kegiatan yang memerlukan tanah harus diperhatikan
mengenai data kemampuan fisik tanah untuk mengetahui sesuai tidaknya
kemampuan tanah itu dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Harus diperhatikan pula;
- keadaan sosial masyarakat sekitar lokasi (mencegah keresahan sosial akibat
kegiatan pembangunan).
- Faktor ekonomis; mencegah penggunaan tanah yang salah tempat.
b. Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan tanah yang salah urus, Maksudnya;
setiap pihak perseorangan/badan hukum dan lembaga pemerintah harus
melaksanakan kewajibannya memelihara tanah yang dikuasainya dengan tujuan
untuk mencegah menurunnya kualitas sumber daya tanah.
c. Mengusahakan adanya pengendalian terhadap perkembangan kebutuhan
masyarakat akan tanah untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan dalam
penggunaan tanah, dengan demikian harus memperhatikan skala-skala prioritas
dalam penggunaan tanah,
d. Mengusahakan agar terdapat jaminan kepastian hukum bagi hak-hak atas tanah
warga masyarakat. Pelaksanaan pembebasan tanah harus dilakukan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk menghindari adanya
anggapan bahwa pembangunan dilaksanakan dengan mengorbankan kepentingan
32
rakyat.
33
kejahatan (perlu pos-pos kepolisian), bahaya banjir (meluruskan alur air sungai,
dll.), kecelakaan lalu lintas (membangun sarana jalan), ketunakaryaan (pendirian
industri).
2. Tertib,
Yaitu tertib dalam penataan wilayah perkotaan, tertib dalam berlalu lintas
(dengan sarana parkir, trotoar, dll.).
3. Lancar,
Yaitu lancar dalam berlalu lintas (menuntut adanya jaringan jalan yang
mempermudah arus berlalu lintas dari satu tempat ke tempat lainnya, lancar
dalam komunikasi (tempat-tempat telepon umum, dll.)).
4. Sehat,
Yaitu jasmani (menuntut penyediaan tempat berolah raga, tempat pembuangan
sampah, rumah sakit, dll.), sehat rohani (menuntut tersedianya tempat hiburan,
tempat rekreasi, tempat ibadah, dll.).
34
Pembagian ke dalam beberapa penggunaan tidak didasarkan pada data-data
kemampuan tanah/keadaan sosial ekonomis.
Adanya pemisahan secara mutlak dalam model zoning adalah didasarkan pada
prinsip-prinsip tertentu, yaitu:
a. Perencanaan penggunaan tanah merupakan kegiatan yang berdiri sendiri,
Rencana penggunaan tanah dimuat dalam suatu peta penggunaan tanah yang
berisi pembagian wilayah ke dalam beberapa zone penggunaan. Jadi masing-
masing kegiatan hanya dapat dilaksanakan pada zone yang telah ditetapkan.
b. Terciptanya peta penggunaan tanah merupakan tujuan
dari perencanaan penggunaan tanah. Apabila peta penggunaan tanah telah
dibuat maka proses perencanaan penggunaan tanah telah berakhir.
2. Model terbuka,
o Dalam merencanakan penggunaan tanah tidak dibagi-bagi dalam zone-
zone penggunaan sebagaimana model zoning.
o Menitikberatkan pada usaha-usaha mencari lokasi yang sesuai bagi suatu
kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta, dengan
memperhatikan faktor-faktor kemampuan fisik tanah, keadaan sosial-ekonomi
masyarakat dan lingkungan hidup harus diperhatikan.
o Prinsip yang dipergunakan dalam model terbuka:
a. Rencana penggunaan tanah tidak menggariskan kegiatan yang harus
diletakkan, tetapi meletakkan kegiatan yang telah digariskan. Kegiatan
merencanakan penggunaan tanah bukan merupakan kegiatan yang berdiri
sendiri, tetapi merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan di bidang lain.
Jadi rencana penggunaan tanah baru ada apabila rencana pembangunan,
khususnya pembangunan bidang ekonomi sudah ditetapkan.
Perencana pembangunan : pencipta kegiatan.
