110110160073 / KELAS A
HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL
Prof. Huala Adolf., S.H., LL.M., Ph.D
Prof. Dr. An-An C., S.H., LL.M
Dr. Iur Damos Dumoli Agusman, S.H., LL.M
Prita Amalia S.H, M.H
Purnama T, S.H., M.H.
Helitha Novianty, S.H., M.H.
Mursal Maulana, S.H., M.H.
UJIAN AKHIR
SEMESTER
B. Tidak ada alasan bagi negara dapat mengingkari komitmennya dalam perjanjian
internasional di bidang ekonomi dengan alasan muatan perjanjian tersebut bertentangan
dengan kedaulatannya. Secara tegas dijelaskan dalam pasal 17 WCLT yaitu a state may
not invoke the provisions of its internal laws as a justification for its failure to perform a
treaty.
2. a. Hak Asasi Manusia (HAM) mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Hukum
Ekonomi Internasional. Hak-Hak Ekonomi suatu negara pada analisa akhirnya
berpengaruh terhadap pemenuhan HAM. Urgensi pengaturan HAM dalam Hukum
Ekonomi Internasional yaitu muncul karena individu berhak atas hak asasi manusia
(HAM), termasuk di dalamnya hak asasi manusia atas ekonomi. Hak ini dalam hukum
internasional adalah salah satu hak yang cukup fundamental. Bahwa UDHR juga
mengakui hak – hak ekonomi, sosial dan budaya (pasal 22 – 27). Hak atas ekonomi ini
menuntut perlunya perlindungan yang selayaknya. Antara HAM dan hak atas ekonomi ini
memiliki kaitan yang cukup erat. Menurut Booysen menyebut hak asasi manusia ini
dalam kaitannya dengan hukum ekonomi internasional sebagai international economic
human rights. Sedangkan Seidl Hovenveldern menyatakan sebagai “human rights of
economic value”.
b. Perbedaan perspekif antara negara berkembang dan negara maju dalam menanggapi
isu HAM yang berhubungan dengan hukum ekonomi internasional. Perbedaan sudut
pandang mengenai negara berkembang bahwa negara maju tidak hanya kepentingan
ekonomi liberal saja, namun persoalan kemanusiaan dan kesetaraan harus pula
diperhatikan . Fakta yang terjadi adalah seringnya negara maju menjadikan negara
berkembang sebagai basis produksi perdagangan internasional melalui sistem korporasi
transnasional, namun tidak memperhatikan perlindungan HAM dan pembangunan
berkelanjutan. Hal inilah yang menjadi perhatian masyarakat internasional. Di sisi lain,
keterlibatan negara berkembang dalam Hukum Internasional merupakan keinginan untuk
membuat terobosan guna menghadapi persaingan dengan negara maju dan pembangunan
negaranya. Juga posisi negara maju seringkali memanfaatkan “ketergantungan” ekonomi
negara berkembang.
c. Dasar hukum pengaturan HAM yang berkaitan dengan Hukum Ekonomi Internasional
Yaitu pasal 55 UN Charther (International economic and social cooperation), pasal 22-
27 dalam Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 (Declaration Universal of
Human Rights, Charther od Economic Right Duties of States of 1974 (Piagam CERDS),
Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights) 1966 dan 1976, ICCPR, UU nomor
11&12 tahun 2005.
3. Charter of The Economic Rights and Duties of States (Piagam CERDS) oleh Negara
Sedang Berkembang dianggap sebagai aturan yang sifatnya mengikat dengan memuat hak
dan kewajiban negara di bidang ekonomi. Berbeda dengan sudut pandang Negara Maju yang
menganggap Piagam CERDS hanya sebagai anjuran yang tidak mengikat, dan diangap lebih
memuat kepentingan Negara Berkembang yang lebih dominan. Dalam hal ini Piagam
CERDS dapat diimplementasikan mengingat perbedaan sudut pandang antara Negara Maju
dan Negara Berkembang yaitu dengan mengimplementasikan jiwa dan nilai-nilai hukum
yang terdapat di dalamnya yang berpengaruh terhadap aturan-aturan atau perjanjian-
perjanjian internasional yang lahir kemudian. Hal ini dilihat dari banyak dari konvensi-
konvensi tentang perdagangan dan ekonomi yang menjadikan piagam CERDS sebagai
landasan filosofisnya. Atau juga bisa dilihat dari banyaknya sidang PBB atau badan-badan
khususnya yang menjadikan piagam CERDS sebagai salah satu bahan penting untuk
membuat kebijakan. Juga menurut pendapat Huala adolf, supaya piagam CERDS dapat
berlaku mengikat yaitu dengan berikut :
1. Perlu adanya perubahan terhadap isi dari ketentuan piagam CERDS, perubahan tersebut
harus memperhatikan kepentingan bukan saja Negara berkembang tetapi juga Negara
maju.
2. Para sarjana atau penulis dari negara berkembang perlu terus meningkatkan dan
mengangkat prinsip-prinsip hukum ekonomi internasional yang terdapat dalam piagam
dalam tulisan atau karyanya
3. Para negoisator atau perunding kepentingan-kepentingan pemerintah di forum-forum
perdagangan internasional untuk selalu menjadikan prinsip-prinsip dalam piagam
CERDS sebagai salah satu acuan negoisasi.