Perencana penggunaan tanah : peletak kegiatan.
b. Tersedianya peta penggunaan tanah bukan merupakan satu tujuan, dalam
hal ini maka peta hanya sebagai sarana.
c. Tanah tidak dapat memberikan suatu manfaat bagi manusia, tetapi
35
kegiatan di atas tanah yang dapat memberikan manfaat dan
kemakmuran, maka kcgiatan merencanakan penggunaan tanah tidak
terlepas dari kegiatan pembangunan secara keseluruhan.
RUMAH SUSUN
Definisi
Adalah bangunan bertingkat yang distrukturkan secara
fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal (terjemahan; flat/ apartemen).
Dalam pemilikan atas satuan rumah susun terkandung arti
adanya pemilikan perseorangan dan pemilikan bersama yang merupakan satu
kesatuan tidak terpisahkan satu dengan lainnya (terjemahan; strata title/
condominium right).
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang
terstrukturkan, secara fungsional dalam arah horizontal dan vertikal dan merupakan
satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan dipergunakan secara terpisah
(UU No. 16 Tahun 1985).
(Bagian bersama - tanah bersama - benda bersama).
Tujuan
Antara lain :
1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat (terutama
penghasilan rcndah) dan memberikan kepastian hukum dalam pemanfaatan.
2. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan
memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan
pemukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.
36
HGB, Hak pakai atas tanah negara, HPL.
Tanah Wakaf,
Agama Islam :
Pasal 49 ayat (3) UUPA; Perwakafan tanah milik diatur dengan PP yaitu PP No. 28
tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.
Wakif-nadzir :
Perwakafan dilakukan untuk oleh wakif dihadapan PPAIW. PPAIW berkewajiban
untuk atas nama nadzir mendaftarkan perwakafan tanah kepada Kantor Pertanahan.
Pada dasarnya tanah yang sudah diwakafkan tidak bisa diubah sebagaimana
ditentukan dalam ikrar wakaf namun dalam hal-hal tertentu dengan persetujuan
Menteri Agama, dapat diadakan perubahan, yaitu:
1. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf;
2. Karena kepentingan umum (Kepres No. 55 Tahun 1993).
37
hak atas tanah; Pasal 2 Undang-undang No.4 Tahun 1992.
2. Satuan rumah susun yang dibangun di atas tanah hak pakai atas tanah negara
(bukan RS/RSS).
38
Jangka Waktu Pemilikan
Rumah oleh orang asing: kesepakatan dalam
perjanjian tidak lebih dari 25 tahun, dapat diperbaharui 25 tahun.
Definisi
Pencabutan hak atas tanah adalah pengambilan
tanah kepunyaan suatu pihak oleh negara secara paksa, yang mengakibatkan hak atas
tanah menjadi hapus, tanpa yang bersangkutan melakukan suatu pelanggaran atau
cacat dalam memenuhi suatu kewajiban hukum.
Akibat
Akibat pencabutan/pembebasan hak atas tanah
adalah bahwa hak atas tanah dari si empunya menjadi hapus.
Dasar Hukum
Antara lain :
- UUPA pasal 18,
- UU No. 20 Tahun 1961,
- Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1973,
- Inpres No. 9 Tahun 1973.
Syarat
Antara lain : (menurut UU No. 20 Tahun 1961 jo pasal 18 UUPA)
1. Kepentingan umum,
2. Merupakan cara terakhir untuk memperoleh tanah yang dibutuhkan, setelah
menempuh cara musyawarah dengan empunya tidak dapat membawa hasil yang
39
diharapkan,
3. Memberi ganti kerugian yang layak kepada pemegang hak,
4. Dilakukan menurut cara yang diatur oleh UU,
5. Pemindahan hak menurut cara biasa tidak mungkin lagi dilakukan,
6. Tidak mungkin memperoleh tanah di tempat lain untuk keperluan tersebut.
Yang dimaksud dengan kepentingan umum:
(menurut Inpres No. 9 Tahun 1973)
1. Pertahanan,
2. PU,
3. Perlengkapan umum,
4. Jasa umum,
5. Keagamaan,
6. Ilmu pengetahuan dan seni budaya.
7. Kesehatan,
8. Olah raga,
9. Keselamatan umum terhadap bencana alam,
10. Kesejahteraan sosial,
11. Makam,
12. Pariwisata dan rekreasi,
13. Usaha-usaha ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan umum, misal:
o Kegiatan pembangunan perumahan dan pemukiman,
o Kegiatan pertambangan,
o Kegiatan pembangunan jaringan transmisi PLN, dsb.
Pasal 1 (3) Inpres No. 9 Tahun 1973; Presiden dapat memberikan pertimbangan
positif dan negatif, dan memberikan solusi.
Yang berwenang melakukan pencabutan hak atas tanah adalah; Presiden setelah
mendengar pertimbangan Mendagri (segi politik), Men. Kehakiman (segi hukum),
menteri yang bidang tugasnya meliputi usaha yang meminta dilakukannya
pencabutan bak itu (segi fungsi bahwa benar-benar diperlukan secara mutlak dan
tidak dapat diperoleh di tempat lain).
40
Acara Pencabutan Hak atas Tanah
Meliputi:
1. Acara biasa,
2. Acara luar biasa.
41
karena:
- Pasal 27 (hak milik) dimana tanahnya jatuh pada negara dan penyerahannya
secara sukarela oleh pemiliknya,
- Pasal 34 (HGU) dan pasal 40 (HGB), dimana dilepaskan oleh pemegang haknya
sebelum jangka waktunya berakhir.
Pembebasan tanah oleh pihak swasta adalah akibat adanya penetapan bentuk-bentuk
kegiatan yang termasuk sebagai kegiatan untuk kepentingan umum.
Pengadaan Tanah
Dasar Hukumnya; Keppres No. 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut (ada pelepasan/
penyerahan hak).
Keppres No. 55 Tahun 1993 mencabut:
1. PMDN No. 15 tahun 1975 Tentang Tata Cara Pembebasan Tanah,
2. PMDN No.2 Tahun l976,
3. PMDN No. 2 Tahun 1985.
Setelah menerima ganti kerugian dibuat berita acara pelepasan
atau penyerahan hak atas tanah.
Pelepasan/penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan
melepaskan hubungan hukmn antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang
dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah.
Ganti kerugian diberikan untuk:
1. Hak atas tanah,
2. Bangunan,
3. Tanaman,
4. Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
Bentuk ganti kerugian:
1. Uang,
2. Tanah pengganti,
42
3. Pemukiman kembali,
4. Gabungan a, b dan c,
5. Bentuk lain yang disetujui.
Tugas panitia pengadaan tanah antara lain :
1. Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian,
2. Mengadakan musyawarah mengenai besarnya ganti kerugian.
Keberatan atas ganti kerugian diajukan ke Gubernur (Gubernur dapat mengukuhkan
atau mengubah putusan panitia). Jika tidak disetujui maka dilakukan proses
pencabutan hak (pasal 18 UUPA jo. UU No. 20 Tahun 1961).
Pengadaan tanah harus memenuhi 2 aspek secara sekaligus, yaitu:
1. Perlindungan hak rakyat,
2. Pemenuhan tuntutan pembangunan,
Memaksa orang lain untuk menyerahkan hak atas tanahnya pada dasarnya
merupakan pelecehan hak yang tidak seharusnya terjadi. Sebagai landasan bagi
pemerintah untuk mengatasi berbagai kesulitan pertanahan.
Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 : pengadaan tanah
hanya dilakukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.
Kepentingan umum menurut Keppres No. 55 Tahun 1993:
1. Jalan umum, saluran pembuangan air,
2. Waduk, bendungan,
3. Rumah sakit,
4. Pelabuhan, bandara,
5. Peribadatan,
6. Pendidikan,
7. Pasar umum,
8. Pemakaman,
9. Fasilitas keselamatan umum, pos dan telekomunikasi,
10. Sarana olah raga,
11. Stasiun TV, Stasiun radio, beserta sarana pendukungnya,
12. Kantor pemerintah,
13. Fasilitas ABRI.
43
Menurut PMDN No.15 Tahun 1975 : pembebasan tanah dapat dilakukan terhadap
segala macam bentuk pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum maupun tidak bahkan juga berlaku bagi pihak swasta yang
kemudian diatur secara khusus berdasarkan PMDN No. 2 Tahun 1976.
Kalau bukan untuk pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, dilakukan
melalui cara jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati secara sukarela
oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Apabila pihak swasta membutuhkan tanah maka dilakukan secara langsung dengan
pemilik tanah atas dasar musyawarah untuk mencapai kesepakatan. Dalam hal ini
maka dibentuk tim pemerintah sebagai: (diatur dalam pasal 6, 7, 8 Keppres No. 55
Tahun 1993), yaitu :
- Pengawas,
- Pengendali untuk mencegah ekses-ekses negatif yang dapat merugikan kedua
belah pihak.
HAK TANGGUNGAN
Dasar Hukum: UU No. 1 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan (UUHT).
Definisi
Istilah hak tanggungan berasal dari UUPA, dapat berarti : jaminan atas tanah,
Asuransi.
Hak tanggungan merupakan salah satu jenis hak jaminan disamping hipotik,
gadai dan fidusia.
Hak Jaminan dimaksudkan untuk menjamin utang seorang debitur yang
memberikan hak utama kepada seorang kreditur tertentu, yaitu pemegang hak
jaminan itu untuk didahulukan terhadap kreditur-kreditur lain apabila debitur cedera
janji.
Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam UUPA, berikut atau tidak berikut benda-benda lain
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
44
kreditur lain (pasal 1 ayat 1 UUHT).
Tujuannya adalah untuk memberikan kedudukan bagi seorang kreditur
tertentu untuk didahulukan terhadap kreditur-kreditur lain (kreditur preferen).
Hak tanggungan adalah pengganti hipotik atas hak atas tanah dan crediet
verband.
45
yang dijamin tidak berarti terbebasnya sebagian objek hak tanggungan dari beban
hak tanggungan melainkan hak tanggungan membebani seluruh objek hak
tanggungan untuk sisa utang yang belum dilunasi.
4. Hak tanggungan hanya dapat dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada,
5. Hak tanggungan dibebankan selain atas tanahnya, juga berikut benda-benda yang
berkaitan dengan tanah tersebut, contoh: bangunan, tanaman, hasil karya, dsb.
6. Perjanjian hak tanggungan adalah perjanjian accesoir, artinya : perjanjian hak
tanggungan bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri, keberadaannya
adalah karena adanya perjanjian lain (perjanjian induk) yaitu perjanjian utang
piutang yang menimbulkan utang yang dijamin.
7. Hak tanggungan mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek hak
tanggungan berada (asas droit de suite/zaakgevolg).
Artinya; hak tanggungan tidak akan berakhir sekalipun objek hak tanggungan
beralih kepada pihak lain oleh sebab apapun juga pemegang hak tanggungan
akan selalu dapat melaksanakan haknya dalam tangan siapapun benda itu berada.
Zakelijkrecht (hak mutlak); dapat dipertahankan terhadap siapapun.
Persoonlijkrecht (hak relatif): hanya terhadap debitur tertentu.
46
pemegang jaminan bahwa objek jaminan tidak akan dibersihkan oleh pemberi
jaminan apabila jaminan itu dijual.
- Verbalbeding, suatu janji yang menyatakan bahwa janji yang memberi
kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk memiliki objek hak
tanggungan apabila debitur cedera janji, batal demi hukum.
Janji-janji tersebut mengikat pihak-pihak apabila adanya pemberian hak tanggungan
didaftarkan di kantor pertanahan.
Pendaftaran
Pendaftaran hak tanggungan; pemberian hak tanggungan wajib didaftarkan di Kantor
Pertanahan (asas publisitas/terbuka bagi umum).
Tujuannya; agar memungkinkan pihak ketiga dapat mengetahui tentang pemberian
47
hak tanggungan atas suatu hak atas tanah.
48
Eksekusi
Eksekusi hak tanggungan (pasal 6 UUHT) : apabila debitur cedera janji, pemegang
hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas
kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan dari hasil
penjualan tersebut.
Eksekusi memberikan hak bagi pemegang hak tanggungan untuk melakukan parate
eksekusi, artinya: pemegang hak tanggungan bukan saja tidak perlu memperoleh
persetujuan dari pemberi hak tanggungan tetapi tidak perlu meminta penetapan dari
pengadilan setempat apabila akan melakukan eksekusi atas hak tanggungan yang
menjadi jaminan utang debitur dalam hal debitur cedera janji.
49
REFERENSI
50